2017c - Kel 3
2017c - Kel 3
P S IKOLOGI ABNORMAL
GANGGUAN
GANGGUAN
i de nti t as gender
&& && & && && &
&&&&&&&&&&
GANGGUAN
GANGGUAN
se ks ual
pendekatan biologis
TREATMENT
TREATMENT Penelitian mengenai perawatan efektif
untuk paraphilias terbatas.
PARAFILIA
PARAFILIA Pengebirian bedah adalah pengobatan
yang paling umum digunakan untuk
pelanggar seks
Orientasi
Seksual?
In 1973, the American Psychiatric Association (APA)
removed the diagnosis of “homosexuality” from
the second edition of its Diagnostic and Statistical
Manual (DSM). - Drescher, 2015
DI INDONESIA
The American Psychiatric Association and the
Te r m a s u k d a l a m O D M K , o r a n g y a n g b e r e s i k o
American Psychological Association have suggested
for many years now that there is significant mengalami gangguan jiwa. Masuknya kaum
empirical evidence supporting the claim that l e s b i a n , g a y, d a n b i s e k s u a l d a l a m k e l o m p o k
homosexuality is a normal variant of human sexual ODMK bertujuan mengklasifikasi gangguan
orientation as opposed to a mental disorder psikologis macam apa yang dialami mereka
- Kinney, 2015 (karena orientasi seksual itu), dan bukan
menangani orientasi seksual mereka.
“APA telah menyurati Perhimpunan Dokter Spesialis
Kedokteran Kedokteran Jiwa Indonesia untuk
memperitmbangkan ulang kebijakan bahwa homoseksual
masuk dalam kategior masalah kejiwaan” - Dr Danardi Sosrosumihardjo, SpKJ(K), ketua Perhimpunan Dokter Spesialis
Kedokteran Jiwa Indonesia (dalam BBC Indonesia, 2016)
PPDGJ - III
GANGGUAN PSIKOLOGIS & PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN DAN ORIENTASI
SEKSUAL
Menyimpang
jenisnya.
lingkungan
Dipengaruhi oleh lingkungan yang
melibatkan dan mendukung LGBT
TERAPI
Pemberian terapi kognitif merupakan salah satu cara untuk
menyembuhkan LGBT. Terapi ini dimaksudkan untuk
menumbuhkan kesadaran bahwa hal yang dilakukannya salah, tanpa
menyudutkan. Terapi ini juga dimaksudkan untuk menumbuhkan
motivasi kepada seseorang. Kemudian pemberian terapi Behavior
dengan memasukkan orang yang “bersih dan baik” kedalam
linkungan tersebut untuk membentuk ulang perilakunya. Dalam hal
ini peran orang lain menambil peran besar dalam terapi kepada
LGBT
-Prof Malik Badri (pendiri International Association of Muslim
Psychologists
0010111101010110110100010110110011
0010011101010111001000001100100101
pemerkosaan
1111101111111010111001001110110100
0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 111 0 0 1 0 111 0 11 0 0 0 1111
0 1 0 111111 0 1111 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1111 0 1 0 / rape
1011011010001011011001100100111010
1011100100000110010010111111011111 harmful form of sexual behavior
1101011100100111011010001000010000
0 0 0 111 0 0 1 0 111 0 11 0 0 0 1111 0 1 0 111111 0 1
111000010101001011110101011
Forced Rape Statutory Rape
Gender
Gender
Identity
Identity /
= Sexual
Orientation
Mengidentifi-
kasikan diri Preferensi
sebagai laki- ketertarikan
laki atau seksual
perempuan
The diagnosis of GID is only applicable when
the desire to be a member of the opposite sex
causes significant distress or impairment
PPDGJ - III
GANGGUAN IDENTITAS JENIS KELAMIN
KESIMPULAN HASIL
1. Kekerasan pada anak dikarenakan banyak faktor & dapat berdampak trauma
pada anak
2. Korban dipahamkan bahwa ia bukan pihak yang bersalah dalam kejadian
tersebut sehingga rasa percaya diri anak meningkat dan dapat mengatasi
trauma yang dialami.
3. Perlindungan dilakukan melalui jaminan hukum yang tegas, penyediaan
fasilitas yang ramah anak, penanaman pendidikan seks sejak dini, dan
dukungan moral serta sosial.
4. Media massa juga berperan untuk membangun budaya sehat, menciptakan
masyarakat yang berpengetahuan luas, berpikir, dan berperilaku sehat melalui
informasi yang disebarkannya.
r e v i e w j u r n a l
STUDI FENOMENA TENTANG
PEMBENTUKAN IDEAL DIRI
TRANSGENDER DI DAERAH
YOGYAKARTA
TUJUAN
menemukan pola pembentukan ideal diri pada transgender di wilayah
perempatan lampu merah Sagan Yogyakarta melalui indepth interview
KESIMPULAN HASIL
1. Sejak kecil lebih menyukai permainan perempuan dan menyukai laki-
laki, sehingga menimbulkan konflik peran.
2. Di awal, aktualisasi diri sangat terhambat karena partisipan tidak tahu
potensi dirinya, masih ragu dan takut sehingga menyesuaikan dengan
norma sosial.
3. Adanya lingkungan yang mendukung (ponpes waria, orang tua tidak
menentang) membuat partisipan merasa bebas mengekspresikan diri
idealnya
4. Pembentukan diri ideal: berdandan dan mengubah fisik
5. Partisipan menyebutkan kemungkinan dapat kembali pada gender awal
110110011001001110101011100100000110
111111 0 1111111 0 1 0 111 0 0 1 0 0 111 0 11 0 1 0 0 0 1
0 0 0 0 0 111 0 0 1 0 111 0 11 0 0 0 1111 0 1 0 111111 0 1
101010010111101010110001111010111111
000101010010111101010110110100010110
0 0 1 0 0 111 0 1 0 1 0 111 0 0 1 0 0 0 0 0 11 0 0 1 0 0 1 0 111
111110101110010011101101000100001000
001011101100011110101111110111100001
101111010101101101000101101100110010
101110010000011001001011111101111111
001001110110100010000100000001110010
0 0 1111 0 1 0 111111 0 1111 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 111
10101011
Review Kasus
Review Kasus
Review Kasus
Review Kasus
Review Kasus
Review Kasus
Review Kasus
1. X (20 thn) adalah laki-laki dengan orientasi seksual gay. Ayahnya meningga ketika
ia SD & ia adalah satu-satunya anak laki-laki .
2. Ketika berusia 9 tahun, teman laki-lakinya yang berusia sama menyentuh
kemaluan X. Kejadian yang berlangsung tidak hanya sekali itu membuat X
merasa bingung dan tidak mengerti apa maksud dari semua ini, namun X tidak
berani mengungkapkan ke orang lain. Hingga akhirnya, X berani melawan dan
kejadian tersebut berhenti.
3. Setelah berselang beberapa tahun, X merasakan ada yang salah dengan dirinya.
Kasus Gangguan
Dia merasa dia tidak sama dengan yang lainnya. Pada saat itu, si X masih berusaha Psikologis &
melawan perasaannya, beberapa kali dia mengencani perempuan untuk
membuatknya lupa akan perasaannya. Dalam waktu yang bersamaan dia mulai Perilaku yang
Berhubungan
mencari infomasi menenai LGBT dan ia menjadi merasa bagian dari mereka.
Sejak SMK, ia mulai menjalin pertemanan dengan sesama gay.
4. Setelah lulus, ia bekerja di Bali. Ia semakin sering bertemu dan berhubungan
dengan turis asing dengan orientasi seksual yang sama. Namun, X masih memiliki
dengan
keyakinan untuk dapat menjadi normal, ingin membangun keluarga dengan seorang
perempuan dan memilki keturunan seperti laki-laki lainnya. Hal tersebut membuat
Perkembangan
X merasa bimbang dan tertekan. dan Orientasi
Seksual
Dalam PPDGJ III, homseksualitas masuk dalam kelompok ODMK (Orang
dengan Masalah Kejiwaan). Mengkalsifikasikan gangguan psikologis yang
disebabkan orientasi seksualnya.
gangguan maturitas
seksual 1. Saat kecil, X merasa bingung & Kasus Gangguan
tidak mengerti & tidak berani
mengungkapkan ke orang lain Psikologis &
1. Individu menderita karena
Perilaku yang
karena pelecehan seksual yang
ketidakpastian tentang dilakukan teman laki-lakinya.
identitas jenis kelaminnya
atau orientasi seksualnya.
2. Pada usia remaja tengah-akhir,
X merasakan ada yang salah
Berhubungan
2. Pada masa remaja, merasa
bingung termasuk
dengan dirinya. X masih
berusaha melawan. Setelah itu ia
dengan
homoseksual, heteroseksual menerima. Perkembangan
atau biseksual. Setelah 3. Namun, X masih memiliki
suatu periode orientasi keyakinan untuk dapat menjadi dan Orientasi
seksual, merasa perubahan normal.
atas orientasi seksualnya. Seksual
Kasus GID
“Dena Rachman”
“Dena Rachman”
1. Dena Rachman adalah seorang artis cilik dengan nama asli
Renaldy Denada Rachman yang berubah dari laki-laki menjadi
perempuan
2. Sejak kecil, ia merasa dirinya sebagai perempuan
meskipun memiliki jenis kelamin laki-laki (lebih menyukai
permainan perempuan, suka berdandan) dan ingin berubah
menjadi perempuan, ia menjadi merasa tidak sesuai
dengan identitas gendernya dulu
3. Merasakan keanehan tersebut, ia mulai mencari tahu tentang
hal yang dialaminya
4. Ia berpenampilan sebagai perempuan (operasi implan
payudara, berpakaian dan berdandan seperti perempuan)
5. Setelah berubah, ia berkata bahwa orang sekitarnya
menyebutkan ia menjadi lebih kalem, percaya diri, dan lebih
nyaman.
Kasus GID
“Dena Rachman”
“Dena Rachman”
Sejak kecil, ia merasa dirinya sebagai perempuan meskipun
memiliki jenis kelamin laki-laki (lebih menyukai permainan
perempuan, suka berdandan) dan ingin berubah menjadi
perempuan, ia menjadi merasa tidak sesuai dengan identitas
gendernya dulu
1. Keinginan mendalam
menjadi lawan jenis atau
merasa bahwa dirinya
adalah lawan jenis. Tidak
ada rangsangan seksual
dari pakaian
2. Gangguan tampak
sebelum pubertas