TERNAK
Asosiasi
(——————-)
RECORDING SAPI POTONG
PEMILIK DAN LOKASI
• Nama : —————————————————————–
• Alamat pemilik : —————————————————————–
• Kode Lokasi : ——————————————————————
• Kode Kader : ——————————————————————
• Alamat Kader : ——————————————————————
Screning
F1 seleksi, misal yang terpilih : ♂1.1 ; ♂2.2 ; ♂N.n ; ♀1.1 ; ♀2.2 ; ♀3.3
F2 ♂1.1 - 2.2 ♀1.1 - 2.2 ♂2.2 - 1.1 ♀2.2 - 1.1 ♂n.n - 3.3 ♀n.n - 3.3
PEMDA
PEMDA ELIT (5%)
SWASTA/KEMITRAAN
SWASTA/KEMITRAAN PENGEMBANG
PENGEMBANG
(10
(10 –– 20%)
20%)
PETERNAK
PETERNAK KECIL
KECIL KOMERSIAL
KOMERSIAL
(65
(65 –– 75%)
75%)
Perawatan kesehatan
Pemberian pakan yang berkualitas
Perkawinan yang tepat
Evalusi semen reguler
Sapi PO Sapi PO
Sapi Limousin Sapi Simmental
2 2
G per generasi interval (GI) h S i p h
2
h S i p h
2
G per tahun
GI GI
Faktor yang menyebabkan
seleksi deferensial kecil
• Fertilisasi yang rendah;
• Angka kematian yang tiiggi sebelum seleksi
dilakukan, sehingga menyebabkan turunnya
jumlah individu dalam populasi;
• Mortalitas yang tiiggi terjasi setelah seleksi
sehingga menyebabkan jumlah yang dibutuhan
untuk pengganti akan naik;
• Makin besarnya populasi yang diinginkan; dan
• Kurang efisien dalam menggunakan informasi
yang ada.
Perhitungan IG
Tahun 1991 1992 1993 1994 Jumlah
Umur pejantan 2 3 4 5
Jumlah progeni 50 50 50 50 200
U.p x J.p 100 150 200 250 700
Jumlah(umurpejantan xjumlahprogeni 700
GenerasiInterval 3,5 tahun
jumlahprogeni 200
pejantan
Jumlah Belum dikawikan 50 50 50 150
Jawab:
• Jumlah pejantan tersingkir = 0,2 x 100 = 20 ekor/thn
• Jumlah induk tersingkir = 0,2 x 2000 = 400 ekor/thn
• Panen Pedet:
Untuk 80% adalah: 0,8 x 2000 = 1600 ekor, terdiri atas 800 ♂ dan 800 ♀.
Untuk 50% adalah 0,5 x 2000 = 1000 ekor, terdiri atas 500 ♂ dan 500 ♀.
• Persentase pedet terpilih:
Untuk 80% adalah: Jantan = 20/800 x 100 % = 2,5%, maka i = 2,338
Betina = 400/800 x 100% = 50,00%, maka i = 0,798,
i rataan ♀ dan ♂ = 1,568
Simulasi Pola Pengembangbiakan Ternak dengan
Model Lama Penggunaan Pejantan yang Berbeda
% Ter- (i) % Ter- (i) % Ter- (i) % Ter- (i) % Ter- (i)
seleksi seleksi seleksi seleksi seleksi
0.0 0.000 8.0 1.858 31.0 1.138 56.0 0.704 81.0 0.335
0.2 3.170 8.5 1.831 32.0 1.118 57.0 0.698 82.0 0.320
0.4 2.962 9.0 1.804 33.0 1.097 58.0 0.674 83.0 0.305
0.6 2.834 9.5 1.799 34.0 1.078 59.0 0.659 84.0 0.290
0.8 2.740 10.0 1.755 35.0 1.058 60.0 0.644 85.0 0.274
1.0 2.665 11.0 1.709 36.0 1.039 61.0 0.629 86.0 0.259
1.2 2.603 12.0 1.667 37.0 1.020 62.0 0.614 87.0 0.243
1.4 2.549 13.0 1.627 38.0 1.002 63.0 0.599 88.0 0.227
1.6 2.502 14.0 1.590 39.0 0.984 64.0 0.585 89.0 0.211
1.8 2.459 15.0 1.554 40.0 0.996 65.0 0.570 90.0 0.180
2.0 2.421 16.0 1.521 41.0 0.948 66.0 0.555 91.0 0.178
2.2 2.386 17.0 1.489 42.0 0.931 67.0 0.541 92.0 0.162
2.4 2.353 18.0 1.458 43.0 0.913 68.0 0.526 93.0 0.114
2.6 2.323 19.0 1.428 44.0 0.896 69.0 0.511 94.0 0.127
2.8 2.295 20.0 1.400 45.0 0.880 70.0 0.497 94.5 0.118
3.0 2.268 21.0 1.372 46.0 0.863 71.0 0.482 95.0 0.109
3.5 2.208 22.0 1.346 47.0 0.846 72.0 0.468 95.5 0.099
4.0 2.154 23.0 1.320 48.0 0.830 73.0 0.453 96.0 0.099
4.5 2.106 24.0 1.295 49.0 0.814 74.0 0.438 96.5 0.080
5.0 2.063 25.0 1.271 50.0 0.798 75.0 0.424 97.0 0.070
5.5 2.023 26.0 1.248 51.0 0.782 76.0 0.409 97.5 0.060
6.0 1.985 27.0 1.225 52.0 0.766 77.0 0.394 98.0 0.049
6.5 1.951 28.0 1.202 53.0 0.751 78.0 0.380 98.5 0.038
7.0 1.918 29.0 1.180 54.0 0.735 79.0 0.365 99.0 0.027
7.5 1.887 30.0 1.159 55.0 0.730 80.0 0.350 99.5 0.015
Kasus I (Kelompok I)
• Suatu ranch sapi Bali terdiri atas 100 ♂ dan 1500 ♀ (induk).
Rataan bobot sapih populasi 70 8 kg dan h2 = 0,48. dan
diasumsikan laju reproduksi 70% dan tidak ada kematian anak.
• Induk digunakan 5 kali melahirkan dan umur pertama beranak 3
thn.
• Jika lama penggunakan pejantan bervariasi 1; 2; 3; 4 dan 5 tahun,
tentukan respon seleksi yang tertinggi.
Tugas Kelompok VI
• Suatu ranch sapi PO terdiri atas 60 ♂ dan 1800 ♀ (induk). Rataan
bobot sapih populasi 102 12 kg dan h2 = 0,45. dan diasumsikan
laju reproduksi 60% dab tidak ada kematian anak.
• Induk digunakan 5 kali melahirkan dan umur pertama beranak 3
tahun.
• Jika lama penggunakan pejantan bervariasi 1; 2; 3; 4 dan 5 tahun,
tentukan respon seleksi yang tertinggi.
ANALISIS KEBUTUHAN DAN SUPLAY BIBIT
• Daerah Sulawesi Tenggara saat ini merupakan salah
satu daerah sumber sapi bibit dan sapi potong bagi
daerah lain.
• Pengiriman (suplai) ternak dari Sultra ke daerah lain
perlu dikendalikan agar terjadi keseimbangan antara
produksi dengan yang akan dikirim (diantarpulaukan).
• Untuk keperluan ini maka harus mengetahui informasi
mengenai 1) populasi ternak, 2) lama penggunaan
ternak, 3) pertumbuhan populasi alami, 4) struktur umur
ternak, 5) target peningkatan populasi per tahun, 6)
perbandingan sex, dan 7) tingkat kematian.
Contoh Kasus I
Misalkan keadaan sapi potong di Sulawesi Tenggara untuk
tahun 1997 adalah sbb:
• Populasi 289.143 ekor
• Target peningkatan populasi 5% per tahun
• Persentase induk 39,80%
• Perbandingan ♂ & ♀ 35.81 : 64.19
• % Kematian 5%
• Pertumbuhan alami 27%
• Penggunaan induk 6 tahun (umur 2-8) tahun
100%
Berapa besar komposisi Grading Up
gen bangsa ternak impor
dapat diterima?
100%
Ya
Apakan Heterosis Pemanfaatan
Penting? Heterosis
10 terbaik dari 25 individu yang ada, dapat dipilih dengan beberapa cara:
1. Berdasarkan seleksi individu, maka 10 terbaik akan terdiri atas A1 (4807), C1
(4644), E1 (4625), D1 (4600), C2 (4470), B1 (4406), A2 (4112), E2 (4050),
D2 (3725) dan D3 (3711). Rataan adalah 4315
2. Berdasarkan seleksi antar keluarga, maka 10 terbaik akan dipilih keluarga A
dengan rataan 3674 (A1-A5) dan keluarga C dengan rataan 3632 (C1-C5).
Rataan adalah 3652
3. Berdasarkan seleksi didalam keluarga, maka 10 terbaik akan dipilih dua
terbaik setiap keluarga, yaitu A1 (4807), A2 (4112), B1 (4406), B2 (3120),
C1 (4644), C2 (4470), D1 (4600), D2 (3725), E1 (4625) dan E2 (4050).
Rataan adalah 4256.
Seleksi Kolateral, Data Individu ikut
Dianalisis
. h [1 ( n 1) R ]
rG P 1 ( n 1) R
[ n{1 ( n 1) t }] koefisien rgresi h(2F ) bG P h 2 [
(heritabilitas): 1 ( n 1)t
NPGo hF2 x ( P P ) P
Contoh: Data produksi susu pada lima keluarga A, B, C, D, dan E terlihat tabel
di atas. Dengan heritabilitas produksi susu h2=0,25, tentukan Nilai
Pemuliaan kelurga di atas.
Jawab:
2 1 (4)(0,25)
P =3494 ; R = ¼ (saudara tiri) dan n = 5; maka h (0,25)[1 (4)(0,25)(0,25) ] 0,4
NPA = (0,4)(3674-3494)+3494=3566;
NPB = (0,4)(3114-3494)+3494=3341;
NPC = 3549;
NPD = 3502;
NPE = 3510.
Seleksi Kolateral, Data Individu tidak
Dianalisis
Koefisien korelasi (kekerabatannya) adalah :
.
2 nh 2 R '
h (F ) bG P [ 2
] , sehinga
1 ( n 1 ) Rh
nh 2 ' R '
NPGo [ 1 ( n 1) Rh 2
]x( P P ) P
Jika saudara hubungan kolatera adalah kandung (fullsibs), maka R = ½, sehingga :
2 nh 2
h (F )
2 ( n 1) h 2
2 nh 2
h (F )
4 ( n 1) h 2
SELEKSI PROGENI
(UJI KETURUNAN)
Efisiensi Uji Keturunan
• Interval generasi panjang
• Efektivitas tergantung pada:
1. Jumlah pejantan yang diuji
2. Jumlah progeni tiap pejantan yang
digunakan dan
3. Nilai h2.
Perlu diperhatikan dalam
melakukan uji keturunan
1. Sapi betina harus diacak terhadap pejantan yang dipakai
2. Ransum dan pemberiannya harus menurut patokan yang telah
ditentukan
3. Efek kandang atau tempat pemerliharaan pedet harus
dihilangkan, dengan cara acak misalnya
4. Semua kelompok pejantan dan progeninya diusahakan di
bawah kondisi faktor lingkungan, termasuk tempat, sesama
mungkin
5. Sapi betina diusahakan beranak dalam tahun dan musim yang
sama.
6. Sedapat mungkin mengikutsertakan seluruh keturunan yang
sehat
7. Sampai batas tertentu, makin banyak progeni yang
diikutsertakan, uji keturunan memberi penaksiran NP yang
makin cermat
Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan menggunakan Uji Keturunan diperoleh
kalau
1.Heritabilitas (h2) karakteristik rendah
2.Karakteristik Sex limited
Kerugian
1.Intensitas seleksi lebih rendah
2.Membutuhkan seleksi pendahuluan untuk memilih calon
pejantan yang akan diuji (biasanya menggunakan uji
performans atau direct pedigree selection)
3.Menaikkan jumlah calon yang akan diuji akan menurunkan
jumlah progeni per jantan ( fasilitas terbatas) —> berakibat
menaikkan intensitas seleksi tetapi menurunkan kecermatan
( rGP)
KEBIJAKAN PEMULIAAN TERNAK
DI INDONESIA
Tahapan penyusunan rancangan pemuliaan ternak
dapat dilakukan dalam beberapan, yaitu:
1. Tahap penentuan tujuan produksi, disesuaikan
dengan bentuk usaha (pembibitan atau komersial)
2. Inventarisasi dana, daya dan sarana
3. Perhitungan parameter-parameter genetik (h2,
ripitabilitas, korelasi genetik)
4. Penentuan cara-cara pemuliaan
5. Perhitungan kelayakan rancangan, yang dikaitkan
dengan aspek sosial, ekonomi dan iklim (SOSEKLIM)
6. Pelaksanaan, oleh pemerintah atau swasta.
Masalah dalam Penyusunan kebijakan
pengembangan pemuliaan ternak di Indonesia
1. Penentuan tujuan produksi dan bangsa ternak yang akan
dipergunakan
2. Cara peningkatan mutu genetik ternak lokal dan impor yang
digunakan
3. Cara pengembangan jumlah ternak bibit dan ternak produksi.
4. Penggolongan ternak berdasarkan produksinya, misalnya
untuk produksi daging/tenaga kerja, produksi susu dan
produksi telur yang mencakup berbagai jenis ternak yang
akan dikembangkan.
Faktor penting yang besar peranannya dalam menentukan
keberhasilan suatu program pemuliaan ternak adalah faktor
tipe/bentuk usaha, yang meliputi: (1) usaha komersial,
peternakan maju dan peternakan rakyat (small holder).
Perbedaan bentuk/tipe usaha tersebut menyebabkan
perbedaan pola pendekatan pemuliaan yang akan dilakukan.
Pemuliaan Sapi Potong
Tujuan pemuliaan sapi potong menghasilkan sapi bibit
untuk meningkatkan mutu genetik populasi sapi potong.
Bibit sapi potong (bakalan) adalah sapi muda jantan dan
betina yang dipelihara untuk menghasilkan sapi potong.
Sapi bibit adalah sapi yang memenuhi persyaratan
tertentu dan dibudiayakan dengan tujuan utama produksi
daging dan atau tenaga kerja.
Sapi (potong) bibit harus:
– Dihasilkan melalui seleksi dan atau persilangan
– Memenuhi standar ideal bibit sapi potong.
Program Pemuliaan Sapi Potong
Pada umumnya peternakan sapi potong di
Indonesia dibagi dalam bentuk:
• Tradisional intensif (seperti Jawa, Madura,
Bali, Mataran, dan beberaka kabupaten di
Sulsel)
• Tradisional ekstensif dan semi intensif
(sebagian besar Sulawesi, NTT, NTB dll).
Program Pemuliaan untuk Daerah
Tradisional Intensif
Pemeliharaan pejantan
1) perawatan relatif sama dengan perawatan
sapi calon pejantan;
2) pejantan digunakan sebagai pemacek mulai
umur 18 bulan.
MANAJEMEN PEMBIBITAN
1. Breeding program yang dilakukan adalah
pemurnian untuk mempertahankan
karakteristik/ sifat genetik dan fenotip ternak.
2. Pengembangbiakan
a. Perkawinan dengan teknik IB
menggunakan semen beku yang mutunya
sesuai dengan SNI 4869.1-2008;
b.Teknik TE dengan embrio beku atau
embrio segar hasil in-vivo yang sudah
teruji;
c. Perkawinan harus dilakukan pengaturan
penggunaan semen beku untuk
menghindari terjadi kawin sedarah
3. Pencatatan (Recording) meliputi :
a. Pemberian tanda dan nomor registrasi ternak;
b. Rumpun, identitas ternak dan sketsa (foto
individu ternak);
c. Silsilah , identitas dan produktivitas tetua;
d. perkawinan (tanggal, kode semen, PKB, tanggal
bunting);
e. Kelahiran (tanggal, berat badan, jenis kelamin,
tipe kelahiran, calvingease);
f. Penyapihan (tanggal dan bobot badan);
g. Pengukuran (performans, pertumbuhan,
produksi susu);
h. Pakan (jenis,konsumsi);
i. Vaksinasi, pengobatan (tanggal,
perlakuan/treatmen);
j. Mutasi (pemasukan dan pengeluaran ternak)
4. Seleksi Bibit
Kriteria seleksi sebagai berikut :
a. Seleksi dilakukan terhadap bibit
ternak yang akan dikembangkan
dipeternakan atau pun terhadap
keturunan/bibit ternak yang
diproduksi;
b. Seleksi calon bibit jantan dilakukan
melalui uji performan dan uji zuriat;
c. Seleksi calon bibit betina diambil
90% dari keturunan hasil
perkawinan (1-5% pejantan terbaik)
dengan betina unggul (70–85%)
dari populasi;
d. Hasil seleksi dilakukan uji
performan
Ternak Pengganti (replacement stock)
• Bibit sapi perah untuk pengganti induk/peremajaan
diprogram secara teratur setiap tahun
Afkir (culling)
a. Sapi induk yang tidak produktif harus segera
dikeluarkan;
b. Keturunan jantan yang tidak terpilih sebagai calon bibit
(tidak lolos seleksi) dikeluarkan, dapat dikastrasi dan
dijadikan sapi bakalan;
c. Anak betina yang pada saat sapih atau pada umur muda
menunjukkantidak memenuhi persyaratan bibit harus
dikeluarkan.
Sertifikat bibit
Persyaratan:
1. bibit yang telah
memenuhi
persyaratan mutu
sesuai SNI
2735:2008;
2. Untuk proven
bull, telah melalui
proses uji zuriat.
3. Pemerahan
a. Teknik dan frekuensi pemerahan sangat menentukan
produksi susu
b. Dengan mesin (lebih efisien tenaga, waktu dan
terhindar dr mastitis)
Pemerahan dengan tenaga manusia :
a. Syarat pemerah : sehat, kuat, sayang pd sapi, jaga
kebersihan dan tidak merokok.
b. Teknik yang baik : dengan tangan penuh dan pada
akhir dan putting kecil dg cara stripping (diplirit).
d. Persiapan pemerahan : membersihkan lingkungan
dan sapi untuk menjaga kebersihan susu
e. Pada akhir pemerahan : ambing dibilas dan lubang
putting ditutup dg vaselin untuk menjaga mastitis.
4. Menjaga kesehatan induk laktasi
Beberapa gangguan yg sering menyerang pada
induk laktasi :
1. Mastitis : akibat lingkungan yg tidak bersih
2. Milk fever : defisiensi mineral Ca dan P
3. Sulit birahi : defisiensi vit A, vit E dan mineral
Zn
4. Keracunan : salah pakan
Kering Kandang Induk Laktasi Bunting:
a. Optimal 2 bln
b. Tujuan : Pertumbuhan foetus, regenerasi sel-sel
sekretoris, memulihkan stamina induk
Pengelolaan Reproduksi Induk Sapi
Perah
a. Target : Jarak beranak < 14 bulan, tiap induk mampu
bunting dan melahirkan dengan normal
b. Gangguan reproduksi jika :
1. Jarak beranak > 14 bulan
2. Birahi post partus > 120 hari
3. Pelayanan kawin > 2
Program Reproduksi setelah induk beranak :
1. Umur 1 – 4 hr : masa kolostrum
2. Umur 5 – 50 hr : masa dikawinkan lagi
3. Umur 50 – 85 hr : harus sudah bunting
4. Umur 85 – 309 hr : masa bunting
5. Umur 309 – 365 hr : masa kering kandang sampai
melahirkan
MANAJEMEN PERSILANGAN
Bagan alur Kebijakan Persilangan
Dimurnikan Mendatangkan Populasi
Bangsa Ternak Impor
Baru, kemudian lakukan
seleksi
Silangkan
100%
Berapa besar komposisi Grading Up
gen bangsa ternak impor
dapat diterima?
100%
Ya
Apakan Heterosis Pemanfaatan
Penting? Heterosis
Pertimbangan :
1.Tentukan titik temu produksi dan adaptasi
2.Ukuran tubuh dengan kebutuhan pakan
3.Manfaatkan hetertosis atau genetik aditif
(pembetukan bangsa baru)
4.Tujuang jangka panjang atau jangka
pendek
Pertanyaan Sebelum Melakukan Persilangan
• Kebutuhan ternak impor, Ya/tidak?
• Jika Tidak, lakukan seleksi ternak lokal
• Jika Ya, bagsa ternak apa dan komposisi
gen yang dibutuhkan?
• Jika komposisi impor 100%, maka
kembangkan ternak impor murni pd
daerah tertentu dan seleksi (misalnya
ayam ras): final stock -- great grand
parent stok pure line
Atau grading up.
Pertanyaan Sebelum Melakukan Persilangan …
• Bila faktor heterosis penting bentuk silangan F1 atau
silang balik (BI), yg diikuti seleksi.
• Jika yang dituju F1, kedua bangsa murninya harus
dipertahankan. Misalnya adalah misahiya persilangan
sapi Brahman dengan sapi Hereford dan Angus, yang
menghasilkan sapi Braford dan Brangus di Amerika
• Bila heterosis kurang penting begitu pula silangan F1
maupun BI, bentuk bangsa baru, dengan komposisi
gen bangsa lokal 25%, 50%, 62,5% atau 75% dst,
tergantung kondisi setempat. Pembentukan bangsa
baru tidak akan berhasil bila tidak diikuti dengan
perbaikan pakan dan pengelolaannya.
• Lihat Bagan alur jalannya pemikiran