Traksi Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot, mereduksi, mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur, mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginkan untuk mendapatkan efek terapeutik (Smeltzer & Bare, 2004 ). Beban traksi 1. Dewasa = 5 - 7 Kg 2. Anak = 1/13 x BB (Barbara, 1998). Menurut Sjamsuhidayat (1997), beban tarikan pada traksi kulit tidak boleh melebihi 5 kg, karena bila beban berlebih kulit dapat mengalami nekrosis akibat tarikan yang terjadi karena iskemia kulit. Pada kulit yang tipis, beban yang diberikan lebih kecil lagi dan pada orang tua tidak boleh dilakukan traksi kulit. Traksi kulit banyak dipasang pada anak-anak karena traksi skelet pada anak dapat merusak cakram epifisis. Jadi beratnya beban traksi kulit antara 2-5 kg. Tujuan • mengurangi dislokasi atau sublukasi • memeprtahankan ke sejajajaran tulang • mengurangi spasme otot, mereduksi • mencegah deformitas (memperbaiki letak sendi panggul pada penyakit Congenital Dislocation of the Hip (CDH) • mengistirahatkan bagian yang sakit/trauma agar tidak terjadi kerusakan jaringan lunak • memperluas bagian sendi untuk prosedur arthroscopy Klasifikasi 1. Manual Traksi yaitu traksi yang di tarik secara manual oleh tangan seperti pada pemasangan gips 2. Skin Traksi /traksi kulit yaitu menarik bagian tubuh di mana traksi tersebut menempel pada bagian kulit, terjadi akibat beban menarik tali, spon karet atau bahan kanvas yang di lekatkan pada kulit. Traksi kulit ini biasanya di gunakan bila daya tarik yang di perlukan kecil. 3. skeletal traksi INDIKASI 1. Traksi rusell, digunakan pada pasien fraktur pada plato tibia 2. Traksi buck, untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut 3. Traksi Dunlop, merupakan traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan traksi vertical diberikan pada lengan bawah dalm posisi flexsi. 4. Traksi kulit Bryani, sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah tulang paha 5. Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada korpus pemoralis orang dewasa 6. Traksi 90-90-90 pada fraktur tulang femur pada anak-anak usia 3 thn sampai dewasa muda (Barbara, 1998). Jenis/ model skin traksi;
Buck’s extension; digunakan pd faktur femur
bryant traction; di gunakan pada dislokasi panggul, untuk anak < 1 tahun, penyakit development russel traction: suatu balanced traksi, di gunakan pada fraktur HIP, kalau pada anak- anak sering di gunakan pada fraktur femur. dunlop traction: di gunakan pada fraktur supra coundiler humerus, lengan tangan di gantung dengan skin traksi 90-90 upper extremity traction/ side arm traction: di gunakan pada fraktur supracondiler elbow, humerus, sholder Skeletal Traksi yaitu menarik bagian tubuh dimana traksi tersebut menempel pada tulang dan menarik langsung tulang, traksi ini lebih kuat gaya tarikannya. skeletal traksi ini biasanya menggunakan steinmanns pins atau kirschner wires yang di pasang di daerah distal femur/proximal tibia/proximal ulna. Mengutip pendapat Sjamsuhidajat (1997), bahwa beban traksi untuk reposisi tulang femur dewasa biasanya 5-7 kg, pada dislokasi lama panggul bisa sampai 15-20 kg. tapi ada beberapa referensi beban yang di gunakan 7-12 kg atau 1/7 BB sd 1/10 BB dan ini di sesuaikan dengan hasil rongen/x-rai bila hasil belum mencapai efek terapeutik biasanya beban akan di tambah Jenis-jenis/ Model Skeletal Traksi; Halo traksi Komplikasi • gangguan neurovascular: kaji syaraf peronela, tibial, radial, dan ulna, kaji pulse, sensasi, pain, paralisis, paraestesia. • inadekuat fraktur alignment • fat emboli dan emboli paru • skin traksi: gangguan integritas kulit • skeletal traksi: pin tract infection Pendidikan Kesehatan apa saja untuk pasien dengan traksi???? • ajarkan latihan: quadrisep exercise/ gastronemus exercise dan ankle pump ini berfungsi untuk mempertahankan sirkulasi darah akibat immobilisasi dan akan mengurangi resiko DVT atau emboli paru • isotonik isometrik exercise makan diet tinggi kalori tinggi protein banyak minum untuk mengurangi kemungkinan resiko gangguan eleminasi; BAB akibat immobilisasi lama Prinsip Traksi Efektif 1. Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif 2. Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi fraktur efektif. 3. Traksi kulit pelvis dan serviks sering digunakan untuk mengurangi spasme otot dan biasanya diberikan sebagai traksi intermiten. 4. Traksi skelet tidak boleh terputus. 5. Pemberat tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermiten. # Setiap faktor yang dapat mengurangi tarikan atau mengubah garis resultanta tarikan harus 6. Tubuh pasien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika traksi dipasang. 7. Tali tidak boleh macet 8. Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau lantai 9. Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat tidur. 10. Selalu dikontrol dengan sinar roentgen ( Brunner & suddarth, 2001 ). PRISIP PERAWATAN TRAKSI 1. Berikan tindakan kenyamanan (ubah posisi, pijatan punggung dan aktivitas terapeutik). 2. Berikan obat sesuai indikasi (analgesik relaksan otot). 3. Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi. 4. Beri penguatan pada balutan awal/pengganti sesuai indikasi. 5. Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput. 6. Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar. 7. Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress (bimbingan imajinasi, nafas dalam). 8. Kaji derajat imobilisasi yg dihasilkan 9. Identifikasi tanda/gejala yg memerlukan evaluasi Pustaka Brown BH, Smallwood RH, Barber DC, Lawford PV, Hose DR. (2009). Medical Physics and Biomedical Engineering. Bristol and Philadelphia. Institute of Physics Publishing Ltd. Faller A., Schuenke M., Schuenke G. (2004). The Human Body An Introduction to Structure and Function. Stuttgart. Thieme Flitter, H. H. (2007). An Introduction to Physics in Nursing: C. V. Mosby Company. Gabriel JF. (2006). Fisika Kedokteran. Jakarta. EGC. Yıldırım, N., Ulusoy, M. F., & Bodur, H. (2010). The effect of heat application on pain, stiffness, physical function and quality of life in patients with knee osteoarthritis. [Article]. Journal of Clinical Nursing, 19(7/8), 1113-1120. doi: 10.1111/j.1365- 2702.2018.03070.x terimaksih
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis