Anda di halaman 1dari 12

PERMASALAHAN UTAMA DALAM

PENGUMPULAN DAN
PENGOLAHAN DATA, SERTA
KEGIATAN SUPERVISI
Apa yang salah dan mengapa?
Kesalahan kecil – Konsekuensi besar
• Sampling chaos : kesalahan pemantau di Bitung
mempengaruhi estimasi hasil tangkapan Indonesia dan
menyebabkan tornado pengelolaan tuna di WCPFC

DGCF Pusat Estimasi Manajemen


WCPFC RFMO

DA PEMA
E RA N
H K TAU
ESA
L AH
AN
Provinsi

Kabupaten
Bias dalam Pemilihan Sampel
• Pengumpulan data di Indonesia bergantung pada penghitungan total
effort dan hasil tangkapan: Apakah benar ini permasalahannya?

Week day/time 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Week day/time


Monday Monday
Tuesday Enumerators Tuesday
Wednesday Wednesday
Thursday at work Thursday
Friday Friday
Saturday Saturday
Sunday
Fishing vessels at work (unloadings in port) Sunday
Week day/time 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Week day/time

• Kegiatan kapal bongkar-muat yang tidak termonitor:


– Effort lost: kegiatan kapal tidak tercatat
– Catch lost: hasil tangkapan tidak terestimasi
– Catch estimated: estimasi data menggunakan data alternatif
• Lengkapi tabel waktu di atas dan jelaskan cara menangani
kapal bongkar-muat yang tidak tersampel, jika ada
Bias dalam Pengumpulan Sampel kapal
• Penghitungan total artinya semua hasil tangkapan yang dibongkar di
pelabuhan dari kapal penangkap ikan harus di monitor: apakah ini
permasalahannya?
• Estimasi berat berdasarkan pengamatan visual tidak direkomendasikan

• Jelaskan bagaimana anda yakin bahwa semua hasil tangkapan


dari perahu/kapal yang disampel telah termonitor semua:
– Bertanya pada Skipper atau awak kapal
– Lakukan pemeriksaan kapal
• Dan cara pengukuran berat yang dilakukan:
– Visual, timbangan, meteran, dsb
Bias dalam mengidentifikasi alat tangkap
• Registrasi alat tangkap/spesies utama dan kegiatan menangkap
ikan mungkin berbeda:
– Spesies utama sangat mudah ditukar: cth. Tongkol abu-abu menjadi
albakor
– Jenis alat tangkap atau konfigurasi dapat dirubah

• Jelaskan bagaimana anda mencatat alat tangkap ketika


mengambil sampel:
– Bertanya pada nakhoda
– Melakukan pemeriksaan alat tangkap di atas kapal
Bias dalam Mengidentifikasi Jenis Ikan
• Hilang dalam terjemahan: Jenis ikan dan nama lokalnya kadang tidak sesuai
• Kategori jenis ikan komersial tidak selalu merujuk pada jenis ikan secara individual:
– Tongkol mungkin termasuk dalam salah satu atau lebih dari spesies berikut ini:

• Baby tunas: ikan kecil


– Madidihang (YFT)

– Tuna mata besar (BET)

– Cakalang (SKJ)

• Neritic tunas:
– Tongkol krai (FRI)

– Lisong (BLT) Tongkol


– Kawakawa (KAW)

– Kadang hasil tangkapan yang terdiri dari 2 jenis ikan di


kategorikan ke dalam satu jenis saja (disatukan):
• Madidihang dan mata besar yang kecil dicatat sebagai YFT
• Tongkol krai dan lisong dicatat sebagai FRI

• Jelaskan bagaimana anda mengidentifikasi jenis


ikan dan bagaimana anda mencatatnya ke dalam
form
Bias dalam pengumpulan data frekuensi panjang
• Apakah saya mengambil sampel acak dari hasil tangkapan untuk pengukuran panjang?
– Mengambil sampel acak dari panjang yang tercampur adalah sulit (stratifikasi,
mengukur semua atau lupakan saja)

• Apakah saya sudah benar dalam pengukuran panjang ikan?


– menggunakan callipers atau papan pengukur untuk mengukur panjang lurus
kapanpun memungkinkan
– Mengukur fork length kapanpun memungkinkan
• Jika ikan diproses dan fork lengths tidak bisa diukur gunakan panjang terjauh berikutnya

• Jelaskan bagaimana anda mengumpulkan data panjang ikan


Apakah ini semua kesalahan saya?
Dokumentasi dan akses untuk
mendata ikan oleh pemantau

Pemantau DGCF
• Bertahan pada tradisi bahasa lokal tidaklah selalu baik

Aku tangkap Dia tangkap Dia tangkap Dia tangkap

– Protokol Sampling harus didokumentasikan dengan jelas


– Pemantau perlu dilatih dengan baik untuk dapat sepenuhnya
memahami protokol sampling dan menerapkannya dengan benar
– Kondisi di lapang harus dikaji secara terus menerus dan protokol
dapat dirubah bila diperlukan
• Permasalahan yang timbul di antara pemantau dan nelayan
adalah kurangnya komunikasi
• Sebagai pemantau sebaiknya harus:
– Memperkenalkan diri sendiri (menggunakan
surat/kartu/tanda pengenalyang dikeluarkan oleh KKP
dan AP2HI)
– Menjelaskan apa keperluan anda datang ke tempat itu
(atau menyerahkan catatan penjelasan pekerjaan yang
disiapkan oleh AP2HI)
– Menjelaskan mengapa informasi yang dikumpulkan
adalah penting dan berguna bagi Indonesia, RFMO dan
sektor perikanan
– Jangan bertindak seperti sheriff (penegak hukum);
laporkan saja ke supervisor di atas anda
perusahaan/nelayan yang tidak mau bekerja sama
Pengawasan

Poor
quality
Form

Pendataan Pengawas
yang Nakal yang Marah
Supervisi yang lemah – Pengambilan sampel yang
lemah
• Pelaksanaan protokol pengumpulan data yang benar perlu
dimonitor dengan baik
– DJPT harus membuat suatu draft protokol supervisi kegiatan pengumpulan
data, koordinasi dengan DKP Provinsi dan Kabupaten/Kota
– Skema imbalan dan hukuman bagi pemantau sebaiknya dilakukan,
berdasarkan tingkat kepatuhan terhadap protokol pengumpulan data
– Dimanapun diperlukan, protokol supervisi dan pengumpulan data bisa
dirubah mengikuti perkembangan di sektor perikanan

Oops !!

Anda mungkin juga menyukai