Anda di halaman 1dari 62

LAB.

REPRODUKSI TERNAK & IB


FAK. PETERNAKAN UNPAD
2015
• Manajemen reproduksi sapi perah sangat
erat kaitannya dengan tata laksana
pemeliharaan sapi perah terutama dalam
hal pola pemberian pakan serta penanganan
pemeliharaan sejak anak hingga dewasa

• prasyarat penting bagi keberlanjutan sistem


produksi susu adalah bahwa sapi harus
memiliki kinerja reproduksi yang efisien
• Dalam sistem peternakan rakyat, ternak sapi
perah juga harus memberikan output lainnya
yang baik secara langsung ataupun tidak
langsung dapat memberi manfaat ekonomis bagi
petani peternak

• Dari sudut pandang reproduksi, faktor utama


yang berkontribusi terhadap kerugian ekonomi
yang tertunda pubertas, interval calving panjang,
kehidupan yang produktif pendek (karena
pemusnahan untuk infertilitas atau kemandulan)
dan tingginya kematian anak sapi
Matrik Rencana Manajemen Pemeliharaan dan Indikator
Keberhasilan Usaha Peternakan Sapi Perah

Manajemen Pemeliharaan
Indikator
No Jenis Kelamin Praproduksi Produksi Pasca
keberhasilan
produksi
1 Betina Produktivitas
Pedet (0 - 4 bulan) 1,2,3,6 ternak, angka
morbiditas dan
Pedet (4 – 8 bulan) 1,2,3,6 mortalitas,
efisiensi ekonomi
Dara (8 bulan – 2 1,2,3,4,5,6 dan lain-lain.
th)
Dewasa 1,2,3,4,6
2 Jantan
Pedet 1,2,3,6
Dewasa 1,2,3,4,6 1,2,3,4,6

(1) Identifikasi Ternak, (2) Kebutuhan Luasan kandang, (3)


Kebutuhan kuantitas dan kualitas pakan, (4) sistem perkawinan,
(5) Program Pengendalian penyakit
Ada 3 hal penting dalam Manajemen pemeliharaan sapi
perah yang harus diperhatikan yaitu sistem produksi,
faktor produksi, dan proses produksi yang akan
diterapkan

Faktor-faktor produksi yang harus diperhatikan agar


prospek dan keberlangsungan usaha dapat
dipertahankan adalah :
(a) Jenis atau bangsa yang akan digunakan dalam sistem
produksi
(b) manajemen pemeliharaan termasuk disini adalah
kualitas pakan, system dan metode perkawinan,
metode pemerahan, tenaga kerja, pengendalian
penyakit, perkandangan dan penanganan pasca panen.
RELEVANSI

Pokok bahasan Manajemen Reproduksi Ternak Sapi


Perah merupakan salah satu pokok bahasan yang
sangat diperlukan oleh mahasiswa terutama
kaitannya apabila kelak para lulusan akan bekerja
baik pada sektor industri peternakan, ataupun
wirausaha mandiri. Relevansi dari pokok bahasan
ini berkaitan dengan aspek zooteknis dengan
analisis usaha suatu peternakan, sehingga kelak
para sarjana peternakan akan dapat
menyelaraskan antara teori dengan aspek produksi
peternakan dalam menciptakan kondisi efisiensi
reproduksi dan produksi ternak
Manajemen Pemeliharaan Praproduksi

1) Ketersediaan lahan untuk kandang dan tempat menanam


rumput
• Kebutuhan Luasan lahan dan kandang
Kandang seekor sapi untuk persiapan masa produksi
membutuhkan lahan 2,5 x 2 m (termasuk selokan, jalan
kandang dan tempat pakan)
Kandang sapi dara siap bunting – bunting membutuhkan
lahan 1,8 x 2 m
Kandang seekor pedet membutuhkan lahan 1,5 x 1 m

• Lahan untuk menanam rumput


Guna menyediakan pakan hijauan, maka diperlukan lahan
untuk menanam rumput, dengan luasan 1 ha dapat
memenuhi kebutuhan hijauan sekitar 30 ekor sapi dewasa
selama 1 tahun
2) Ketersediaan air
Untuk menunjang kondisi kandang dan produktivitas ternak
harus didukung dengan ketersediaan air , dengan beberapa
alasan sebagai berikut :
• 87 % air susu adalah air, sisanya bahan kering
• untuk mendapatkan 1 liter susu diperlukan 3 – 4 liter air
minum
• Sapi sebaiknya perlu mendapatkan air minum secara
adlibitum
• Air sangat penting untuk kebersihan, sanitasi kandang
ternak dan lingkungan (kebutuhan air untuk sapi perah
sekitar 40 liter/hari/ekor).
3) Bibit
Bibit sapi perah yang akan dipelihara sangat menentukan
manajemen peternakan serta manajemen reproduksi ternak.
Pemilihan bibit harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
• Genetik (keturunan)
Bibit sapi perah harus berasal dari induk dengan
produktivitasnya tinggi dan pejantan unggul (elite bull).
• Bentuk ambing
Bentuk ambing yang baik adalah besar, pertautan antar otot
kuat dan memanjang sedikit ke depan, serta puting tidak
lebih dari 4 buah. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan
pada Gambar berikut.
• Eksterior atau penampilan
proporsional, tidak kurus dan tidak terlalu gemuk, kaki
berdiri tegak
Gambar I - 1. Bentuk Ambing Sapi Perah yang Baik
(Sumber : Dunklee, et al, 2009)
Gambar I - 2. Penampilan Eksterior Sapi Perah
(Sumber : Santosa, 2009)
Manajemen pemeliharaan pada masa produksi

1) Manajemen Perkandangan
Kandang untuk sapi perah harus memenuhi
persyaratan, yakni :
• Sirkulasi udara cukup dan mendapat sinar
matahari.
• Kelembaban ideal untuk sapi perah adalah 60-70%
• Lantai harus selalu kering
• Tempat pakan besar
• Tempat air dibuat agar selalu tersedia sepanjang
hari
Ukuran kandang sesuai dengan peruntukan Kandang :
• Pedet (0 – 4 bulan), ukuran lebar 95 cm, panjang 150
cm, tinggi 130 cm.
• Pedet lepas sapih (4-8 bulan)
• Sapi Dara (8 bulan – 2 tahun)
• Sapi Dewasa/Produksi (lebih dari 2 tahun atau
laktasi)
• Sapi kering kandang

Gambar I - 3.
Kandang Sapi Perah
Induk
(Sumber : Santosa,
2009
Gambar I - 4. Kandang Pedet (0-4 Bulan)
(Sumber : UPBS Pangalengan, 2014)
Gambar I - 5. Kandang Pedet Lepas Sapih
(Sumber : Dunklee, et al, 2009)
Manajemen Reproduksi
I. Identifikasi Ternak
Dalam hal identifikasi ternak dapat dilakukan dengan
metode :
1) Sistem pencatatan (Rekording)
2) Menggunakan Eartage
Kartu rekording : 2). Kartu Identitas Sapi
1) Kartu Identitas Pedet : Dara :
1. No Sapi 1. Bobot Badan harian
2.Nama Induk 2. Tanggal/Bulan
3. Kode Bapak/Straw timbulnya berahi
4.Tanggal lahir pertama
5.Bobot Lahir 3. Tanggal Kawin
6.Bobot Sapih pertama (IB pertama)

3) Kartu Identitas Induk


II. Ukuran dan umur saat Kawin (IB) pertama

• Ukuran tubuh dapat dijadikan patokan waktu


pertama kali ternak dara dikawinkan
• Terdapat pengaruh yang nyata antara ukuran tubuh
saat kawin pertama dengan tingkat kesulitan saat
partus dan produktivitas betina (Bearden et al.,
2004).
• umur pertama kawin sapi perah dara adalah antara
15 – 18 bulan dan sangat nyata berpengaruh
terhadap problema reproduksi
Rekomendasi Bobot Badan Dan Ukuran Tubuh Sapi Saat Pubertas,
Kawin Pertama dan Partus Pertama Pada Beberapa Sapi Perah Dan
Sapi Potong

Bobot Badan saat Bobot Badan saat


Bangsa Bobot Pubertas (Kg) Kawin pertama partus pertama
BB (kg) LD (cm) (kg)

Ayrshire 232 284 152 432


Brown Swiss 272 340 160 500

Guernsey 215 272 150 410


Holstein 272 340 160 500
Jersey 170 250 147 385
Angus 260 280 151 400
Hereford 260 280 151 400
Brahman 300 32 148 420
Aktivitas Reproduksi Sapi Perah

keberhasilan perkawinan buatan dipengaruhi oleh


empat faktor, yaitu :
1. Sapi betina yang sehat
2. Waktu yang tepat untuk dikawinkan
3. Kualitas Semen
4. Pengalaman Inseminator

Dari keempat faktor tersebut di atas, maka


keberhasilan atau angka kebuntingan dapat dilihat
melalui rumus angka kebuntingan (conception ratio),
dengan rumus :
Jumlah sapi yang bunting
Conception Ratio = --------------------------------------- x 100%
Jumlah sapi yang dikawinkan
Fungsi induk sapi ideal, sebagai berikut:
1. Pertumbuh pesat sejak lahir sampai pubertas
2. Mencapai pubertas pada usia dini
3. Periode kebuntingan yang normal
4. Menghasilkan anak sapi yang sehat dan normal
5. Produksi susu yang cukup untuk anak sapi dan ekstra
untuk dijual
6. Timbulnya estrus kembali ke estrus postpartum lebih
cepat dan segera bunting kembali dalam periode
waktu yang normal.
7. Produktivitas susu secara berkala sampai akhir hidup
masa produktif.
Siklus Estrus
o Siklus estrus adalah interval dari tanda-tanda pertama
kesanggupan menerima seksual hingga permulaan estrus
berikutnya (Makin, 2011).
o Sapi induk dewasa dan sapi dara dalam aktivitas reproduksinya
biasanya akan mengalami siklus estrus (siklus berahi), dengan
durasi rata-rata 21 hari
o Siklus estrus memiliki empat tahap: pro-estrus, estrus, met
estrus dan diestrus (Hafez and Hafez, 2000).
o Selama pro - estrus, sapi betina di bawah pengaruh dua hormon
hipofisa, yaitu Follicular Stimulating Hormone ( FSH ) dan
Lutenizing Hormone (LH ).
o Adapun tanda-tanda utama estrus adalah:
• Pembengkakan dan kemerahan pada vulva
• Sekresi lendir estrus yang jelas, seperti kaca keluar dari vulva
• Relaksasi ligamen panggul
• Kegelisahan dan / atau berteriak
• Penurunan nafsu makan dan produksi susu
• Keinginan untuk berinteraksi dengan ternak lain
• Berdiri diam ketika dinaiki oleh ternak sapi lain.
Pubertas :
• pubertas didefinisikan sebagai perilaku estrus
pertama disertai dengan ovulasi dan perkembangan
korpus luteum normal ( CL ) dalam ovarium (Perera,
1999).
• Beberapa faktor berpengaruh terhadap timbunya
pubertas, antara lain :
1. Faktor endogen , misalnya , genotipe ,
pertumbuhan dan berat badan
2. Faktor eksogen, misalnya, tahun atau musim lahir,
curah hujan, nutrisi, lingkungan termal,
penyinaran, metode pemeliharaan dan penyakit
• Umumnya, sapi mencapai pubertas saat mencapai 55
- 60 % dari berat badan dewasa
• umur dimana mencapai pubertas dapat sangat
bervariasi, mulai 12-40 bulan pada sapi dan 18-46
bulan pada kerbau
Durasi dan rataan waktu timbulnya Estrus

Aktivitas Estrus Sapi Kerbau

Panjang Siklus Estrus (hari) 21 (17-25) 21 (17-25)

Lama Estrus (Jam) 18 (6-30) 20 (5-27)

Lama waktu estrus hingga timbulnya 30 (20-44) 34 (24-48)


ovulasi (Jam)

Puncak LH - Ovulasi (Jam) 25 27

Akhir Estrus – Ovulasi (Jam) 12 (10-15) 14 (6-21)

Sumber : Perera (1999)


Metode deteksi estrus :

1. Menggunakan pejantan yang dilepaskan bersama-


sama induk-induk sapi di padang penggembalaan.
Dalam metode ini, untuk memudahkan maka
pejantan diberi alat bantu berupa zat warna yang
dikenakan pada bagian leher pejantan tersebut. Zat
warna tersebut dinamakan Chin-ball marker. Induk-
induk sapi yang berahi atau estrus apabila dinaiki
pejantan akan menunjukkan gejala diam. Sehingga
zat warna yang tertekan saat pejantan menaiki induk
betina akan menempel pada bagian belakang induk
sapi dan memberikan bekas warna sebagai petunjuk
bahwa induk sapi tersebut berahi.
2. Pengujian sampel susu dan darah dari
induk-induk sapi dengan metode RIA, ELISA

3. Untuk jumlah induk sapi yang tidak terlalu


banyak, dapat langsung dideteksi oleh
peternak atau manager dengan cara melihat
lendir berahi yang jelas akan keluar dari
vagina induk sapi yang berahi dan tanda-
tanda berahi lainnya
mrt.fapet2015@gmail.
com

Gambar I - 6. Sapi
Saat Standing Heat
(Sumber : Jainudeen
dan Hafez, 2000
Manajemen Pemeliharaan pada masa pedet
sampai dara
Perawatan Pedet yang baru lahir (0 Bulan) :
1. Induk yang akan melahirkan dipisahkan dari
sapi betina lainnya.
2. Segera setelah melahirkan, lendir yang ada
diujung hidung dan moncong dibersihkan,
keringkan pedet yang baru lahir dan biarkan
induk menjilati agar pedet tidak kedinginan.
3. Berikan jodium tincture pada pusar guna
mencegah infeksi bakteri.
4. Pedet yang baru lahir biasanya hanya diberi
kesempatan satu kali saja menyusu pada induk.
5. Induk selanjutnya diperah dan dikumpulkan
dengan induk lainnya yang sedang produksi
6. berikan kolustrum kepada pedet dalam satu
jam setelah lahir untuk memberikan antibody.
7. Seekor pedet yang baru lahir mendapatkan
sekitar 2 kg kolustrum segera setelah lahir.
8. Kolostrum diberikan selama 3 – 5 hari. Jika
diperlukan diencerkan dengan air
perbandingan 2 : 1 untuk pedet yang lain.
9. Pencegahan penyakit terutama diare dan
cacingan
Pengaturan perkawinan saat laktasi

• Jumlah sapi yang bunting sebaiknya tidak


kurang dari 60 % jumlah sapi dewasa. Hal ini
disebabkan agar produksi susu dapat
dipertahankan sepanjang waktu, sehingga
tidak terjadi over produksi dan masa kering.

• Sebaiknya, 40 – 60 hari setelah beranak, sapi


telah dapat dikawinkan kembali. Dengan
demikian masa kosong induk tidak lebih dari
3 bulan sejak beranak
Metode perkawinan
1) Kawin alam
Memerlukan biaya besar, sehingga jarang dilakukan oleh
peternak kecil. Hal ini disebabkan adanya biaya pemeliharaan
pejantan.
2) Inseminasi Buatan
Faktor lain yang perlu mendapat perhatian adalah :
• Ketrampilan peternak dalam deteksi estrus
• Catatan tentang semen beku yang digunakan, sebaiknya
dicatat dalam data recording induk dan pejantan
• Ketrampilan inseminator
3) Transfer Embryo
1. Seleksi Resipien
Resipien yang ideal adalah betina-betina yang memenuhi kriteria
sebagai berikut:
• Bebas penyakit
• Fertilitas teruji
• Kemampuan memelihara anak
• Tidak ada gejala distokia
2. Kesehatan ternak Resipien
Calon resipien harus melaksanakan beberapa pengujian terhadap hal-
hal berikut:
• Kesehatan
• Status reproduksi
• Diterapkannya sistem karantina
• Dilakukan pemeriksaan routine setiap hari terhadap gejala penyakit,
kenaikan suhu tubuh dengan hati-hati, karena akan mempengaruhi
fertilitas yang pada akhirnya akan menyebabkan abortus.
3. Managemen Resipien dan Donor
a.Deteksi Berahi
b.Penyerentakan Berahi
c. Super Ovulasi donor
(c)

Prosedur Koleksi Embrio pada Sapi; (b) Flsuhing Embryo,(c)


Transfer Embryo tanpa Operasi [Sumber : Ball and Peters (2004)]
Kebuntingan dan Kelahiran
• Fertilisasi ovum terjadi di dalam saluran telur (tuba
falopi) dan embrio yang dihasilkan memasuki uterus
setelah empat hari.
• Implantasi atau menempelnya pada lapisan uterus
terjadi secara progresif selama periode 25 sampai 35
hari setelah pembuahan.
• Embrio disebut zigot dari 45 hari setelah pembuahan.
• Durasi rata-rata kebuntingan adalah 285 hari pada
sapi Zebu dan 280 hari pada jenis sapi perah taurin
(kisaran 270-290).
• Pada kerbau panjang kebuntingn rata-rata adalah 310
hari untuk jenis kerbau sungai dan 316 hari untuk
jenis kerbau rawa (kisaran 300-330 hari).
Tanda-tanda kebuntingan pada sapi perah adalah
sebagai berikut :
• tidak ada tanda-tanda berahi
• terjadi pembesaran abdomen pada 1/3 bagian
kanan bawah (± umur kebuntingan 3 bulan)
• umur 5 bulan, Fossa Para Lumbal melegok karena
relaksasi Ligamentum Sacri Illiaca
• terjadi penggemukan
• mendekati akhir kebuntingan terjadi peningkatan
volume kelenjar ambing meningkat
• umumnya karakter sapi bunting tenang
• Pemeriksaan kebuntingan, dapat dilakukan melalui
metode :
1) Eksplorasi Rectal
2) Eksplorasi vaginal
3) Auscultasi Jantung Fetus
4) Ultrasonographi (USG)
5) Kadar Gonadotropin Darah
6) Kadar Progesteron Darah/air susu

Deteksi
Kebuntingan
dengan Metode
Palpasi per Rektal
(Sumber : UPBS
Pangalengan,
2014)
Tiga tahap proses melahirkan :
1. dilatasi jalan lahir (2-6 jam);
2. pengeluaran foetus (30-40 menit); dan
3. pengeluaran selaput plasenta (2-6 jam).

Terdapat sejumlah kesulitan pada fase Pengeluaan


Fetus ini karena Posisi fetus.

Posisi fetus terdiri dari:


1) Posisi Anterior
Kepala terletak di antara kaki depan, yang muncul
pertama kali pada proses kelahiran.
Posisi ini memungkinkan fetus segera bernafas saat
kepala keluar
2) Posisi Posterior
Kedua kaki belakang lebih dahulu memasuki gerbang
pelvis.
Posisi ini relatif lebih sedikit menghadapi kesulitan
Manajemen Postpartum
• Setelah melahirkan, saluran reproduksi sapi memasuki masa
pemulihan yang disebut involusi, dimana uterus kembali ke
ukuran normal dan tidak bunting
• diselesaikan dalam 25 sampai 35 hari

Manajemen postpartum pada anak Sapi (Pedet)

1. Lakukan pemotongan umbilicus  10-12 cm ligature dan


berikan Jodium tincture
2. Upayakan membantu untuk bernafas dengan cara :
• bebaskan dari membran fetus, terutama daerah hidung.
• bersihkan tubuh pedet dengan menggosok-gosok daerah
flank dengan menggunakan jerami padi atau rumput untuk
rangsangan untuk respirasi
3. Segera diberi colustrum yajg merupakan susu induk pertama
selama 1 minggu.
Manajemen postpartum pada induk Sapi
1. Segera induk diberi makan
2. Tunggu proses pengeluaran plasenta yang
berlangsung selama 6 - 12 Jam postpartum. Jika
plasenta belum keluar dalam jangka waktu lebih
dari 24 jam berarti terjadi Retensio
Secundinarum. Sering terjadi pada kasus abortus,
istochia, kelahiran prematur, kebuntingan
multiple. Perlu penanganan medis oleh akhlinya
(Dokter hewan).
Deteksi Problem Reproduksi
1. Sekitar 90 % dari induk (dalam 40 hari postpartum) menunjukan
berahi, selayaknya dilakukan deteksi setiap periode estrus
2. Angka kelahiran 60 – 65 % dari dara pada kelahiran pertama.
Diagnosa kebuntingan pada 60 hari setelah IB akan dapat
menunjukan refleksi prosentase angka kelahiran tersebut
3. Tidak lebih dari 10 % induk sapi yang diklasifikasikan ke dalam
sapi bermasalah pada satu satuan waktu. Masalah yang terjadi
antara lain :
a) Kegagalan kebuntingan dalam tiga kali IB
b) Abnormalitas atau involusi uteri lebih dari 60 hari
postpartum
c) Masa kosong (days open) lebih dari 100 hari
4. Jumlah induk sapi yang dikeluarkan (Culling) karena kegagalan
dalam perkembang biakan tidak lebih dari 5 % dalam periode 12
bulan
5. Rataan service per conception (S/C) adalah dua atau kurang dari
dua. Dalam sekelompok sapi (sejumlah 100 ekor) diharapkan 60
ekor bunting dengan S/C 1. Selanjutnya dari 40 ekor sisa, maka
20 ekor bunting pada IB ke dua (S/C 2) dan dari 20 ekor sisa, 10
ekor bunting pada IB 3 dan sisa 10 ekor tidak bunting.
Beberapa hal yang perlu dilakukan apabila :
1) Adanya kegagalan reproduksi berdasarkan uji sampel darah dan
urine setiap waktu
2) Induk tidak bunting tanpa observasi estrus pada 50 hari
postpartum, dimana kemugkinan induk sapi tersebut dalam
keadaan silent heat, tetapi dari perlakuan palpasi rectal corpus
luteum (CL) teraba pada ovarium. Berarti ada siklus estrus tanpa
disertai gejala estrus
3) Siklus estrus yang panjang lebih dari 18 atau 24 hari. Siklus estrus
pendek berati ada indikasi disfungsi ovari, jika siklus diperpanjang
berarti ada indikasi kematian embryo atau kematian fetal atau
estrus yang tidak terdeteksi (missing heat).
4) Estrus yang diperpanjang atau estrus sepanjang waktu (lebih dari
24 hari). Ini menunjukan indikasi adanya sistik folikel.
5) Plasenta tertahan (retained placenta). 5 – 15 % retensi placenta
dapat menjadi ukuran pendugaan tingkat kesehatan pada induk.
6) Observasi abortus. Setiap induk yang mengalami abortus dapat
diduga adanya kontaminasi penyakit. Sehingga setiap kasus harus
dapat didiagnosa dengan tepat
7) Induk sapi yang tidak bunting walau telah mendapat tiga kali IB.
Induk-induk sapi tersebut dapat dimasukan dalam kategori sapi
bermasalah dan diperlukan konsultasi dengan dokter hewan
Pengendalian Penyakit
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
kaitannya dengan manajemen pemeliharaan sapi
adalah:
• Kesehatan ternak
• Penampilan produksi
• Rasio konversi pakan yang baik
• Ketersediaan zat nutrisi yang baik dan seimbang
• Memperbanyak by product dari industri pangan
• Pemanfaatan bahan pakan yang tersedia
Penyakit Reproduksi Sapi:
1. Freemartin.
Merupakan kasus dimana anak dilahirkan kembar dua dengan jenis
kelamin anak jantan dan betina. Umumnya kembar freemartin
akan menyebabkan steril, sehingga sangat tidak dikehendaki
adanya kelahiran freemartin tersebut.

2. Gangguan fungsi system reproduksi


Gangguan fungsi sistem reproduksi atau kegagalan perkembangan
system reproduksi tidak selalu secara permanen akan
mempengaruhi kegagalan reproduksi sapi betina. Umumnya
kejadian ini banyak terjadi pada induk yang mengalami
kekurangan pakan dengan ditandai dengan ovarium yang mengecil
dan tidak berfungsi, tidak adanya atau terlewatinya siklus dan
gejala estrus, kegagalan dalam pertumbuhan uterus dan vagina.
Masalah tersebut dapat diatasi dengan peningkatan kualitas pakan
berupa peningkatan masukan energi, treatmen hromonal seperti
PMSG disertai dengan perbaikan nutrisi.
3. Kelengkapan (abnormalitas/anomali) organ reproduksi seperti
oviduk, uterus, cerviks, atau vagina
4. Hermaphrodite
Merupakan suatu kasus dimana sex dari individu sapi dikacaukan
dengan adanya kehadiran struktur sex dari kedua pihak baik
jantan maupun betina. Sehingga ternak hermaphrodite
mempunyai dua gonad jantan dan betina.
5. Cryptorchid
Kondisi dimna testes keluar dari saluran inguinal sehingga
mempengaruhi kejadian steril
Penyakit pada Sapi Perah berdasarkan penyebabnya
1. Penyakit viral, yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus
misalnya Penyakit Mulut dan Kuku, Bovine Viral Diarhae,
VD, Malignant Catharral Fever, Bovine Epemeral Fever
(Penyakit demam tiga hari) dan lain-lain.
2. Penyakit bacterial, yaitu penyakit yang disebabkan oleh
bakteri, diantaranya yang penting adalah Mastitis (radang
ambing), Anthrax, Brucellosis, SE, TBC dan lain-lain.

Kondisi Ambing
yang Mengalami
Mastitis
3. Penyakit parasiter, yaitu penyakit yang disebabkan
oleh :
(a)parasit internal (endoparasit) seperti parasit
cacing (Fasciola hepatica, Paramphistomum spp,
Oesophagosthomum. Trychostrongylus sp dll) dan
parasit darah (Anaplasmosis, babesiosis,
theileriosis dll), serta
(b)parasit eksternal (ektoparasit) seperti Scabies,
Myasis, ringworm, Aktinomikosis, Kaskado,
Aspergilosis dan lain-lain.
4. Penyakit metabolic seperti grass tetani, milk fever,
bloat dan lainnya
5. Prion misalnya BSE (bovine spongioform
encephalomyopathy)
Manajemen Pakan Ternak

Sistem Pemeliharaan Pedet ditinjau dari cara pemberian


pakan dapat dibedakana pada empat fase yaitu :
1. Sistem induk menyusui (nurse cow system). Dua ekor
pedet atau lebih disusukan pada seekor induk
2. Sistem susu penuh (Whole Milk System) . Susu
diberikan kepada pedet sebanyak 2,5 – 3,5 kg tiap hari.
3. Sistem pengganti susu (Milk Replacer System)
4. Kombinasi antara susu penuh dengan bahan
pengganti susu.
Patokan Pemberian Air Susu, Skim Milk dan
Kombinasinya

Umur Air Susu Penuh (kg) Skim Milk (kg)


(Minggu
)
1 1,8 -
2 2,5 -
3 3,2 -
4 2,7 0,9
5 1,8 1,8
6 0,9 2,5
7 - 4,5
8 - 5
Pakan Pedet Lepas Sapih

Dalam pemberian pakan, beberapa hal yang perlu


mendapat perhatian, antara lain :

Pemberian pakan dan air sebaiknya adlibitum


1. Perkiraan kebutuhannya adalah konsentrat 1,5% dan
Hijauan 10% dari bobot hidup
2. Sebaiknya gunakan bahan pakan konsentrat yang TDN
(%) nya relatif tinggi seperti bungkil kelpa, kedelai,
dedak halus, ampas tapioka dan lain-lain.
kriteria sebagai berikut :

• Tempatkan pedet ditempat yang kering dan tidak angin


• Pastikan pedet mendapatkan kolustrum dan atau milk
replacer (8% dari berat badan). Perhatikan suhu: 35 – 38
C
• jangan memberikan pakan secara berlebihan
• Pakan diberikan secara teratur 2 kali sehari
• Umur saat penyapihan tergantung berkembangnya fungsi
rumen (6 – 8 minggu)
• Berikan pakan starter serta jerami kualitas tinggi mulai
umur 7 hari
• Air minum harus segar dan bersih.
Pakan Sapi Dara

1. Prinsipnya sama seperti untuk pedet lepas sapih


2. Perkiraan kebutuhannya adalah konsentrat 1,5% dan
Hijauan 10% dari bobot hidup
3. Target bobot badan sapi dara adalah 200 – 300 kg.
4. Tujuan manajemen pemberian pakan tenak dara
adalah :
a) Pubertas tidak terlambat
b) Diperoleh bobot badan optimal saat umur siap
kawin
c) Menjaga dan memelihara pertumbuhan selama
kebuntingan
d) Proses kelahiran mudah
Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3
cara, yaitu:
a) sistem penggembalaan (pasture fattening)
b) kereman (dry lot fattening)
c) kombinasi cara pertama dan kedua.

Pakan Sapi Dewasa


• Prinsipnya ditentukan oleh kebutuhan hidup pokok
dan produksi susu
• Perkiraan praktis adalah konsentrat yang diberikan
adalah 50% dari jumlah susu yang dihasilkan
• Pemberian rumput: 10% dari bobot hidup
• Pada bulan ke dua masa laktasi kebutuhan pakan
akan meningkat
Hubungan Nutrisi Dengan Abnormalitas Sistem
Reproduksi
Nutrisi Gangguan Reproduksi
Kelebihan Energi Konsepsi rendah, abortus, distokia, retensi
plasenta, penurunan libido
Defisiensi Energi Pubertas tertunda, hambatan estrus dan ovulasi,
hambatan libido dan produksi sperma
Kelebihan Protein Angka konsepsi rendah
Defisiensi Protein Hambatan estrus, konsepsi rendah, resorpsi
fetal, kelahiran premature, kelahiran anak yang
lemah
Defisiensi Vit A Gangguan proses Spermatogenesis, anestrus,
konsepsi rendah, abortus, kematian anak atau
kondisi anak lemak, retensi plasenta
Defisiensi Vit D Kerusakan perkembangan otot, Rachitis
Defisiensi Calsium Kerusakan tulang, penurunan daya tahan anak
Defisiensi Phosphor Anestrus, estrus yan tidak teratur
Defisiensi Iodine Impaired perkembangan fetal, estrus tidak
teratur, retensi plasenta
Defisiensi Selenium Retensi plasenta
Sumber : Bearden et al., 2004
Pengukuran Efisiensi Reproduksi

1. Umur Melahirkan Pertama


2. Days Open : Jarak antara Melahirkan – Perkawinan kembali
postpartum
Jumlah betina bunting hasil kawin pertama
3. First Service Conception = x 100%
Jumlah betina yang dikawinkan

4. Calving Interval = Jarak antara Kelahiran yang Berurutan

Jumlah Perkawinan pada Seluruh Sapi ♀


5. Service per Conception =
Jumlah Kebuntingan yang Terjadi

Jumlah betina Bunting


6. Pregnancy Rate = x 100 %
Jumlah betina dalam Populasi
Jumlah Anak yang Dilahirkan
7. Calving Rate = x 100 %
Jumlah betina dalam populasi

Jumlah Anak yang Disapih


8. Net Calf Crop = x
100 %
Jumlah betina dalam populasi

Jumlah induk tidak minta kembali kawin


9. Non return Rates = x 100 %
Jumlah betina dalam
• Gilmore dkk dalam Makin (2011) telah menemukan
rumus perhitungan efisiensi reproduksi pada sapi
perah berdasarkan kondisi dilapangan bahwa
seekor sapi perah beranak tiap tahun (12 bulan)
mempunyai efisiensi reproduksi 100%.

Rumus Gilmore :

No. of calves born


RE = 12 x -------------------------------------------------------- x 100%
(Age of cow – age of first breeding) + 3

RE : Reproduction efficiency
Indikasi Reproduksi untuk Peternakan Sapi Perah pada Kondisi
Pemeliharaan Tradisional dan Kelayakannya dalam Peningkatan
menuju Peternakan Semi Intensif

Sapi Perah
Optimum Kelayakan
Umur Pubertas (Bln) < 18 < 24
Umur Pertama beranak (Bln) < 30 <36
Jarak Partus – IB Pertama post partus < 60 < 90
(hari)
Jarak Partus – Bunting kembali pp (hari) < 85 < 115
Interval Kelahiran (Bln) 12-13 13-14
S/C pada IB pertama (%) > 60 > 55
Angka Kebuntingan (%) > 80 > 75
Angka Kelahiran ( %) > 75 > 70
S/C < 1.6 < 1.8
Sumber : Perera (1999)
Rekording Pada Sapi Perah

Pencatatan antara lain mrncakup data tiap ekor sapi,


yaitu :
1. Tanggal lahir dan nenek moyangnya (lebih lengkap
dengan grand parents)
2. Produksi air susu (data harian, data tiap minggu
atau tiap bulan dan perkiraan total laktasi)
3. Catatan informasi reproduksi (perkawinan dan
kelahiran)
4. Kesehatan dan data penyakit yang pernah
menyerang
Manfaat program pencatatan dalam usaha sapi perah
diantaranya adalah:
1. Dapat mengidentifikasi dari setiap sapi yang dipelihara
2. Dapat diketahui produksi susu/ ekor, lama produksi
susu rata-rata produksi susu keseluruhan.
3. Dapat diketahui induk-induk sapi perah yang dapat
berproduksi susu tinggi, sehingga turunannya
(pedetnya) dapat dijadikan bibit sendiri.
4. Dapat diketahui bila ada induk sapi perah yang
mengalami gangguan reproduksi, misalnya sulit birahi
kembali pasca beranak.
5. Dapat dievaluasi kualitas dan teknik pemberian pakan
yang telah dilakukan, bila ada kekurangan dapat
diperbaiki.
6. Dapat melakukan evaluasi pengelolaan yang telah lalu
untuk menentukan kebijakan yang akan datang.
Contoh Blangko Pencatatan
Produksi Susu

Jumlah Susu (Liter) :


Nomor/Nam Tanggal
a Sapi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ... 30 31
.
Contoh Kartu Perkawinan dan Kelahiran

Nama Induk : Kawin Beranak


Nomor Telinga : Tanggal Pejantan Tangga Sex Berat(Kg)
l
Tgl. Lahir :
Bangsa

Sumber : Toelihere (1979)


Formulir
INSEMINASI BUATAN
Seri : .....................................
(rangkap 3)

Nama .........................................
...........................................
Pemilik/Perusah : Alamat : ...
..
aan
: ............................................... : ........................... No. Kode
Nama Sapi No. Telinga
.. ............................
Tanggal : ............................................... : I; II; III; IV
Ke
Inseminasi .. ..............................................
: ............................................... : ..............................................
Nama Pejantan No. Kode
.. .
Tgl. Inseminasi : ............................................... : ..............................................
No. Kode
Sebelumnya .. .
: ............................................... : ..............................................
Derajat Berahi
.. .
Dst dapat dilihat pada Toelihere (1979)

Anda mungkin juga menyukai