Anda di halaman 1dari 301

PELAYANAN

PUSKESMAS
DIMASA COVID-19

PELATIHAN PEMBEKALAN PENUGASAN KHUSUS


INDIVIDU DIPUSKESMAS PADA MASA PANDEMI
COVID 19
2020
Created By-MM Tea
PELAYANAN PUSKESMAS
DIMASA COVID-19
BAPELKES BATAM
25 JULI 2020
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

OUTLINE
UPAYA KESEHATAN PERSEORANGAN

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Tujuan Umum:
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu melakukan
Pelayanan Puskesmas pada
TUJUAN Masa Pandemi COVI-19

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu melakukan:
1. Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) di Puskesmas pada Masa
Pandemi COVID-19
TUJUAN 2. Upaya Kesehatan Perorangan di
Puskesmas pada Masa Pandemi
COVID-19

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Upaya Kesehatan
Masyarakat
• Upaya Kesehatan
POKOK
Perseorangan
BAHASAN

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Visi dan Misi Presiden
TRISAKTI:
Mandiri di bidang ekonomi; Berdaulat di bidang politik;
3 DIMENSI PEMBANGUNAN: PEMBANGUNAN MANUSIA, SEKTOR

Berkepribadian dalam budaya

NORMA PEMBANGUNAN KABINET KERJA


UNGGULAN, PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN

9 AGENDA PRIORITAS (NAWA CITA)


Agenda ke 5: Meningkatkan kualitas Hidup Manusia Indonesia

PROGRAM INDONESIA PROGRAM INDONESIA PROGRAM INDONESIA KERJA


PINTAR SEHAT PROGRAM INDONESIA SEJAHTERA
RENSTRA
2015-2019

PARADIGMA SEHAT PENGUATAN YANKES JKN

PENDEKATAN
KELUARGA KELUARGA NUSANTARA
dr. WildaSEHAT
DTPK
7/17/20
GERMAS
Hayati, MM. SEHAT
PROGRAM INDONESIA SEHAT
RENSTRA
2015-2019

Pilar 1. Paradigma Pilar 2. Penguatan Pilar 3. JKN


Sehat Yankes
Kegiatan
Kegiatan
Kegiatan • Peningkatan Akses terutama pd • Benefit
• Promotif – preventif FKTP • Sistem pembiayaan:
• Optimalisasi Sistem Rujukan asuransi – azas gotong
sebagai landasan royong
• Peningkatan Mutu
pembangunan kesehatan • Kendali Mutu & Kendali
• Pemberdayaan Penerapan pendekatan Biaya
continuum of care • Sasaran: PBI & Non PBI
masyarakat
Intervensi berbasis resiko
• Keterlibatan lintas sektor Tanda kepesertaan KIS
kesehatan (health risk)

PENDEKATAN DTP
KELUARGA KELUARGA SEHAT K
GERMAS
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
KERANGKA KONSEP “PENDEKATAN KELUARGA”
Program Gizi, Kesehatan Ibu & Anak
Fungsi 1. Keluarga mengikuti KB
OUTPUT
“Puskesmas” 2. Ibu melakukan persalinan di Faskes
KLASIFIKASI KEWENANGAN PUSKESMAS

OUTPUT 3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap


4. Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan
5. Memantau pertumbuhan dan perkembangan balita
SESUAI FUNGSI (Pasal 7)

INDIKATOR
1. UPAYA KESEHATAN tiap bulan
KELUARGA
MASYARAKAT (UKM) SEHAT Pengendalian Peny. Menular & Tidak Menular
6. Penderita TB Paru berobat sesuai standar
a. UKM Esensial 7. Penderita hipertensi berobat teratur
b. UKM Pengembangan 8. Gangguan jiwa berat tidak diterlantarkan
Perilaku dan kesehatan lingkungan
9. Tidak ada anggota keluarga yang merokok
10. Keluarga mempunyai akses terhadap air bersih
2. UPAYA KESEHATAN
11. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan
PERORANGAN (UKP) jamban sehat
12. Sekeluarga menjadi anggota JKN
(Permenkes
7/17/20 75/2014) Note
dr. Wilda : dapat
Hayati, ditambahkan indikator sesuai kebutuhan setempat
MM.
This Photo by Unknown Author is licensed under
CC BY-SA

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


LAMA BARU
PMK No. 43/ 2016 PMK No. 4/ 2019

Standar Pelayanan 12 Indikator Provinsi: Bencana/ wabah & KLB


Minimal Kota: 12 Indikator SPM
Kinerja Program Kinerja Pemerintah Daerah
Kesehatan Hak masyarakat mendapatkan
pelayanan

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


UKM Esensial di Puskesmas:
A. Promosi Kesehatan
B. Kesehatan Lingkungan
UPAYA C. Kesehatan Keluarga (Sesuai
KESEHATAN Siklus Hidup)
MASYARAKAT D. Gizi
E. Pencegahan & Pengendalian
Penyakit

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


B. Pelayanan Kesehatan Lingkungan

baik
fisik
Kesehata
n
lingkung
an: salah
satu
upaya
kesehata
Sosial n: Kimia
mewujud
kan
kualitas
lingkung Pasal 162 UU N0 36/2019
an yang tentang Kesehatan
Biolog
sehat,
i
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
PP Nomor
66/2014 tentang
Kesehatan
Lingkungan,
Dalam rangka
terwujudnya
kualitas lingkungan
yang sehat → upaya
pencegahan
penyakit dan/atau
gangguan kesehatan
dari faktor risiko
kesehatan
lingkungan di
permukiman,
tempat kerja,
tempat rekreasi
serta tempat dan
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM. fasilitas umum.
Tujuan Pelayanan
Dalam pengaturan Kesehatan Lingkungan:
Puskesmas ditegaskan Dengan terselenggaranya Pelayanan
bahwa salah satu Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
upaya kesehatan diharapkan dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat
masyarakat yang melalui upaya preventif, promotif,
bersifat esensial adalah dan kuratif yang dilakukan secara
berupa Pelayanan terpadu dan berkesinambungan.
Kesehatan Lingkungan

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Menurunkan angka penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan dan meningkatnya kualitas
kesehatan lingkungan Tujuan
khusus
Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampuan, dan perilaku
pelayanan
masyarakat untuk mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan, serta untuk kesehatan
mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat
lingkungan :
Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sektor
dalam pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
dengan
7/17/20
memberdayakan masyarakat dr. Wilda Hayati, MM.
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Jenis Pelayanan Kesling; KONSELING

• pasien yang menderita penyakit


dan/atau gangguan kesehatan &
keluarga
• integrasi pelayanan pengobatan
dan/atau perawatan.
• alat peraga, percontohan, dan media
informasi cetak atau elektronik.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Inspeksi Kesehatan Lingkungan:

1)Pengamatan fisik media lingkungan


2) Pengukuran media lingkungan di tempat
3) Uji laboratorium
4) Analisis risiko kesehatan lingkungan

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Intervensi Kesehatan Lingkungan:
Inspeksi → Intervensi Kesling
Mandiri, LP & LS
Intervensi kesehatan lingkungan dapat berupa :
1) Komunikasi, informasi, dan edukasi, serta penggerakan / pemberdayaan masyarakat
2) Perbaikan dan pembangunan sarana
3) Pengembangan teknologi tepat guna
4) Rekayasa lingkungan

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


a. Sumber Daya Manusia
• Paling sedikit 1 (satu) orang tenaga kesehatan
lingkungan yang memiliki izin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

b. Sarana dan Prasarana


• Sarana dan prasana paling sedikit meliputi :
1) Ruang untuk Konseling yang terintegrasi dengan
layanan Konseling lain
Sumber Daya 2) Laboratorium kesehatan lingkungan yang
terintegrasi dengan laboratorium yang ada Puskesmas
3) Peralatan yang dibutuhkan dalam Intervensi
Kesehatan Lingkungan
4) Media komunikasi, informasi, dan edukasi

c. Pendanaan
• Pendanaan dibebankan pada anggaran Pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau sumber lain yang sah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN PASIEN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA


PUSKESMAS :
KECAMATAN :

KARTU STATUS KESEHATAN LINGKUNGAN


No. Reg :
Nama Pasien/Klien :
Nama KK :
Umur : (hari/bulan/tahun)
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan *)
Pekerjaan :
Alamat :

NO HP :
NO BPJS :

KONSELING INSPEKSI KESLING


TGL INTERVENSI KET
KONDISI/ MASALAH SARAN/ REKOMENDASI TGL HASIL
             
             
             
             

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Kesehatan Lingkungan pada masa
pandemi COVID-19
K
o
n
I
n
tervis
p
w

s eksi
K
es
h

e
Li
at
n

l
n
gk
u
n

i
ga
n

n
g

P
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

A
i
r

L
i
m
b
a
h

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


PELAYANAN KESEHATAN
IBU, ANAK & KB
Sasaran pembangunan kesehatan pada tahun 2025

Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat,

Meningkatnya Umur Harapan Hidup,

Kesehatan Ibu, Menurunnya Angka Kematian Bayi,

Anak, dan KB
di Puskesmas Menurunnya Angka Kematian Ibu,

Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Kesehatan Ibu, Anak, dan KB di Puskesmas
Penyebab Kematian Ibu
Hipertensi Dalam Kehamilan Perdarahan Post Partum

 Penyebab ini dapat diminimalkan apabila


kualitas pelayanan antenatal dilaksanakan
dengan baik dan penanganan komplikasi yang
cepat dan tepat.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak
sehat antara lain adalah

• penyakit infeksi seperti malaria, TBC, HIV/AIDS,


• serta risiko 4 T

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Pelaksanaan UKM Esensial KIA-KB

• Pelayanan antenatal sesuai standard bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas
kesehatan
• Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten di fasilitas
kesehatan
• Pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standard di semua fasilitas kesehatan
• Deteksi dini faktor risiko dan penanganan komplikasi pada ibu dan atau bayi
baru lahir oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat
• Pelayanan bagi seluruh bayi sesuai standard di semua fasilitas kesehatan
• Pelayanan bagi seluruh anak balita sesuai standard di semua fasilitas
kesehatan
• Pelayanan KB bagi Pasangan Usia Subur yang sesuai standard
• Strategi yang dilakukan dalam upaya meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
ibu, bayi baru lahir dan anak, dilakukan dengan pendekatan Continuum of Care

• Deteksi gangguan
• Promosi Gaya kognitif untuk
Hidup Otak Sehat, mengoptimalkan
• Identifikasi dan mandiri dan
optimalisasi kualitas hidup
produktif
• Optimalisasi kecerdasan
• KB bagi PUS
• Posyandu Lansia
kesiapan belajar majemuk pada
• Deteksi dan remaja • PKRT • Peningkatan
pengembangan pengembangan
Inteligensia dan model belajar yang
• Kesehatan
• Deteksi PM dan
kualitas Hidup
• Deteksi
pengembangan upaya stimulasi efektif
reproduksi
PTM Mandiri
Inteligensia dan Kognitif • Konseling gizi
• Stimulasi dan nutrisi
pengungkit otak pada upaya stimulasi • SDIDTK • UKS • Kesehatan OR • Perlambatan
sensomotorik
HIV/AIDS dan
janin melalui Ibu Hamil
• P4K • ASI eksklusif
• Imunisasi • Imunisasi anak NAPZA dan kerja proses Degeneratif
• Buku KIA • Imunisasi dasar • Gizi sekolah
• ANC terpadu • Tablet Fe • Kesehatan Jiwa • Kesehatan Jiwa
lengkap • Kolaborasi PAUD,
• Kelas Ibu Hamil • Pemberian makan • Penjaringan anak
• APN
BKB, dan • Konseling Kespro
• Penimbangan Posyandu usia sekolah
• RTK
• Kemitraan Bidan Dukun • Vit A
• • PKRT
• MTBS
Deteksi dan • PMT
• KB PP
• PONED/ PONEK • Kesehatan Jiwa Simulasi kognitif • Kesehatan Jiwa
• Kesehatan Jiwa
• Kesehatan Jiwa • Kesehatan Jiwa
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Masa sebelum Masa kehamilan
hamil,
 Program
 WUS
Perencanaan
 Catin
Persalinan Dan
 PUS
Pencegahan
Keluarga
Berencana (KB) → Komplikasi (P4K), Pelayanan
Metode
kontrasepsi jangka
 Pelayanan antenatal kesehatan Ibu
terpadu (HIV,
panjang (MKJP) → Malaria, gizi, Sifilis,
kehamilan
terencana dengan HBSAG dll),
baik  Pelaksanaan kelas ibu
hamil.
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Pelayanan antenatal komprehensif dan
berkualitas → semua ibu hamil Terpadu
dengan program lain yang memerlukan
intervensi selama kehamilannya seperti
1. Pelayanan  Maternal Neonatal Tetanus Elimination,
 Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan
Antenatal  Pencegahan dan pengobatan IMS (Infeksi
Menular Seksual)-Sifilis/ISK (Infeksi
Terpadu Saluran Kencing) dalam kehamilan
 Pencegahan penularan HIV dari ibu ke
anak (PPIA) dll.
 Pemeriksaan HBSAG

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Standar pelayanan antenatal ibu hamil 10 T:
Ukur TB & BB
Tablet besi (FE)

Tekanan darah
Tes lab sederhana
Nilai status gizi LILA)

Tinggi fundus uteri


Tata laksana kasus
Tentukan presentasi janin
denyut jantung janin
Temu wicara
TT

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


2. Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
Suatu Kegiatan yang difasilitasi oleh Bidan di Desa → peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat →
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan
penggunaan KB pasca persalinan.
Penggunaan stiker dalam P4K merupakan media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu
pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.

Stiker P4K memuat informasi tentang:


Tujuan P4K adalah:
 Lokasi tempat tinggal ibu hamil
 Terdatanya ibu hamil
 Identitas ibu hamil
 Persalinan terencana
 Taksiran persalinan
 Peningkatan peran serta masyarakat
 Penolong persalinan, pendamping persalinan
dan fasilitas tempat persalinan.
 Calon donor darah, transportasi yang akan
digunakan serta pembiayaan
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
KESEHATAN IBU & ANAK → BUKU KIA
KELAS IBU HAMIL

• Tanda-tanda kehamilan
• Perawatan selama Kehamilan
• Tanda bahaya kehamilan
• Tanda-tanda persalinan
• Tanda bahya persalinan
• Perawatan Nifas
• Perawatan Bayi Baru Lahir

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Rumah tunggu kelahiran dapat merupakan sebuah
rumah atau suatu ruangan yang merupakan bagian
dari rumah dan bangunan lain
• Rumah tunggu kelahiran dapat juga dipilih dari rumah
Kriteria keluarga atau rumah kerabat ibu hamil, asalkan
jaraknya dekat dengan fasilitas kesehatan serta

Pemilihan transportasinya mudah


• Untuk pemilihan rumah tunggu kelahiran ini, perlu
diperhatikan kelayakan huni bagi ibu hamil dan
RTK pendampingnya, dimana terdapat ruangan untuk tidur
dan kamar mandi serta air bersih
• Apabila terjadi komplikasi pada masa kehamilan,
persalinan dan nifas, maka perlu dirujuk dan
mendapatkan penanganan tepat waktu di fasyankes
rujukan baik ke Puskesmas PONED maupun RS PONEK

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Perawatan nifas

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


KESEHATAN IBU & ANAK → BUKU KIA
KELAS IBU HAMIL KELAS IBU BALITA

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


1. Ibu Hamil
Kesehatan 2. Ibu Bersalin
Keluarga 3.
4.
Ibu Nifas
Bayi Baru Lahir
5. Balita & Anak Pra Sekolah
6. Usia Sekolah & Remaja
(Sesuai Siklus 7. Calon Pengantin
Hidup) pada 8.
9.
Pasangan Usia Subur (PUS)
Lansia
masa Pandemi 10. Anak terdampak COVID-19 yang bermasalah
11. Tatalaksana Kekerasan terhadap Perempuan &
COVID-19 Anak

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Periksa hamil pertama kali
• Periksa hamil rutin
• Periksa hamil Trimester 3
• Pengisian Stiker P4K
1. Ibu Hamil • Kelas Ibu Hamil
• Bumil Periksa Diri & Gerakan
Janin
• Bumil dengan Kasus COVID-
19

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Persalinan Normal

2. Ibu Bersalin Bumil Resiko Tinggi

Pelayanan KB

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


KN 1

3. Ibu Nifas KB

Bufas & Keluarga paham tanda bahaya

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


d. Pelayanan Bayi Baru Lahir
PERWATAN BAYI BARU LAHIR → MTBM
6 Jam Pertama 6 Jam – 28 Hari
• Menjaga bayi tetap hangat • Menjaga bayi tetap hangat
• IMD • Perawatan tali pusat
• Pemotongan & perawatan tali pusat • Pemeriksaan bayi baru lahir
• Pemberian suntikan vitamin K1 • Perawatan metode kangguru → bayi berat lahir
• Pemberian salep mata antibiotic rendah
• Imunisasi hepatitis B0 • Pemeriksaan status vitamin K1 profilaksis dan
• Pemeriksaan fisik bayi baru lahir imunisasi
• Penanganan asfiksia bayi baru lahir • Penanganan bayi baru lahir sakit dan kelainan
• Pemberian tanda identitas diri bawaan
• Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, • Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani,
dalam kondisi stabil, tepat waktu ke dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas
fasilitas kesehatan yang lebih mampu kesehatan yang lebih mampu
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
skrining hipotiroid kongenital
Pengambilan sampel darah bayi (42 – 72 jam.
Bila posistif harus dilakukan pengobatan sebelum
usia 1 bulan
• Pemberian KIE (Komunikasi, Informasi & Edukasi)
kepada ibu & keluarga mengenai:
• Perawatan bayi baru lahir
• ASI eksklusif
• Tanda bahaya pada bayi baru lahir
• Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
• KIE dilakukan oleh tenaga kesehatan dan kader
dengan menggunakan buku KIA dan atau media
KIE lainnya.
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Pelayanan Neonatal esensial saat lahir (0 – 6 jam)

Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK)

4. Bayi Baru
Lahir
KN1

KIE untuk Ibu

Pelayanan BBL dari Ibu ODP, PDP, OTG dan Kasus Terkonfirmasi

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Pelayanan Kesehatan Anak

• Janin hingga remaja,


• Akses pelayanan kesehatan standard
yang sesuai dengan kebutuhan di
setiap fase kehidupannya.
• Bayi baru lahir: IMD, Vitamin K1 Inj,
imunisasi HB 0,
• Bayi – balita: imunisasi dasar
lengkap, Vitamin A, pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan.
• Anak sekolah dasar: imunisasi
lanjutan
• remaja mendapatkan tablet tambah
7/17/20 darah dll.
dr. Wilda Hayati, MM.
a. Upaya peningkatan kelangsungan hidup anak
Pelayanan kesehatan Prioritas: tingginya angka kematian bayi & balita,
(promotif, preventif, kuratif & rehabilitative)
anak
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
a. Upaya peningkatan kelangsungan hidup anak
Prioritas: tingginya angka kematian bayi & balita, (promotif,
Pelayanan kesehatan preventif, kuratif & rehabilitative)

anak
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Pelayanan kesehatan anak

a. Upaya peningkatan kelangsungan


hidup anak

Prioritas: tingginya angka kematian


bayi & balita, (promotif, preventif,
kuratif & rehabilitative)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


a. Upaya peningkatan kelangsungan hidup anak
Prioritas: tingginya angka kematian bayi & balita,
Pelayanan (promotif, preventif, kuratif & rehabilitative)
kesehatan anak Pelayanan Kesehatan Ibu – Anak terintegrasi

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Pelayanan kesehatan anak

a. Upaya peningkatan kelangsungan


hidup anak
Prioritas: tingginya angka kematian
bayi & balita, (promotif, preventif,
kuratif & rehabilitative)
Perbaikan perilaku keluarga dan
masyarakat.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


b. Upaya peningkatan kualitas hidup anak
Pelayanan • upaya pemenuhan hak anak → terjamin
kesehatan anak kebutuhan dan perkembangan

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


c. Perlindungan Kesehatan Anak
→ terpenuhinya hak-hak anak → hidup, tumbuh & berkembang dengan
baik, serta memberikan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pelayanan kesehatan:
• korban kekerasan, termasuk kasus tindak perdagangan anak
• anak yang berhadapan dengan hukum di lapas/rutan
• anak dengan disabilitas
• anak telantar di panti/lembaga kesejahteraan sosial anak
• anak jalanan/pekerja anak
• anak di daerah terpencil dan tertinggal, perbatasan dan terisolasi.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


a. Pelayanan kesehatan bayi, Pelayanan kesehatan anak usia sekolah
dan remaja → meningkatkan kesehatan
balita & prasekolah, meliputi:
masa usia sekolah & remaja → promotif
1) Pemberian ASI eksklusif & preventif :
Pelayanan 2) Pemberian ASI hingga 2 thn Program Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR)
3) Pemberian MP ASI > 6
Kesehatan bulan
→ remaja (10-18 tahun) sekolah/di luar
sekolah.

anak 4) Pemberian IDL: bayi


5. Pemberian imunisasi
 pemberian informasi dan edukasi;
pencegahan perilaku beresiko ( seks
pranikah & bahaya aborsi
lanjutan -
 Pelayanan klinis medis:pemeriksaan
6) Pemberian vitamin A, penunjang & rujukan;
7) SDIDTK  Konseling; kesehatan Remaja:
Kespro,
8) MTBS
 Pendidikan Keterampilan Hidup
9) Rujukam Sehat
 Pelatihan pendidik/konselor sebaya;
 pelayanan rujukan sosial dan
pranata hukum.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


2) Peningkatan derajat
kesehatan Usaha
Kesehatan Sekolah

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Asupan Gizi Seimbang sesuai Umur Anak (Buku
KIA)
• Pantau tumbuh & Pemberian Obat Pencegahan
5. Balita & Anak Masal (POPM) Cacingan ditunda
• Pantau & Stimulasi Kembang Balita & Anak Pra
Pra Sekolah Sekolah secara Mandiri di Rumah (Buku KIA)
• Pantau Balita Beresiko, Imunisasi, Kapsul Vit. A

pada masa dengan telekonsultasi/ janji temu/ kunjungan


rumah
• Periksa Khusus Tripel Eliminasi (HIV, Hepatitis,
Pandemi COVID- Sifilis) dengan telekonsutasi/ janji temu/ kunjungan
rumah
19 • Yan Imunisasi tentukan hari, jam & ruang/ tempat
khusus
• Kelas ibu Balita ditunda atau media daring
• Ibu & Keluarga paham Tanda Bahaya (Buku KIA)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


6. Usia Skrining Kesehatan pada Anak Usia Sekolah ditunda

Sekolah &
Remaja pada
masa Pandemi
COVID-19 KIE & Konseling pada Anak Usia Sekolah & Remaja melalui tele
informasi / Daring

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


7. Calon
KIE CATIN DENGAN TELEKOMUNIKASI/ MEDIA KOMUNIKASI/
JANJI TEMU

Pengantin
pada masa
Pandemi
COVID-19 PERIKSA KESEHATAN CATIN DITUNDA

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Mewujudkan kehamilan sehat dengan
mengatur jarak kehamilan :
a. Setelah persalinan, wanita seharusnya
menunggu 2 tahun untuk kembali
hamil lagi
Pelayanan
b. Setelah abortus, wanita seharusnya
Keluarga menunggu 6 bulan sebelum hamil
Berencana kembali
c. Wanita seharusnya menunggu hingga
usia 20 tahun, untuk hamil yang
pertama

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
KB interval, yaitu PUS yang • Fokus sasaran KB: menghindari kehamilan
menggunakan alat kontrasepsi “4 terlalu”. Kehamilan pada ibu dengan
di luar KB Pasca Persalinan status kesehatan kurang dan atau gizi
KB pasca persalinan, yaitu buruk, dan kehamilan yang tidak
PUS yang menggunakan alat
kontrasepsi langsung sesudah diinginkan.
melahirkan sampai dengan 42 • Pasangan usia subur yang belum/ tidak
hari. KB PP menggunakan berencana punya anak lagi dan tidak
metode KB modern yang memakai kontrasepsi, masuk ke dalam
tidak mengganggu proses kelompok yang berisiko tinggi.
laktasi.
• Terdapat beberapa metode kontrasepsi
modern yang efektif dalam mencegah
kehamilan. Berdasarkan waktunya,
pelayanan KB dibedakan menjadi:

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Upaya peningkatan pelayanan KB khususnya
pasca persalinan dinilai merupakan strategi
yang tepat. Kembalinya kesuburan perempuan
pada keadaan pasca persalinan tidak terduga
dan kadang dapat terjadi sebelum datangnya
menstruasi. Rata-rata pada ibu yang tidak
menyusui ovulasi terjadi pada 45 hari pasca
persalinan atau lebih awal, dan 2 dari 3 ibu
yang tidak menyususi akan mengalami ovulasi
sebelum datangnya menstruasi. Oleh karena
itu sangat baik untuk memulai kontrasepsi
seawal mungkin setelah persalinan.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Pemilihan metode KB menggunakan Sistem
kafetaria dengan tetap mengutamakan
pemilihan MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang) yaitu metode kontrasepsi yang
digunakan untuk menunda, menjarangkan,
serta menghentikan kesuburan, yang
digunakan secara jangka panjang, meliputi
AKDR, implan dan kontrasepsi mantap (MOP
dan MOW). Apapun metode yang dipilih,
berikan konseling yang baik agar
pemakaiannya berkesinambungan.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Pelayanan KB dengan janji temu

8. Pasangan Pelayanan KB (IUD/ Implan/ Suntik) berkoordinasi dengan PLKB &


Kader (Kondom)

Usia Subur
(PUS) pada Pelayanan KB (Pil KB) berkoordinasi dengan PLKB & Kader

masa Pandemi KIE & Konseling melalui Media Daring/ Konsul via Telepon
COVID-19
PUS tunda hamil dengan kontrasepsi

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


9. Lansia pada Pantau Kesehatan Lansia (Home
visit atau Home Care)
Masa
Pandemi Pantau Kemudahan Akses &
COVID-19 Pastikan Kecukupan Obat Rutin
Lansia dengan Penyakit Kronis/
Degeneratif

Promkes, KIE & Pantau Kes. Lansia


(Kelas Lansia & Pendampingan/
Seminar Kesehatan secara
Telekomunikasi Jarak Jauh
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
10. Anak Terdampak Covid-
19 yang bermasalah

11. Tatalaksana Kekerasan


terhadap Perempuan & Anak
sesuai Pedoman

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


C. Pelayanan Gizi di • Konsep Dasar Asuhan
Puskesmas Gizi
• • Problem gizi terjadi:
ketidaksesuaian antara asupan dan
kebutuhan tubuh akan zat gizi.
• Pengkajian, Diagnosis, Intervensi
dan Monitoring Evaluasi (PDIME)
dilaksanakan difasilitas pelayanan
kesehatan: RS, Klinik & Puskesmas

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Bagan PDIME dan Bahasa Terstandar (Terminologi)

Terminologi
Intervensi Gizi
Diagnosis gizi Pemberian makan/zat
gizi (ND)
Domain asupan (NI) Edukasi gizi (E)
Domain klinis (NC) Konseling gizi (C)
Domain lingkungan (NB)

Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4


 
Pengkajian Gizi Diagnosis gizi Intervensi Gizi Monitoring
dan Evaluasi

Terminologi pengkajian gizi

Riwayat gizi (FH)


Keterangan:
Laboratorium (BD) NI : Nutrition Intake FH : Food History
NC : Nutrition Clinical BD : Biochemical
Antropometri (AD) Data : Nutrition Behaviour
NB AD : Antropometri Data
NP : Nutrition Prescription PD : Physical Data
ND : Nutrition Dietary CH : Client History
C : Counselling
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
r data :
1)Data
profil
a. Langkah Puskes
mas
Pertama: 2)Hasil
Pengkajian surveila
ns gizi
Gizi, 3)Kejad
mencakup : ian KLB
(gizi &
kesehat
an)
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
b) Data yang dibutuhkan :
1) Data penduduk
2) Kinerja program gizi - cakupan program kesehatan lain
terkait
3) Cakupan Lintas Program terkait Program Gizi
4) Kesehatan Lingkungan dan PHBS
5) Sumberdaya program gizi (sarana, prasarana, alat, SDM,
anggaran dari berbagai sumber)
6) Sarana/prasarana dan alat untuk kebutuhan program gizi
7) SDM Gizi/SDM terkait program gizi
8) Anggaran mendukung operasional program gizi
9) Kondisi sosial-ekonomi masyarakat
10) Data spesifik yang dibutuhkan untuk kelengkapan proses
analisis masalah kesehatan dan gizi, yang spesifik untuk
wilayah kerja

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Untuk mendapatkan Informasi → diagnosis masalah gizi
→ individu, keluarga, kelompok &masy
→ masalah (Problem), penyebab masalah
→ latar belakang (Etiology),
→ gejala (Sign/Symptom)

2.
a) penyebab latar belakang & masalah dikaitkan
Pengolahan/analisis dengan :
data 1) Tingkat cakupan program gizi dan kesehatan
2) Perilaku sehat,tingkat kemandirian dalam kehidupan
sehat → masalah gizi
3) Kondisi lingkungan
– fisik-biologis
– Lingkungan psikologis
– Lingkungan sosial (sosial-ekonomi, sosial-budaya)
– Kebijakan-kebijakan (Pemda, Pusat)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


(1) Besaran masalah → data status gizi masy → target
gizi → RPJMN
(2) Temuannya harus ditangani→ data profil Puskesmas
& PIS-PK bila telah tersedia lengkap di semua
desa/kelurahan, berupa data sasaran :
c) Informasi • Masy perkelurahan → masalah gizi & kesehatan →
intervensi gizi
masalah →tanda • Kelompok dalam siklus hidup → perlu layanan
dan gejala promotif-preventif, intervensi gizi kuratif-rehabilitatif
• Individu masalah kesehatan → intervensi gizi dan
(Sign/Symptom): kesehatan, terkait dengan :
1. Kasus penanganan penyakit & intervensi gizi
(PM/PTM)
2.Angka kesakitan pada penyakit yang menjadi
masalah yang bersifat spesifik lokal (karena adanya
kantong-kantong masalah gizi tertentu yang bersifat
lokal, atau masalah penyakit tertentu yang bersifat
7/17/20
spesifik lokal)
dr. Wilda Hayati, MM.
1) Diagnosis ditetapkan pada sasaran:
a) Individu, dan Individu dalam konteks keluarga
b) Kelompok
c) Masyarakat

2) Penetapan/rumusan diagnosis
a) Masalah (Problem), potensi masalah/ sudah
dalam kondisi masalah
Diagnosis (PES) b) Etiology, penyebab masalah & latar
belakang/akar masalahnya
c) Tanda/gejala (Symptom/Sign → besaran
masalah
→ ukuran/indikator target upaya
penyelesaian masalah
→indicator tingkat pencapaian keberhasilan
yang dilaksanakan

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Intervensi → urutan prioritas berdasarkan temuan
data:
I. Urutan prioritas masalah status gizi masyarakat yang
perlu diatasi di wilayah kerja Puskesmas
a. Masalah: indikator status gizi masyarakat: RPJMN
(Seriousness)
c. Rencana b. Keberhasilan pembinaan pelayanan gizi di
masyarakat (Positive/negative Growth), selama
Intervensi tahun berjalan, sampai dengan tengah periode 5
tahun berjalan, dan selama tahun sebelumnya
c. Penetapan masalah gizi → prioritas penanganan
masalah gizi yang terintegrasi dengan penanganan
masalah kesehatan melalui kegiatan pelayanan
dan pembinaan program gizi dan kesehatan di
Puskesmas, yang perlu mendapatkan perhatian
sesuai urutan masalah dan lokasi masalahnya di
masing-masing desa/kelurahan dalam wilayah
7/17/20
kerja Puskesmas, selanjutnya disimpulkan
dr. Wilda Hayati, MM.
berdasarkan :
(1) Data kelompok bermasalah gizi yang mempunyai kecenderungan penurunan
pencapaian target (negative growth)

• penurunan pencapaian target tertinggi → kondisi risiko → perlu prioritas penanganan →


kegiatan inovatif
• tidak menunjukkan penurunan pencapaian target program tetapi juga tidak
menunjukkan peningkatan target pencapaian programn → risiko masalah → status
waspada → kondisi risiko

(2) Pada kelompok bermasalah gizi yang telah menunjukkan peningkatan pencapaian target
kinerja (positive growth) yang jelas → perlu pengawasan berkesinambungan agar
peningkatan target pencapaian tetap berlangsung dan meningkat, sehingga target
perbaikan diharapkan akan tercapai pada batas waktu yang ditentukan
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
II. Atas urutan prioritas masalah program gizi yang perlu ditangani
perdesa/ kelurahan, maka rencana intervensi akan disusun
berdasarkan urutan prioritas masalah di setiap desa/kelurahan
ditetapkan melalui indicator sebagaimana dicontohkan dalam
pedoman manajemen Puskesmas, yaitu:

a) Urgensinya masalah tersebut ditangani (Urgency)


b) Besaran masalah (Seriousness)
c) Kecenderungan masalahnya (Growth)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Tabel 2.1. Prioritas Masalah Program Gizi

  MASALAH PROGRAM GIZI URGENCY SERIOUSNESS GROWTH NILAI


NO
          • Angka penilaian dari 1-5, dengan
1
Penurunan Prevalensi Ibu Hamil
Anemia angka 1 prioritas terendah dan 5
         
prioritas tertinggi, satu dengan
2 Penurunan Prevalensi BBLR
          yang lainnya dikalikan untuk
3 Peningkatan Cakupan Bayi mendapat angka akhir,
Mendapat ASI-E
 
4
       
sebagaimana tabel berikut ini:
Penurunan Prevalensi Balita Gikur
         
5
Penurunan Prevalensi Balita
Wasting
         
6
Penurunan Prevalensi Baduta
Stunting

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


→ Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Tujuan
→ program gizi Puskesmas 1) Apa yang ingin dicapai
→ disusun di awal tahun (N) → dalam menyelesaikan
RUK masalah/akar
→ periode tahun yang akan datang masalahnya, dari setiap
(N+1) rincian kegiatan
program gizi pada
→ Kerangka Acuan Kegiatan sasaran- sasaran
( 6W2H1E) program

Rencana
a) Apa Kegiatannya (Judul 2) Berapa target yang
KAK/TOR) diharapkan harus dapat
b) Pendahuluan dicapai dalam upaya
Intervensi 1. Mengapa kegiatan
dilaksanakan (Apa
penyelesaian masalah
yang diharapkan
masalahnya/Problem) mengubah/menurunka
2. latar belakang & dasar n besaran masalahnya,
pemikiran kegiatan (akar sebagaimana
masalah, etiologinya) tergambar pada
3. Seberapa besaran rumusan sign/symptom
masalahnya → tanda/gejala
(symptom/sign)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Strategi & Langkah Kegiatan Rencana Langkah Pelaksanaan

(1) Penetapan sasaran : Dalam upaya pemecahan masalah :


a. Masalah & besaran masalah tiap • Nama Kegiatan
kelurahan → peta masalah per • Tujuan Kegiatan (Umum, Khusus)
desa/kelurahan • Metoda Pelaksanaan
b. Urutan prioritas sasaran program • Target pencapaian
gizi (analisis USG) • Sasaran Program
c. pencapaian target program • Penanggung-jawab &Pelaksana
(penurunan/peningkatan) • Sumberdaya (Sarana, Prasarana, Alat,
d. Lokasi kegiatan dan jangka waktu SDM, Anggaran)
pelaksanaannya • Lokasi Kegiatannya (Kelurahan;
Kecamatan/Puskesmas) Keterpaduan
(LP/LS)
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Monitoring/Evaluasi
indikator monitoring & evaluasi?
tujuan monitoring dan evaluasi

• Melihat perkembangan & pencapaian → perubahan hasil dari asuhan gizi. 1.


tujuan yang diharapkan. diagnosis gizi,
• mengidentifikasi outcome → diagnosis & 2. intervensi gizi,
tujuan intervensi gizi yang direncanakan. 3. diagnosis medis,
• Kajian gizi yang lebih spesifik dapat
4. tujuan pelayanan kesehatan,
dilakukan dengan membandingkan
outcome dengan status gizi sebelumnya 5. kualitas pelayanan gizi,
dan tujuan intervensi. 6. jenis pelayanan,
• menilai efektivitas intervensi yang 7. klien/masyarakat,
dilakukan oleh tenaga gizi. 8. tingkat keparahan penyakit.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Monitoring/Evaluasi
outcome dari monitoring & evaluasi? Kegiatan monitoring & evaluasi

Dibagi menjadi empat kategori: • Dilakukan → tenaga gizi, kegiatan


a) Pengukuran antropometri 1. memantau,
b) Data riwayat gizi 2. mengukur, dan
c) Data laboratorium 3. mengevaluasi
d) Data klinis/fisik keberhasilan asuhan gizi klien/ masy

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Monitoring/Evaluasi
Monev Gizi Masy Proses monitoring & evaluasi gizi

• Lebih unik → melibatkan individu & • Penting untuk memasukkan monitoring


masyarakat. dan evaluasi dalam rencana kegiatan gizi.
• dilakukan terhadap data yang diperoleh pada
• Perencanaan yang matang akan
pengkajian, kec data riwayat klien.
• Dilakukan atas intervensi yang telah diberikan mendukung jalannya program.
dengan cara mengukur parameter yang ada • untuk meningkatkan performa program.
pada diagnosis gizi berdasarkan tanda dan • Catatan : dapat diterapkan setiap
gejala.
• harus sesuai dengan tujuan dan indikator
tahapan pelaksanaan program
program gizi.
• Penetapan outcome berdasarkan program
dapat dibuat dalam asuhan gizi di masyarakat.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Tujuan: memelihara & meningkatkan
kesehatan serta mencegah & menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dan gizi
• sasaran individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
2. Proses • Pengkajian, Diagnosis, Intervensi dan
Asuhan Gizi Monitoring dan Evaluasi (PDIME) Gizi pada
individu dalam konteks keluarga dan
masyarakat dilakukan dengan pendekatan
yang berbeda sesuai permasalahan yang
ditemui
• Penanganan masalah gizi memerlukan
pendekatan yang komprehensif (promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif)
• Diperlukan dukungan serta berkolaborasi LP &
LS
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Langkah-Langkah dalam Proses Asuhan Gizi
Langkah 1. Pengkajian/Asesmen Gizi
Mengumpulkan,verifikasi, interpretasi data
yang relevan untuk identifikasi problem gizi

Langkah 2. Diagnosis Gizi


Menyimpulkan dengan pernyataan PES
Problem (P) Etiologi (E) Sign/Symptom (S)
Penamaan masalah Data yang menunjukkan adanya
Akar penyebab
gizi sesuai terminologi problem dan dapat diukur
secara kuantitatif dan kualitatif

Etiologi (E) Sign/symptom (S)


Sasaran intervensi Ukuran keberhasilan intervensi

Langkah 3 Langkah 4
Intervensi gizi Monitoring dan evaluasi

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Contoh Proses Asuhan Gizi berat badan kurang, sangat kurang, gizi kurang dan
gizi buruk : Pengkajian Gizi

Antropometri
Melihat prevalensi • Mengkaji jumlah balita yang BGM
• balita berat badan kurang • berat badan kurang dan sangat kurang
dan sangat kurang (…%)
• balita yang tidak naik berat badannya
• balita gizi kurang (…%)
sesuai growth velocity (lihat lampiran 3)
• balita gizi buruk (…%)
berdasarkan rujukan
- Cakupan penimbangan balita dari Posyandu:
• D/S (….%)
• N/D (….%)
• Data indikator Keluarga Sehat
• Jumlah kasus balita gizi kurang & gizi buruk
berdasarkan hasil konfirmasi

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Contoh Proses Asuhan Gizi berat badan kurang, sangat kurang, gizi kurang dan
gizi buruk : Pengkajian Gizi

4. Riwayat gizi
2. Laboratorium: -
 Survei konsumsi → pemberian
3. Fisik/Klinis:
 Tanda-tanda gizi buruk dan gizi kurang
makan bayi & anak → kab/kota →
(tampak sangat kurus, edema pada kedua analog/gambaran Hasil gambaran
punggung kaki, tampak haus, mata konsumsi (food recall) →10 rumah
cekung, turgor buruk, pucat, tangan tangga di sekitar wilayah balita gizi
dingin, nadi cepat dan lemah, hilang nafsu buruk yang ditemukan
makan, batuk kronik, demam, diare, dll)
 Akses, ketersediaan, keamanan dan
ketahanan pangan & air bersih
 Daya beli masyarakat
 Pola asuh, pengetahuan & perilaku
ibu dalam pemberian makanan
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
5. Riwayat klien
- Jumlah balita diimunisasi
- Jumlah balita SDIDTK
- Catatan dari kantong hasil penimbangan yang
bermasalah, misal: jumlah balita sakit, kejadian
penyakit tertentu: diare, ISPA, dll
- Akses ke Posyandu
- Kondisi lingkungan: perumahan, Open Defecation
Free (ODF).
- Kondisi geografi
- Dukungan sosial

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Prevalensi balita gizi kurang → cut off point masalah kesehatan
masyarakat.

• → penyakit menular, kantong2 penyakit: masalah gizi, lingkungan pemukiman


kumuh, tren N/D turun dalam 3 bulan berturut2, → perlu kewaspadaan
meningkatnya kasus gizi kurang & gizi buruk.

tabel 3.8 (jika prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di wilayah
kecamatan tersedia).

jika ditemukan 1 kasus gizi buruk di suatu wilayah → Kejadian Luar


Biasa (KLB).

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Nilai batas prevalensi Kategori
untuk
signifikansi masalah
• Tabel 3.11. Batasan kesehatan masyarakat
Masalah Kesehatan untuk <5% Dapat diterima (Acceptable)
Balita Gizi Kurang dan Gizi
Buruk (Wasting) 5-9 % Buruk (Poor)
Berdasarkan Indikator
BB/TB (WHO) 10-14 % Serius (Serious)

> 15 % Bahaya/kritis (Critical)

Sumber : WHO, 1995

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Problem (P): Gizi kurang dan gizi buruk
• Etiologi (E):
- cakupan N/D ↓: indikasi gizi kurang & buruk, dapat dicegah→ BB balita dipantau /bulan
- Tingginya angka kesakitan balita & penyakit berulang dalam jangka waktu pendek.
- cakupan Vit A ↓, zat gizi meningkatkan daya tahan tubuh anak.
- Rendahnya cakupan Imunisasi
- Kebersihan lingkungan & kebersihan anak serta pemberian makanan
- Pola asuh kurang optimal, misalnya orangtua tunggal (single parent), ibu bekerja,
pemberian makan tidak efektif & akses ke fasyankes kurang
- riwayat kehamilan & persalinan ibu / riwayat penyakit pada balita.
• Rendahnya cakupan D/S → anak tidak terpantau kesehatannya.
 Kurangnya kesadaran & pengetahuan keluarga & masyarakat → masalah gizi kurang &
buruk.
 data penyebab lintas program lain: ketersediaan pangan di tingkat pasar & rumah tangga
& dukungan sumber daya di tengah masyarakat.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Sign/Symptom (S): • ditemukannya kasus gizi buruk
sebanyak 2 orang di Desa A (S).
- Sesuai data dari pengkajian yang
menjadi tanda dan gejala adanya • Langkah selanjutnya, permasalahan
kasus gizi kurang dan balita gizi kurang dan gizi buruk
perlu dipastikan by name by
gizi buruk di suatu wilayah address dengan membuat list data
serta memasukkannya dalam
Contoh diagnosis gizi: aplikasi Pencatatan dan Pelaporan
• gizi buruk (P) dikaitkan dengan Gizi Berbasis Masyarakat (e-
rendahnya pengetahuan tentang ppgbm).
pemberian makanan pada anak(E)
ditandai dengan

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Pemberian makan: • Edukasi berupa:
- Merujuk setiap balita - Penyuluhan tentang
berat badan kurang, pemberian makan
sangat kurang, gizi
Pengkajian kurang dan gizi buruk
anak kepada ibu
balita saat kunjungan
ke Puskesmas.
gizi - Pemberian formula di Posyandu, pada
(termasuk mineral mix) pertemuan kelompok
untuk balita gizi buruk pendukung, kelas ibu
dengan komplikasi balita, dll
sesuai TAGB, Ready to - Penyediaan sarana KIE
Use Therapeutic berupa poster, leaflet
Feeding (RUTF)
dan brosur
berbasis pangan lokal
untuk balita gizi buruk
tanpa komplikasi,
- PMT pemulihan kepada
balita gizi kurang.
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
 orang tua anak gizi kurang & gizi buruk → timbang
balita rutin posyandu
 Memasukkan muatan gizi dalam kegiatan
BKB/PAUD/TK
 Melaporkan hasil pengkajian dan diagnosis dalam
Minlok Puskesmas, musrenbangdes dan
musrenbangmat untuk pelaksanaan intervensi
spesifik dan sensitif bekerja sama dengan lintas
program dan lintas sektor
Konseling  Intervensi sensitif meliputi:
 Meningkatkan ketersediaan pangan → pemanfaatan
pekarangan → penyuluh pertanian setempat
 Memasukkan muatan gizi dalam kegiatan
BKB/PAUD/TK
 Menjaga kebersihan perumahan & sanitasi lingkungan
→ kecamatan/desa
7/17/20
dr.keikutsertaan
Wilda Hayati, MM.
dalam JKN-BPJS)
Koordinasi asuhan gizi

Lintas Program Puskesmas Lintas Sektor

 Dokter puskesmas memastikan balita


sakit mendapatkan pengobatan yang  Meningkatkan ketersediaan pangan
optimal → pemanfaatan pekarangan
 Tim Asuhan Gizi di Fasyankes untuk →penyuluh pertanian
TAGB  Menjaga kebersihan perumahan
 Bidan penanggung jawab wilayah dan dan sanitasi lingkungan →
bidan praktek swasta → pemberian kecamatan/desa
PMT, bubuk tabur gizi dan konseling
 keikutsertaan dalam JKN-BPJS)
PMBA/PGS
 Pengelola program kesling & P2P →
kebersihan lingkungan & imunisasi →
peningkatan cakupan imunisasi
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Tujuan:
• Menurunkan jumlah kasus gizi
buruk dari 2 kasus menjadi 0
kasus selama 6 bulan dan tidak
ada kasus baru
Contoh • Implementasi:
intervensi: a. Merujuk kasus ke puskesmas
b. Pemberian edukasi kepada ibu
balita dan ibu balita sekitarnya
mengenai pemberian makan
yang tepat kepada anak

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Monitoring Evaluasi Gizi

Monitoring & evaluasi data pengkajian, kecuali data riwayat klien


Melihat data(e-ppgbm, monev PMT &laporan rutin) dan kunj rumah.
Hal yang dipantau dan dievaluasi meliputi:
 Jumlah balita gizi kurang dan gizi buruk setelah intervensi
 Cakupan balita gizi buruk –komplikasi → perawatan TAGB, balita gizi buruk tanpa
komplikasi → Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM)
 Cakupan balita gizi kurang mendapat PMT pemulihan dan jumlah balita yang mengalami
kenaikan berat badan setelah mendapat PMT pemulihan
 Jika setelah intervensi tidak terjadi perbaikan status gizi, balita perlu dirujuk kembali ke
fasilitas pelayanan kesehatan
 Melihat cakupan D/S dan N/D
 Catatan:
1. Monitoring &evaluasi → target intervensi yang sudah ditetapkan dan sign/symptom.
2. Pada kasus gizi kurang & buruk dilakukan langskah analisi

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Pengkajian Gizi

1. Antropometri: Diketahui umur balita, hasil pengukuran Berat Badan dan


Tinggi Badan dan Lingkar Lengan Atas Bila kasus berat badan
Tabel 3.12. Standar pembanding untuk berat badan kurang dan sangat
kurang
kurang, sangat
kurang / gizi kurang
 
Ambang Batas Kategori Status Gizi
  dirujuk ke Puskesmas,
<-3 SD Berat badan sangat kurang (severely
maka Proses Asuhan
underweight)
Gizi adalah sebagai
- 3 SD sd <- 2 SD Berat badan kurang (underweight)
berikut:
-2 SD sd +1 SD Berat badan normal
Berat badan lebih *)
> +1 SD sd >+ 2 SD  
*) Anak yang termasuk pada kategori ini
mungkin memiliki masalah pertumbuhan,
perlu dikonfirmasi dengan BB/TB atau
IMT/U

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Ambang Batas Kategori Status Gizi
 
• <-3 SD Gizi buruk (severely wasted)

• - 3 SD sd <- 2 SD Gizi kurang (wasted)

Tabel 3.13. • -2 SD sd +1 SD Normal

Standar • > + 1 SD sd + 2 SD Berisiko gizi lebih


pembanding (possible risk of overweight)

untuk gizi kurang • > + 2 SD sd + 3 SD Gizi lebih (overweight)

• > + 3 SD Obes (obese)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Proses Asuhan Gizi: Pengkajian Gizi
2. Laboratorium:
Cek Hemoglobin: anemia, penyakit penyerta
3. Data Klinis/Fisik:
hasil pemeriksaan fisik/klinis : wajah pucat, badan kurus, terlihat letih
& lesu, hilang nafsu makan, batuk kronik, demam, diare, dll
4. Riwayat Gizi:
pola makan balita, kebiasaan makan sehari-hari, pola asuh,
ketersediaan pangan dan air bersih, keamanan dan ketahanan pangan
5. Riwayat Klien:
personal (usia, jenis kelamin, etnis, cacat), medis penyakit
pasien/keluarga), sosial (sosioekonomi dan pola asuh), riwayat kelahiran

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


D IAG N O SIS G I ZI

Tabel 3.14. Contoh diagnosis gizi:

No. Problem (P) Etiologi (E) Sign/Symptom (S)

1 Berat badan kurang/ berkaitan dengan yang ditandai oleh BB/TB


underweight kurangnya pengetahuan ibu tentang pola < -2 SD, asupan makanan hanya 50% dari
asuh yang baik serta keterbatasan daya kebutuhan, variasi makanan kurang,
beli makanan anak terlihat lesu

2 Berat badan sangat berkaitan dengan ditandai dengan BB/TB


Kurang adanya penyakit penyerta (Diare, atau BB/U < -3 SD, batuk, demam,
Malaria, Kecacingan) sesak nafas dan asupan makanan yang
tidak adekuat

3 Pertumbuhan yang berkaitan dengan yang ditandai oleh BB/TB


kurang optimal peningkatan kebutuhan gizi karena -2 SD sampai dengan -3
gangguan pencernaan (malabsorbsi) SD, kurangnya mendapat asupan makanan
dengan frekuensi dan jumlah yang
adekuat

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Intervensi Gizi

Tujuan intervensi: meningkatkan asupan makan, pengetahuan, keterampilan & berat badan
 
Pemberian makan:
· Preskripsi Gizi : Jumlah zat gizi yang dibutuhkan, bentuk & frekuensi makanan, PMT
· Bila balita BB kurang & sangat kurang yang masih menyusui
→ mendapat ASI eksklusif (usia 0-6 bulan,
→ mendapat MP-ASI yang adekuat (usia, jumlah, frekuensi, tekstur, variasi
dan kebersihan)
→ pemberian ASI hingga usia 2 tahun atau lebih.
→ Balita usia > 6 bulan: konsumsi makanan bergizi (karbohidrat, buah segar
& sayuran,
→ minum air putih 8 – 10 gelas/hari,
→ penggunaan garam beriodium: membantu perkembangan otak.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


EDUKASI GIZI Koordinasi Asuhan Gizi

memberikan pengetahuan & melatih 1. Merujuk balita ke dokter →


ketrampilan orang tua : tanda/gejala penyakit penyerta,
1. Berikan ASI Eksklusif & Sering. Kualitas berkoordinasi bidan wilayah
makanan ibu menyusui. kegiatan kelas ibu balita, dll.
2. ASI - usia 2 tahun, MP ASI 2. Bila pada ibu menyusui terjadi
3. Pola pemberian makan bayi dan anak masalah, dirujuk ke konselor
yang sesuai usia (jumlah porsi dan menyusui
tekstur)
4. Penggunaan bahan makanan beraneka
ragam → ketersediaan & daya beli
5. Penyiapan & pengolahan makanan
6. Pemberian suplemen gizi (Vit A dan
Makanan Tambahan)
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Monitoring Evaluasi Gizi

Melakukan kunjungan rumah ( 1 bulan) setelah balita datang ke Puskesmas


untuk melihat;
 perubahan pengetahuan & perilaku ibu balita → pemberian makan
balita
 perubahan jumlah asupan makanan yang diberikan pada balita
 kenaikan berat badan balita apakah sudah sesuai garis pertumbuhan.
kenaikan BB rujukan balik ke Posyandu.
BB tidak naik → dirujuk ke fasilitas kesehatan lanjut.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Pengkajian Gizi

1. Antropometri: umur balita, pengukuran BB, TB & LILA.


Gizi buruk: LiLA < 11,5 cm atau jika BB/TB < - 3 SD, dengan/tanpa gejala klinis
2. Laboratorium: Cek Hemoglobin: anemia, penyakit penyerta
3. Klinis/Fisik: pemeriksaan fisik/klinis: wajah pucat, badan kurus, terlihat letih & lesu
4. Riwayat Gizi: pola makan balita, kebiasaan makan sehari-hari, pola asuh, ketersediaan
pangan dan air bersih, keamanan dan ketahanan pangan
5. Riwayat Klien: personal (usia, jenis kelamin, etnis, cacat), medis (penyakit pada
pasien/keluarga), sosial (sosioekonomi dan pola asuh), riwayat kelahiran.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


CONTOH DIAGNOSIS GIZI

1. Gizi Buruk (P) berkaitan dengan riwayat berat badan lahir rendah dan penyakit jantung
bawaan (E) yang ditandai dengan BB/TB-PB < -3 SD, asupan hanya 40% dari kebutuhan,
adanya gangguan pertumbuhan, kurangnya kemampuan mengunyah, sesak (S).
2. Gizi Buruk (P) berkaitan dengan faktor ekonomi dan rendahnya pengetahuan ibu
(E) yang ditandai jarang mengonsumsi sumber protein hewani (kurang dari 1
x/minggu), lebih sering memberi bubur/nasi dengan kuah sayuran, tahu, tempe (3-4
x/minggu) (S).

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Intervensi Gizi
Tujuan intervensi: meningkatkan asupan makan, pengetahuan, ketrampilan & berat badan
 
Pemberian makan :
Balita gizi buruk tanpa komplikasi
→ perlu mendapatkan perawatan tata laksana anak gizi buruk di Puskesmas/ RS.
→ diperbolehkan rawat jalan
→ perlu mendapat makanan formula 100 - status gizi kurang (BB/TB antara -3 SD s.d -2 SD).
→ Jika kategori gizi kurang dan diperbolehkan makanan keluarga, perlu bergizi seimbang
→ baduta perlu mendapat makanan → prinsip pemberian makan bayi & anak optimal:
1. ASI eksklusif,
2. pemberian MP-ASI, pemberian ASI - 2 tahun atau lebih.
3. Balita gizi buruk tanpa komplikasi, kategori gizi kurang perlu mendapat PMT: pemenuhan gizi
makro & mikro (90 hari) (PMT pemulihan).
→ PMT lokal padat kalori yang diolah di rumah tangga/ pabrikan → PMK No 51/2016: Standar Produk
Suplementasi Gizi.
→ diberikan makanan Formula 75 (F-75):
asupan energi 80-100 kkal/kgBB/hari
protein 1-1,5g/kgBB/hari
ASI

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Fase transisi
masa peralihan: fase stabilisasi ke fase rehabilitasi.
perubahan pemberian makanan dari F-75 menjadi F-100.
makanan F-100: asupan gizi 100-150 Kkal.kgBB/hari & protein 2-3 g/kgBB/hari.

Fase rehabilitasi
fase pemberian makan tumbuh kejar,
makanan F-100: penambahan makanan anak BB <7 kg diberikan makanan bayi & anak
Asupan gizi 150-220 Kkal/kgBB/hari dan protein 4-6 g/kgBB/hari.

Fase tindak lanjut


fase pemulihan gizi balita di rumah.
harus tetap dikontrol ke posyandu/ PuskesmaS.
Anak melakukan kontrol pada bulan I satu kali/minggu, bulan ke II satu kali/2 minggu, selanjutnya sebulan
sekali sampai degan bulan ke-6.
Tumbuh kembang anak dipantau oleh Puskesmas sampai anak berusia 5 tahun
 

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Edukasi gizi: memberikan pengetahuan & melatih ketrampilan orang tua tentang:

 Cara membuat formula 100, pemberian makan bayi dan anak yang sesuai usia,
cara pembuatan makanan tambahan (PMT penyuluhan), memantau berat badan
secara rutin di Posyandu/Faskes, dll.
 Pemberian makan bayi dan anak pada ibu balita/pengasuh balita.
 Anak gizi buruk disarankan makanan yang tinggi protein & energi.
Koordinasi asuhan gizi:
merujuk balita ke dokter - ditemukan tanda/gejala penyakit penyerta, berkoordinasi
dengan bidan wilayah untuk melibatkan orangtua: kegiatan kelas ibu balita, Stimulasi
Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) dll.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Monitoring Evaluasi Gizi
 

Melakukan kunjungan rumah dalam waktu 2 minggu setelah balita datang ke Puskesmas untuk melihat :
 
 perubahan pengetahuan dan perilaku ibu balita dalam pembuatan F 100 dan pemberian makan pada balita
 kenaikan berat badan balita dengan target sekitar 50 gram/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-turut
 kesehatan anak (keaktifan, selera makan anak serta apakah makanan yang diberikan dapat dihabiskan) ketika kunjungan
rumah.
 
Balita gizi buruk tanpa komplikasi yang telah naik berat badan sesuai yang diharapkan maka perlu dilakukan rujukan balik ke
Posyandu. Sedangkan rujukan ke rumah sakit dilakukan bila terdapat tanda kegawatan/kesakitan yang tidak dapat diatasi dan
memerlukan penanganan yang lebih lanjut oleh
dokter spesialis anak.
 
 

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


1. Pantau Tumbuh Kembang Balita Mandiri
(Buku KIA)
2. Analisis Data Gizi
D. Gizi pada 3. Pemberian Suplemen Gizi (MT, TTD, Vit. A)
masa 4. Pemberian Edukasi Gizi
Pandemi 5. Asuhan Gizi pada Kasus Covid-19 yang
diisolasi
COVID-19 6. Kunjungan Rumah
7. Pelayanan Gizi Buruk dengan Prinsip PPI
dan PD

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


1. PENGENDALIAN TUBERKULOSIS
a. Gambaran Umum Tuberkulosis
D. Pelayanan 1) Patogenesis dan Penularan TB
Pencegahan dan a) Kuman Penyebab TB
Pengendalian Penyakit • suatu penyakit menular
diPuskesmas • Disebabkan kuman Mycobacterium
tuberculosis.
• Bakteri Tahan Asam (BTA).
• MOTT (Mycobacterium Other Than
Tuberculosis) mengganggu penegakan
diagnosis dan pengobatan TB.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


b) Penularan TB
• Sumber penularan: pasien TB,
• pasien mengandung kuman TB → dahaknya.
• Batuk/bersin, pasien menyebarkan kuman ke
udara
• percikan dahak (droplet nuclei / percik renik).
• Sekali batuk → 3000 percikan dahak, sebanyak
0-3500 M.tuberculosis.
• Bersin sebanyak 4500– 1.000.000
M.tuberculosis.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


PERJALANAN ALAMIAH TB → MANUSIA
PAPARAN INFEKSI
Peluang peningkatan paparan: • Reaksi daya tahan tubuh → setelah 6–
Jumlah kasus menular di masy 14 mg setelah infeksi.
Peluang kontak kasus menular. • Lesi umumnya sembuh total namun
Tingkat daya tular dahak sumber dapat saja kuman tetap hidup dalam
penularan. lesi tersebut (dormant) dan suatu saat
Intensitas batuk sumber penularan. dapat aktif kembali tergantung dari
Kedekatan kontak dengan sumber daya tahun tubuh manusia.
penularan.
Lamanya waktu kontak dengan sumber • Penyebaran melalui aliran darah atau
penularan. getah bening dapat terjadi sebelum
penyembuhan lesi.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


PERJALANAN ALAMIAH TB → MANUSIA
SAKIT MENINGGAL DUNIA
Faktor Risiko menjadi sakit TB • Faktor resiko kematian TB:
• Konsentrasi / jumlah kuman yang terhirup • Akibat dari keterlambatan diagnosis.
• Lamanya waktu sejak terinfeksi • Pengobatan tidak adekuat.
• Usia seseorang yang terinfeksi • Adanya kondisi kesehatan awal yang
• Tingkat daya tahan tubuh seseorang. buruk atau penyakit penyerta.
• Seseorang dengan daya tahan tubuh yang • Pada pasien TB tanpa pengobatan, 50%
rendah, diantaranya akan meninggal
• infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi • meningkat pada pasien dengan HIV
buruk) akan memudahkan positif. Begitu pula pada ODHA, 25%
berkembangnya TB aktif (sakit TB). kematian disebabkan oleh TB

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


a Monoresistan (TB MR) resistan terhadap salah satu
jenis OAT lini pertama saja
3) TB Resistan OAT
M. tuberculosis resistan terhadap b Polyresistan (TB PR) resistan terhadap lebih dari
OAT, jika M. tuberculosis kebal satu jenis OAT lini pertama
selain Isoniazid (H) dan
terhadap OAT. Berdasarkan hasil Rifampisin (R) secara bersamaan
uji kepekaan OAT, terdapat 5
kelompok TB resistan OAT yaitu:
c Multi drug resistan (TB resistan terhadap Isoniazid (H)
MDR dan Rifampisin (R) secara
bersamaan

d Extensive drug resistan (TB adalah TB MDR yang sekaligus


XDR) juga resistan terhadap salah satu
OAT golongan fluorokuinolon
dan minimal salah satu dari OAT
lini kedua jenis suntikan
(Kanamisin, Kapreomisin dan
Amikasin

e Resistan Rifampisin (TB RR resistan terhadap Rifampisin

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Tuberkulosis (TB): salah satu masalah kesehatan
. Situasi TB di •
masyarakat di dunia
penanggulangan TB telah dilaksanakan di banyak negara
1995.
Dunia dan • WHO 2015, global diperkirakan,
9,6 juta kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus Perempuan.

Indonesia
1,5 juta kematian TB dimana 480.000 kasus: perempuan.
Dari kasus TB tersebut ditemukan
1,1 juta (12%) HIV (+), kematian 320.000 orang
(140.000 orang perempuan) dan 480.000 TB Resistan
Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang.
Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB
Anak (di bawah usia 15 tahun) dan 140.000
kematian/tahun.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Jumlah kasus TB Indonesia → WHO (2015), diperkirakan
1 juta kasus TB baru pertahun (399/100.000 penduduk)
dengan 100.000 kematian pertahun (41/100.000
penduduk).
• Diperkirakan 63.000 TB - HIV (+) (25/100.000
penduduk).
• Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate/CNR)
129/100.000 penduduk. ∑ kasus 324.539 kasus,
diantaranya 314.965 adalah kasus baru.
• Nasional → prevalensi HIV diantara pasien TB 6,2%.
• Jumlah kasus TB-RO → 6700 kasus
• 1,9% kasus TB-RO dari kasus baru TB dan ada12% kasus
TB-RO dari TB dengan pengobatan ulang.
• :

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


1. Pelaksanaan program TB belum optimal, 6. Belum semua masyarakat dapat
Penyebab a. kurangnya komitmen petugas &
pengambil kebijakan,
mengakses layanan TB (Daerah
Terpencil, Perbatasan dan
b. Kurangnya pendanaan: operasional,
utama bahan serta sarana prasarana
2. Tata laksana TB belum memadai → ISTC
Kepulauan (DTPK), daerah risiko
tinggi (daerah kumuh di
perkotaan, pelabuhan, industri,
meningkatnya
a. penemuan kasus/diagnosis tidak
baku, lokasi permukiman padat seperti
b. paduan obat yang tidak baku, pondok pesantren, asrama, barak

beban TB c. tidak dilakukan pemantauan dan lapas/rutan


pengobatan, 7. ∑ kasus TB Resistant Obat (TB-RO)
d. pencatatan dan pelaporan belum ↑ → pembiayaan program TB ↑
baku
3. Keterlibatan lintas program & lintas sektor 8. Faktor sosial: besarnya angka
kurang dalam penanggulangan TB . pengangguran, rendahnya tingkat
4. Tatalaksana TB tidak sesuai ISTC. pendidikan & pendapatan /kapita,
5. Risiko terjadinya TB ( HIV, gizi buruk, kondisi sanitasi, papan, sandang &
diabetes mellitus, merokok, penurunan daya pangan yang tidak memadai yang
Tahan tubuh
berakibat pada tingginya risiko
masyarakat terjangkit TB

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


1990 2015
> 900 647

Penduduk 100.000 100.000

Prevalensi TB
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
c. Program Penanggulangan TB Di Indonesia
• Program Penanggulangan TB Nasional,
• Pemerintah Provinsi & Daerah Kab/Kota→
target & Strategi Nasional.
• Strategi Nasional Penanggulangan TB:
- Penguatan kepemimpinan program TB
- Peningkatan akses layanan TB yang bermutu;
- Pengendalian faktor risiko TB;
- Peningkatan kemitraan TB;
- Peningkatan kemandirian masyarakat dalam
penanggulangan TB
- Penguatan manajemen program TB

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


1) Tujuan: Melindungi kesehatan
Strategi Nasional masyarakat → penularan TB → tidak
terjadi kesakitan, kematian dan
Penanggulangan TB kecacatan.

2) Target: Eliminasi TB tahun 2035


dan Indonesia bebas TB tahun 2050.
2020 2025 2030 2035 Eliminasi TB: tercapainya
cakupan kasus TB 1 per 1 juta
Penurunan 30 % 50% 80% 90%
Angka penduduk.
Kesakitan TB

Penurunan 40% 70% 90% 95% 3) Target


Angka
Kematian TB

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Strategi dan Kebijakan 
1) Strategi penanggulangan TB → Eliminasi TB h. Bekerja sama dengan asuransi kesehatan
a. Penguatan Program TB Kab/ Kota i. Pengendalian faktor risiko
b. Promosi: Advokasi, Komunikasi & Mobilisasi j. Promosi lingkungan dan hidup sehat
Sosial, Regulasi, peningkatan pembiayaan,
k) Penerapan pencegahan & pengendalian infeksi TB
Koordinasi dan sinergi program
l) Pengobatan pencegahan dan imunisasi TB.
c. Peningkatan akses layanan TB yang bermutu
d. Peningkatan jejaring layanan TB melalui PPM m)Memaksimalkan penemuan TB secara dini,
(public- private mix)
mempertahankan cakupan dan keberhasilan
pengobatan yang tinggi.
e. Penemuan aktif berbasis keluarga dan masy,
Peningkatan kolaborasi layanan melalui TBHIV, n) Peningkatan kemitraan TB: Forum Koordinasi TB,
forum koordinasi TB pusat & daerah
TB-DM, MTBS, Practical Approach Lung Health
f. Inovasi diagnosis TB sesuai dengan alat/saran diagnostik q) Peningkatan kemandirian masyarakat dalam
yang baru penanggulangan TB:
g. Kepatuhan dan Kelangsungan pengobatan pasien atau Case r) Peningkatan partisipasi pasien, mantan pasien,
holding.
7/17/20 keluarga
dr. Wilda Hayati, MM. dan masyarakat.
• Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, & masy →
Penanggulangan TB.
• UKM & UKP
• Integrasi: HIV dan AIDS, Diabetes Melitus,
• azas desentralisasi
• otonomi daerah → Kab/kota
• perencanaan, pelaksanaan, monitoring & evaluasi,
menjamin ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana
KEBIJAKAN dan prasarana)
• Penanggulangan TB → Pedoman Standar Nasional&
kebijakan global
• Penemuan & pengobatan penanggulangan TB →
FKTP: Puskesmas, Klinik, DPM) FKRTL: RS
Pemerintah, non pemerintah dan Swasta, Rumah
Sakit Paru (RSP), Balai Besar/Balai Kesehatan Paru
Masyarakat (B/BKPM).
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) → penanggulangan TB →
pemerintah → GRATIS
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Keberpihakan kepada masyarakat
Penguatan manajemen program
& pasien
penanggulangan TB

• Pasien TB tidak dipisahkan → keluarga, • memberikan kontribusi terhadap penguatan


masy & pekerjaan sistem kesehatan nasional
• Pasien memiliki hak dan kewajiban → • Pelaksanaan program→ prinsip & nilai
Penanggulangan TB inklusif, proaktif, efektif, responsif,
• dilaksanakan profesional dan akuntabel.
melalui penggalangan
kerjasama dan kemitraan diantara sektor • meningkatkan komitmen pemerintah daerah
pemerintah, non pemerintah, swasta & pusat → keberlangsungan program dan
pencapaian target strategi global
dan masyarakat melalui Forum Koordinasi
penanggulangan TB yaitu eliminasi TB
TB.
tahun 2035
• Pelibatan peran masyarakat dalam promosi,
penemuan kasus, dan dukungan pengobatan
TB. Pemberdayan masyarakat melalui
integrasi TB di upaya kesehatan berbasis
keluarga dan masyarakat.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Pengorganisasian & Pembagian Peran
Penanggulangan TB
PUSAT Kab Kota:
Gerdunas-TB: forum kemitraan LS Koordinasi Gerdunas-TB (Tim Pengarah & Teknis)
Menko Pembangunan Manusia & Kebudayaan, PJ Bentuk & struktur organisasi disesuaikan
teknis pengendalian TB: Menkes RI - DirJen Kordinasi Dinas Kesehatan kab/kota
P2PL, cq. Direktorat P2ML
Fasyankes :
Provinsi: FKTP, kemampuan pem mikroskopis :
Gerdunas-TB Provinsi (Tim Pengarah • FKTP Rujukan Mikroskopis (FKTP-RM),
& Tim Teknis. mampu melakukan pemeriksaan mikroskopis TB.
• FKTP Satelit (FKTP-S): melakukan pembuatan
Bentuk & struktur organisasi disesuaikan
sedian apus sampai fiksasi
kebutuhan daerah.
• Balai Pengobatan & Dokter Praktek Mandiri
kordinasi Dinas Kesehatan Provinsi (DPM) → kemampuan pelayanan yang
diberikan.
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
FKRTL • Untuk memberikan pelayanan kesehatan
memberikan layanan TB menyeluruh: bagi pasien TB secara berkualitas dan
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif & terjangkau, semua fasilitas kesehatan
paliatif → kasus TB penyulit & kasus TB tersebut diatas perlu bekerja sama dalam
tidak bisa tegak diagnosisnya di FKTP. kerangka jejaring pelayanan kesehatan baik
RS Tipe C, B dan A, RS Rujukan Khusus Tingkat secara internal didalam gedung maupun
Regional dan Nasional, Balai Besar Kesehatan eksternal bersama lembaga terkait disemua
Paru Masyarakat (BBKPM) dan klinik utama. wilayah

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


1) Pengertian IMS dan HIV AIDS serta Hubungan
• Human Immunodeficiency virus (HIV)
2.
penurunan sistem kekebalan → tubuh lebih rentan
PENGENDALIAN → infeksi2 → orang normal tidak menimbulkan
HIV/AIDS & IMS gejala.

• Infeksi HIV
infeksi kronis → sistem kekebalan tubuh,
penurunan CD4.

• AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)


suatu keadaan → pasien HIV → kumpulan gejala
klinis karena penurunan sistem imun.
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
b) Pengertian IMS

IMS

• Infeksi
• Menular
• Seksual
Adalah infeksi yg terutama ditularkan
melalui hubungan seksual

PINTU MASUK HIV AIDS

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Jenis IMS

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


1. Keluarnya cairan tidak normal
dari saluran kencing pria (GO
& Chlamydia

Lanjutan………. 2. Keluarnya cairan abnormal


dari kemaluan wanita (GO,
Chlamydia, Trichomonas).
3. Adanya luka /ulcer pada alat
kelamin pria dan wanita
(Syphilis dan Herpes)
4. Adanya pembengkakan pada
testis/scrotum(Go dan Chlamydia)
5. Adanya pembesaran kelenjar
pada lipat paha laki (Bubo,LGV
dan Chancroid)
6. Adanya nyeri perut bagian bawah
pada wanita ( GO,Chlamydia,
bakteri anaerob)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


c) Hubungan IMS dengan HIV Bagaimana hubungan penularan IMS
• IMS yang berbentuk ulkus (Sifilis, dengan HIV?
Herpes genitalis) ataupun tidak • IMS ko-faktor penularan HIV
berbentuk ulkus sama-sama • Pasien IMS lebih rentan HIV
• dapat menularkan atau • Pasien IMS –HIV menularkan ke
mempercepat penularan HIV. orang lain
  • Pasien HIV rentan penyakit ( IMS)
• Pasien HIV- IMS → cepat AIDS

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


hubungan penularan IMS dengan HIV AIDS :

AIDS

MELEMAHKAN TUBUH

IMS & HIV


MEMPERC EPA T

IMS HIV
PERILAKU SEKSUAL BERISIKO
 

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Penularan, Pencegahan & Cara Mendeteksi IMS & HIV
Penularan HIV Penularan IMS

• hub sek seseorang terinfeksi IMS/ • Melalui hubungan seksual.


HIV • Melalui transfusi darah (sifilis)
• pertukaran darah: transfusi, • Melalui kontak langsung (Herpes
IDUs kegiatan medis dengan alat simpleks)
medis tercemar HIV • Dari ibu ke janin/bayinya selama
• Dari ibu ke janin/bayinya kehamilan (sifilis), persalinan
kehamilan, persalinan atau (konjungtivitis neonatorum gonore)
menyusui

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Menghindari Penularan:
1. Abstinence: jangan melakukan
hubungan seks kalau tidak punya
pasangan (menunda hubungan seks
yang pertama)
c) Pencegahan 2. Be Faithfull: tetap setia pada
pasangannya (sudah menikah )
HIV dan IMS 3. Condom : gunakan kondom setiap
melakukan hubungan berisiko
4. Disposable syringe: jangan pakai
jarum suntik bersama
5. Edukation : pendidikan
6. Dari ibu kepada janin
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Cara mendeteksi HIV dan IMS
IMS HIV

• anamnesis gejala, pemeriksaan • pemeriksaan laboratorium


fisik serta laboratorium atau • orang yang dianjurkan tes HIV
skrining rutin pada populasi kunci. • Beresiko:
• Perlu pelatihan tersendiri 1
  2
3
4
5
6

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Kebijakan Pengendalian HIV & AIDS
Permenkes no. 21 tahun 2013,
1. Meningkatkan pemberdayaan masy 6)Meningkatkan pembiayaan penanggulangan
→kerjasama nasional, regional & global HIV AIDS
→ aspek legal, organisasi, pembiayaan, fasilitas
pelayanan kesehatan & SDM
7)Meningkatkan pengembangan
2. Memprioritaskan komitmen nasional & internasional
&pemberdayaan SDM merata & bermutu
3. Meningkatkan advokasi, sosialisasi &
dalam penanggulangan HIV AIDS
mengembangkan kapasitas 8)Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan
4. Meningkatkan upaya penanggulangan HIV & pengobatan, pemeriksaan penunjang HIV
AIDS yang merata, terjangkau, bermutu & AIDS serta menjamin keamanan, kemanfaatan,
berkeadilan, berbasis bukti mengutamakan mutu sediaan obat & bahan/alat yang
preventif dan promotive diperlukan dalam penanggulangan
5. Meningkatkan jangkauan pelayanan HIV dan AIDS
kelompok masyarakat berisiko tinggi, daerah
9)Meningkatkan manajemen penanggulangan
tertinggal, terpencil, perbatasan & kepulauan
HIV AIDS yang akuntabel, transparan,
bermasalah kesehatan
berdayaguna & berhasilguna
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Tujuan Pengendalian HIV AIDS Strategi

• Permenkes no. 21/ 2013, strategi pengendalian :


Tujuan Umum
• Menghentikan epidemi AIDS di Indonesia 1) Meningkatkan cakupan layanan HIV AIDS & IMS
tahun 2030 melalui LKB
2) Memperkuat sistem kesehatan nasional →
Layanan Komprehensif Berkesinambungan
Tujuan Khusus
(LKB) HIV AIDS dan IMS
a) Menurunkan - meniadakan infeksi HIV baru
b) Menurunkan - meniadakan kematian →
AIDS
Program Pengendalian HIV AIDS dan IMS
c) Meniadakan diskriminasi ODHA • Berbagai upaya telah dilakukan
• masih belum mencapai hasil yang optimal
• perlu dilakukan akselerasi.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Kegiatan ↑ Konseling & Tes HIV
↑ Cakupan & Retensi
↑ Promosi Pencegahan HIV AIDS
IMS
dikelompokkan Pengobatan ARV ↑ Pengamanan Darah Donor &
Produk Darah Lain
→ isu spesifik Pengendalian Penyakit IMS)
Pencegahan Penularan HIV
Penguatan Sistem Pembiayaan
Penguatan Manajemen Program
→akan Ibu - Anak Pengembangan SDM

dijalankan → Kolaborasi TB-HIV


Pengembangan Laboratorium
Penguatan Sistem Informasi
Strategis Monev
mencapai HIV-IMS Penguatan Tata Kelola Logistik
Memperkuat Jejaring Kerja &
Program Pengurangan
tujuan Dampak Buruk Napza
Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat
pengendalian. (PDBN)
Kewaspadaan Standar UP

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Upaya promotif, preventif, kuratif, & rehabilitatif
→layanan HIV dan IMS
• kegiatan KIE pengetahuan komprehensif,
• promosi penggunaan kondom,
• pengendalian faktor risiko,
• layanan Konseling dan Tes HIV (KTS dan KTIP),
• Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan (PDP),
Layanan
• Pencegahan Penularandari Ibu ke Anak (PPIA),
Komprehensif • Pengurangan Dampak Buruk NAPZA (LASS, PTRM,
Berkesinambungan PTRB),
(LKB) • layanan IMS, Pencegahan penularan: darah donor
dan produk darah lainnya,
• kegiatan monitoring dan evaluasi serta surveilan
epidemiologi di Puskesmas Rujukan dan Non‐
Rujukan termasuk fasilitas kesehatan lainnya dan
Rumah Sakit RujukanKabupaten/Kota.
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
• Pengembangan LKB → pemetaan dan analisis
situasi setempat (pemetaan populasi kunci &
lokasi layanan HIV, analisis faktor2 yang →
Desentralisasi perilaku, khususnya perilaku pencarian
Layanan layanan pengobatan (health seeking
behavior), → dipengaruhi tatanan non‐fisik
Komprehensif HIV yang ada di lingk masy.
AIDS IMS • Analisis situasi ini perlu dilakukan →populasi
Berkesinambungan kunci/ masyarakat mau memanfaatkan jejaring
(LKB) di tingkat Kab LKB yang dibangun (feeding in) →pengendalian
Kota epidemi secara luas.
• pentingnya membangun jejaring internal dan
eksternal → pelayanan yang diberikan benar-
benar pelayanan yang paripurna,

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Promosi & Pencegahan Tatalaksana klinis HIV Dukungan

 Dukungan
 Promos Kesehatan (KIE)  Tatalaksana medis psikososial
 Ketersediaan & akses alat dasar  Dukungan sebaya
pencegahan (kondom, alat  Terapi ARV  Dukungan
suntik steril)  Diagnosis IO dan spiritual
 PTRM, PTRB, PABM komorbid terkait HIV  Dukungan social
 Penapisan darah donor serta pengobatannya,  Dukungan
 Life skills education TB ekonomi: latihan
Jenis Layanan  Dukungan kepatuhan ber-
obat (Adherence)


Profilaksis IO
Tatalaksana Hepatitis B
kerja,kredit
mikro, kegiatan
 PPIA dan C peningkatan
Komprehensif  Layanan IMS, KIA, KB &
Kespro
 Perawatan paliatif, pendapatan,.
termasuk tatalaksana  Dukungan legal
HIV  Tatalaksana IMS
 Vaksinasi Hep‐B bagi bayi
nyeri, Dukungan gizi

dan para penasun (bila


terse dia)
 Pencegahan Pasca Pajanan

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Pilar Tujuan

Koordinasi dan kemitraan dengan semua Mendapatkan dukungan & keterlibatan aktif
semua pemangku kepentingan
pemangkukepentingan di setiap lini

Keterlibatan komunitas & ODHA serta Meningkatnya kemitraan, dan akseptabilitas


Keluarga layanan, meningkatkan cakupan, dan retensi,
serta mengurangi stigma dan diskriminasi.

Konsep LKB → 6
Layanan terintegrasi & terdesentralisasi Tersedianya layanan terintegrasi sesuai
dengan kondisi setempat.
sesuai kondisi setempat

pilar utamA Paket layanan HIV komprehensif Tersedianya layanan berkualitas sesuai
penyelenggaraan berkesinambungan
kebutuhan individu

LKB HIV -IMS Pilar 5: Sistem rujukan dan jejaring kerja Adanya jaminan kesinambungan dan
linkage antara komunitas dan layanan
kesehatan.

Pilar 6: Akses Layanan Terjamin Terjangkaunya layanan baik dari sisi


geografis, finansial dan sosial, termasuk bagi
kebutuhan populasi kunci

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


1) Pelayanan Komprehensif IMS
2) Diagnosis IMS dengan pendekatan
Syndrom (+LabSederhana)
g. Program 3) Skrining Rutin IMS pada populasi beresiko
Tinggi/ DeteksiDini IMS
IMS di 4) Penatalaksanaan IMS pada pasangan
5) IMS terintegrasi layanan KIA/ KB/ Skrining Sifilis
Puskesmas pada ibu hamil
6) Mobile IMS ( akses layanan IMS populasi
beresiko tinggi)
7) Penawaran Pemeriksaan/ Tes HIV pada setiap
pasien IMS
8) Penyediaan obat IMS
9) Distribusi Kondom

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


a. Situasi Penyakit Tidak Menular di Indonesia

Pelayanan • Triple Burden,


penyakit menular (communicable diseases)
Terpadu Tidak angka kesakitan & kematian → PTM (non-communicable
diseases) meningkat

Menular muncul kembali (re- emerging infectious diseases)


munculnya penyakitpenyakit baru (new-emerging
infectious diseases).

• Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi


perubahan lingkungan,
perilaku masyarakat,
transisi demografi, sosial ekonomi dan sosial budaya.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Hasil Riskesdas tahun 2007 Berdasarkan hasil Riskesdas 2013

hipertensi (31,7%) hipertensi sebesar 25,8%,


penyakit jantung (7,2%), stroke 12,1 per 1000 penduduk,
stroke (8,3‰), diabetes melitus 6,9%,
diabetes melitus (1,1%), asma 4,5%,
diabetes melitus di perkotaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
(5,7%), 3,8%,
asma (3,5%), penyakit sendi
(30,3%),
kanker 1,4 per 1000 penduduk,
hipertiroid 0,4%, Tingginya
kanker/tumor (4,3‰),
kebutaan pada penduduk
penyakit jantung coroner 1,5%,
gagal jantung 0,3%, Prevalensi
umur = 6 tahun (0,9%). gagal ginjal kronik 0,2%,
batu ginjal0,6%, Penyakit
penyakit sendi/rematik 24,7%,
kebutaan pada penduduk umur = 6 tahun Tidak
0,4%, dan katarak pada penduduk semua
umur 1,8%. Menular
Pada penduduk usia = 5 tahun, gangguan
pendengaran sebesar 2,6%,
ketulian 0,09%, serumen prop18,8%, dan
sekret di liang telinga 2,4%.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Hasil Sample Registration Survey (SRS)
→Badan Penelitian & Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI

• Empat dari 5 penyebab kematian


tertinggi tahun 2014
1995 2001 2007 2014
stroke (21,1%),
Proporsi 41,7% 49,9% 59,9% 71 penyakit jantung koroner (12,9%),
Kematian
diabetes melitus dengan komplikasi
Sumber SKRT SKRT Riskesdas SRS (6,7%), dan
hipertensi dengan komplikasi (5,3%).

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Target Global Pencegahan dan Pengendalian PTM
gangguan indra penglihatan
PTM tahun 2025 dan pendengaran
Penurunan kematian akibat PTM (penyakit
jantung, kanker, diabetes melitus/ penyakit a. Vision 2020,
paru kronik) sebesar 25%
menurunkan 25% angka kebutaan
Penurunan konsumsi alcohol 10%.
Penurunan kuran aktivitas fisik 105 b. Sound hearing 2030,
Penurunan tekanan darah tinggi 25% mengurangi 90% ketulian yang
Penurunan konsumsi tembakau 25% dapat dicegah
Peningkatan diabetes melitus/ obesitas 0%
Penurunan asupan garam 30%
Cakupan terapi farmakologis & konseling
untuk mencegah serangan jantung dan stroke

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
PANDU PTM Prioritas

• Penyelenggaraan pencegahan & • Prioritas Penyelenggaraan


pengendalian PTM pencegahan & pengedalian PTM
• komprehensif & terintegrasi UKM – 1) Tingginya angka kematian atau
UKP kecacatan
• Penyakit Tidak Menular: penyakit 2) Tingginya angka kesakitan/
tidak bisa ditularkan dari orang - tingginya beban biaya
orang, perkembangannya perlahan, pengobatan; dan
jangka waktu panjang (kronik). 3) Memiliki faktor risiko yang dapat
diubah.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


1) Penyakit keganasan
Kelompok PTM
2) Penyakit endokrin, nutrisi, dan metabolik;
berdasarkan sistem &
3) Penyakit sistem saraf;
organ tubuh
4) Penyakit sistem pernapasan;
5) Penyakit sistem sirkulasi;
6) Penyakit mata dan adnexa;
7) Penyakit telinga dan mastoid;
8) Penyakit kulit dan jaringan sub kutaneus;
9) Penyakit sistem muskuloskeletal dan jaringan
penyambung;
10) Penyakit sistem genitourinaria;
11) Penyakit gangguan mental dan perilaku; dan
12) Penyakit kelainan darah dan gangguan
pembentukan organ darah.
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Tujuan Pencegahan dan Pengendalian PTM
• promotif & preventif tanpa mengabaikan
kuratif, rehabilitatif & paliatif
• menurunkan angka kesakitan, kecacatan &
kematian
• komprehensif, efektif, efisien & berkelanjutan.

Sasaran Pelayanan terpadu PTM


• individu dan/atau kelompok masy, berisiko
PTM & tidak berisiko.

Ruang Lingkup Pelayanan Terpadu PTM di FKTP


• Pencegahan PTM → pengendalian faktor risiko
PTM yang dapat diubah.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• merokok,
• kurang aktivitas fisik,
• diet yang tidak sehat,
• konsumsi minuman beralkohol,
Faktor risiko •

Lingkungan yang tidak sehat.
Pencegahan (promotif dan preventif)
perilaku yang PTM → promosi kesehatan, deteksi dini
faktor risiko PTM dan perlindungan
dapat diubah khusus,
 Pengendalian (kuratif & rehabilitatif)
→ penemuan dini kasus (early diagnosis)
→ penanganan segera (promp treatment)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


1) Promosi kesehatan
2) Deteksi dini faktor risiko PTM
3) Peningkatkan peran serta masy → Pos
ruang lingkup 4)
Pembinaan Terpadu(Posbindu PTM).
Penemuan kasus PTM
Pelayanan 5) Penanganan kasus PTM (kuratif,
perawatan, rehabilitatif, paliatif,
Terpadu PTM 6)
rujukan)
Pencatatan & pelaporan (kasus &
diFKTP 7)
kematian) PTM
Surveilans terpadu PTM
8) Pemantauan dan penilaian

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Prioritas Program 1) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
• penyakit yang menyangkut jantung &
Pencegahan Dan pembuluh darah.
• Prioritas nasional pengendalian
Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
(PJPD) di Indonesia adalah:
Penyakit Tidak Hipertensi

Menular Di FKTP Penyakit Jantung Koroner


Stroke
Saat

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi /
tidak dapat dikontrol :
Riwayat keluarga, Umur, Jenis kelamin

Faktor Risiko b. Hipertensi


• tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau
Penyakit Jantung tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Joint
National Committe on Prevention Detection,
dan Pembuluh Evaluation, and Treatment of High Pressure
VII/ JNC-VII, 2003). 

Darah • Tekanan darah dipengaruhi oleh cardiac


output dan resistensi perifer.
• sebagian besar hipertensi (>90%) tidak
diketahui penyebabnya.
• Hipertensi Sistolik terisolasi (HST)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Berdasarkan • Hipertensi essensial/primer →
tidak diketahui penyebabnya (90%)
penyebabnya • Hipertensi sekunder →
penyebabnya dapat ditentukan
hipertensi (10%), →kelainan pembuluh
darah ginjal, gangguan kelenjar
tiroid (hipertiroid), penyakit
kelenjar adrenal
NORMAL 120 dan < 80 (hiperaldosteronisme) dll
PRE HIPERTENSI 120 - atau 80 - 90 • diagnosis hipertensi →
139 pengukuran darah minimal 2 kali
HIPERTENSI TK 1 140 - atau 90 - 100 dengan jarak 1 minggu,
159
jika TD <160/100 mmHg. Menurut
HIPERTENSI TK 2 ≥ 160 atau ≥ 100 JNC – VII (2003)
HIPERTENSI SISTOLIK ≥ 140 dan < 90
TERISOLASI
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Hipertensi Sistolik terisolasi (HST)
TD SISTOLIK ≥140 MMHG - TD DIASTOLIK PREVALENSI: USIA LANJUT ( PROSES
˂90 MMHG. PENUAAN, AKUMULASI KOLAGEN,
KALSIUM, SERTA DEGRADASI ELASTIN PADA
ARTERI.

KEKAKUAN AORTA → ↑TD SISTOLIK & KEADAAN ANEMIA, HIPERTIROIDISME, INSUFISIENSI


PENGURANGAN VOLUME AORTA → PENURUNAN TD AORTA, FISTULA ARTERIOVENA, DAN PENYAKIT
DIASTOLIC. PAGET.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Diagnosis Hipertensi
• Faktor risiko kardiovaskular
• Prognosis penderita hipertensi:
1. derajat hipertensi, 1. tingginya TD sistolik -diastolic,
2. faktor risiko kardiovaskular lain (Pria: ˃ 55 th) & (wanita: ˃65 th,
3. kerusakan organ target, 2. perokok,
4. penyakit penyerta, 3. obesitas,
4. dyslipidemia kolesterol LDL ˃3.36
• Kerusakan organ target,
mmol/L (˃130mg/dL) dan/ kolesterol HDL˂1.0
1. Hipertrofi ventrikel kiri (EKG,
mmol/L (˂40 mg/dl),
echocardiografi/ foto toraks dada),
2. Proteinuria atau peningkatan kadar
5. diabetes mellitus,
kreatinin plasma: 6. riwayat keluarga penyakit kardiovakular premature
laki-laki ˃115-133 µmol/l (˃1.34-1.6 mg/dL), 7. C- reaktive protein (CRP) ˃ 1mg/dL
perempuan ˃107-124 µmol/l (˃1.25-1.45 mg/dL),• Pemeriksaan USG/radiologi → plak aterosklerosis
(aorta, arteri karotis, arteri iliaka/ arteri femoral) &
penyempitan arteri retina local/ merata/luas

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Penyakit penyerta • Keluhan2 yang tidak spesifik
1. penyakit serebrovaskular: stroke iskemik, • Sakit kepala
pendarahan serebral/TIA, penyakit jantung • Gelisah
: infark miokard, angina, revaskularisasi • Jantung berdebar-debar
coroner, atau gagal jantung kongesif,
• Pusing
2. penyakit ginjal: nefropatik diabetika atau
• Penglihatan kabur
gagal ginjal – keratinin: laki-laki ˃133
µmol/l (1.6 mg/dL), perempuan ˃124 • Rasa sakit di dada
µmol/l (1.45 mg/dL), • Mudah lelah, dan lain-lain
3. penyakit pembuluh darah perifer: diseksi
aneurisma/penyakit arteri simptomatis,
retinopati - hipertensi lanjut: pendarahan,
eksudat atau papilledema

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Gejala akibat komplikasi
hipertensi

• Gangguan penglihatan
• Gangguan saraf
• Gangguan jantung
• Gangguan fungsi ginjal
• Gangguan selebral (otak): kejang, pendarahan
pembuluh darah otak (kelumpuhan), gangguan
kesadaran - koma
• Diagnosis hipertensi:
1. TD ≥140/90 mmHg,
2. salah satu, sistolik/diastolic ↑

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• FKTP (Puskesmas & klinik dokter keluarga) →
pengendalian hipertensi.
• Puskesmas → pemeriksaan enzim jantung → infark
miokard akut.
• Skrining → stratifikasi FR hipertensi & rencana
penanggulangannya. Stratifikasi hipertensi ditentukan
berdasarkan :
Deteksi Dini 1. Tingginya tekanan darah
Hipertensi & Faktor 2. faktor risiko lain
3. kerusakan organ target: hipertrofi ventrikel kiri,
Risiko diPelayanan kenaikan kadar kreatinin, mikroalbuminuria, gangguan
Kesehatan pembuluh darah (plak sklerotik, penebalan tunika intima
media)
4. penyakit penyerta: stroke, infark miokard akut, amgina
pektoris, gagal jantung, kelainan pembuluh darah perifer
dan retinopati

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Pola hidup sehat dianjurkan →mencegah

Pengelolaan & mengontrol hipertensi:


• Gizi seimbang dan pembatasan gula,

Faktor Risiko garam dan lemak


• Mempertahankan berat badan dan
lingkar perut/pinggang ideal
Hipertensi • Gaya hidup aktif/ olah raga teratur
• Stop merokok
• Membatasi konsumsi alcohol (bagi yang
minum)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


→ penyakit jantung →penyempitan/ penyumbatan
arteri koroner.

Penyakit → proses arterosklerosis → FR


1. dapat dimodifikasi
Jantung 2. tidak dapat dimodifikasi.
→penyakit jantung koroner stabil tanpa gejala, angina
Koroner pektoris stabil, dan Sindrom Koroner Akut (SKA).
→PJK stabil tanpa gejala → skrining, angina pektoris
stabil → gejala nyeri dada bila melakukan aktivitas
yang melebihi aktivitas sehari-hari

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• keadaan → tanda2 • Stroke iskemik
klinis yang timbul Terganggunya sel neuron dan
secara mendadak glia karena kekurangan darah
(akut) akibat sumbatan arteri yang
• defisit neurologis menuju otak atau perfusi otak
fokal atau global, yang inadekuat.
• lebih dari 24 jam Sumbatan dapat disebabkan
• tanpa adanya oleh 2 keadaan,
Stroke penyebab lain
kecuali gangguan
1. Trombosis: defisit neurologis
memberat (24 jam pertama/
vaskuler. lebih)
• Stroke pendarahan : 2. Emboli → defisit neurologis
perdarahan pertama
intrakranial → langsung sangat berat,
pecahnya pembuluh
darah otak serangan timbul saat
beraktivitas

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Diabetes Melitus • FR tidak dapat dimodifikasi FR dapat dimodifikasi
• Kegemukan (BB >120% BB
dan Gangguan • Usia ≥40 tahun idaman atau IMT >23 kg/m2),
Metabolik • riwayat keluarga DM dan Lingkar Perut ≥90 cm
(Laki-laki) atau ≥80 cm
kelompok penyakit • Riwayat diabetes (perempuan)
metabolik→ gestasional • Kurangnya aktivitas fisik
hiperglikemia → • Riwayat berat badan lahir • Hipertensi, tekanan darah
≥140/90 mmHg
kelainan sekresi rendah, kurang dari 2500
• Riwayat dislipidemia
insulin, kerja insulin gram (kolesterol HDL ≤ 35 mg/dL
atau kedua-duanya. • Dapat dilakukan dengan dan/atau trigliseri
metode tanya-jawab • Memiliki riwayat penyakit
kardiovaskular
riwayat penyakit terdahulu
• Diet tidak sehat dengan
tinggi gula dan rendah serat

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


b) Obesitas
• penumpukan lemak yang berlebihan → ketidak seimbangan asupan
energy dengan energi yang digunakan dalam waktu lama yang dapat
mengganggu kesehatan. 

Faktor risiko obesitas :


• Pola makan mencakup jumlah, jenis, jadwal makan
• Pengolahan bahan makanan
• Pola aktivitas yang kurang gerak
• Faktor genetik (berperan sebesar 30% pencetus obesitas)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Penyakit Paru Obstruktif Kronik ASMA
→ penyakit paru kronik, dapat dicegah → gangguan inflamasi kronik jalan napas
& diobati
→ sel inflamasi & elemennya
→ keterbatasan aliran udara saluran
napas - persisten & progresif, → hiperreaktivitas bronkus
→ meningkatnya respon inflamasi kronik → gejala episodik berulang: mengi, sesak,
saluran napas & parenkim paru rasa berat di dada dan batuk terutama
→paparan partikel /gas berbahaya: asap pada malam /dini hari
rokok, debu, bahan kimia di tempat → reversible (dapat membaik) dengan atau
kerja, asap dapur. tanpa pengobatan
→usia pertengahan (> 40 tahun) →
kebiasaan merokok waktu lama. (GOLD
2015; PPOK PDPI, 2016)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Penyakit Kanker
Kanker Payudara Kanker leher rahim
keganasan yang berasal dari sel kelenjar, • keganasan yang terjadi pada leher
saluran kelenjar, dan jaringan penunjang rahim
payudara, • bagian terendah dari rahim yang
tidak termasuk kulit payudara menonjol ke puncak liang senggama

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Kanker pada anak : Program penemuan dini kanker anak :

→Leukemia :  Osteosarkoma :
penyakit keganasan sel darah → sumsum tulang keganasan yang tumbuh dari tulang
proliferasi sel-sel darah putih anak remaja (>10 tahun).
sel2 abnormal dalam darah tepi (sel blast) secara Kondrosarkoma: keganasan tulang rawan,
berlebihan → terdesaknya sel darah yang normal sarkoma Ewing: keganasan tulang & jaringan ikat yang
→fungsinya terganggu berada disekitar tulang

 Retinoblastoma :  Neuroblastoma :
tumor embrional - sistem saraf simpatis - primitive neural
tumor ganas di dalam bola mata
crest
sel retina primitif/imatur
tumor ganas primer bayi dan anak usia ≤5  Limfoma malignum :
Masa tumor di retina dapat tumbuh ke dalam keganasan primer jaringan limfoid – padat
vitreus (endofitik) dan tumbuh menembus ke luar
(eksofitik).  Karsinoma nasofaring
dapat bermetastasis ke luar mata - organ lain, tumor ganas daerah antara hidung dan tenggorok
tulang, sumsum tulang, dan sistem saraf pusat (daerah nasofaring)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


 Gangguan penglihatan dan kebutaan
 Gangguan refraksi :
kelainan pembiasan sinar oleh media
Gangguan Indera penglihatan:kornea, cairan mata, lensa,
badan kaca atau panjang bola mata, →
dan Fungsional bayangan benda dibiaskan tidak tepat
di daerah makula lutea tanpa bantuan
akomodasi.
Gangguan refraksi: Hipermetropia,
Miopi, Astigmatisme dan Presbiopia.
 Katarak :
kekeruhan lensa → penurunan tajam
penglihatan (visus).
penyebab terbesar , prevalensi sebesar
0,78%.
 Glaukoma :
kumpulan gejala, peningkatan tekanan
bola mata, kerusakan saraf mata &
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
penyempitan lapang pandang
• Sumbatan serumen : • Gangguan Pendengaran
Gangguan Serumen: produk kelenjar
sebasea & apokrin →kulit liang
Akibat Bising (NIHL/GPAB) :
kurang pendengaran/tuli
pendengaran telinga.
Jumlah & konsistensi (lunak,
→ terpajan bising yang
cukup keras jangka lama,
dan ketulian keras) Pengumpulan
serumen:keras/lunak →
bising lingkungan kerja &
tempat rekreasi
gangguan hantaran suara - liang
telinga,
• Tuli kongenital :
• Otitis Media Supuratif Kronik tuli yang terjadi sebelum
(OMSK) : infeksi telinga tengah, persalinan / pada saat
lubang (perforasi) gendang persalinan
telinga
keluarnya cairan ke liang telinga kelainan genetik &
terus menerus atau hilang nongenetik
timbul

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Presbikusis : Gangguan fungsional
Gangguan • suatu kelainan fungsi
akibat dari proses
pendengaran degenerasi, berhubungan fisiologis → sistem tubuh:
faktor2 herediter, pola fungsi mental, kognitif dan
dan ketulian makanan, metabolisme, psikologis.
arteriosklerosis, infeksi, • Kemampuan fungsi
bising, gaya hidup atau seseorang → menentukan
bersifat multifaktor. derajat kualitas hidup.
bersifat sensorineural, • gangguan emosional
relatif simetris pada kedua persisten, distres sosial dan
telinga penurunan kualitas
tidak ada perbedaan jenis • tidak ditangani - kondisi
kelamin disabilitas.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


→ tidak melupakan masy ) Pengendalian Terpadu FR PTM
Pengendalian berpenyakitf. • Faktor risiko umum “Common
Risk factor”,

Terpadu PTM • Upaya pengendalian PTM di


PKM
• pola konsumsi makanan yang
tidak sehat (tinggi gula, garam &
lemak, & rendah serat),

di FKTP masyarakat sehat


masyarakat berisiko
• kurangnya aktivitas fisik (tidak
cukup dan tidak teratur),
masyarakat menderita • merokok dan konsumsi alkohol,
kecacatan dan memerlukan • jika tidak dicegah → FR:
hipertensi, dislipidemia, kadar
rehabilitasi. gula darah tinggi dan
kegemukan/obesitas.
→ Puskesmas PTM • FR diketahui lebih dini →
program unggulan intervensi tepat → PTM dapat
dicegah/ mengurangi komplikasi
SDM terlatih PTM, penyakit.
fasilitas & peralatan
penatalaksanaan kasus
PTM

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


FAKTOR RESIKO
PTM

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Tata Laksana Terpadu PTM
• Terpadu/terintegrasi
• ditemukan faktor risiko → penatalaksanaannya.
• Merokok: FR PTM
diagnosis &
1. Riwayat merokok/bekas perokok - gejala
tatalaksana PTM pernapasan (asma, PPOK, curiga kanker
berdasarkan FR paru) → penyakit
utama + keterangan jantung/kardiovaskular/metabolik (DM) atau PTM
keluhan & gejala lain
2. riwayat merokok + gejala sering makan, minum,
sebagai kencing, gemuk →penyakit metabolik
pengendalian → penyakit jantung.
terpadu faktor risiko • Tatalaksana terpadu hipertensi dan diabetes
PTM. mellitus
Hipertensi terintegrasi Diabetes
pendekatan FR merokok: mencegah serangan
jantung, stroke & gagal ginjal, protokol WHO

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Pengendalian Penyakit Tular Vektor & Zoonotik

a. Pengendalian Malaria
• penyakit infeksi
• parasit/ plasmodium
• hidup & berkembang biak - sel darah merah
manusia,
• Ditularkan: gigitan nyamuk malaria
(anopheles sp) betina.
• menyerang semua orang baik laki-laki
ataupun perempuan, pada semua golongan
umur, dari bayi, anak-anak sampai orang
dewasa, apapun jenis pekerjaannya.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


a) Diagnosis: harus terkonfirmasi Laboratorium: mikroskop /
tes diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT)
b) Pengobatan : Terapi kombinasi : Artemisinin (Artemisinin
Based Combination Therapy/ACT) → konfirmasi
laboratorium.
c) Pencegahan: manajemen vektor terpadu dan upaya lain
Kebijakan efektif, efisien, praktis dan aman.
d) Layanan tatalaksana kasus dilaksanakan oleh seluruh faskes
Pengendalian e) Pengendalian malaria: azas desentralisasi.
Malaria f) Penguatan kebijakan: meningkatkan komitmen pemerintah
pusat dan daerah dan meningkatkan tatakelola program
yang baik serta peningkatan efektifitas, efisiensi dan mutu
program.
g) Promosi program → Forum Kemitraan Nasional Gebrak
Malaria dan Memperkuat inisiatif UKBM(Posmaldes, JMD).
h) Memperhatikan komitmen nasional, regional dan
internasional.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Upaya menghentikan penularan malaria
setempat dlm satu wilayah geografi
tertentu & bukan berarti tidak ada kasus
malaria impor serta sudah tidak ada vektor
di wilayah tersebut, sehingga tetap
dibutuhkan kegiatan kewaspadaan utk
mencegah penularan kembali.

Eliminasi Malaria • Strategi Spesifik Program Malaria:


a) Akselerasi :
• Pengendalian dengan Cakupan Seluruh Wilayah
(Universal Coverage) Dengan Endemisitas
Tinggi (Papua, Papua Barat, Maluku Utara,
Maluku & NTT):
• Penemuan dini – Pengobatan tepat dan
lengkap
• Kampanye kelambu berinsektisida secara
massal
• IRS didesa dengan API > 40 ‰ (sangat tinggi)
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
b) Intensifikasi : Eliminasi :
• Pengendalian didaerah FOKUS daerah endemisitas rendah.
Tambang, pertanian, kehutanan, Strategi:
transmigrasi, pengungsian, dll). • Penemuan Dini - Pengobatan
Strategi: tepat dan komplit
• Kelambu berinsektisida • Penguatan jejaring diagnosis
focus/kelompok berisiko tinggi & tatalaksana termasuk RS
• Penemuan Dini - Pengobatan tepat rujukan
dan lengkap • Penguatan surveilans migrasi,
• IRS pada KLB/ peningkatan kasus • pengamatan daerah reseptif/
• Penemuan kasus aktif surveilans vector
• Penemuan kasus aktif

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Pencegahan Malaria
a) Menghindari gigitan nyamuk: c) Mengurangi banyak nyamuk:
• Tidur memakai kelambu • Menebarkan ikan pemakan jentik;
• Memakai obat nyamuk kepala timah, mujair di lagun & mata
• Memasang kawat kasa lubang angin air disekitar rumah
• Menjauhkan kandang ternak dari rumah • Menyebarkan racun - jentik nyamuk
• keluar rumah pada malam hari memakai
(larvasida)
pakaian yang tertutup (baju & celana panjang,
sarung), memakai lotion anti nyamuk • Pengeringan dan penimbunan tempat
b) Membersihkan lingkungan: perindukan/berkembang biak
• Menimbun genangan air/sarang nyamuk • Kelambu berinsektisida
• Membersihkan lumut mata air & danau • Penyemprotan dinding rumah

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


d) Kemoprofilaksis :
• Doksisiklin 100 mg 1x1 hari dikonsumsi sehari sebelum bepergian ke
daerah endemis malaria, selama tinggal di daerah endemis, sampai 4
minggu setelah kembali dari daerah endemis.
• sebaiknya menggunakan kelambu berinsektisida, apalagi jika akan
tinggal di daerah

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Penemuan dan Tatalaksana Kasus
4) a) Gejala dan Tanda
• Demam, menggigil dan berkeringat.
• sakit kepala mual, muntah, diare & nyeri otot.
• Ada riwayat berkunjung atau tinggal didaerah endemis malaria

b) Diagnosis, Didasarkan pada:


• Anamnesis :
• Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat, sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri, otot
• Riwayat sakit malaria atau minum obat malaria satu bulan terakhir
• Riwayat tinggal/berkunjung/bermalam 1-4 minggu yang lalu di daerah endemis
• Pemeriksaan Fisik: Demam, Konjungtiva, telapak tangan pucat, pembesaran limpa,
pembesaran hati
Laboratorium
• Diagnosa pasti : ditemukan parasit malaria pada darah penderita
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
5) Penemuan Penderita:
a) Passive Case Detection (PCD) faskes
penemuan penderita malaria → petugas kesehatan → menunggu kunjungan
penderita.
Sasaran: Semua penderita malaria suspek, akut, kronis, penderita gagal pengobatan
Metoda : Pengambilan Sediaan Darah (SD) tebal - semua penderita malaria suspek
dan gagal pengobatan

b) Active mencari di lapangan


• Mass Fever Survey (MFS):
• Penemuan Penderita Demam secara Massal,
• kegiatan pencarian dan penemuan penderita demam positif parasit malaria di antara
penduduk
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Tujuan: • Mass Blood Survey (MBS
• Memastikan desa → jumlah kasus rendah
→ tingkat transmisi rendah (konfirmasi) • Pemeriksaan Darah Massal: kegiatan
• Menemukan penderita demam positif pencarian & penemuan penderita malaria
parasit malaria populasi rawan mendapat positif (simtomatis, asimtomatis),
pengobatan & menghilangkan sumber • pengobatan sesuai standar, → penurunan
penularan malaria. dilaksanakan jika penularan malaria
pengendalian malaria (PCD & ACD) & • Menemukan penduduk positif malaria -
penanggulangan KLB tidak berhasil. daerah yang sedang terjadi peningkatan
• Mendapatkan prevalensi kasus malaria kasus
pada populasi rawan

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Sasaran Wilayah:
• Daerah: peningkatan jumlah penderita malaria/KLB malaria & Daerah
yang sulit terjangkau pelayanan (remote area).

Metode:
• memeriksa parasit malaria: sediaan darah setiap orang di wilayah
• Penyelidikan Epidemiologi (khusus): Survei Kontak
• Pengamatan terus menerus terhadap faktor – faktor determinan
dari kejadian & penyebaran penyakit malaria dan kondisi sakit–sehat
lainnya

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Pengendalian Arbovirosis

1) Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik -PSN 3 M Plus: pencegahan & pengendalian DBD & Zika:RT
2) Jumatik Rumah (RT/ Keluarga) bertanggung jawab pelaksanaan pemantauan jentik di
rumahnya, rumah kost, asrama miliknya & wajib mengisi kartu jentik 1 kali seminggu
3) Jumantik Lingkungan (Petugas Tempat Umum): satu/ lebih petugas → pemantauan jentik
di Tempat2 Umum (TTU)/ Tempat-tempat Institusi
4) Koordinator JumantikRT: satu/lebih anggota Pokja DBD g ditunjuk Ketua RW/ Kepala
Kelurahan: melakukan pengolahan data & pemantauan pelaksanaan jumantik di lRT
5) Supervisor Jumantik: satu/lebih anggota Pokja DBD ditunjuk oleh Ketua RW/ Kepala
Kelurahan: pengolahan data dan pemantauan pelaksanaan jumantik di lingkungan RT
6) POKJANAL: Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah
Dengue. LP & LS

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Gejala dan Tanda Penyakit Kaki
1) Pengendalian Filariasis Gajah
• Penyakit Kaki Gajah • Tahap Awal
(Lymphatic Filariasis/ Demam berulang, 3 – 5 hari,
Pengendalian Filariasis): demam hilang bila penderita
• penyakit menular menahun istirahat dan muncul lagi
Filariasis dan → cacing filaria → saluran& penderita bekerja berat
Pembengkakan kelenjar getah
Kecacingan kelenjar getah bening.
• cacat yang menetap:
bening → lipatan paha, ketiak
kemerahan, panas & sakit
pembesaran kaki, lengan,
Abses pecah: nanah & darah
kantong, buah zakar,
Pembesaran tungkai, lengan,
payudara & kelamin wanita.
buah dada, buah zakar agak
kemerahan dan terasa panas

• Tahap Lanjut
Pembesaran menetap
(elephantiasis): tungkai,
lengan, payudara, kantong
buah zakar, & alat kelamin
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM. wanita.
Cara Penularan Penyakit kaki Gajah
b) Penyebab Penyakit Gajah • gigitan nyamuk infektif.
• cacing filaria, • Penularan filariasis:
1. Sumber penularan: manusia/hospes
hidup dalam tubuh manusia
mikrofilaria dalam darahnya
selama 4-6 tahun dalam KGB 2. Vektor/ nyamuk
berkembang biak di dalam tubuh 3. Manusia
menghasilkan jutaan anak cacing
yang beredar dalam darah d) Pengobatan Filariasis
• Tiga spesies cacing filarial yaitu • Pemberian obat pencegahan massal :
: Wuchereria bancrofti, Brugia Akselerasi eliminasi filariasis 2020
malayi, Brugia timori • Kampanye nasional popm filariasis : POPM
Filariasis di kab/kota endemis waktu
serentak, jumlah sasaran besar
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Pengendalian Kecacingan
• Kecacingan: Soil Transmitted Helminthiasis Sasaran
yaitu: Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides), Cacing • Anak Usia Sekolah
Cambuk (Trichuris Trichiura), serta Cacing • Petani, nelayan, perkebunan pertambangan
Tambang (Anchilostoma duodenale dan Necator
• Balita
americanus).
• Tujuan • Ibu Hamil
tidak menjadi masalah kesehatan dan  
meningkatkan mutu SDM. d) Strategi
• Kemitraan LP/LS (vit. A, BIAS) & swasta
Tujuan Khusus • Diagnosa dengan teknik Kato & Kato Katz
• Turunnya prevalensi cacingan menjadi < 10% • Menurunkan prevalensi & intensitas kecacingan
(tahun2010). anak
• Meningkatnya cakupan pemberian obat cacing • SD → pengobatan 2x/tahun (prev>50%)
pada anak SD • Intensitas cacingan → sosialisasi guru UKS
• Meningkatkan kemitraan • Evaluasi pasca intervensi

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


e) Pengobatan
• Blanket mass treatment : dilaksanakan di wilayah dengan prevalensi
>50% dengan infra struktur tidak memadai
• Selective mass treatment :
• Wilayah prevalensi >50%: pengobatan massal 2x / tahun
• Wilayah prevalensi 20-50%: pengobatan massal 1x / tahun
• Wilayah prevalensi <20%: pengobatan pada anak dengan tinja positif

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Imunisasi:
upaya untuk menimbulkan /meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
5. Pengendalian penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau
Penyakit Yang sakit ringan.

Dapat Dicegah • Tujuan

Dengan Imunisasi menurunkan kesakitan, kecacatan dan kematian


akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (pd3i) vaksin.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


1. Mempertahankan 3) Eliminasi Campak &
Eradikasi Pengendalian
Polio Rubela/CRS
a) Cakupan imunisasi a) Pelaksanaan Crash
rutin yang tinggi Program
Target dan merata
Campak di 183
program b) Melaksanakan kab/kota 28 prov
Endgame Strategy
Imunisasi Eradikasi Polio
Agustus 2016
(2015-2019): b) Pelaksanaan
2) Mencapai Eliminasi
Kampanye MR
Tetanus Maternal dan 2017 – 2018
Neonatal (MNTE) c) Introduksi Vaksin
Mei 2016 dan MR → vaksin Campak
pertahankan pada imunisasi rutin

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Jenis-Jenis Imunisasi
• Jenis penyelenggaraannya, a) Imunisasi dasar : Imunisasi yang
diberikan kepada bayi sebelum berusia 1
1. Imunisasi Program (satu) tahun. Imunisasi → hepatitis B,
imunisasi yang diwajibkan kepada Poliomyelitis, difteri tuberculosis,,
pertusis, tetanus, pneumonia dan
seorang → melindungi pribadi & meningitis.
masy sekitarnya dari penyakit yang b) Imunisasi lanjutan: ulangan Imunisasi
dapat dicegah dengan imunisasi. dasar → mempertahankan tingkat
kekebalan & memperpanjang masa
a) Imunisasi Rutin perlindungan anak yang sudah
Dilaksanakan terus menerus & mendapatkan imunisasi dasar. Imunisasi
lanjutan → Anak < 2 tahun; sekolah
berkesinambungan. dasar; & WUS

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


2) Imunisasi Tambahan 3) Imunisasi Khusus
• Jenis imunisasi tertentu → kelompok • melindungi seseorang & masy → penyakit
umur tertentu yang berisiko terkena tertentu →situasi tertentu (persiapan
penyakit → kajian epidemiologis → waktu keberangkatan calon jemaah haji/
tertentu. Melengkapi imunisasi dasar dan/ umroh, persiapan perjalanan menuju atau
atau lanjutan pada target sasaran yang dari negara endemis penyakit tertentu,
belum tercapai. dan kondisi kejadian luar biasa/ wabah
• Backlog fighting, crash program, PIN, penyakit tertentu.
Cath Up Campaign, Sub PIN, dan Imunisasi • Imunisasi Meningitis Meningokokus,
dalam penaggulangan KLB. Imunisasi Yellow Fever, Imunisasi Rabies,
dan Imunisasi Polio

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


4) Imunisasi Pilihan
• imunisasi lain, tidak termasuk dalam imunisasi program,
• dapat diberikan pada bayi, anak, dan dewasa sesuai dengan
kebutuhannya dan pelaksanaannya juga dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang berkompeten sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• Vaksin Measles, Mumps, Rubela, Tifoid, Varisela, Hepatitis A, Influenza,
Pneumokokus, Rotavirus, Japanese Ensephalitis, Human Papillomavirus
(HPV), Herpes Zoster, Vaksin Hepatitis B, Dengue

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


c. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Hepatitis B: Poliomielitis Adalah
Penyakit a) virus hepatitis B, merusak
hati.
→ penyakit susunan saraf pusat
→ disebabkan oleh virus polio tipe

yang Dapat b) melalui suntikan yang tidak


aman ibu ke bayi selama
1, 2/3.
→ anak dibawah umur 15 tahun,
proses persalinan, melalui menderita
Dicegah c)
hubungan seksual.
Infeksi: anak tanpa gejala.
lumpuh layu akut (acute flaccid
paralysis/AFP). → kotoran manusia

dengan d) Gejala: lemah, gangguan


perut, gejala lain: flu, urine -
(tinja) yang terkontaminasi.
→ Kelumpuhan dimulai gejala
demam, nyeri otot &
Imunisasi kuning, kotoran menjadi
pucat. kelumpuhan → minggu pertama
sakit.
e) Warna kuning: mata/ kulit.
Rutin f) kronis → Cirrhosis hepatitis,
kanker hati →kematian
→ Kematian otot pernafasan
terinfeksi dan tidak segera
ditangani

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Tuberkolosis Difteri
→ Mycobacterium → Corynebacterium
tuberculosa diphteriae
→ gejala: panas ± 38ᵒC,
→ pernafasan →
pseudo membran
bersin/batuk,
(selaput tipis) putih
→ awal: lemah badan, keabuan →
penurunan berat tenggorokan (laring, faring,
badan, demam, keringat tonsil) → tak
malam hari. mudah lepas & mudah
→ lanjut: batuk menerus, berdarah.
nyeri dada, → Nyeri menelan, leher
batuk darah membengkak/ bull
neck, sesak nafas, bunyi
(stridor)
→ pemeriksaan apusan
tenggorok/hidung →
kuman difetri

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Pertusis
Tetanus
→ Bardetella pertusis
→ Clostridium tetani
→ gejala batuk beruntun & pada akhir
batuk menarik nafas panjang terdengar → tetanus neonatorum dan tetanus.
suara “hup” (whoop),disertai muntah. → Tetanus neonatorum: bayi lahir hidup
→ Serangan batuk malam hari. normal & dapat menangis & menetek
→ berat → pendarahan selaput lendir mata selama 2 hari → timbul gejala sulit
(conjunctiva)/ pembengkakan di sekitar menetek & kejang rangsang (3-28 hari)
mata (oedema periorbital). → Tetanus: riwayat luka, demam, kejang
→ batuk 1-3 bulan, penyakit 100 hari. rangsang, risus sardonicus (muka setan),
→ Pemeriksaan lab: apusan lendir kadang disertai perut papan opistotonus
tenggorokan →kuman pertusis
(badan melengkung) > 1 bulan
(Bordetella pertusis)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Campak
Pneumonia & Meningitis
→ virus measles,
→ Hemophilus
→ droplet bersin/batuk penderita,
Influenza tipe b (Hib)
→ awal: demam, bercak kemerahan,
batuk, pilek, conjunctivitis (mata
merah),
→ lanjut: ruam muka dan leher,
menyebar ke tubuh, tangan & kaki.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Penyakit yang a) pneumonia & f) campak jerman
meningitis → (rubela);
Dapat Dicegah pneumokokus; g) demam tifoid;
dengan b) diare → rotavirus; h) hepatitis A;
Imunisasi Pilihan c) influenza; i) kanker leher rahim
d) cacar air (varisela); → Human
e) gondongan Papillomavirus
(mumps); j) Japanese Enchephalitis
→ herpes
zoster
l) hepatitis B dewasa &
demam berdarah

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Umur Jenis Interval
Minimal untuk
jenis Imunisasi
yang sama
0 - 24 jam Hepatitis B  
 
d. Jadwal Pemberian 1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2 1 bulan
Imunisasi 3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
1) Imunisasi Dasar 4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4,
IPV

9 bulan Campak  

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Catatan : a) Bayi mendapatkan
a) Pemberian Hepatitis B Imunisasi dasar DPT-HB-
→ bayi<24 jam pasca Hib 1, DPT-HB-Hib 2, dan
persalinan, DPT-HB-Hib 3 dengan
jadwal dan interval
→ didahului suntikan vitamin sebagaimana Tabel 1, maka
K1 dinyatakan mempunyai
2-3 jam sebelumnya, status Imunisasi T2.
→ daerah akses sulit b) IPV nasional → tahun 2016
→Hepatitis B → <7 hari. c) Pada kondisi tertentu,
b) Bayi lahir → RS, Klinik & BPM semua jenis vaksin kecuali
Imunisasi BCG & Polio 1 → HB 0 dapat diberikan
sebelum pulang sebelum bayi berusia 1
c) Pemberian BCG optimal - usia tahun
2 bulan, dapat diberikan -
usia <1 tahun tanpa tes
mantoux.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Umur Jenis Interval Minimal Setelah
Imunisasi Imunisasi Dasar
2) Imunisasi Lanjutan DPT-HB-Hib
18 bulan 12 bulan dari DPT-
a) Jadwal imunisasi HB-Hib 3
lanjutan anak baduta
Campak 6 bulan dari Campak
dosis pertama

• Catatan :
• Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB- Hib dan Campak → usia18-24
bulan
• Baduta lengkap Imunisasi dasar & Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib → status Imunisasi T

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Sasaran Imunisasi Waktu Pelaksanaan

Jadwal Imunisasi Kelas 1 SD Campak DT Agustus November


Lanjutan Anak Usia
SekolahDasar Kelas 2 SD Td November

Kelas 5 SD Td November

• Catatan :
• Anak usia sekolah dasar, lengkap Imunisasi dasar, lanjutan DPT-HB-Hib &
Imunisasi DT - Td → Imunisasi T5

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Status Interval Minimal Masa
Imunisasi Pemberian Perlindungan
-
c) Jadwal T1 -
Imunisasi T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
Lanjutan Wanita T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
Usia Subur (WUS) T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun

• Catatan :
• Sebelum Imunisasi → penentuan status Imunisasi T (screening) → pelayanan antenatal
• Pemberian Imunisasi Td tidak perlu bila status T sudah mencapai T5, dibuktikan →
buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau rekam medis

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• produk biologi → • 1) Penggolongan Vaksin
antigen → Asal Antigen
mikroorganisme a) Bibit dilemahkan (live
attenuated)
mati/dilemahkan,
Virus : Polio (OPV), Campak,
utuh/bagiannya, Yellow Fever
berupa toksin Bakteri : BCG
mikroorganisme →
VAKSIN toksoid/protein
rekombinan &
b) Bibit Penyakit dimatikan
(inactivated)
ditambahkan zat · Virus : IPV, Rabies
lain, · Basis Protein : Sub Unit
• diberikan → Pertusis
seseorang → · Toxoid : Difteri & Tetanus
kekebalan spesifik Recombinant : Hepatitis
B
secara aktif →
penyakit tertentu.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


2) Penggolongan Vaksin → Sensitivitas
Suhu

FS (Freeze Gol. vaksin -


Sensitive) yang akan Hepatitis •Keterangan : 
tidak tahan rusak - Td
beku
terhadap - DPT- • Vaksin BCG e) Vaksin
HB-Hib
suhu dingin - DT Polio
<00C (beku) - TT
- IPV • Vaksin DPT f) Vaksin
Campak
• Vaksin TT g) Vaksin Hepatitis
HS Gol. vaksin
-
BCG
B
(Heat Sensitive)
tidak tahan
yang
akan rusak
- Polio
- Campak
• Vaksin DT h) Vaksin DPT-
Panas terhadap
paparan panas
HB-Hib
yang berlebih
(>340C)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


 
  SUHU PENYIMPANAN UMUR
VAKSIN VAKSIN
HEP. B 26 bulan
DPT-HB-Hib 2 tahun
FS IPV +2˚C s/d +8˚C 2 tahun
TT 2 tahun
DT 2 tahun
3) Masa Simpan TD 2 tahun
Vaksin BCG +2 C s/d +8 C atau -15 C s/d -25 C 1 tahun
HS  
POLIO +2 C s/d +8 C atau-15 C s/d -25 C 6 bulan; 2
Tahun
CAMPAK 2 tahun
+2 C s/d +8 C atau -15 C s/d -25 C
5 tahun
Pelarut BCG +20C s/d suhu kamar
Pelarut Campak

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


4) Kerusakan Vaksin terhadap Suhu

  VAKSIN SUHU BERTAHAN


Max ½ jam
- 0,5˚C
Hep. B, IPV
Max 1,5-2 jam
- 5˚ C s/d -10˚ C
DPT-HB-Hib, TT, DT,Td
 
  14 hari
 
FS DPT-HB-Hib
30 hari
Hep.B & TT Beberapa 0C di atas suhu
kamar (<340C) 2 hari
POLIO
HS 7 hari
CAMPAK
dan BCG

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Jenis Dosis Cara Tempat
Vaksin Pemberian
5) Dosis, Cara dan Hepatitis B 0,5 ml Intra Paha
Tempat Pemberian Muskuler
BCG 0,05 ml Intra Kutan Lengan kanan
Imunisasi Atas
Polio 2 tetes Oral Mulut
IPV 0,5 ml Intra Paha kiri
Muskuler
Intra Paha untuk bayi, Lengan
DPT-HB-Hib 0,5 ml Muskuler kanan untuk balita

Campak 0,5 ml Sub Kutan Lengan kiri atas


DT 0,5 ml Intra Lengan kiri atas
Muskuler
Td 0,5 ml Intra Lengan kiri atas
Muskuler

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


a) Integrasi Kesehatan Jiwa Dipelayanan Kesehatan Dasar
→ masalah kesehatan jiwa ↑, kebutuhan pelayanan
keswa ↑.
→ Jangkauan pelayanan → masy yang jauh
→ pelayanan keswa → RS → terbatas & diprovinsi (belum
Pelayanan semua)

Kesehatan • Pelayanan keswa belum memadai & menjangkau seluruh


masyarakat:
1) Jumlah nakeswa terbatas & di kota besar.
Jiwa Di 2) Masalah keswa → manifestasi keluhan fisik → tidak
terdeteksi & teratasi dengan baik.
FasKes Dasar 3) Pengertian keswa kurang & stigma gangguan jiwa besar →
pengobat tradisional & pemuka agama.
4) Penduduk pedesaan (rural) sulit menjangkau fasilitas
keswa & biaya besar.
5) otonomi daerah → penentu kebutuhan masing2 →
masalah pelayanan keswa belum prioritas.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Pelayanan keswa → kesehatan dasar Puskesmas/
lainnya.
• WHO → integrasi pelayanan keswa → pelayanan
kesehatan dasar.
• Manfaat:
1) Membantu kekurangan tenaga kesehatan jiwa.
2) Pengenalan dini gangguan jiwa pasien → keluhan
somatik.
3) Mengurangi stigma & dapat diterima masy
4) Mudah diakses, biaya rendah & nakes mengenal masy
→ pembinaan.
5) keterlibatan masyarakat.
6) Tanggung jawab daerah masing2

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• 1976 → integrasi yankeswa di Puskesmas
• 1980 → integrasi yankeswa di RSU kelas D dan C.
Nakes jiwa RSJ → Puskesmas/RSU → poliklinik jiwa (RSJ)
menjangkau Puskesmas/RSU terdekat, pelayanan
terbatas (1-2 x seminggu)
• 1990 yankeswa → integrasi Dr. Sp.Kj → Puskesmas &
RSU.
• 1991 → melatih nakes PKM & RSU D - C (jauh dari RSJ)
deteksi dini & penanganan masalah keswa → pelayanan
keswa tiap hari & integrasi yankes umum.
kurang melibatkan Dinkes → ↑ deteksi kasus jiwa
@ tidak diikuti penyediaan obat psikotropika
@ dianggap “KLB” (“Kejadian Luar Biasa”) dan
meresahkan.
cakupan yankeswa Puskesmas seluruh Indonesia < 1%.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Cakupan yankeswa rendah: • Jika faktor mental emosional yang
1) Belum semua PKM dilatih. melatarbelakangi keluhan fisik ini
2) Mobilitas dokter puskesmas diabaikan dapat berakibat:
↑ 1) Pelayanan kesehatan umum → kurang
3) Penegakan diagnosis → efektif → sering & berulang berobat
sistem pencatatan & dengan keluhan yang sama, →
pelaporan PKM → kel utama terapimahal
pasien yang datang ke faskes • 2) Hubungan dokter - pasien kurang
kel utama: keluhan fisik & diperhatikan → pribadi & lingkungan
kel lain:mental emosional → psikososial keluarga tidak memperoleh
diagnosis ditulis → diag/ fisik. perhatian → mutu pelayanan kurang
memadai.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Orang yang sehat jiwa mempunyai ciri:
Pengertian Kesehatan • Menyadari sepenuhnya kemampuan
Jiwa dirinya.
UU No. 23 tahun 1992
Ps 24, 25, 26 & 27)
• Mampu menghadapi stress kehidupan
suatu kondisi mental yang wajar.
sejahtera → hidup • Mampu bekerja produktif dan
harmonis & produktif
sebagai bagian yang memenuhi kebutuhan hidupnya.
utuh → kualitas hidup • Dapat berperan serta dalam lingkungan
seseorang → hidup.
memperhatikan semua
segi kehidupan • Menerima baik dengan apa yang ada
manusia. pada dirinya.
• Merasa nyaman bersama orang lain.
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
• 2) Psikiatri (ilmu kedokteran jiwa) • 3) Pendekatan Elektik-Holistik
→ pandangan yang memandang
→cabang spesialistik ilmu
kedokteran manusia & perilakunya, sehat/ sakit,
→ mempelajari perilaku manusia → kesatuan yang utuh
→ Keadaan sehat/ sakit →unsur organo biologis, psiko-edukatif
→ meneliti genesis, dan sosio- kultural.
→ diagnosis, → kita harus mennijau ketiga unsur
→ terapi,
→ rinci, selektif (eklektik) & saling
→ rehabilitasi
berkaitan
→ prevensi gangguan jiwa
→ promosi kesehatan jiwa. → satu sistem yang tak dapat dipisahkan
satu sama lain (holistik).

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Hubungan dokter pasien
(tidak mengabaikan psiko-sosial

• Mencari etiologi (multikausal). • Pelayanan Komprehensif: pelayanan


• Pemeriksaan pasien ( fisik, mental yang luas meliputi promotif, preventif
& sosial). & rehabilitatif
• Diagnosis fisik & mental
emosional). • Pelayanan Paripurna:
• Terapi (prioritas penggunaan pelayanan yang lengkap, dari
terapi obat, psikoterapi &/ pelayanan kesehatan jiwa spesialistik,
sosioterapi - pasien tertentu). integrative & bersumber daya
• Rehabilitas ( medik, edukasional, masyarakat.
vokasional & sosial).

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Ruang Lingkup Kesehatan Jiwa
Masalah kesehatan jiwa meliputi:

1) Masalah perkembangan manusia 2) Masalah Psikososial


harmonis & peningkatan kualitas setiap perubahan kehidupan individu
hidup, masalah kesehatan jiwa , ( psikologis/sosial) → pengaruh timbal balik &
berkaitan siklus kehidupan, anak berpotensi faktor penyebab gangguan jiwa/
dalam kandungan sampai usia lanjut. kesehatan) secara nyata, atau sebaliknya
masalah keswa → lingkungan sosial tawuran,
kenakalan remaja, penyalahgunaan NAPZA,
masalah seksual, tindak kekerasan, stress
pasca trauma; pengungsian/migrasi, usia
lanjut yang terisolir, masalah keswa di tempat
kerja, penurunan produktivitas, gelandangan
psikotik, pemasungan, anak jalanan.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• 3) Gangguan jiwa • 4) Jenis-jens gangguan jiwa
→ gangguan mental & perilaku
→ perubahan
(penggunaan NAPZA, alcohol -rokok;
fungsi jiwa → depresi;
→ gangguan → ansietas;
fungsi jiwa, → ganggun somatoform/psikosomatik);
→ penderitaan → gangguan afektif;
individu dan/ → gangguan mental organic;
hambatan → skizofrenia;
melaksanakan → gangguan jiwa anak dan remaja
→ retardasi mental
peran sosial.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• d) Pelayanan keswa di yankes dasar adalah
→ pelayanan keswa: dokter, perawat, bidan/ nakes
Puskesmas
→ terintegrasi → pemeriksaan kesehatan fisik, deteksi
dini & penanganan
masalah kesehatan jiwa.
→Dinkes: pelatihan nakes (dokter, perawat & bidan)
deteksi dini & penanganan masalah keswa,
penyediaan obat psikotropika
penambahan tenaga di pelayanan kesehatan dasar.

• Dalam hal ini nakes jiwa → konsultan/Pembina, pelatih


& melakukan supervise berkala terhadap yankeswa.
• RSJ : tempat rujukan pasien sulit ditangani di pelayanan
kesehatan dasar.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• 1) Landasan Ilmiah:
• Dasar ilmiah: ilmu kedokteran jiwa (psikiatri) → cabang ilmu
kedokteran.
• orientasi klinis → kemasyarakatan → multidisipliner (biologi,

Landasan perilaku & sosial.


• Landasan hukum:
a) UU No. 23 tahun 1992: Kesehatan (pasal 1 ayat1)
Dasar Upaya b) UU No. 5 tahun 1997: Psikotropika.
c) UU No. 22 tahun 1997: Narkotika.
Kesehatan d) UU No. 29 tahun 2004: Praktik Kedokteran.
e) UU No. 32 tahun 2004: Pemerintahan Daerah.
Jiwa f) KepMenKes RI No 1457/MENKES/SK/X/2003: Kewenangan
Pelayanan Wajib & Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
g KepMenKes RI No.128/MENKES/SK/II/2004 Kebijakan Dasar
Pusat Kesehatan Masy

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Cara Anamnesis & pemeriksaan →
mutu pelayanan kesehatan.
Pedoman
Anamnesis, • Penelitian World Health Report 2001
Pemeriksaan & →
Diagnosis 24% pasien ke Pelayanan Kesehatan
Pasien Dasar: gangguan Kesehatan fisik →
diPelayanan faktor mental emosional
Kesehatan pengetahuan & keterampilan petugas
Dasar keswa meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Persiapan
a) Atur jadwal pemeriksaan, pasien diperiksa secara
tertib
b) Aturlah arus pasien yang diperiksa, membantu
kerahasiaan pasien
c) Aturlah ruangan & tata letak meja/ kursi/tempat tidur
periksa, kenyamanan petugas dan pasien
d) Tim kerja (petugas loket, perawat, dokter, petugas
apotek)
e) kenyamanan suasana & lingkungan
f) Petugas ramah & memperhatikan kebutuhan pasien
menyeluruh
g) Buat janji temu bila perlu wawancara lebuh lama
diluar jam pelayanan

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Prosedur • Pasien Anak & Remaja (< 18 tahun)
• Gunakan kartu status Puskesmas
• Anamnesis pasien (anak, dewasa, baru/lama): perawat /dokter
Tanyakan keluhan utama pada anak/ pengantar,
• Pasien duduk disamping meja petugas catat distatus
• Pasien dewasa ( > 18 tahun & lansia tanyakan keluhan utama & Keluhan fisik murni (F1),
catat distatus → Bahasa pasien
Keluhan fisik - mental emosional (F2), Keluhan
• Golongkan keluhan:
Keluhan fisik murni (F1),
Psiko-Somatik (PS), atau keluhan Mental –
Keluhan fisik + mental emosional (F2), Emosional (ME),
Keluhan Psiko-Somatik (PS), atau dan beri kode
keluhan Mental – Emosional (ME), • Tanyakan keluhan Mental Emosional & tatus
dan beri kode perkembangan anak
• Bila keluhan utama → PS atau ME, → pertanyaan (aktif)
• Beri paraf di bawahnya, lanjutkan pemeriksaan rutin (TD, dll) • Lanjutkan pertanyaan nomor 3 (dari
pertanyaan aktif)
• Beri paraf di bawahnya

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Dokter periksa hasil anamnesis → melihat
keadaan pasien menyeluruh & menanyakan
kembali hal2 meragukan dll
• Setelah pemeriksaan fisik & mental, diagnosis
fisik & mental cantumkan kode diagnosisnya
• kolom terapi cantumkan resep obat yang
diberikan dan beri paraf
• Setelah selesai, pasien gangguan mental →
tindak lanjut hari lain
• kunjungan berikut, ikuti prosedur yang sama
seperti di atas
• Jika telah memahami prosedur di atas,
petunjuk anamnesis dan pemeriksaan ini
(skema) dapat diletakkan di atas meja periksa

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Anamnesis Keluhan psikomatik (PS)
• Autoanamnesis/ alloanamnesis. • keluhan fisik/ jasmani → kejiwaan (mental
• Keluhan utama → pasien/pengantar , emosional).
alasan berobat ke Puskesmas. • Berdebar2, tengkuk pegal, tekanan darah tinggi
a) Keluhan Fisik (F1) (gejala kardiovaskular), ulu hati perih, kembung,
keluhan fisik murni & tidak mental gangguan pencernaan (gejala gastrointestinal),
emosional, membutuhkan terapi sesak napas, mengik (gejala respiratorius, gatal
farmakologik.
eksem (gejala dermatologi) encok pegal-pegal,
panas, batuk, pilek, mencret, muntah,
borok, luka, pendarahan
kejang, sakit kepala (gejala musculoskeletal),
gangguan haid, keringat dingin disertai debar-
• b) Keluhan Fisik (F2)
debar (gejala hormonal – endokrin),
keluhan fisik murni + mental migrein, sering lupa(pikun), kesemutan, kram,
emosional.
kelumpuhan anggota gerak, gangguan kesadaran
luka kecelakaan + kecanduan alcohol,
keluhan batuk kronis + cemas/putus
(gejala serebrovaskuler)
asa karena tak sembuh

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• keluhan masalah kejiwaan (alam perasaan, pikiran &
perilaku).
• mengamuk, berbicara kacau, mendengar bisikan, melihat
bayangan iblis, telanjang di depann umum (gejala Psikotik),
cemas/ takut tanpa sebab yang jelas, gelisah, panic, pikiran
Keluhan dan/ atau perilaku berulang2, gagap (gejala neurotic
mental dengan afek cemas), murung, tak bergairah, putus asa, ide
kematian (gejala depresi), penyalahgunaan atau
emosional ketergantungan terhadap alkoho, rokok, dan NAPZA (gejala
gangguan penggunaan zat psikoaktif), ayan, bengong,
(ME kejang-kejang (gejala gangguan epilepsy), gejala anak-anak
& remaja: kesulitan belajar, tak bisa mengikuti
pelajaran di sekolah, gangguan fungsi sosial (gejala
gangguan retardasi mental), gangguan perkembangan,
gejala psikotik anak, gejala autism anak, gejala gangguan
pemusatan perhatian & hiperaktivitas, enuresis

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Keluhan PS dan keluhan ME yang disertai dengan
distress (penderitaan pada pasien dan/ atau
keluarga/ lingkungan) dan atau gangguan pada
fungsi pekerjaan/ akademik, fungsi sosial, fungsi
sehari-hari (disabilitas)
• petunjuk menderita gangguan jiwa.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Pasien datang → daftar ke loket, dicatat identitas
pasien
• menuju kamar periksa, diterima perawat →
anamnesis & pemeriksaan tanda- tanda vital.
Pemeriksaan • Datang:
dengan keluhan fisik murni, dikartu berobat diberi tanda
Metode 2 F1;
Menit keluhan fisik murni + mental-emosional diberi
tanda F2 (Komorbiditas), keluhan psikosomatik
diberi tanda PS,
keluhan Mental Emosional diberi tanda ME.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• keluhan PS, (organ tubuh: sistem keluhan ME, ditanyakan hal2 yang berkaitan:
respiratorius, kardiovaskuler, a) Gejala psikotik halusinasi, waham, inkoherensi, perilaku
katatonik/ kacau lainnya
musculoskeletal, urogenital, endokrionologi, b) Gejala ansietas was-was, cemas, takut, panic
serebrovaskuler, ditanyakan juga mengenai : c) Gejala depresi: murung, sedih, tak bergairah, tak
a) Kesadaran : penurunan kesadaran, bersemangat
perubahan kesadaran d) Gejala manik gembira, semangat tinggi, tak kenal
resiko, kebutuhan tidur berkurang.
b) Daya ingat e) Gejala retardasi mental: kecerdasan kurang, kurang bisa
c) Kemampuan mengarahkan, memusatkan, beradaptasi dengan lingkungan.
mempertahankan dan mengalihkan f) Gejala kejiwaan anak-anak & remaja: sulit berinteraksi
sosial, hiperaktif, kurang dapat memusatkann
perhatian perhatian, gangguan tingkah laku, mengompol pada
d) Kejang, kejang umum, kejang fokal yang usia 5 tahun atau lebih.
berulang

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Setelah itu diajukan pertanyaan :
a) Apakah ada stressor organobiologik: penyakit yang berkaitan SSP, penggunaan NAPZA
b) Apakah ada distres/ penderitaan pasien/keluarga
c) Apakah ada gangguan fungsi pekerjaan/ akademik, fungsi sosial & fungsi sehari-hari
 
Kemudian dibuatlah diagnosis :
d) Demensia: gangguan daya ingat stressor organobiologik: usia lanjut, degenerasi,
gangguan serebrovaskular
e) Delirium: penurunan kesadaaran/ kesadaran berkabut disertai kemampuan
mengarahkan, memusatkan, mempertahankan, dan mengalihkan perhatian yang
berkurang
f) Gangguan penggunaan NAPZA, adanya riwayat penggunaan zat psikoaktif & alcohol
g) Skizofrenia: gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu bulan
h) Gangguan Psikotik Akut: Gejala psikotik yang berlangsung kurang dari satu
bulan
i) Gangguan Bipolar: Gejala manik dengan/ atau tanpa gejala depresi
j) Gangguan depresi: Gejala Depresi
k) Gangguan Fobik: gejala fobia terhadap sesuatu atau situasi
l) Gangguan panik: Gejala Ansietas yang memuncak
m) Gangguan Ansietas menyeluruh : gejala utama cemas
n) Gangguan campuran ansietas dan depresi: gejala campuran cemas dan depresi

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


l) Gangguan obsesi kompulsif: gejala obsesif: pikiran yang terpaku & perilaku
dilakukan
berulang
m) Gangguan penyesuaian: Gejala ansietas &/ depresi karena perubahan
situasi / lingkungan
n) Gangguan Somatoform: Gejala fisik tanpa kelainan structural yang
dilatarbelakangi oleh
gejala ansietas atau depresi
o) Retardasi Mental: Gejala kecerdasan yang kurang & kemampuan adaptasi
yang kurang
pada anak di bawah usia 18 tahun.
p) Gangguan perkembangan pervasive (Autisme anak): gejala psikotik anak.
q) Gangguan hiperkinetik: kemampuan memusatkan perhatian berkurang,
hiperaktivitas.
r) Gangguan tingkah laku anak & remaja: kenakalan remaja.
s) Enuresis: gejala mengompol pada anak di atas 5 tahun.
t) Epilepsi: gejala kejang/ tanpa kejang, penurunan kesadaran/ perubahan
kesadaran/ bengong yang berulang.
u)Gangguan disfungsi seksual

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


a) F00# Gangguan mental organic a) F32# Gangguan Depresif
b) Demensia (F00#) b) F40# Gangguan
Delirium (F05) Neurotik Gangguan
Penggolongan c) F10# Gangguan Pengguna Fobik (F40) Gangguan
Diagnosis NAPZA Gangguan pengguna
alcohol (F10)
panik (F41.0) Gangguan
ansietas menyeluruh
Gangguan jiwa d) Gangguan penggunaan zat (F41.1) Gangguan
(F11#) Gangguan Penggunaan campuran ansietas dan
ICD-10 WHO tembakau (F17.1) depresi (F41.2)
1992 e) F20# Skizofrenia dan gangguan
psikotik kronik lain
Gangguan obsesi
kompulsif (F42)
F23 Gangguan Psikotik akut Gangguan penyesuaian
F31 Gangguan Bipolar (F43.2) Gangguan
Somatoform (F45)
c) F52 Gangguan seksual
laki-laki & perempuan
d) F70 Retardasi mental

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Gangguan Mental Organik
a) Demensia
Keluhan: keluarga mencari pertolongan
Awal: kegagalan daya ingat, perubahan kepribadian atau perilaku.
Lanjut: kebingungan, keluyuran/inkontinensia.
Kebersihan diri buruk → usia lanjut: hilangnya daya ingat.

• Pedoman diagnostic :
Penurunan daya ingat: hal yang baru terjadi (recent memory), daya piker &
penilaian, orientasi & kemampuan berbahasa
Pasien tampak apatis/acuh tak acuh, siaga walaupun daya ingatnya buruk
• Penurunan daya fungsi sehari-hari (berpakaian, mencuci/ mandi, memasak)
• Kehilangan kendali emosional, mudah bingung, menangis atau mudah
tersinggung
• Lazim pada usia lanjut >60 tahun (demensia senilis)

• Pemeriksaan daya ingat dan berpikir dapat meliputi :


• Kemampuan mengingat nama 3 benda secara cepat & mengulanginya
kembali setelah 3 menit
• Kemampuan untuk menyebut nama hari dalam seminggu dalam urutan
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
terbalik
Penanganan:
• Medikasi:
• Informasikan: pasien & keluarga • agitasi, gejala psikotik &
→ kehilangan daya ingat agresi antipsikotik dosis
berkembang lambat, tetapi rendah
bervariasi. (Haloperidol 2x 0,5-1 mg
Kehilangan daya ingat dan atau Risperidon 2 x 0,5-1
kebingunan bisa mg).
menyebabkan problem perilaku,
misalnya agitasi, curiga dan Waspadai eso
letupan emosional (parkinsonisme, efek
• Hindari menempatkan pasien di antikolinergik) dan interaksi
tempat atau situasi yang asing obat.
• Agitasi yang tak terkendali  
mungkin memerlukan • Konsultasi ke spesialis:
perawatan di Rumah Sakit
• Penggunaan obat sedative atau
kehilangan daya ingat secara
hipnotik (misalnya mendadak/ agitasi tak
Benzodazepin) harus hati-hati, terkendali
karena dapat meningkatkan • Demensia → penyakit fisik
kebingungan yang memerlukan
pengobatan spesialistik
(misalnya sifilis, hematoma
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM. subdural)
Delirium (F05) Keluhan :
• Keluarga minta pertolongan sebab pasien bingung/ bicara kacau/ agitatif
• Pasien mungkin tampak tidak kooperatif atau ketakutan
 
Pedoman Diagnostik: Onset mendadak:
• Kebingungan (pasien bingung, berusaha memahami sekelilingnya)
• Pikiran/kesadaran berkabut/menurun → ketidakmampuan mengarahkan,
memusatkan, mempertahankan & mengalihkan perhatian terhadap stimulus eksternal
(auditorik, olfaktorik & sensorik)
 Seringkali ditandai oleh Daya ingat lemah, Kekacauan emosional, Perhatian mudah
beralih, Menarik diri, Curiga, Agitasi, Kehilangan orientasi, Gangguan tidur/pola tidur
terbalik, halusinasi auditorik/ visual/ilusi (salah persepsi).
• Gejala berkembang cepat & berubah dari waktu ke waktu.
• Penyebab: Intoksikasi/ putus alcohol/ zat/ obat lain, Infeksi berat, Perubahan
metabolic (penyakit hati, dehidrasi, hipoglikemia), Trauma berat, Hipoksia

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Penanganan:
• Informasikan keluarga → perilaku/pembicaraan aneh → gejala suatu penyakit
• Jaga agar pasien tidak mencederai dirinya sendiri/orang lain: singkirkan benda berbahaya, bila
perlu fiksasi pasien
• Kontak dengan orang yang dikenal, dapat mengurangi kebingungan
• Obati Penyakit Fisik, bila perlu dirawat di rumah sakit
• Penggunaan Obat sedative/hipnotik (misalnya Benzodiazepin) harus hati-hati, karena dapat
meningkatkan kebingungan

Medikasi:
• Untuk mengendalikan agitasi, gejala psikotik & agresi diperlukan antipsikotik dosis rendah
(misalnya Haloperidol 2X 0,5-1 mg atau Risperidoon 2 x 0,5 – 1 mg)

Konsultasi ke spesialis bila:


• Penyakit fisik yang memerlukan pengobatan fisik
• Agitasi yang tak terkendali

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


1. Pencegahan & Pengendalian
COVID-19
E. Pencegahan & 2. Pelayanan Kesehatan Jiwa
Pengendalian 3. Pencegahan & Pengendalian
Penyakit pada masa
pandemic COVID-19
Penyakit Menular Lainnya
4. Pencegahan & Pengendalian
Penyakit Tidak Menular
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
1. Pencegahan & Pengendalian COVID-19

1). Prevensi :
a. Komunikasi Resiko dan Media KIE
b. Pantau TTU bersama LS dan Toma
2). Deteksi:
a. Surveilans ILI
b. Surveilans Aktif
c. Membangun & Memperkuat Jejaring Kerja Surveilans
d. Surveilans Contact Tracing

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


1. Pencegahan & Pengendalian COVID-19

3). Respon:
a. Tatalaksana Klinis sesuai Kondisi Pasien
b. Rujukan ke RS sesuai Indikasi Medis
c. Prinsip PPI
d. Notifikasi kasus 1x24 jam secara berjenjang
e. PE berkoordinasi dengan Dinkes Kab/ Kota
f. Identifikasi kontak erat (masyarakat dan Petugas Kesehatan)
g. Pemantauan Kesehatan PDP Ringan, ODP & OTG
h. Catat & Laporkan Hasil Pemantauan Rutin
i. Edukasi Pasien (Isolasi di Rumah)
j. Komunikasi Resiko (Keluarga & Masyarakat)
7/17/20
k. Pengambilan Spesimen berkoordinasi dg Dinkes setempat (Pengiriman)
dr. Wilda Hayati, MM.
1). Dukung Kesehatan Jiwa & Psikososial (DKJPS) atau Mental
Health & Psychosocial Support (MHPSS)

2. Pelayanan
Kesehatan
Jiwa
2). Dukungan Kesehatan Jiwa & Psikososial dg Kerjasama LS

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


3.
1). Tuberkulosis
Pencegahan & a. Pisah TB & Covid-19
Pengendalian b. Interval OAT dupendekkan
Penyakit c. Pantau Pencegahan dg Tek. Informasi &
Komunikasi
Menular d. Protokol Tatalaksana Pasien TB
Lainnya

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


3.
2) HIV/AIDS:
Pencegahan & a. Pelayanan HIV/AIDS, IMS & PTRM
Pengendalian b. KIE terkait Covid-19 termasuk PHBS
Penyakit c. Pemberian ARV multibulan (2-3 bulan)
bagi ODHA yang stabil secara selektif
Menular d. Protokol Pelayanan HIV/AIDS
Lainnya

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


3.
Pencegahan & 3). Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pengendalian a. PE serta fogging pakai masker & PD
Penyakit b. Fogging diluar rumah
c. SE Pelaksanaan PD DBD
Menular
Lainnya

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


4. Pencegahan &
Pengendalian 1). Pemantauan Factor Risiko PTM
2). Peningkatan Edukasi Pencegahan Faktor
Penyakit Tidak Risiko PTM & COVID-19

Menular (PTM)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


UKP DI PUSKESMAS
• Selain menyelenggarakan
UKM Puskesmas juga
menyelenggarakan UKP
tingkat pertama sesuai
dengan kebutuhan, yaitu
pelayanan :
1. Rawat Jalan
2. Pelayanan gawat darurat
3. Pelayanan satu hari (one
day care)
4. Home care
5. Rawat inap berdasarkan
pertimbangan
kebutuhan pelayanan
kesehatan
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
• UKP adalah setiap kegiatan yang dilakukan
oleh puskesmas untuk meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, UKP mencakup
upaya-upaya promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan rawat
jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan
dan pemulihan kecacatan yang ditujukan
terhadap perorangan. Dalam UKP juga
termasuk pengobatan tradisional dan
alternatif serta pelayanan kebugaran fisik dan
kosmetika.
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
• Penyelenggara UKP strata pertama adalah pemerintah, masyarakat
dan swasta dalam bentuk pelayanan profesional, seperti praktik
bidan, praktik perawat, praktik dokter, praktik dokter gigi, poliklinik,
balai pengobatan, praktik dokter/klinik 24 jam, praktik bersama dan
rumah bersalin.
• UKP strata pertama oleh pemerintah juga diselenggarakan oleh
Puskesmas yang memiliki dua fungsi pelayanan: pelayanan
kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan.
• Apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah berkembang,
pemerintah tidak lagi menyelenggarakan UKP strata pertama melalui
Puskesmas. Penyelenggaraan UKP strata pertama akan diserahkan
kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter
keluarga, kecuali di daerah yang sangat terpencil masih dipadukan
dengan pelayanan Puskesmas.
• Di masa mendatang, biaya kesehatan dari pemerintah secara
bertahap digunakan seluruhnya untuk pembiayaan UKM dan
jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan keluarga
miskin. .

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


A. Rawat • Pelayanan rawat jalan merupakan
pelayanan kepada pasien untuk

Jalan tindakan observasi, diagnosis,


pengobatan, rehabilitasi medic dan
pelayanan lainnya tanpa memerlukan
perawatan di ruang rawat inap.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Kegiatan UKP di
Puskesmas
• Pelayanan Rawat Jalan
1. Poli Umum
 Memberikan Pelayanan Pengobatan umum
untuk anak dan Dewasa
 Perawatan Luka
 Sirkumsisi
 SKS
 SKS
 Surat Rujukan
 Surat Keterangan lainnya

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


2.Poli gigi dan mulut
• Memberikan pelayanan pemeriksaan gigi
dan mulut
• Pengobatan gigi
• Cabut Gigi
• Scalling (pembersihan karang gigi)
• Tambal gigi

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


3. Poli Mata

• Memberikan Pelayanan Pengobatan


penyakit mata
• Periksa Mata
• Pemeriksaan Katarak
• Test Buta Warna
• Rujukan

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


4. Poli KIA dan KB

• ANC
• Perwatan rawat jalan Ibu nifas
• Test Kehamilan
• Pelayanan KB
• Test IVA
• Tindik Bayi
• Konseling Kebidanan

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


5.Poli Gizi

• Memberikan Pelayanan Konseling Gizi


dan Laktasi
• Konsultasi Gizi pasien rawat jalan atau
rawat inap
• Memberikan Asuhan Gizi Pada Pasien
Rawat Inap

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


6. Poli Imunisasi

• Memberikan Pelayanan Imunisasi


(IDL)
• Caten
• BIAS

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


7. Laboratorium

• Melakukan pemeriksaan Laboratorium

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


8. Apotek (Pelayanan
Kefarmasian)

• Memberikan Pelayanan KeFarmasian


Pasien Rawat Jalan dan Inap
• Konseling Obat

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


9. Loket

• Pendaftaran Poli
• Pendaftaran Rawat Inap
• Pembayaran Pendaftaran rawat
Jalan

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Puskesmas memiliki layanan Unit Gawat
B. Pelayanan Darurat. Pelayanan gawat darurat
merupakan pelayanan kedaruratan medic
Gawat Darurat atau bedah yang harus dilakukan segera/
secepatnya. Tujuan pelayanan ini adalah
untuk memberikan pertolongan pertama
bagi pasien gawat darurat agar terhindar
dari berbagai resiko seperti kematian
ataupun meminimalisir kecacatan.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Jenis pelayanan yang diberikan disesuaikan
dengan kebutuhan dan prioritasnya serta
Bagi pasien yang tergolong
emergency/gawat darurat akan langsung
dilakukan tindakan penyelamatan jiwa pasien
(life saving) dan atau observasi dan tindakan
rujukan ke fasilitas tingkat lanjutan. Jika pasien
tergolong tidak akut dan gawat akan dilakukan
pengobatan sesuai dengan kebutuhan dan
kasus yang dihadapi. Selain itu Puskesmas pun
memberikan pelayanan dalam menanggulangi
korban bencana.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Puskesmas harus memperhitungkan
kecukupan tenaga kesehatan untuk
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat
dalam 24 jam. Batasan pemberian
tindakan medis kegawatdaruratan tetap
mengacu pada Panduan Praktik Klinis bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama yang tercantum pada
Kepmenkes Nomor HK.02.02 /
MENKES/514/2015.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


C. • One day care atau pelayanan
rawat sehari adalah pelayanan
Pelayanan kesehatan kepada pasien untuk
tindakan observasi, diagnose,
Satu Hari pengobatan, rehabilitasi dan
pelayanan kesehatan lainnya serta
(One Day menempati tempat tidur selama
kurang dari satu hari dan dapat
Care) dilaksanakan di ruangan gawat
darurat ataupun di ruang rawat
inap.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Pelayanan home care atau
perawatan di rumah, dapat
dikembangkan oleh Puskesmas
sesuai dengan analisa kebutuhan,
Pelayanan home care dapat
D. Home Care dilakukan dalam bentuk
pengobatan, observasi, tindakna
medic terbata, asuhan
keperawatan rehabilitasi medic
dan pelayanan kesehatan lain di
rumah suspect penderita sesuai
permintaan/ kebutuhan.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


• Pelayanan rawat inap di Puskesmas diperuntukan
untuk kasus- kasus yang lama rawatnya paling
lama 5 hari. Untuk kasus perawatan lebih dari 5
E. Rawat Inap (lima) hari maka Puskesmas melakukan rujukan
berdasarkan terencana ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut.
Puskesmas yang memberikan pelayanan rawat inap
Pertimbangan harus melengkapi sumberdaya yang mendukung
Kebutuhan pelayan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pelayanan Puskesmas di kawasan perkotaan dapat
menyelenggarakan pelayanan rawat inap dengan
Kesehatan maksimal 5 (lima) tempat tidur. Sedangkan
Puskesmas di kawasan perdesaan, terpencil dan
sangat terpencil dapat menyelenggarakan pelayanan
rawat inap dengan jumlah tempat tidur maksimal
10 (sepuluh) tempat tidur.

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


1. Merawat penderita yang memerlukan rawat inap
secara tuntas sesuai dengan standar operasional
prosedur dan standar pelayanan
2. Merawat penderita gawat darurat secara tuntas
ataupun merawat sementara dalam rangka stabilisasi
kondisi sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat
lanjut sesuai dengan standar operasional prosedur
Pelayanan rawat dan standar pelayanan (baca: Panduan Praktik Klinis)
inap yang diberikan 3. Observasi dalam rangka diagnostik
antara lain : 4. Pertolongan persalinan normal dan atau dengan
penyulit sesuai dengan peraturan perundangan
5. Pada Puskesmas kawasan perdesaan, terpencil
dansangat terpencil yang jauh dari rujukan, dapat
diberikan kewenangan tambahan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


A. Pelayanan di Dalam Gedung UPAYA
B. Pelayanan di Luar Gedung KESEHATAN
C. Pelayanan Farmasi PERSEORANGAN
D. Pelayanan Laboratorium (UKP) PADA
E. Sistem Rujukan MASA PANDEMI
F. Pemulasaraan Jenazah
COVID-19

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


A. Pelayanan di Dalam
Gedung

1. Pelayanan Rawat Jalan


a. Jadwal Pelayanan di Modifikasi
b. Tatalaksana Kasus sesuai SOP dg
Prinsip Triase, PPI & PD
c. Pembatasan Pelayanan Gigi & Mulut
d. Surat Keterangan Sehat
e. Penyakit KV (Gagal Jantung, Hipertensi
& Penyakit Jantung Iskemik)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


A. Pelayanan di Dalam
Gedung
2. Pelayanan dg TT/ Rawat Inap & Persalinan
a. Kasus Non COVID-19 dengan Prinsip
PPI & PD
b. Kasus COVID-19 sesuai ketentuan
c. Persalinan Normal pada Bumul bukan
ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19

3. Pelayanan Gawat Darurat


Sesuai Standar Pelayanan yang berlaku
dengan Triase Ketat dan Prinsip PPI

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


1. Kunjungan langsung melalui Sistem

B. Pelayanan Informasi & Telekomunikasi dg Prinsip


PPI, pakai APD & PD

di Luar 2. Bila Pemantauan Kasus Cara Langsung,


lakukan Pemantauan Progres Hasil
PISPK/ Pengumpulan Data
Gedung 3. Pelaksanaan Pelayanan dg Melibatkan
Lintas Sektor

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


PELAYANAN
PENUNJANG
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
( PERMENKES No 64 Tahun 2015)

DITJEN YAN KES

SESDITJEN

DIT. YAN KES DIT. YAN KES DIT. YAN KES DIT. FASILITAS DIT. MUTU &
PRIMER TRADISIONAL RUJUKAN YAN KES AKREDITASI
YAN KES

TU

SUBDIT SUBDIT SUBDIT SUBDIT SUBDIT


PELAYANAN PELAYANAN PELAYANAN PENGELOLAAN RUMAH
MEDIK & PENUNJANG GAWAT DARURAT RUJUKAN & SAKIT
KEPERAWATAN PEMANTAUAN
7/17/20 RS
PENDIDIKAN
dr. Wilda Hayati, MM.
• UU RI No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
• Permenkes RI No 37 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Laboratorium puskesmas
• Permenkes RI No 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
• Permenkes RI No 75 tahun 2014 tentang puskesmas
• Permenkes RI No 25 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pemeriksaan Laboratorium Untuk
Ibu Hamil, Bersalin, dan Nifas di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Jaringan Pelayanannya
• Kepmenkes no 1647/Menkes/SK/XII/2005 tentang jejaring pelayanan laboratorium kesehatan
dan sistem rujukan
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Permenkes RI No 75 tahun 2014 tentang Puskesmas (1)
• Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,
peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium (Pasal 9, ayat
4).
• Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit
terdiri atas (Pasal 16, ayat 3):
a. dokter atau dokter layanan primer;
b. dokter gigi;
c. perawat;
d. bidan;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
f. tenaga kesehatan lingkungan;
g. ahli teknologi laboratorium medik;
h. tenaga gizi; dan
i. tenaga
7/17/20
kefarmasian. dr. Wilda Hayati, MM.
Permenkes RI No 75 tahun 2014 tentang Puskesmas (2)

• Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki
kompetensi dan kewenangan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian (Pasal 18 ayat 1).
• Pelayanan laboratorium di Puskesmas harus memenuhi kriteria ketenagaan, sarana,
prasarana, perlengkapan dan peralatan (Pasal 19 ayat 1).
• Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas (Pasal 34 ayat 2):
a. kepala Puskesmas;
b. kepala sub bagian tata usaha;
c. penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat;
d. penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium; dan
e. penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Permenkes RI
No 75 tahun 2014
tentang
Puskesmas (3)
• Untuk melaksanakan upaya
kesehatan, Puskesmas harus
menyelenggarakan (Pasal 38 ayat 1)
– a. manajemen Puskesmas;
– b. pelayanan kefarmasian;
– c. pelayanan keperawatan
kesehatan masyarakat; dan
– d. pelayanan laboratorium.
• Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
terdiri atas klinik, rumah sakit,
apotek, laboratorium, dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Permenkes RI
No 30 tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas (2)

• Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas bertujuan untuk:


(Pasal 2)
a. meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian;
b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam
rangka keselamatan pasien (patient safety)
• Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi standar: (Pasal 3 ayat 1)
– a. pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
– b. pelayanan farmasi klinik.
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Permenkes RI No 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas (2)

• Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai meliputi: (Pasal 3 ayat
2)
a. perencanaan kebutuhan;
b. permintaan;
c. penerimaan;
d. penyimpanan;
e. pendistribusian;
f. pengendalian;
g. pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan; dan
h. pemantauan dan evaluasi pengelolaan
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Permenkes RI • Pelayanan farmasi klinik meliputi: (Pasal 3 ayat
No 30 tahun 3)
2014 tentang a. pengkajian resep, penyerahan Obat, dan
Standar pemberian informasi Obat;
Pelayanan b. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
Kefarmasian di c. konseling;
Puskesmas (3) d. ronde/visite pasien (khusus Puskesmas
rawat inap);
e. pemantauan dan pelaporan efek samping
Obat;
f. pemantauan terapi Obat; dan
g. pemantauan dan evaluasi pengelolaan.
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Permenkes RI
No 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas (4)

• Puskesmas yang belum memiliki Apoteker sebagai penanggung jawab maka


penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian secara terbatas dilakukan oleh tenaga
teknis kefarmasian atau tenaga kesehatan lain.
• Pelayanan Kefarmasian secara terbatas meliputi:
a. pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
b. pelayanan resep berupa peracikan Obat, penyerahan Obat, dan pemberian
informasi Obat.
• Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian secara terbatas berada di bawah
pembinaan dan pengawasan Apoteker yang ditunjuk oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
• Sebagai bagian integral dari Pelayanan Kesehatan, berperan dalam mendukung
upaya kesehatan

Promotif Preventif Kuratif Rehabilitatif

UKP & UKM


• Fungsi Laboratorium :
 diagnosa  etiologi penyakit  menentukan tx
 monitoring & evaluasi tx
 Skrining
 deteksi dini masalah kes masy  surveilans
7/17/20
penelitian, misal : MDR – OAT, ARV,dr.anti malaria dll
Wilda Hayati, MM.
285
• Setiap Laboratorium Puskesmas harus
Permenkes RI No diselenggarakan secara baik dengan memenuhi
37 tahun 2012 kriteria ketenagaan, sarana, prasarana,
tentang perlengkapan dan peralatan, kegiatan
Penyelenggaraan pemeriksaan, kesehatan dan keselamatan kerja,
Laboratorium dan mutu (Pasal 3 ayat 1) .
Puskesmas (1) • Dalam keadaan keterbatasan sumber daya,
beberapa kriteria dapat tidak terpenuhi oleh
Laboratorium Puskesmas sepanjang diketahui
dan disetujui oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dan tanpa
mengurangi mutu dan keakuratan data
penunjang dalam pemberian pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. (Pasal 3 ayat 3)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Jenis, Kualifikasi dan Jumlah Tenaga Laboratorium
Puskesmas
JUMLAH
NO JENIS TENAGA KUALIFIKASI
PDTP PUSKESMAS PDTPK

Penanggung Jawab Dokter


1. 1 1 1

Tenaga Teknis Analis Kesehatan (D


III)
2. 2 1 1

Tenaga Non Teknis Minimal SMU/


Sederajat
3. 1 1 1
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Daftar Peralatan Utama dan Peralatan Penunjang
Laboratorium Puskesmas (1)
NO JENIS PERALATAN PUS.DTP PUSKESMAS PUSK DTPK
I Peralatan Utama

A Peralatan Pemeriksaan

1 Fotometer 1 1 1
2 Hematology Analyzer 1 - 1
3 Hemositometer Set 1 1 1
4 Mikroskop Binokuler 1 1 1
5 Pemanas/Penangas dengan air 1 1 1
6 Pipet Mikro 5-50, 100-200, 500-1000 ul 1 set 1 set 1 set
7 Sentrifus Listrik 1 1 1
8 Sentrifus Mikrohematokrit 1 1 1
9 Tabung Laju Endap Darah (Westergren Set) 3 3 3
10 Telly Counter 1 1 1
7/17/20
Urinometer (Alat Pengukur Berat Jenis Urine) dr. Wilda Hayati, MM.
11 1 1 1
Daftar Peralatan Utama dan Peralatan Penunjang
Laboratorium Puskesmas (2)
NO JENIS PERALATAN PUS.DTP PUSKESMAS PUSK DTPK
B Peralatan Gelas

1 Batang Pengaduk 3 3 3

2 Beker Glass 3 3 3

3 Botol Pencuci 1 1 1

4 Corong Kaca (5 cm) 3 3 3

5 Erlenmeyer, Gelas 2 2 2

6 Gelas Pengukur (100 cc) 1 1 1

7 Gelas Pengukur (16 OZ/500 ml) 1 1 1

8 Kaca Objek Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan

9 Kaca Penutup (Dek Glass) Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan

10 Pipet berskala (Vol 1 cc) 3 3 3

11 Pipet
7/17/20 berskala (Vol 10 cc) dr. Wilda Hayati, MM.
3 3 3
Daftar Peralatan Utama dan Peralatan Penunjang
Laboratorium Puskesmas (3)
NO JENIS PERALATAN PUS.DTP PUSKESMAS PUSK DTPK
12 Tabung Kapiler Mikrohematokrit Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan

13 Tabung Reaksi (12 mm) Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan

14 14 Tabung Reaksi dengan tutup karet/gabus 12 12 12

15 Tabung Sentrifus tanpa skala 6 6 6

16 16 Termometer 0 - 50 Derajat Celcius (Skala1/2 C) 1 1 1

17 Wadah Aquades 1 1 1

II Peralatan Penunjang 1 1 1

1 Autoklaf 1 - - 2 Blood Lanset dengan autoklik 1 - -

2 Blood Lanset dengan autoklik Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan

3 Kaki Tiga 1 1 1

4 Kawat
7/17/20 Asbes dr. Wilda Hayati, MM.
1 - 1
Daftar Peralatan Utama dan Peralatan Penunjang
Laboratorium Puskesmas (4)
NO JENIS PERALATAN PUS.DTP PUSKESMAS PUSK DTPK
5 Kertas Lakmus Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan

6 Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan


Kertas Lensa

7 Kertas Saring sesuai kebutuhan - sesuai kebutuhan 8 Lampu Spiritus 1 Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
1 1 9 Lemari Es 1 1 1 10 Pembendung

8 Lampu Spiritus 1 1 1 9 Lemari Es 1 1 1 10 Pembendung 1 1 1

9 Lemari Es 1 1 1

10 Pembendung 1 1 1

11 Penghisap Karet (Aspirator) 3 3 3

12 Penjepit Tabung dari Kayu 2 2 2

13 Pensil Kaca 1 1 1
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
14 Pipet Tetes (Pipet Pasteur) 12 12 12
NO JENIS PERALATAN PUS.DTP PUSKESMAS PUSK DTPK
15 Pot Spesimen Dahak Mulut Lebar Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
16 Pot Spesimen Urine (Mulut Lebar) Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
17 Rak Pengering 1 1 1
18 Rak Pewarna Kaca Preparat 1 1 1
19 Rak Tabung Reaksi 1 1 1
20 Rotator Plate 1 1 1
21 Sengkelit / Ose 3 3 3
22 Sikat Tabung Reaksi 1 1 1
23 Spuit Disposible - 3 cc sk sk Sk
24 Spuit Disposible - 5 cc sk sk Sk
25 Stopwatch 1 1 1
26 Timer 1 1 1
27 Tip Pipet (kuning dan biru sk sk sk

Daftar Peralatan Utama dan Peralatan Penunjang Laboratorium


Puskesmas (5)

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Alur Kegiatan Pemeriksaan

PASIEN PASIEN RUJUKAN/


DOKTER

LOKET PENDAFTARAN PUSKESMAS

R PEM DOKTER

R LABORATORIUM

PENGAMBILAN/PENERIMAAN SPESIMEN

PEMERIKSAAN

VALIDASI HASIL PEMERIKSAAN

PENGAMBILAN HASIL
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
• Rujukan dilakukan bila Laboratorium Puskesmas tidak
mampu melakukan pemeriksaan, maka spesimen atau
pasien dikirim ke laboratorium lain (dirujuk).
• Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada rujukan
laboratorium:
1. Spesimen yang akan dirujuk, sebaiknya dikirim dalam
bentuk yang relatif stabil. Untuk itu perlu diperhatikan
persyaratan pengiriman spesimen antara lain:
a. Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas
Rujukan spesimen
b. Tidak terkena sinar matahari langsung
c. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja
laboratorium termasuk pemberian label yang
bertuliskan ”Bahan Pemeriksaan Infeksius” atau
”Bahan Pemeriksaan Berbahaya”
d. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat
e. Penggunaan media transpor untuk pemeriksaan
7/17/20
mikrobiologi
dr. Wilda Hayati, MM.
2. Spesimen yang dirujuk harus diberi label berisi nomor
spesimen, nama, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal
pengambilan spesimen pada badan wadah
3. Spesimen yang dirujuk harus disertai formulir pengiriman yang
berisi data sebagai berikut:
a. Nomor spesimen
b. Nama penderita
c. Umur
d. Jenis kelamin
Rujukan e. Alamat penderita
f. Tanggal dan jam pengambilan spesimen
g. Jenis spesimen dan asal bahan
h. Gejala penyakit, lamanya penyakit dan pengobatan yang
diberikan sebelumnya
i. Permintaan pemeriksaan
j. Tanggal pengiriman
k. Nama serta alamat pengirim : - Dokter - Puskesmas - dll
4. Kemudian dikirim melalui petugas atau melalui POS
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
C. Pelayanan Farmasi pada masa Pandemi
COVID-19

1. Dilaksanakan sesuai Standar Pelayanan Kefarmasian dg Kewaspadaan


Standar, PD, ISPA dipisahkan (Sistem Informasi & Komunikasi
2. Pengantaran Obat bekerjasama dengan Pihak Ketiga
3. Berkoordinasi dengan Program terkait untuk Kebutuhan Obat &
BMHP termasuk APD, Disinfektan dan Bahan Pemeriksaan
Laboratorium COVID-19
4. Pelayanan Farmasi bagi Lansia, Pasien PTM & Penyakit Kronis lainnya

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


D. Pelayanan Laboratorium pada masa Pandemi
COVID-19

1. Kasus non COVID-19 sesuai Standar dg PPI & PD


2. Terkait COVID-19, mengacu Pedoman yang berlaku
3. Menghitung Kebutuhan Rapid Tes, Kontainer Steril, Swab
Dactoria/ Flocked Swab & Virus Transport Media (VTM)
4. Setiap Pemeriksaan Serological Dengue IgM (+), pikirkan
kemungkinan infeksi COVID-19

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


E. Sistem Rujukan pada
masa Pandemi COVID-19
1. Merujuk ke Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjut (FKRTL) sesuai kasus &
Sistem Rujukan
2. Standar Pelayanan
3. Rukujan dengan menerapkan
PPI termasuk desinfeksi
ambulans
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
2. Standar Pelayanan:
a. Menempatkan Pasien di Ruang Isolasi tersendiri
yang terpisah
b. Mendapat persetujuan pasien &/ keluarga
E. Sistem c. Lakukan Pertolongan Pertama atau Stabilisasi Pra
Rujukan
Rujukan pada d. Komunikasi dengan Penerima Rujukan dengan
Aplikasi SISRUTE
masa Pandemi e. Surat Pengantar Rujukan & Resume Klinis
COVID-19 f. Transportasi sesuai Kondisi & Ketersediaan
g. Pasien dg Asuhan Medis didampingi Nakes yang
Kompeten
h. Pemantauan Rujukan Balik

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


1. Mengacu Pedoman yang
berlaku
2. Surat Keterangan Kematian
menggunakan Formulir
F. Pemulasaraan Surat Keterangan Kematian
Jenazah yang berlaku di Puskesmas
sesuai Hasil Pemeriksaan
Dokter

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.


Terima Kasih

7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.

Anda mungkin juga menyukai