ACHMAD SETIYONO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga makalah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam makalah yang dilakukan berdasarkan hasil pembelajaran fisiologi
reproduksi, dengan judul seleksi, deteksi estrus, teknik inseminasi buatan, efisiensi
reproduksi, sistem pencatatan pada sapi, kerbau, kambing dan domba.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Hidayat Pawitan dan
Bapak Drs Bambang Dwi Dasanto selaku pembimbing, serta Bapak Dr Ir Rizaldi
Boer yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Bapak Nuryadi dari Badan Meteorologi dan Geofisika, Ibu Ir.
Emmy Sudirman beserta staf Stasiun Klimatologi Klas I Darmaga, serta Bapak Ir.
Husni beserta staf Unit Pelaksana Teknik Hujan Buatan, Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala
doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Achmad Setiyono
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
1 PENDAHULUAN Error! Bookmark not defined.
Latar Belakang Error! Bookmark not defined.
Perumusan Masalah Error! Bookmark not defined.
Tujuan Penelitian Error! Bookmark not defined.
Manfaat Penelitian Error! Bookmark not defined.
Ruang Lingkup Makalah Error! Bookmark not defined.
4 TEKNIK INSEMINASI TERNAK Error! Bookmark not defined.
Inseminasi Buatan Error! Bookmark not defined.
Syarat Inseminasi Buatan Error! Bookmark not defined.
Teknik Inseminasi Buatan Error! Bookmark not defined.
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Error! Bookmark not defined.
Faktor-Faktor Inseminasi Buatan Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR
1 Diameter bunga krisan cv. Red Granada () dan Gold van Langen ()pada
beberapa tingkat naungan Error! Bookmark not defined.™˜
2 Styleyang tersedia pada templat Error! Bookmark not defined.
3 Opsi pembuatan bagian Daftar Isi Error! Bookmark not defined.
4 Membuattext box Error! Bookmark not defined.
5 JendelaLayout Error! Bookmark not defined.
6 PilihTop and Bottompada jendelaText WrappingError! Bookmark not
defined.
7 Jendela untuk memasukkan judul ilustrasi Error! Bookmark not defined.
8 Jendela pembuatan Daftar Gambar, Tabel, dan LampiranError! Bookmark
not defined.
9 Menu untuk memasukkanpage break Error! Bookmark not defined.
10 Contoh gambar yang memiliki lebar kurang dari 10 cmError! Bookmark
not defined.
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata dan simpangan baku beberapa sifat físik dan kimia tanah
dari78 contoh tanah di Kebun Percobaan CiheuleutError! Bookmark
not defined.
2 Umur, indeks luas daun, dan hasil biji kering jagung yang ditanam
padalima ketinggian tempat Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sapi dan Kerbau merupakan ternak ruminansia besar yang potensial untuk
dikembangkan di Indonesia (Blakely dan Bade, 1991; Fahimmudin, 1975).
Perkawinan merupakan salah satu upaya ternak untuk melakukan
perkembangbiakan. Perkawainan dapat dilakukan dengan cara alamiah dan buatan.
Perkawinan alami mempunyai banyak kekurangan yang salah satunya adalah perlu
adanya pemeliharaan pejantan dimana pemeliharaan pejantan memerlukan biaya
yang mahal. Perkawinan buatan dapat menjadi salah satu solusi efisiensi
reproduksi, untuk mendapatkan satu ekor anak tidak perlu memerlukan biaya yang
banyak dan satu pejantan dapat mengawini 300 betina melalui inseminasi buatan.
Inseminasi buatan merupakan program yang telah dikenal oleh peternak
sebagai teknologi reproduksi ternak yang efektif (Susilawati, 2011). Pada masa kini
manusia telah mengembangkan inseminasi buatan dan menggunakan secara meluas
di seluruh dunia. Apabila dahulu-nya perbandingan jantan-betina hampir sama dan
interval antara ejakulasi dan inseminasi cukup singkat dan tidak perlu terjadi kontak
langsung antara kedua jenis kelamin. Bahkan dengan semen beku, pejantan dan
betina mungkin tidak hidup tempat dan waktu yang bersamaan (Toelihere 1981b).
Inseminasi sebagai teknologi merupakan suatu rangkaian proses yang terencana dan
terprogram karena akan menyangkut kualitas genetik terknak dan meningkatkan
populasi sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang baik dimasa
yang akan datang (Kartasudjaja, 2001; Widjaja et al. 2017).
Teknik atau metode inseminasi Buatan ada 2 macam yaitu Rektovaginal dan
transservikal. Pada sapi adalah dengan menggunakan metode rectovaginal yaitu
tangan dimasukkan kedalam rectum kemudian memegang bagian servik yang
paling mudah diindentifikasi karena mempunyai anatomi keras, kemudian
insemination gun dimasukkan melalui vulva, ke vagina hingga bagian servik.
Sedangkan pada babi, kambing dan domba adalah dengan metode traservikal. Pada
kambing dan domba dapat menggunkana spikulum untuk melihat posisi servik,
kemudian insemination gun dimasukkan hingga mencapai servik, sedangkan pada
babi menggunakan cattether dan dimasukkan hingga kedalam uterus (susilawati
2013).
Keberhasilan kebuntingan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor
dominan adalah posisi deposisi semen dalam saluran reproduksi ternak (Selk, 2007;
Susilawati, 2011). Keberhasilan program inseminasi buatan dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain ternakbetina itu sendiri, ketrampilan inseminator dalam
mendoposisikan semen ketepan waktu inseminasi buatan, deteksi estrus, handling
semen dan kualitas semen terutama motilitas pasca thawing atau post thawing
motiliy (PTM)
Rumusan Masalah
Tujuan Makalah
Manfaat
Tujuan inseminai buatan pada sapi dan kerbau yaitu memperbaiki mutu
genetik, tidak mengharuskan pejantan unggul sapi dan kerbau dibawa ke tempat
yang dibutuhkan sehingga bisa mengurangi biaya, mengoptimalkan penggunaan
bibit pejantan unggul sapi dan kerbau secara lebih luas dalam jangka waktu yang
lebih lama, meningkatkan angka kelahiran sapi dan kerbau dengan cepat dan teratur
serta mencegah penularan atau penyebaran penyakit kelamin (Feradis 2010).
Kekurangan IB jika tidak dikelola dengan baik adalah bila seleksi pejantan
salah maka bisa menyebarkan sifat jelek, membutuhkan keterampilan yang tinggi
(dari Balai Inseminasi Buatan, penyimpanan selama transport, Inseminator juga
peternaknya), bisa menghilangkan sifat bangsa lokal dalam waktu yang cepat
(Susilawati 2013).
Inseminasi buatan memiliki beberapa kekurangan berdasarkan yang
dikemukakan oleh Feradis (2010) yaitu
1. memerlukan pelaksanaan yang terlatih baik dan terampil untuk
mengawasi atau melaksanakan penampungan, penilaiaan, pengenceran,
pembekuan semen dan inseminasi pada hewan betina untuk mencegah
penyebaran penyakit- penyakit kelamin menular seperti brucellosis,
vibriosis, trichomoniasis serta menimbulakan kerugian banyak kelompok
ternak. Apabila prosedur inseminasi buatan tidak dilakukan dengan wajar,
maka akan mengakibatkan efisiensi reproduksi yang rendah. Hal ini bisa
terjadi pula pada kelompok atau peternak yang tidak memperhatikan
birahi, dan inseminator tidak menginseminasi tepat waktu sehingga tidak
akan mengalami kebuntingan. Perlu dibuat pencatatan yang lengkap.
Inseminator yang ceroboh dapat merupakan faktor penyebab penularan
penyakit kelamin menular dari satu peternakan ke peternakan lain.
2. Kemungkinan besar IB merupakan alat penyebar abnormalitas genetik
seperti pada sapi, ovaria yang cystic, konformasi tubuh yang buruk,
terutama pada kaki- kakinya dan kekurangan libido.
3. Peternak tidak dapat memilih pejantan yang dikehendaki apabila
persediaan pejantan unggul terbatas. Penggunaan seekor pejantan terus-
menerus memungkinkan terjadinya perkawinan sedrah (inbreeding) yang
merugikan.
4. Kesulitan terjadi pada proses kelahiran (distokia), apabila semen beku
yang digunakan berasal dari pejantan breed/turunan besar dan
diiseminasikan melalui sapi betina keturunan/breed kecil.
5. Menyebabkan menurunnya sifat- sifat genetik yang jelek apabila pejantan
donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik.
6. IB masih diragukan manfaatnya dalam mengatasi semua infeksi atau
abnormalitas saluran kelamin betina, meskipun jarang terjadi.
7. Inseminasi intrauterine pada sapi yang bunting dapat menyebabkan
abortus.
8. IB tidak dapat digunakan dengan baik pada semua jenis hewan. Pada
beberapa spesies masih harus dilakukan banyak penelitian sebelum IB
dapat dipakai secara praktis
umur pertama kali kawin pada sapi perah sebaiknya usia 15-18 bulan,
tergantung berat badannya, sehingga diharapkan pada usia 24-27 bulan telah
beranak yang pertaman kalinya. Pada sapi potong, kawing pertama diharapkan pada
umur 18-22 bulan dan diharapkan pada umur 27-31 bulan sudah beranak yang
pertama kalinya. Pada perkawinan yang pertama kalinya sebaiknya dilakukan IB
dengan semen beku dari jenis sapi yang sama, jangan dilakukan kawin crossing
dengan pejantan yang relatif besar tubuhnya untuk menghindari kesulita beranak.
Untuk mendapatkan keuntunfan yang lebih baik sebaiknya perkawinan/IB
dilakukan dengan jenis sapi yang sama demi kelestarian sapi plasma nuflah (Ismaya
2014)
Kerbau-kerbau di Amerika Serikat ertama kali beranak pada umur 24-36
bulan (Ligda 1997;Ismaya 2014). Kerbau di Brazil dewasa pada umur 2 tahun dan
beranak pertama pada umur 3 tahun, perkawinan dilakukan dengan inseminasi
buatan dan menghasilkan service per conception 1,5 sampai 1,8 dan dengan calving
rate 80%. (Ismaya 2014)
berahi pertama sesudah beranak (firsh oestrus after calving atau postpartum
oestrus) pada kerbau-kerbau bervariasi antara 90-300 hari dengan rata-rata 179,32
hari, yang berahi hingga 120 hari, sejak beranak ada 36,36%, 47,73% dalam waktu
121 hinggan 240 hari dan 15,91% antara 241-300 hari (Alam dan Ghosh 1993;
Ismaya 2014)
Syarat Penjantan IB
IB pada betina dapat dilakukan apabila betina sudah memasuki pubertas dan
dewasa kelamin (Judi 2012). Dewasa kelamin pada kebanyakan spesies mendahului
dewasa tubuh, sehingga perkawinan sebaiknya menunggu hewan mencapai dewasa
tubuh saat organ reproduksi sudah benar-benar siap menghasilan keturuanan (Judi
2012). Betina yang telah mencapai umur pubertas sudah mampu menghasilkan
steroid (estradiol pada betina dan testoeteron pada jantan) dalam level cukup
didalam gonad, hewan akan memperlihatkan perilaku atau tanda seksual sehingga
periode pubertas dapat diamati (Judi 2012).
Peralatan IB
Metode inseminasi buatan pada sapi yang paling baik digunakan adalah
metode spekulum (vaginoskop) dan metode rektovaginal (Winters 1954). Metode
vaginoskop adalah metode yang sudah digunakan sejak dahulu dan sekarang tidak
dipergunakan. Metode vaginoskop digunakan dengan bantuan lampu yang terdapat
di ujung vaginoskop dan menerangi serviks dan dengan suatu pipet inseminasi
terdiri dari gelas atau plastik yang cukup panjang, semen dideposisikan ke dalam
pangkal serviks. Inseminasi dengan metode vaginoskop mudah dan tidak
memerlukan keterampilan khusus tetapi mempunyai banyak kekurangan. Salah satu
kekurangannya adalah spekulum dan vaginoskop harus dibersikan dan diseterilkan
dahulu sesudah melakukan inseminasi. Hal ini penting untuk mencegah penularan
penyakit dari satu ke lain betina. Pencucian dan sterilisasi di lapangan atau
dikandang atau mempunyai cukup suplai spekula yang bersuh dan steril. Tenty saja
hal ini tidak praktis dan majal. Kekurangan lain adalah angka konsepsi jauh lebih
rendah dari pada teknik rektovaginal. Angka konsepsi metode vaginoskop adalah
5-10 persen lebih rendah dari pada metode rektovaginal (Toelihere 1981b).
Teknik inseminasi buatan terbagi menjadi Intra Uterin (Sapi, Domba, Babi,
Kuda), Intra Vaginal (Anjing), Intra Cervical (Domba), Trans Cervical I. (Anjing,
Domba), Laparaskopi (Domba, Kambing dll) dan Laparotomi (I.U).
Berdasarkan letak penyemprotan/deposisi sperma di dalam kelamin betina,
teknik IB pada sapi dan kerbau dapat dibagi menjadi inseminasi vagina (vaginal
insemination), inseminasi serviks (cervical insemination), inseminasi rekto servix
(rektocervival atau rectovaginal insemination) dan intrauterin (intrauterine
insemination). Keempat teknik tersebut sangat berbeda dalam hal letak deposisi
sperma, jumlah sel sperma yang diinseminasikan dan angka kebuntingan
(conception rate) yang diperolehnya, di samping peralatan yang digunakan dan
keterampilan yang diperlukan (Ismaya 2014)
Penempatan air mani di dalam vagina, sesuai dengan kawin secara alamiah,
merupakan teknik inseminasi buatan ynag pertma dijalankan. Cara ini sangat
sederhana dan mudah sekali dilaksanakan dengan menggunakan alat suntikan atau
penyemprot yang dihubungkan dengan pembuluh inseminasi sepanjang 40 cm. satu
hal yang penting sekali diperhatikan untuk melaksanakan inseminasi buatan di
dalam vagina dengan menggunakan pipa-pipa dari gelas, plastik, atau logam
dengan diameter kecil ialah pada waktu memasukkannya ujung pipa itu supaya
ditekankan kearah dorsal maksudnya supaya pipa tadi tidak masuk kedalam
diverticulum sub-urethralis (kantung buntu di lantai vagina) atau urethra (Salisburi
1985). Teknik ini tentu saja mudah dilakukan, tetapi hasilnya kurang baik dan
memerlukan sperma yang lebih banyak dari pada cara yang lain. Sebagai contoh,
dengan teknik ini diperlukan 4 ml sperma (undiluted). Namun apabila
dideposisikkan dilakukan di bagian cervix cukup diperlukan 0,2 ml dengan angka
kebuntingan (conception rate) lebih baik. vaginal insemination saat ini sudah
ditinggalkan karena teknik ini tidak efisien dan hasilnya kurang baik. namun
demikian, teknik ini masih sering dipakai pada ternak domba dan kambing.
Penggunaan spekulum sulit dilakukan karena vagina relatif kecil jika dibandingk
besar spekulum, sehingga perlu modifikasi spekulum yang disesuaikan dengan
ternak lokal. Deposisi sperma dengan cara ini disemprotkan di bagian akhir vagina
atau didepan pangkal servix (Ismaya 2014).
Teknik inseminasi dalam vagina pada waktu sekarang telah diganti dengan
cara-cara yang modern. Hal ini disebabkan karena cara vaginal memerlukan jumlah
air mani yang cukup besar, sedangkan inseminasi di dalam cervix atau uterus cukup
dengan menggunakan dengan menggunakan sedikit air mani. Salah satu laporan
mengatakan bahwa :
1. 0.2 cc air mani yang tidak diencerkan yang disemprotkan ke dalam cervix
sama efektifnya dengan 4 cc air mani yang disemprotkan di dalam vagina.
2. Perbandingan antara 1-4 cc air manu yang diinseminasikan di dalam vagina
dengan 0.5-1 cc air mani yang sama yang disemprotkan di dalam cervix,
menunjukkan bahwa 20 ekor sapi-sapi yang diinseminasikan didalam
vagina hanya 25% menjadi bunting , sedangkan 65% dari 20 inseminasi
didalam cervix berhasil menjadi bunting
3. Selain daripada itu 2 cc air mani yang dimasukkan di dalam kapsel gelatin
dan ditempatkan di bagian terdepan vagina memiliki hasil yang sama
dengan penempatan air mani di dalam cervix dengan menggunakan
penyemprotkan dan pipa inseminasi (Salisburi 1985).
Meskipun data pembanding antara hasil inseminasi di dalam vagina
dibandingkan dengan data inseminasi dengan penyemproan air mani di tempat
terbatas, tetapi yang jelas bahwa penggunaan air mani harus banyak, bila kita
mengadakan inseminasi di dalam vagina. Banyak pengalaman para teknisi yang tak
tertulis bahwa inseminasi dalam vagina tidak menguntungkan dan menurunkan
konsepsi. Ini disebabkan karena air mani encer yang terpakai dan memiliki
konsentrasi spermatozoa lebih rendah daipada air mani kental dan banyak
spermatozoa mati sebelum masuk ke dalam uterus (Salisburi 1985).
Inseminasi buatan pada sapi dengan menggunakan metode gelas spekulum
(gelas pipa sederhana diameter 1 ½ inch dan panjang 12-14 inch serta dibagian
unjung spekulum tidak tajam) yang diolesi dengan menggunakan mineral oil,
vaseline atau glicerine-gun tragacanth jelly dan dimasukkan kedalam vagina.
Spekulum dibantu dengan menggunakan head lamp atau fountain-pen-tyoe
flashlight untuk mencari letak cervix dan membuka spekulum sesudah bertempat
sebelah kanan dari cervix (Winters 1954).
Gambar. Cow cervix as observed though speculum (a) Spekulum; (b) cervix
(Winters 1954).
Deteksi estrus yang tepat adalah kunci utama keberhasilan Inseminasi Buatan,
Selanjutnya adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan inseminasi buatan itu sendiri
dilaksanakan.
Waktu perkawinan yang baik, yaitu pada saat induk diam mau dikawini atau
saat induk sedang menunjukkan gejala berahi yang jelas, misalnya vulva bengkak,
merah dan mengeluarkan cairan putih bening dari vulvanya. Perkawinan prinsipnya
dilakukan sebelum terjadi ovulasi. Biasanya ovulasi terjadi 10-12 jam setelah berahi
terakhir atau 30 jam sejak timbulnya berahi pada sapu dan 32 jampada kerbau. Oleh
karena itu perkawinan sebaiknya dilakukan pada pertengahan berhi sampai akhi
berahi (Ismaya 2014)
Sebelum melaksanakan IB, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan mengenai
kesehatan ternak secara umum dan kondisi alat kelamin betina. Harus diyakinkan
bahwa sapi yang akan diinseminasi tidak dalam keadaan bunting, karena sapi
bunting juga sering menunjukkan gejala-gejala estrus (meskipun palsu). Sapi yang
menderita gejala nymphomania (minta kawin terus-menerus) juga harus menjadi
perhatian. Pemeriksaan dilaksanakan secara umum saja yaitu dengan melihat
(inspeksi) dan menyentuh (palpasi) (Ihsan 2010)
Pada waktu pelaksanaan IB ternak harus dalam keadaan estrus, karena pada
waktu itu liang leher Rahim (servix) pada posisi terbuka, kemungkinan terjadinya
konsepsi (kebuntingan) bila di inseminasi pada periode-periode tertentu dari estrus
dengan perkiraan tersaji pada tabel 1 (Ihsan 2010)
Tabel Kemungkinan terjadinya konsepsi (kebuntingan) bila di IB pada
periode tertentu
Periode Estrus Angka konsepsi (%)
Permulaan estrus 44
Pertengahan estrus 83
Akhir estrus 75
6 jam sesudah estrus 62,5
12 jam sesudah estrus 32,5
18 jam sesudah estrus 28
24 jam sesudah estrus 12
Sumber: (Ihsan 2010)
Gambar. Waktu Inseminasi Buatan pada Sapi (Ball dan Peters 2004)
Jumlah air yang diperlakukan tergantung pada alat inseminasi yang dipakai,
kemudahan dan kesederhanaan cara pelaksanaan inseminasi dengan menggunakan
jumlah air mani yang banyak maupun sedikit. Untuk memastikan bahwa jumlah air
mani yang sedikit itu dapat diinseminasikan di tempat yang diinginkan dan
memenuhi persyaratan, janganlah mempergunakan air mani yang diencerkan
kurang dari 1 cc, karena kesulitan akan timbul (yaitu bahwa sejumlah air mani dapat
melekat pada alat-alat inseminasi. 2 cc air mani encer untuk inseminasi akan
berhasil lebih baik daripada penggunaan jumlah air mani encer yang lebih seedikit.
Tidak ada perbedaan fertilitas yang nyata bila diinseminasi dengan jumlah air mani
encer yang berkisar antara 0,25 cc sapi sampai 2,0 cc, asal berisi jumlah
spermatozoa yang cukup (Salisburi 1985).
Posisi Inseminasi Buatan
a. Lihat ekor dan bagian atas pantat sapi, bila diatas ekor terdapat luka atau
kotoran, kemungkinan sapi tersebut dinaiki oleh sapi yang lain (jantan atau
betina), ini merupakan tanda-tanda estrus.
b. Lihat vulva, apakan ada lendir yang keluar dan menggantung. Bila lendir
yang keluar transparan maka ini adalah tanda-tanda estrus.. jika lender
tersebut bernanah atau kotor maka kemungkinan besar adalah gejala
infeksi
c. Melihat atau mengecek apakan ada luka di vulva dan vagina
2. Siapkan Alat dan Bahan
Siapkan alat dan bahan inseminasi, dan pastikan peralatan IB dalam keadaan steril.
b. Angkat canister setinggi leher sampat goblet terlihat, segera ambil straw
dan pengambilan straw harus dilakukan dengan cepat kira-kira 5detik
1. Tarik pistolet sekitar 15 cm dan tahan dengan jari manis tangan kiri
1. Straw yang sudah terambil segera direndam ke dalam beaker glass yang berisi
air hangat dengan suhu 37-380C selama 15-390 detik dengan posisi sumbat
abrik dibagian bawah
2. Straw diangkat dengan menggunakan pinset dan dikeringkan dengan tisu
1. Pasang sarung tangan pada salah satu tangan dan olesi dengan pelicin
secukupnya.
2. Pistolet yang sudah siap untuk inseminasi dibawa dengan cara digigit
dengan ujung mengarah kekanan.
3. Vulva (externa genetial) dibersihkan dari kotoran dan urin dengan
menggunakan alkohol dan dikeringkan menggunakan tissue
4. Bentuk jari-jari tangan kiri seperti kerucut (stream-line) dan dengan
perlahan-lahan dimasukkan ke dalam rektum dengan gerakan memutar.
5. Pergelangan tangan dalam rectum menekan ke bawah agar bibir vulva
mudah dimasuki ujung gun saat memasuki vagina (Selesai tahap ini berhenti
sebentar sehingga anus dapat relaks dan tangan mudah masuk. Hindari
keributan dan gerakan kasar yang dapat menyebabkan stres pada sapi betina.
Penanganan yang kasar dapat menyebabkan pengeluaran hormon adrenalin
yang dapat mempengaruhi CR (bila terdapat feses di dalam rektum,
keluarkan feses terlebih dahulu (Salisburi 1985)).
6. Segera bersihkan vulva dari urin, feses dan pelican dengan lap kertas dengan
menggunakan tissue.
7. Lewatkan ujung pistolet melalui vulva, vagina menuju seviks sampai pada
posisi tertentu (Posisi 1, 2, 3 dan 4).
8. Pergelangan tangan dalam rektum menekan ke bawah agar bibir vulva
mudahdimasuki ujung gun saat memasuki vagina
9. Masukkan gun sepanjang vulva dan vagina dengan ujung gun melekat pada
bagian atas menyentuh tangan.
10. Semprotkan semen secara perlahan-lahan sambil pistolet ditarik ke
belakang, supaya semen tidak mengumpul (semprotkan 2/3 bagian semen
di depan uterus dan ambil menarik gun hingga ujungnya berjarak 1 cm di
belakang uterus semprotkan sisa semen di belakang straw.
11. Keluarkan pistolet dari dalam vulva dan tangan dari rektum secara hati-hati
12. Lepaskan plastik sheet, hindarkan kontaminasi pada pistolet dan setelah
dibersihkan pistolet tersebut segera disimpan.
Gambar1 alat-alat IB dan posisi tangan inseminator saat melakukan IB (1) straw,
(2) pipit inseminasi (3) tangan kiri inseminator masuk kerektum lalu memegang
servix
6. Menarik tangan dari rektum secara pelan-pelan dan PI keluar jika sudah selesai
IB pada kerbau betina.
Ujung PI di samping servix Ujung PI tepat dilubang servix
A B
Ujung PI masuk di midservix Ujung PI telah masuk ke korpus uteri
(ujung telunjuk dapat merasakan)
C D
Inseminasi Intra Servix (Cervical Insemination)
Simpulan
Simpulan merupakan jawaban dari tujuan yang sudah ditentukan dan tidak
dimaksudkan sebagai ringkasan hasil. Dalam Simpulan, penulis harus dan hanya
menjawab masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan pada Pendahuluan.
Simpulan merupakan generalisasi dari hasil penelitian dan argumentasi penulis,
atau pernyataan singkat yang merupakan hakikat dari bab Hasil dan Pembahasan
atau hasil pengujian berbagai hipotesis yang berkaitan.
Simpulan merupakan hasil penelitian yang boleh jadi telah dikemukakan
dalam perumusan masalah dan telah diberi jawaban sementara berupa hipotesis.
Dalam menulis simpulan, penulis harus membedakan dugaan, temuan, dan
simpulan hasil studi. Pernyataan simpulan harus dilakukan secara cermat dan hati-
hati. Penyampaian simpulan ini dapat dilakukan sebanyak 3 kali, yakni dalam
Pembahasan, Simpulan, dan Abstrak sehingga diperlukan kecermatan untuk
menyajikannya dengan ungkapan yang berbeda-beda.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Asli ZFB. 2015. Uji Zuriat (Progeny Test) pada Sapi Perah [Skripsi]. Bogor:
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Asren AF. 2015. Anestrus Sapi Perah dan Penanggulanganya (Studi Kasus di Balai
Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden,
Purwokerto-Jawa Tengah) [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Bente AD, Rico-Hesse R. 2006. Model of dengue virus infection. Drug Discov
Today Dis Models. 3(1):97-103. doi: 10.1016/j.ddmod. 2006.03.014.
Bertram J., V. Edmondson, R. Farrell, G. Fordyce, R. Holryd, K. Taylor, R. Whittle.
1992. Bull Selection (Buying Better Bulls).Queensland (US): Department of
primary Industries.
Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta. Bandung.
Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta. Bandung.
Garner DL, Hafez ESE. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. Di dalam: Hafez
ESE, Hafez B, editor. Reproduction in Farm Animals. Ed ke-7. Philadelphia,
Baltimore, USA: Lippincott Williams & Wilkins. hlm: 96-109.
Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animals. 6th Edition. Lea and Febiger,
Philadelphia.
Herdis. 1998. Metode Pemberian Gliserol dan Lama Ekuilibrasi pada Proses
Pembekuan Semen Kerbau Lumpur [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Ifran IZ. 2014. Profil Metabolik Sapi Pejantan Bibit Berdasarkan Bangsa, Umur
dan BCS (BODY CONDITION SCORE) [Tesis]. Bogor: Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Ihsan MN. 2010. Ilmu Repoduksi Ternak Dasar. Malang (ID): UB Pr.
Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan pada Sapi dan Kerbau. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Pr.
Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan Pada Sapi dan Kerbau
(Biotechnology Of Artificial Insemination On Cattle and Buffalo). Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. P. 40.
Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan Pada Sapi dan Kerbau
(Biotechnology Of Artificial Insemination On Cattle and Buffalo). Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. P. 40.
Jahja MM. 1996. The Possibility of Breeding Anoa in Captivity: An Alternative
for Corservation of The Species. Proceeding of Anoa Species (Bubalus
quarlesi and Bubalus depressicornis) Population and Habitat Viability
Assessment Workshop. Bogor, Indonesia; July 22-26, 1996.
Jainudeen MR, Hafez ESE. 2000. Gestational, Prenatal Physiology, and Parturition.
Di dalam: Hafez ESE, Hafez B, editor. Reproduction in farm Animal. Ed Ke-
7. Philidelphian. Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins. hlm: 140-155.
Judi. 2012. Kajian Perilaku Reproduksi, Preservasi Semen, dan Teknik Inseminasi
Buatan pada Anoa (Bubalus Sp.) di Penangkaran. Disertasi. Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kusumaningrum, I Gede Putu, P. Sitepu, T. Panggabean, P. Mahyudin, Zulbardi,
S.B.Siregar, U. Kusnadi, C. Talib, A.R. Siregar. 2005. Data base kerbau di
Indonesia. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Nugroho CP. 2008. Agrisbisnis Ternak Ruminansia. Jakarta (ID): Departemen
Pendidikan Nasional
Popalayah, Ismaya dan Ngadiyono N. 2013. Efektifitas penggunaan controlled
internal drug realese terhadap respon estrus dan konsentrasi hormone
estrogen pada kambing kacang dan kambing bligon. Buleting Peternakan. 37
(3): 148-156 Oktober 2013
Sansone G, Nastri MJF, Fabbrochini A. 2000. Storage of Buffalo (Bubalus
bubalis) Semen. J. Anim. Reprod. Sci. 62: 55-76.
Sophian E, Paertogi, P. 2014. Aplikasi teknologi inseminasi buatan pada sapi Bali
di Nusa Penida. Di dalam : Tappa B, Widyastuti Y, Said S, Agung PP, editor.
Peran Bioteknologi dalam Peningkatan Populasi dan Mutu Genetik Ternak
Mendukung Kemandirian Daging dan Susu Nasional; 2014 Sep 14; Bogor,
Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI. hlm 217-222
Susilawati T. 2011. Tingkat keberhasilan inseminasi buatan denga ualitas dan
deposisi semen yang berbeda pada sapi Peranakan Ongole. J. Ternak Tropika.
12(2):15-24.
Dana WD, Hamdan, B Panjaitan, D Riady, S Wahyuni, CD Iskandar. 2017.
Pengaruh deposisi semen saat inseminasi buatan terhadap angka kebuntingan
sapi. JIMVET. 1 (4) : 674-677
Susilawati T. 2013. Pedoman Inseminasi Buatan pada Ternak. Malang (ID): UB
Pr.
Tambing SN, Toelihere MR dan Tuty LY. 2000. Optimalisi Program Inseminasi
Buatan pada kerbau. Wartazoa. 1 (2): 41-50
Toelihere MR 1981b. Inseminasi Buatan pada Ternak. Cetakan Ke-1. Bandung :
Angkasa
Toelihere MR. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Bandung: CV Angkasa.
Toelihere, M. R. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak Penerbit Angkasa,
Bandung.
Trislawati L. 2006. Seleksi Domba Garut Pejantan di Peternakan Ternak Domba
Sehat Dompet Dhuafa Repubilka (TDS-DD Republika) Berdasarkan Ukuran-
Ukuran Tubuh [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor
Triwulanningsih, E., Subandriyo, P. Situmorang, T. Sugiarti, R.G. Sianturi, D.A.
Triwulanningsih, E., Subandriyo, P. Situmorang, T. Sugiarti, R.G. Sianturi, D.A.
Kusumaningrum, I Gede Putu, P. Sitepu, T. Panggabean, P. Mahyudin,
Zulbardi, S.B. Siregar, U. Kusnadi, C. Talib, A.R. Siregar. 2005. Data base
kerbau di Indonesia. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Widjaya N, T Akhdiat, D Purwasih. 2017. Pengaruh deposisi semen terhadap
keberhasilan inseminasi buatan (IB) sapi peranakan Ongole. Jurnal Sains
Peternakan. 15 (2): 49-51
Kurniawan R, Nuryadi dan N Isnaini. 2014. Pengaruh deposisi semen terhadap
penampilan reproduksi sapi peranakan limousin. Junal Ilmu-Ilmu Peternakan.
Winters LM. 1954. Animal Breeding. Rempel W. dan Cummings JN, editor.
Minnesota (US): John Willey and Sons, Inc. Ed ke-5.