TERNAK
Asosiasi
(——————-)
RECORDING SAPI POTONG
PEMILIK DAN LOKASI
• Nama : —————————————————————–
• Alamat pemilik : —————————————————————–
• Kode Lokasi : ——————————————————————
• Kode Kader : ——————————————————————
• Alamat Kader : ——————————————————————
SAPI A SAPI B
UMUR 232 Hari UMUR 191 Hari
BB 101 kg BB 95 kg
BL 17,9 kg BL 18,2 kg
BS205 = (101-17,9)/232)*205) + 17,9
= 91,32 kg BS205 = (95-18,2)/191)*205) + 18,2
= 100,62 kg
KRITERIA SELEKSI (sifat2 ekonomi penting):
Fertilitas
BB (BL, BS & Bobot 12 bln, & bobot
dewasa)
Laju pertambahan (PBB)
Efisiensi penggunaan Pakan
Umur dewasa kelamin
Servis/Conseption
Calving interval
Sifat2 karkas (% karkas, ketebalan
lemak & keempukan)
WAKTU PELAKSANAAN SELEKSI :
Umur 7 bulan (pasca sapih)
Umur 1 tahun (muda)
Umur 2 tahun (dewasa)
METODE SELEKSI :
Recording
Uji performa
Uji progeny
Screning
F1 seleksi, misal yang terpilih : ♂1.1 ; ♂2.2 ; ♂N.n ; ♀1.1 ; ♀2.2 ; ♀3.3
F2 ♂1.1 - 2.2 ♀1.1 - 2.2 ♂2.2 - 1.1 ♀2.2 - 1.1 ♂n.n - 3.3 ♀n.n - 3.3
PEMDA
PEMDA ELIT (5%)
SWASTA/KEMITRAAN
SWASTA/KEMITRAAN PENGEMBANG
PENGEMBANG
(10
(10 –– 20%)
20%)
PETERNAK
PETERNAK KECIL
KECIL KOMERSIAL
KOMERSIAL
(65
(65 –– 75%)
75%)
Perawatan kesehatan
Pemberian pakan yang berkualitas
Perkawinan yang tepat
Evalusi semen reguler
Sapi PO Sapi PO
Sapi Limousin Sapi Simmental
2 2
G per generasi interval (GI) h S i p h
2
h S i p h
2
G per tahun
GI GI
Faktor yang menyebabkan
seleksi deferensial kecil
• Fertilisasi yang rendah;
• Angka kematian yang tiiggi sebelum seleksi
dilakukan, sehingga menyebabkan turunnya
jumlah individu dalam populasi;
• Mortalitas yang tiiggi terjasi setelah seleksi
sehingga menyebabkan jumlah yang dibutuhan
untuk pengganti akan naik;
• Makin besarnya populasi yang diinginkan; dan
• Kurang efisien dalam menggunakan informasi
yang ada.
Perhitungan IG
Tahun 1991 1992 1993 1994 Jumlah
Umur pejantan 2 3 4 5
Jumlah progeni 50 50 50 50 200
U.p x J.p 100 (umur150
Jumlah 200 progeni
pejantan x jumlah 250 700 700
Generasi Interval 3,5 tahun
jumlah progeni 200
pejantan
Jumlah Belum dikawikan 50 50 50 150
Jumlah (umur pejantan x jumlah progeni 600
Generasi Interval
progeni 4,00 tahun
jumlah progeni 150
U.p x J.p - 150 200 250 600
Keberhasilan dari pelaksanan
seleksi tergantung pada:
• Menentukan karakteristik yang memepengaruhi
produksi dan keuntungan yang akan diperoleh
serta menentukan urutan Relative Economic
Value (REV) karakteristik tersebut
• Cara mengukur dan mencatat karakterisitk di
atas
• Cara menggunakan data catatan produksi untuk
menghitung atau menaksir nilai pemuliaan
Tujuan Seleksi Sapi Potong
• Memilih pejantan untuk menghasilkan
progeni yang langsung dijual atau
dipotong.
• Memilih pejantan dan induk untuk
menghasilkan progeni yang akan dipakai
sebagai bibit (tetua untuk generasi yang
akan datang).
Tahap Seleksi untuk Sifat
kuantitatif
• Tahap pertama adalah pendugaan nilai
pemuliaan individu.
• Tahap kedua adalah mengambil
keputusan berdasar nilai pemuliaan
tersebut, untuk menentukan individu yang
dipilih dan yang disisihkan.
SELEKSI INDIVIDU
• Seleksi individu hanya didasarkan pada fenotipe (sifat
tunggal atau beberapa sifat) dari individu bersangkutan.
• Seleksi individu paling berguna untuk sifat yang dapat diukur
pada kedua jenis kelamin dan sudah tampak pada umur
sebelum dewasa, misalnya laju pertumbuhan, berat woll,
tebal lemak punggung dan lain-lain
• Seleksi individu tidak dapat diterapkan untuk:
a.Sifat yang hanya tampak pada betina
b.Sifat produksi susu, karena tampak setelah dewasa
c.Sifat yang heritabilitasnya rendah
d.Penilaian penampilan individu atau bentuk tubuh sering lebih
diutamakan, sehingga mengabaikan cara lain seperti uji
silsilah dan uji keturunan
SELEKSI INDIVIDU
Menduga Perubahan Genetik
• Diferensial seleksi sulit diukur, maka
nilainya dapat digunakan nilai intensitas
seleksi (i) (lihat tabel), yaitu difensial
seleksi dalam simpangan baku.
• Dengan demikian besarnya perubahan
genetik akibta seleksi menjadi
ΔG/generasi = h2 * (i) * σP.
ΔG/tahun = (h2 * (i) * σP.)/I
• Laju perbaikan genetik akibat seleksi per
generasi tergantung pada 1) kecermatan
seleksi, 2) intensitas seleksi dan 3) keragaman
genetik sifat yang diamati. Perbaikan genetik per
tahun dipengaruhi oleh tiga faktor di atas dibagi
dengan interval generasi.
• Taksiran rata-rata nilai pemuliaan untuk
generasi berikutnya adalah :
• h2 dapat dianggap sebagai koefisien regresi nilai
pemuliaan terhadap nilai fenotipe (bGP),
sehingga taksiran nilai pemuliaan menjadi:
, karena
=>
Contoh 1
• Suatu seleksi untuk meningkatkan bobot badan sapi potong
didasarkan penampilan individu.
• Misalkan rataan bobot sapi umur 20 bulan sebelum dilakukan
seleksi: 200 20 kg. Jumlah jantan 100 dan betina 2500 ekor
h2 = 0,40.
Laju reproduksi 100%, tiap betina melahirkan setiap tahun (tidak
ada kematian, dan perkawinan secara alami).
Perbandingan ♂ : ♀ = 1 : 25.
Sapi ♂ menghasilkan anak pertama umur 3 tahun dan digunakan
2 tahun (interval generasi 3,5 tahun), sementara betina
melahirkan pertama umur 3 tahun dan digunakan hingga
menghasilkan 4 anak (interval generasi ♀ 4,5 tahun).
4% anak jantan dipertahankan sebagai pengganti (i = 2,15) dan
50% anak betina dijadikan pengganti induk (i = 0,80).
Tentukan kemajuan genetik yang dicapai per tahun.
Jawab
• Kemajuan Genetik:
2 2
G [( h (i ) ) ( h (iB ) P )] / 2
J P
Thn ( I J 1 I B1 ) / 2
[0,40(2,15 x 20) 0,40(0,80 x 20)] / 2
2.95kg
(3,5 4,5) / 2
Jawab:
• Jumlah pejantan tersingkir = 0,2 x 100 = 20 ekor/thn
• Jumlah induk tersingkir = 0,2 x 2000 = 400 ekor/thn
• Panen Pedet:
Untuk 80% adalah: 0,8 x 2000 = 1600 ekor, terdiri atas 800 ♂ dan 800 ♀.
Untuk 50% adalah 0,5 x 2000 = 1000 ekor, terdiri atas 500 ♂ dan 500 ♀.
• Persentase pedet terpilih:
Untuk 80% adalah: Jantan = 20/800 x 100 % = 2,5%, maka i = 2,338
Betina = 400/800 x 100% = 50,00%, maka i = 0,798,
i rataan ♀ dan ♂ = 1,568
Simulasi Pola Pengembangbiakan Ternak dengan
Model Lama Penggunaan Pejantan yang Berbeda
Umur
Inten Inter
sitas val
Model R/y
(3) (4) (5) (6) (7) Selek Gere-
si rasi
100 - - - -
1 1,223 4,00 2,201
400 400 400 400 400
50 50 - - -
2 1,383 4,25 2,343
400 400 400 400 400
33 33 33 - -
3 1,469 4,50 2,350
400 400 400 400 400
25 25 25 25 -
4 1,524 4,75 2,310
400 400 400 400 400
20 20 20 20 20
5 1,563 5,00 2,251
400 400 400 400 400
Tabel Jumlah Ternak Terseleksi dan Intensitas Seleksi (i)
% Ter- (i) % Ter- (i) % Ter- (i) % Ter- (i) % Ter- (i)
seleksi seleksi seleksi seleksi seleksi
0.0 0.000 8.0 1.858 31.0 1.138 56.0 0.704 81.0 0.335
0.2 3.170 8.5 1.831 32.0 1.118 57.0 0.698 82.0 0.320
0.4 2.962 9.0 1.804 33.0 1.097 58.0 0.674 83.0 0.305
0.6 2.834 9.5 1.799 34.0 1.078 59.0 0.659 84.0 0.290
0.8 2.740 10.0 1.755 35.0 1.058 60.0 0.644 85.0 0.274
1.0 2.665 11.0 1.709 36.0 1.039 61.0 0.629 86.0 0.259
1.2 2.603 12.0 1.667 37.0 1.020 62.0 0.614 87.0 0.243
1.4 2.549 13.0 1.627 38.0 1.002 63.0 0.599 88.0 0.227
1.6 2.502 14.0 1.590 39.0 0.984 64.0 0.585 89.0 0.211
1.8 2.459 15.0 1.554 40.0 0.996 65.0 0.570 90.0 0.180
2.0 2.421 16.0 1.521 41.0 0.948 66.0 0.555 91.0 0.178
2.2 2.386 17.0 1.489 42.0 0.931 67.0 0.541 92.0 0.162
2.4 2.353 18.0 1.458 43.0 0.913 68.0 0.526 93.0 0.114
2.6 2.323 19.0 1.428 44.0 0.896 69.0 0.511 94.0 0.127
2.8 2.295 20.0 1.400 45.0 0.880 70.0 0.497 94.5 0.118
3.0 2.268 21.0 1.372 46.0 0.863 71.0 0.482 95.0 0.109
3.5 2.208 22.0 1.346 47.0 0.846 72.0 0.468 95.5 0.099
4.0 2.154 23.0 1.320 48.0 0.830 73.0 0.453 96.0 0.099
4.5 2.106 24.0 1.295 49.0 0.814 74.0 0.438 96.5 0.080
5.0 2.063 25.0 1.271 50.0 0.798 75.0 0.424 97.0 0.070
5.5 2.023 26.0 1.248 51.0 0.782 76.0 0.409 97.5 0.060
6.0 1.985 27.0 1.225 52.0 0.766 77.0 0.394 98.0 0.049
6.5 1.951 28.0 1.202 53.0 0.751 78.0 0.380 98.5 0.038
7.0 1.918 29.0 1.180 54.0 0.735 79.0 0.365 99.0 0.027
7.5 1.887 30.0 1.159 55.0 0.730 80.0 0.350 99.5 0.015
Kasus I (Kelompok I)
• Suatu ranch sapi Bali terdiri atas 100 ♂ dan 1500 ♀ (induk). Rataan
bobot sapih populasi 70 8 kg dan h2 = 0,48. dan diasumsikan laju
reproduksi 70% dan tidak ada kematian anak.
• Induk digunakan 5 kali melahirkan dan umur pertama beranak 3 thn.
• Jika lama penggunakan pejantan bervariasi 1; 2; 3; 4 dan 5 tahun,
tentukan respon seleksi yang tertinggi.
Tugas Kelompok VI
• Suatu ranch sapi PO terdiri atas 60 ♂ dan 1800 ♀ (induk).
Rataan bobot sapih populasi 102 12 kg dan h2 = 0,45. dan
diasumsikan laju reproduksi 60% dab tidak ada kematian anak.
• Induk digunakan 5 kali melahirkan dan umur pertama beranak 3
tahun.
• Jika lama penggunakan pejantan bervariasi 1; 2; 3; 4 dan 5
tahun, tentukan respon seleksi yang tertinggi.
ANALISIS KEBUTUHAN DAN SUPLAY BIBIT
• Daerah Sulawesi Tenggara saat ini merupakan salah
satu daerah sumber sapi bibit dan sapi potong bagi
daerah lain.
• Pengiriman (suplai) ternak dari Sultra ke daerah lain
perlu dikendalikan agar terjadi keseimbangan antara
produksi dengan yang akan dikirim (diantarpulaukan).
• Untuk keperluan ini maka harus mengetahui informasi
mengenai 1) populasi ternak, 2) lama penggunaan
ternak, 3) pertumbuhan populasi alami, 4) struktur umur
ternak, 5) target peningkatan populasi per tahun, 6)
perbandingan sex, dan 7) tingkat kematian.
Contoh Kasus I
Misalkan keadaan sapi potong di Sulawesi Tenggara untuk
tahun 1997 adalah sbb:
•Populasi 289.143 ekor
•Target peningkatan populasi 5% per tahun
•Persentase induk 39,80%
•Perbandingan ♂ & ♀ 35.81 : 64.19
•% Kematian 5%
•Pertumbuhan alami 27%
•Penggunaan induk 6 tahun (umur 2-8) tahun
PS = Performans bapak
PD = Performans induk
= Rataan profornan populasi.
NP( S ) 1 h 2 ( PD P ) 1 h 2 ( PS P )
2 2
10 terbaik dari 25 individu yang ada, dapat dipilih dengan beberapa cara:
1.Berdasarkan seleksi individu, maka 10 terbaik akan terdiri atas A1 (4807), C1
(4644), E1 (4625), D1 (4600), C2 (4470), B1 (4406), A2 (4112), E2 (4050), D2
(3725) dan D3 (3711). Rataan adalah 4315
2.Berdasarkan seleksi antar keluarga, maka 10 terbaik akan dipilih keluarga A
dengan rataan 3674 (A1-A5) dan keluarga C dengan rataan 3632 (C1-C5).
Rataan adalah 3652
3.Berdasarkan seleksi didalam keluarga, maka 10 terbaik akan dipilih dua
terbaik setiap keluarga, yaitu A1 (4807), A2 (4112), B1 (4406), B2 (3120), C1
(4644), C2 (4470), D1 (4600), D2 (3725), E1 (4625) dan E2 (4050). Rataan
adalah 4256.
Seleksi Kolateral, Data Individu ikut
Dianalisis
h[1 ( n 1) R ] .
rG P 1 (n 1) R
[ n{1 ( n 1)t}] koefisien rgresi h(2F ) bG P h 2 [
(heritabilitas): 1 (n 1)t
NPGo hF2 x( P P) P
Contoh: Data produksi susu pada lima keluarga A, B, C, D, dan E terlihat tabel
di atas. Dengan heritabilitas produksi susu h2=0,25, tentukan Nilai
Pemuliaan kelurga di atas.
Jawab:
2 1 (4)(0,25)
P =3494 ; R = ¼ (saudara tiri) dan n = 5; maka h (0,25)[1 (4)(0,25)(0,25) ] 0,4
NPA = (0,4)(3674-3494)+3494=3566;
NPB = (0,4)(3114-3494)+3494=3341;
NPC = 3549;
NPD = 3502;
NPE = 3510.
Seleksi Kolateral, Data Individu tidak
Dianalisis
Koefisien korelasi (kekerabatannya) adalah :
.
rG P R' h [ n
1 ( n 1) t ], dengan t = Rh2.
2 nh 2 R '
h (F ) bG P [ 2
] , sehinga
1 ( n 1) Rh
nh 2 ' R '
NPGo [ 1 ( n 1) Rh 2
]x( P P) P
Jika saudara hubungan kolatera adalah kandung (fullsibs), maka R = ½, sehingga :
2 nh 2
h (F )
2 (n 1)h 2
2 nh 2
h (F )
4 ( n 1) h 2
SELEKSI PROGENI
(UJI KETURUNAN)
Efisiensi Uji Keturunan
• Interval generasi panjang
• Efektivitas tergantung pada:
1. Jumlah pejantan yang diuji
2. Jumlah progeni tiap pejantan yang
digunakan dan
3. Nilai h2.
Perlu diperhatikan dalam
melakukan uji keturunan
1. Sapi betina harus diacak terhadap pejantan yang dipakai
2. Ransum dan pemberiannya harus menurut patokan yang telah
ditentukan
3. Efek kandang atau tempat pemerliharaan pedet harus
dihilangkan, dengan cara acak misalnya
4. Semua kelompok pejantan dan progeninya diusahakan di
bawah kondisi faktor lingkungan, termasuk tempat, sesama
mungkin
5. Sapi betina diusahakan beranak dalam tahun dan musim yang
sama.
6. Sedapat mungkin mengikutsertakan seluruh keturunan yang
sehat
7. Sampai batas tertentu, makin banyak progeni yang
diikutsertakan, uji keturunan memberi penaksiran NP yang
makin cermat
Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan menggunakan Uji Keturunan diperoleh
kalau
1.Heritabilitas (h2) karakteristik rendah
2.Karakteristik Sex limited
Kerugian
1.Intensitas seleksi lebih rendah
2.Membutuhkan seleksi pendahuluan untuk memilih calon
pejantan yang akan diuji (biasanya menggunakan uji
performans atau direct pedigree selection)
3.Menaikkan jumlah calon yang akan diuji akan menurunkan
jumlah progeni per jantan ( fasilitas terbatas) —> berakibat
menaikkan intensitas seleksi tetapi menurunkan kecermatan
( rGP)
KEBIJAKAN PEMULIAAN TERNAK
DI INDONESIA
Tahapan penyusunan rancangan pemuliaan ternak
dapat dilakukan dalam beberapan, yaitu:
1.Tahap penentuan tujuan produksi, disesuaikan
dengan bentuk usaha (pembibitan atau komersial)
2.Inventarisasi dana, daya dan sarana
3.Perhitungan parameter-parameter genetik (h2,
ripitabilitas, korelasi genetik)
4.Penentuan cara-cara pemuliaan
5.Perhitungan kelayakan rancangan, yang dikaitkan
dengan aspek sosial, ekonomi dan iklim (SOSEKLIM)
6.Pelaksanaan, oleh pemerintah atau swasta.
Masalah dalam Penyusunan kebijakan
pengembangan pemuliaan ternak di Indonesia
1. Penentuan tujuan produksi dan bangsa ternak yang akan
dipergunakan
2. Cara peningkatan mutu genetik ternak lokal dan impor yang
digunakan
3. Cara pengembangan jumlah ternak bibit dan ternak produksi.
4. Penggolongan ternak berdasarkan produksinya, misalnya
untuk produksi daging/tenaga kerja, produksi susu dan
produksi telur yang mencakup berbagai jenis ternak yang
akan dikembangkan.
Faktor penting yang besar peranannya dalam menentukan
keberhasilan suatu program pemuliaan ternak adalah faktor
tipe/bentuk usaha, yang meliputi: (1) usaha komersial,
peternakan maju dan peternakan rakyat (small holder).
Perbedaan bentuk/tipe usaha tersebut menyebabkan
perbedaan pola pendekatan pemuliaan yang akan dilakukan.
Pemuliaan Sapi Potong
Tujuan pemuliaan sapi potong menghasilkan sapi bibit
untuk meningkatkan mutu genetik populasi sapi potong.
Bibit sapi potong (bakalan) adalah sapi muda jantan dan
betina yang dipelihara untuk menghasilkan sapi potong.
Sapi bibit adalah sapi yang memenuhi persyaratan
tertentu dan dibudiayakan dengan tujuan utama produksi
daging dan atau tenaga kerja.
Sapi (potong) bibit harus:
– Dihasilkan melalui seleksi dan atau persilangan
– Memenuhi standar ideal bibit sapi potong.
Program Pemuliaan Sapi Potong
Pada umumnya peternakan sapi potong di
Indonesia dibagi dalam bentuk:
•Tradisional intensif (seperti Jawa, Madura,
Bali, Mataran, dan beberaka kabupaten di
Sulsel)
•Tradisional ekstensif dan semi intensif
(sebagian besar Sulawesi, NTT, NTB dll).
Program Pemuliaan untuk Daerah
Tradisional Intensif
100%
Berapa besar komposisi Grading Up
gen bangsa ternak impor
dapat diterima?
100%
Ya
Apakan Heterosis Pemanfaatan
Penting? Heterosis
Pertimbangan :
1.Tentukan titik temu produksi dan adaptasi
2.Ukuran tubuh dengan kebutuhan pakan
3.Manfaatkan hetertosis atau genetik aditif
(pembetukan bangsa baru)
4.Tujuang jangka panjang atau jangka
pendek
Pertanyaan Sebelum Melakukan Persilangan
• Kebutuhan ternak impor, Ya/tidak?
• Jika Tidak, lakukan seleksi ternak lokal
• Jika Ya, bagsa ternak apa dan komposisi
gen yang dibutuhkan?
• Jika komposisi impor 100%, maka
kembangkan ternak impor murni pd
daerah tertentu dan seleksi (misalnya
ayam ras): final stock -- great grand
parent stok pure line
Atau grading up.
Pertanyaan Sebelum Melakukan Persilangan …
• Bila faktor heterosis penting bentuk silangan F1 atau
silang balik (BI), yg diikuti seleksi.
• Jika yang dituju F1, kedua bangsa murninya harus
dipertahankan. Misalnya adalah misahiya persilangan
sapi Brahman dengan sapi Hereford dan Angus, yang
menghasilkan sapi Braford dan Brangus di Amerika
• Bila heterosis kurang penting begitu pula silangan F1
maupun BI, bentuk bangsa baru, dengan komposisi
gen bangsa lokal 25%, 50%, 62,5% atau 75% dst,
tergantung kondisi setempat. Pembentukan bangsa
baru tidak akan berhasil bila tidak diikuti dengan
perbaikan pakan dan pengelolaannya.
• Lihat Bagan alur jalannya pemikiran
VILLAGE BREEDING
CENTER
LATAR BELAKANG
Pengembangan perbibitan merupakan langkah
strategis untuk pemenuhan kebutuhan bibit ternak
di dalam negeri, sekaligus mengurangi bibit impor.
Dalam rangka pengembangan pembibitan ternak,
diperlukan dukungan sumberdaya
Salah satu program pembibitan adalah membentuk
kelompok peternak pembibit yang dilakukan oleh
para peternak serta memberikan apresiasi harga
bibit ternak yang lebih baik.
• Salah satu langkah strategis untuk adalah dengan
membentuk, membina dan mengembangkan
pembibitan ternak rakyat (Village Breeding Centre
atau VBC)
TUJUAN VBC
a. Terbentuk dan berkembangnya kelembagaan
perbibitan ternak di VBC;
b. Tercapainya perbaikan mutu bibit ternak yang
memenuhi persyaratan teknis minimal (PTM)
yang telah ditetapkan;
c. Tersedianya bibit ternak yang berkelanjutan;
d. Terapresiasinya harga bibit ternak yang lebih
baik;
e. Berkembangnya kelompok peternak pembibit;
f. Pelestarian sumberdaya genetik ternak dan
pengembangan ternak potensial unggulan
daerah.
PEMILIHAN LOKASI VBC
a. tidak bertentangan dengan rencana umum tata
ruang (RUTR) dan rencana detail tata ruang
daerah (RDTRD) setempat;
b. merupakan daerah padat ternak dan atau daerah
pengembangan ternak disuatu wilayah yang
memiliki potensi sumber daya alam, sumber
daya manusia dan sosial budaya untuk
mendukung penyediaan bibit bermutu;
c. lokasi mudah dijangkau, terkonsentrasi dalam
satu kawasan sehingga mutasi ternak dapat
dikendalikan;
d. tersedia sarana dan prasarana perbibitan dan
petugas teknis peternakan
PEMILIHAN PETERNAK DAN
KELOMPOK PETERNAK VBC
a. Memiliki ternak yang akan
diikutkan dalam program VBC;
b. Bersedia mengikuti petunjuk
teknis VBC;
c. Bersedia membentuk kelompok
peternak pembibit
PEMILIHAN TERNAK
a. Mengkaji data primer dan sekunder populasi ternak
dari sensus pertanian dan atau survey lainnya guna
memperoleh gambaran tentang potensi ternak di
calon lokasi VBC;
b. Pengisian kuesioner bibit ternak guna memperoleh
informasi data individu ternak dari masing-masing
peternak dengan mengunakan formulir seperti
tercantum pada lampiran-2, petunjuk teknis ini.
c. Pendaftaran bibit ternak yang akan diikutsertakan
dalam rangka pembentukan populasi dasar dan atau
populasi inti;
d. Rekording ternak meliputi : nomor identitas,
rumpun, umur, jenis kelamin, silsilah/asal usul
ternak dan performansnya.
PROGRAM PEMBIBITAN
TERNAK
• Program pemuliaan di VBC
dilaksanakan dengan pendekatan
”program pemuliaan inti terbuka”
(Open Nucleus Breeding Scheme)
dan ”program pemuliaan Inti
tertutup” (Close Nucleus
Breeding Scheme).
MEKANISME PEMBIBITAN
1.
TERNAK
Populasi dasar dibentuk dengan cara melakukan seleksi
bibit ternak yang dimiliki oleh rakyat yang paling rendah
memenuhi PTM oleh peternak/ kelompok peternak bersama
petugas.
2. Didalam populasi dasar diatur perkawinannya untuk
mendapatkan keturunan yang berkualitas. Selanjutnya
dilakukan seleksi berkelanjutan oleh peternak/kelompok
peternak bersama petugas untuk membentuk populasi inti.
3. Populasi inti dibentuk dengan cara melakukan seleksi bibit
ternak yang berasal dari populasi dasar dan atau populasi
inti.
4. Didalam populasi inti diatur perkawinannya oleh UPT/UPTD/
kelompok mandiri/ swasta untuk menghasilkan pejantan
unggul yang akan digunakan untuk memproduksi semen
beku di BBIB/BIB/BIB-D dan kawin alam
ASPEK PEMULIAAN
1. Ternak yang dipilih adalah calon induk / induk
yang diketahui asal usulnya dan diberi nomor /
tanda pada kuping (ear tag).
2. Jumlah ternak induk yang terpilih minimal 100
ekor.
3. Pencatatan
a. nama dan alamat peternak
b. induk meliputi :
1) identitas : rumpun, nomor eartag, tanggal
lahir (umur), silsilah, BB, TG, PB dan LD
2) perkawinan (tanggal, pejantan, I B/Alam/ET,
tgl melahirkan, UPB).
3) kesehatan ternak.
ASPEK PEMULIAAN
3. Pencatatan..
c. anak meliputi :
1)tgl lahir, BL, sex, nomor ear tag, silsilah.
2)berat sapih (umur 6-8 bulan) di
standarisasi pada umur 205 hari).
3)performans umur 1 tahun: BB (umur 11-13
bulan di standarisasi pada umur 365 hari),
TG, PB, LD, Lingkar scrotum.
4)kesehatan ternak.
ASPEK PEMULIAAN
4. Seleksi
Seleksi dilaksanakan berdasar
analisa hasil catatan/rekording.
Ternak yang dipilih adalah ternak
yang memiliki data prestasi diatas rata-
rata kelompoknya.
Penilaian BB dapat dilakukan dengan
penimbangan secara langsung atau
dengan taksiran menggunakan rumus :
ASPEK PEMULIAAN
4. Seleksi....
Rumus Takriran Bobot Badan
ASPEK PEMULIAAN
4. Seleksi....
• Hasil penimbangan ternak, setelah dilakukan
analisa maka dapat dijaring dan dikelompokkan.
• Untuk ♂ berdasarkan ranking performans dibagi
menjadi :
kelas A = 10% terbaik utuk replacment bagi
BIB/BIBD
kelas B = 10%-30% dan kelas C = 30%-50% untuk
bibit dasar untuk kawin alam yang dijangkau IB
• anak ♂ tidak terpilih diafkir
• anak ♀ hasil seleksi dimanfaatkan untuk
pengembangan di lokasi tersebut.
MEKANISME PEMBIBITAN TERNAK
RAKYAT