Anda di halaman 1dari 27

Om Swastyastu

Anggota Kelompok
• I Made Dhiyosa Dharmaditya (16)
• Kadek Aditya Saputra (21)
• Komang Gede Dido Mahendra (24)
• Marsha Puda Aurellia Indrananta (27)
• Ni Made Sintia Paramitha (29)
• Putu Adinda Febriani Mahaputri (34)
• Putu Jerianata Putra (35)
Bullying di Sekolah
Bullying di Sekolah

Latar Belakang
Bullying merupakan salah satu tindakan perilaku agresif yang
sengaja dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara
berulang-ulang dan dari waktu ke waktu terhadap korban.
Bullying di Sekolah

Latar Belakang
Bullying merupakan salah satu Tindakan perilaku agresif yang
sengaja dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara
berulang-ulang dan dari waktu ke waktu terhadap korban.
Bullying dapat berupa ancaman fisik atau verbal
Bullying terdiri dari perilaku langsung (mengejek, mengancam,
mencela, memukul, dan merampas) kepada korban yang
dilakukan oleh satu orang atau lebih.
Bullying terdiri dari perilaku langsung (mengejek, mengancam,
mencela, memukul, dan merampas) kepada korban yang
dilakukan oleh satu orang atau lebih.
Selain itu Bullying juga dapat berupa perilaku tidak langsung
(menjelekkan seseorang di belakang, menyindir, menghasut orang
lain untuk menjauh) kepada korban yang dilakukan oleh satu
orang atau lebih.
Faktor Penyebab
Faktor Penyebab
Faktor penyebab terjadinya Bullying adalah:
Faktor Penyebab
Faktor penyebab terjadinya Bullying adalah:
1. Iklim Sekolah
Jika iklim sekolah positif maka semakin rendah potensi bullying akan terjadi, namun jika
iklim sekolah negative maka semakin tinggi pula potensi perilaku bullying terjadi.
Seperti siswa lain yang tidak peduli terhadap bullying dan tidak melaporkan kepada guru
jika mereka melihat bullying sedang terjadi, serta minimnya informasi mengenai bahaya
perilaku bullying di sekolah yang dapat menyebabkan bullying terjadi.
2. Berasal dari Lingkungan Kelompok Teman Sebaya
Jika seorang pelajar berteman atau bergaul dengan anak-anak yang memiliki masalah dalam
lingkungan sekolahnya dan berperilaku tidak sopan, suka menghina, merendahkan korban,
maka pelajar tersebut dapat terpengaruh untuk melakukan hal yang sama seperti apa yang
dilakukan teman-temannya.
3. Perhatian Pihak Sekolah.
Cukup banyak sekolah yang mengabaikan perilaku bullying sehingga menjadi satu
kekuatan yang cukup untuk pelajar melancarkan perilaku bullying. Hal ini juga didukung
dengan rendahnya pengawasan dari pihak sekolah mengenai bullying yang terjadi
dilingkungan sekolah, sehingga pihak sekolah juga sulit untuk melakukan tindakan
pencegahan bullying maupun hukuman kepada pelaku bullying.
3. Perhatian Pihak Sekolah.
Cukup banyak sekolah yang mengabaikan perilaku bullying sehingga menjadi satu kekuatan
yang cukup untuk pelajar melancarkan perilaku bullying. Hal ini juga didukung dengan
rendahnya pengawasan dari pihak sekolah mengenai bullying yang terjadi dilingkungan
sekolah, sehingga pihak sekolah juga sulit untuk melakukan tindakan pencegahan bullying
maupun hukuman kepada pelaku bullying.
Sebagai bukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Tumon (2014) didapatkan bahwa dari 188
siswa, 76,6% mengatakan pihak sekolah tidak mengetahui adanya bullying, dan 62,8%
mengatakan sekalipun pihak sekolah mengetahui, pihak sekolah tetap tidak memberikan sanksi
apapun.
Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa jika pihak sekolah juga
lemah dalam memberikan sanksi kepada pelaku bullying, karena hal tersebut
pelaku bullying dapat dengan mudah menyebar-luaskan perilakunya di
lingkungan sekolah
Bentuk Kekerasan
Bentuk Kekerasan
Bentuk kekerasan bullying disekolah biasanya termasuk ke dalam 2 bentuk
kekerasan yaitu:
Bentuk Kekerasan
Bentuk kekerasan bullying disekolah biasanya termasuk ke dalam 2 bentuk
kekerasan yaitu:
1. Physical Bullying
Physical Bullying atau kekerasan fisik biasanya seperti mendorong, memukul, menampar,
meludah, menyandung, merusak barang-barang korban, dan lain sebagainya.
Bentuk Kekerasan
Bentuk kekerasan bullying disekolah biasanya termasuk ke dalam 2 bentuk
kekerasan yaitu:
1. Physical Bullying
Physical Bullying atau kekerasan fisik biasanya seperti mendorong, memukul, menampar,
meludah, menyandung, merusak barang-barang korban, dan lain sebagainya.

2. Verbal Bullying
Verbal bullying adalah kejahatan yang dilakukan dengan mengejek, menghina, menuduh, dan
bergosip menggunakan kata yang tidak layak dan belum tentu benar adanya.
Dampak Kekerasan Bullying
Dampak Kekerasan Bullying
Segala bentuk kekerasan tentu saja memberikan dampak yang buruk bagi korban. Berikut
dampak dari kekerasan bullying di sekolah.
Dampak Kekerasan Bullying
Segala bentuk kekerasan tentu saja memberikan dampak yang buruk bagi korban. Berikut
dampak dari kekerasan bullying di sekolah.
Dampak Bullying terhadap emosional dan social anak
Bullying di sekolah bisa memengaruhi kondisi emosi dan social anak.
Tidak menutup kemungkinan, anak menjadi sulit untuk berteman di sekolah, merasa tidak
berdaya, frustasi, kesepian, tidak merasa berharga karena kerap kali mendapat julukan yang
buruk.
Dampak Bullying terhadap fisik.
Memukul, menggigit, mendorong, menjambak, menendang, hingga mencakar.
Bila anak mendapat perlakukan tersebut maka berisiko mengalami berbagai masalah
Kesehatan, seperti lebih sering sakit, punya bekas memar, cemas, hingga gelisah terus
menerus.
Dampak Bullying terhadap fisik.
Memukul, menggigit, mendorong, menjambak, menendang, hingga mencakar.
Bila anak mendapat perlakukan tersebut maka berisiko mengalami berbagai masalah
Kesehatan, seperti lebih sering sakit, punya bekas memar, cemas, hingga gelisah terus
menerus.
Dampak Bullying terhadap nilai akademik
Efek bullying juga berimbas pada akademik anak, faktanya nilai yang turun jadi penanda
bahwa anak jadi korban bullying. Akibat merasa takut karena memikirkan perlakuan pelaku
sehingga konsentrasi belajar anak menjadi berkurang karena anak ingin menghindari sekolah
karena perlakuan bullying yang korban dapatkan.
Solusi
Solusi
Dari berbagai factor yang telah dijelaskan tadi, dapat dikatakan bahwa sekolah menjadi salah
satu bagian penyumbang terhadap terjadinya tindakan bullying di kalangan pelajar.
Jika dari ketiga factor tersebut kita tidak melakukan perubahan apapun, maka perilaku bullying
tetap bisa berkembang dan semakin besar kemungkinannya terjadi di lingkungan sekolah.
Pihak sekolah juga merupakan pihak yang penting untuk memberikan sumbangsih terhadap
pencegahan dari perilaku bullying setelah orang tua dan keluarga, sehingga jika pihak sekolah
saja lemah dan terkesan tidak peduli serta menunda-nunda dalam menangani permasalahan ini.
Maka tidak menutup kemungkinan bullying akan menjadi tradisi dan kegiatan wajib tahun ke
tahun oleh pelajar di dalam lingkungan sekolah.
Hanya dengan memberikan perhatian kecil kepada pelajar atas setiap
perilaku yang mereka lakukan atau perhatian yang mereka harapkan dari
kita, maka celah-celah tersebut dapat berkurang sedikit demi sedikit.
Om Shanti Shanti Shanti
Om

Anda mungkin juga menyukai