Anda di halaman 1dari 19

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

Dosen Pengampu : Dr. Ardiana Yuli, S.T., M.T.

ANGGOTA KELOMPOK :
TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
1.Agyssa Firdha S. (31201900060) FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2.Meirina Wahyu P. (31201900066) SEMARANG
2020

3.Woro Ratna Gupita. (31201900071)


BENTENG
KERATON
BUTON (WOLIO)
PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI
TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020
DESKRIPSI

Lokasi :
Jl. Sultan Labuke
Dusun Baluwu, Peropa, Dete
Desa Melai
Kota Baubau
Sulawesi tenggara
Pulau Buton
FUNGSI

Pada zaman dahulu,


merupakan Kawasan Keraton
Kesultanan Buton dmana
Benteng Buton berfungsi
sebagai pertahanan yang
berupa tembok keliling guna
melindungi istana
(kamali/kedaman) dan
lingkungannya.
TIMELINE PEMBANGUNAN BENTENG

Setiap bastion Membangun


Sultan Buton IV baluara
terdapat
Dayanu Ikhsanuddin mengelilingi
meriam-meriam
(1596-1632) pemukiman dan
Eropa
keraton.

Sultan Buton III Makengkuna Sultan Buton VI Makengkuna


(1591-1596) (1591-1596)

Membangun boka-boka Meneruskan pembangunan


dan menyelesaikannya
ALASAN BENTENG KERATON BUTON MASUK CAGAR BUDAYA
• Terdapat pembangunan rumah pada area zona inti yang tidak bergaya
arsitektur rumah tradisional Buton.
• Terdapat perusakan dinding benteng dan pengalihan fungsi lahan yaitu
penempatan alat berat (eksavator) dan perkebunan
• Perubahan fisik bangunan bersejarah
• Eksploitasi material penyusun benteng
• Warisan budaya yang beragam dan kegiatan budaya rutin dilakukan seperti
melaksanakan tradisi dan upacara adat qunut, bongkaana tao, pekande-
kande, goraana oputa dsb
• Keberadaan tokoh masyarakat/adat masih kuat dan berpengaruh
• Penambahan bangunan yang tidak mengikuti aturan pelestarian cagar budaya
• Usia bangunan berkisar ± 400 tahun dan memiliki gaya arsitektur tradisional
Buton
AKTIVITAS SOSIAL DAN BUDAYA

Sumber : Google, 2020


DASAR HUKUM
• Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung
• Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
• Undang Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2010 Tentang Pedoman
Revitalisasi Kawasan
• Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
• Peraturan Daerah Kota Baubau Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Bangunan Gedung
• Surat Keputusan Walikota Bau-bau No. 105 Tahun 2003 Tentang Penetapan Benteng
Keraton Sebagai Kawasan Khusus Kota Bau-bau Yang Mengatur Upaya Pelestarian
Kawasan Benteng Keraton Buton
POIN OUV (NILAI KEUNGGULAN SEJAGAT)
• Keraton terbesar di Asia Tenggara ditanda tangan oleh MURI dan Guiness
Book Of The Record bulan September 2006.
• Sisa peninggalan wilayah Kesultanan Buton dengan luas sebesar 21,38 ha.
• Letak administratif Kota Bau-Bau yang strategis dan memiliki peninggalan
tersebar merata yang hanya bisa ditemukan di Kota Bau-Bau.
• Mempunya kawasan permukiman yang khas dengan bangunan hunian
mengikuti gaya arsitektur tradisional Buton
• Ditetapkan menjadi salah satu kota pusaka prioritas di Indonesia dari 10
kota untuk dipersiapkan menjadi world heritage city oleh Kementran
Pekerjaan Umum bersama Badan Pelestaran Pusaka Indonesa (BBPI)
melalui Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP).
ATRIBUT BENTENG KERATON BUTON
 Tembok keliling (batu tundo) sepanjang
2740 m.
 4 buah boka-boka (bastion sudut),
 12 buah baluara (bastion) yaitu : Gama,
Litao, barangkatopa, wandailolo, baluwu,
dete, kalau, godona oba, wajo/bariya,
tanailandu, melai/baau, godona batu,
lantongau, gundu-gundu, siompu dan LAWA/LAWANA
rakia.
 12 lawana (pintu gerbang) yaitu : Rakia,
Lanto, Labunta, Kampebumi, Waborobo,
Dete, Kalau, Wajo/Bariya,
Burukene/Tanailandu, Melai/Baau,
Lantongau, dan Gundu-Gundu.
 Parit, dan alat persenjataan
 Tiang bendera berusia 307 tahun di
depan Masjid Agung Buton. TEMBOK KELILING DAN BALUARA/BASTION
ATRIBUT BENTENG KERATON BUTON
Di dalam benteng terdapat Masjid ISTANA
Masjid Al Muqarrabin Syafyi Shaful Mumin,
istana, makam-makam sultan dan pejabat tinggi,
perkampungan penduduk dengan rumah-rumah
tradisional, dan lain-lain. Benteng Buton terbuat
dari batu gunung dan karang yang direkatkan
dengan putih telur. MASJID
MAKAM SULTAN
Tinggi dan tebal temboknya mengikuti
kontur tanah. Pada kontur yang terjal, tinggi
tembok mencapai 4 m dan ketebalan sampai 2
m. Pada bagian dalam sisi timur dan selatan
terdapat turap-turap sebagai penahan/penguat.
TEMBOK BENTENG

RUMAH PENDUDUK
4 HAL UTAMA KONSERVASI
1. Pelestarian
Pelestarian terdapat 61 bangunan bersejarah dengan cara perlindungan,
pemeliharaan, pemanfaatan dan atau pengembangan untuk tetap
mempertahankan keberadaan Keraton Buton. Contohnya dengan
melestarikan upacara adat dan bangunan gaya arsitekitur Buton.

Sumber : Novesty, 2011 Sumber : Google, 2020


4 HAL UTAMA KONSERVASI
2. Perlindungan
Perlindungan Keraton Buton pemerintah Kota Bau-Bau menetapkan Kawasan
Keraton Buton merupakan kawasan bersejarah dan dilndungi oleh hukum.
Contohnya dengan cara penyelamatan benda bersejarah melalui
inventarisasi data benda-benda bersejarah.

Ini masih rancu ngliat di artikel file namanya


cb9091c8b5cabf35664e5c9f8c62d966cfaf hal
89
4 HAL UTAMA KONSERVASI
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan di Kawasan Keraton Buton terdapat 6 bangunan bersejarah
dengan cara pemugaran yang menitikberatkan pada pemeliharaan dan
perlindungan keaslian bentuk bangunan.

Sumber : Novesty, 2011


4 HAL UTAMA KONSERVASI
4. Pengelolaan
Upaya pemerintah dengan cara pengelolaan yaitu melalui kebijakan
perlindungan, kebjakan pengaturan perencanaan,pemelharaan,
pemugaran, pemanfaatan dan pengendalan. Contohnya penetapan
Benteng Keraton Buton sebagai Benda Cagar Budaya (Kepmenbudpar
Nomor KM. 69/KU.208/MKP/2011, SK Walikota Bau-Bau No. 105 Tahun
2003 Tentang Penetapan Benteng Keraton Sebagai Kawasan Khusus Kota
Bau-bau Yang Mengatur Upaya Pelestarian Kawasan Benteng Keraton
Buton) dan bangunan gaya arsitektur Buton.
BENTUK-BENTUK KONSERVASI
PENGELOLAAN BENTENG KERATON BUTON

Pengelolaan situs yang dilakukan yaitu upaya terpadu untuk melestarikan


dan memanfaatkan benda cagar budaya dengan cara:
•Situs dan kawasan melalui kebjaksanaan pengaturan, perencanaan,
perlindungan, pemeliharaan, pemugaran, pemanfaatan dan pengendalian
•Pemerintah Kota Bau-Bau melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
membuat kebijakan masyarakat yang bermukim di kawasan Buton
mendirikan rumah tradisional Buton.
•Identifikasi karakteristik fisik kawasan sebagai kawasan peninggalan
sejarah
•Invetarisasi benda-benda cagar budaya
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN
BENTENG KERATON BUTON
DAFTAR PUSTAKA
- Azizu, N. N., Atariksa, & Wardhani, D. K. (2011). Pelestarian Kawasan Benteng Keraton
Buton. Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol. 3 No. 1.
- Purnamasari, A. (2013, Desember 13). Diambil kembali dari Benteng Keraton Buton
Kota BauBau:
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/benteng-keraton-buton-kota-baubau
/
- Sahlan, U. S., Antariksa, & Sari, K. E. (2015). Pengaruh Perkembangan Kota Bau-Bau
Terhadap CItra Kawasan Benteng Keraton Buton. Jurnal Planning for Urban Region and
Environment Vol. 4 No. 3.
- Susanti, D. (2017). Perubahan dan Ancaman Benteng Keraton Buton di Kota Bau-Bau
Sulawesi Tenggara. Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur Vol. 11 No. 2, 46-63.
- Syahadat, R. M., H.S, N., & Susilo, H. (2015). Lanskap Kolonial Kota Bau-Bau Sebuah
Pusaka Peninggalan Masa Kolonial di Sulawesi Tenggara. Paramita Vol. 25 No. 2 [ISSN:
0854-0039, E-ISSN: 2407-5825], 185-195.

Anda mungkin juga menyukai