PUSKESMAS
DIMASA COVID-19
OUTLINE
UPAYA KESEHATAN PERSEORANGAN
PENDEKATAN
KELUARGA KELUARGA NUSANTARA
dr. WildaSEHAT
DTPK
7/17/20
GERMAS
Hayati, MM. SEHAT
PROGRAM INDONESIA SEHAT
RENSTRA
2015-2019
PENDEKATAN DTP
KELUARGA KELUARGA SEHAT K
GERMAS
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
KERANGKA KONSEP “PENDEKATAN KELUARGA”
Program Gizi, Kesehatan Ibu & Anak
Fungsi 1. Keluarga mengikuti KB
OUTPUT
“Puskesmas” 2. Ibu melakukan persalinan di Faskes
KLASIFIKASI KEWENANGAN PUSKESMAS
INDIKATOR
1. UPAYA KESEHATAN tiap bulan
KELUARGA
MASYARAKAT (UKM) SEHAT Pengendalian Peny. Menular & Tidak Menular
6. Penderita TB Paru berobat sesuai standar
a. UKM Esensial 7. Penderita hipertensi berobat teratur
b. UKM Pengembangan 8. Gangguan jiwa berat tidak diterlantarkan
Perilaku dan kesehatan lingkungan
9. Tidak ada anggota keluarga yang merokok
10. Keluarga mempunyai akses terhadap air bersih
2. UPAYA KESEHATAN
11. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan
PERORANGAN (UKP) jamban sehat
12. Sekeluarga menjadi anggota JKN
(Permenkes
7/17/20 75/2014) Note
dr. Wilda : dapat
Hayati, ditambahkan indikator sesuai kebutuhan setempat
MM.
This Photo by Unknown Author is licensed under
CC BY-SA
baik
fisik
Kesehata
n
lingkung
an: salah
satu
upaya
kesehata
Sosial n: Kimia
mewujud
kan
kualitas
lingkung Pasal 162 UU N0 36/2019
an yang tentang Kesehatan
Biolog
sehat,
i
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
PP Nomor
66/2014 tentang
Kesehatan
Lingkungan,
Dalam rangka
terwujudnya
kualitas lingkungan
yang sehat → upaya
pencegahan
penyakit dan/atau
gangguan kesehatan
dari faktor risiko
kesehatan
lingkungan di
permukiman,
tempat kerja,
tempat rekreasi
serta tempat dan
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM. fasilitas umum.
Tujuan Pelayanan
Dalam pengaturan Kesehatan Lingkungan:
Puskesmas ditegaskan Dengan terselenggaranya Pelayanan
bahwa salah satu Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
upaya kesehatan diharapkan dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat
masyarakat yang melalui upaya preventif, promotif,
bersifat esensial adalah dan kuratif yang dilakukan secara
berupa Pelayanan terpadu dan berkesinambungan.
Kesehatan Lingkungan
c. Pendanaan
• Pendanaan dibebankan pada anggaran Pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau sumber lain yang sah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
NO HP :
NO BPJS :
s eksi
K
es
h
e
Li
at
n
l
n
gk
u
n
i
ga
n
n
g
P
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n
A
i
r
L
i
m
b
a
h
Anak, dan KB
di Puskesmas Menurunnya Angka Kematian Ibu,
• Pelayanan antenatal sesuai standard bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas
kesehatan
• Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten di fasilitas
kesehatan
• Pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standard di semua fasilitas kesehatan
• Deteksi dini faktor risiko dan penanganan komplikasi pada ibu dan atau bayi
baru lahir oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat
• Pelayanan bagi seluruh bayi sesuai standard di semua fasilitas kesehatan
• Pelayanan bagi seluruh anak balita sesuai standard di semua fasilitas
kesehatan
• Pelayanan KB bagi Pasangan Usia Subur yang sesuai standard
• Strategi yang dilakukan dalam upaya meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
ibu, bayi baru lahir dan anak, dilakukan dengan pendekatan Continuum of Care
• Deteksi gangguan
• Promosi Gaya kognitif untuk
Hidup Otak Sehat, mengoptimalkan
• Identifikasi dan mandiri dan
optimalisasi kualitas hidup
produktif
• Optimalisasi kecerdasan
• KB bagi PUS
• Posyandu Lansia
kesiapan belajar majemuk pada
• Deteksi dan remaja • PKRT • Peningkatan
pengembangan pengembangan
Inteligensia dan model belajar yang
• Kesehatan
• Deteksi PM dan
kualitas Hidup
• Deteksi
pengembangan upaya stimulasi efektif
reproduksi
PTM Mandiri
Inteligensia dan Kognitif • Konseling gizi
• Stimulasi dan nutrisi
pengungkit otak pada upaya stimulasi • SDIDTK • UKS • Kesehatan OR • Perlambatan
sensomotorik
HIV/AIDS dan
janin melalui Ibu Hamil
• P4K • ASI eksklusif
• Imunisasi • Imunisasi anak NAPZA dan kerja proses Degeneratif
• Buku KIA • Imunisasi dasar • Gizi sekolah
• ANC terpadu • Tablet Fe • Kesehatan Jiwa • Kesehatan Jiwa
lengkap • Kolaborasi PAUD,
• Kelas Ibu Hamil • Pemberian makan • Penjaringan anak
• APN
BKB, dan • Konseling Kespro
• Penimbangan Posyandu usia sekolah
• RTK
• Kemitraan Bidan Dukun • Vit A
• • PKRT
• MTBS
Deteksi dan • PMT
• KB PP
• PONED/ PONEK • Kesehatan Jiwa Simulasi kognitif • Kesehatan Jiwa
• Kesehatan Jiwa
• Kesehatan Jiwa • Kesehatan Jiwa
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Masa sebelum Masa kehamilan
hamil,
Program
WUS
Perencanaan
Catin
Persalinan Dan
PUS
Pencegahan
Keluarga
Berencana (KB) → Komplikasi (P4K), Pelayanan
Metode
kontrasepsi jangka
Pelayanan antenatal kesehatan Ibu
terpadu (HIV,
panjang (MKJP) → Malaria, gizi, Sifilis,
kehamilan
terencana dengan HBSAG dll),
baik Pelaksanaan kelas ibu
hamil.
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Pelayanan antenatal komprehensif dan
berkualitas → semua ibu hamil Terpadu
dengan program lain yang memerlukan
intervensi selama kehamilannya seperti
1. Pelayanan Maternal Neonatal Tetanus Elimination,
Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan
Antenatal Pencegahan dan pengobatan IMS (Infeksi
Menular Seksual)-Sifilis/ISK (Infeksi
Terpadu Saluran Kencing) dalam kehamilan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke
anak (PPIA) dll.
Pemeriksaan HBSAG
Tekanan darah
Tes lab sederhana
Nilai status gizi LILA)
• Tanda-tanda kehamilan
• Perawatan selama Kehamilan
• Tanda bahaya kehamilan
• Tanda-tanda persalinan
• Tanda bahya persalinan
• Perawatan Nifas
• Perawatan Bayi Baru Lahir
Pelayanan KB
3. Ibu Nifas KB
4. Bayi Baru
Lahir
KN1
Pelayanan BBL dari Ibu ODP, PDP, OTG dan Kasus Terkonfirmasi
anak
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Pelayanan kesehatan anak
Sekolah &
Remaja pada
masa Pandemi
COVID-19 KIE & Konseling pada Anak Usia Sekolah & Remaja melalui tele
informasi / Daring
Pengantin
pada masa
Pandemi
COVID-19 PERIKSA KESEHATAN CATIN DITUNDA
Usia Subur
(PUS) pada Pelayanan KB (Pil KB) berkoordinasi dengan PLKB & Kader
masa Pandemi KIE & Konseling melalui Media Daring/ Konsul via Telepon
COVID-19
PUS tunda hamil dengan kontrasepsi
Terminologi
Intervensi Gizi
Diagnosis gizi Pemberian makan/zat
gizi (ND)
Domain asupan (NI) Edukasi gizi (E)
Domain klinis (NC) Konseling gizi (C)
Domain lingkungan (NB)
2.
a) penyebab latar belakang & masalah dikaitkan
Pengolahan/analisis dengan :
data 1) Tingkat cakupan program gizi dan kesehatan
2) Perilaku sehat,tingkat kemandirian dalam kehidupan
sehat → masalah gizi
3) Kondisi lingkungan
– fisik-biologis
– Lingkungan psikologis
– Lingkungan sosial (sosial-ekonomi, sosial-budaya)
– Kebijakan-kebijakan (Pemda, Pusat)
2) Penetapan/rumusan diagnosis
a) Masalah (Problem), potensi masalah/ sudah
dalam kondisi masalah
Diagnosis (PES) b) Etiology, penyebab masalah & latar
belakang/akar masalahnya
c) Tanda/gejala (Symptom/Sign → besaran
masalah
→ ukuran/indikator target upaya
penyelesaian masalah
→indicator tingkat pencapaian keberhasilan
yang dilaksanakan
(2) Pada kelompok bermasalah gizi yang telah menunjukkan peningkatan pencapaian target
kinerja (positive growth) yang jelas → perlu pengawasan berkesinambungan agar
peningkatan target pencapaian tetap berlangsung dan meningkat, sehingga target
perbaikan diharapkan akan tercapai pada batas waktu yang ditentukan
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
II. Atas urutan prioritas masalah program gizi yang perlu ditangani
perdesa/ kelurahan, maka rencana intervensi akan disusun
berdasarkan urutan prioritas masalah di setiap desa/kelurahan
ditetapkan melalui indicator sebagaimana dicontohkan dalam
pedoman manajemen Puskesmas, yaitu:
Rencana
a) Apa Kegiatannya (Judul 2) Berapa target yang
KAK/TOR) diharapkan harus dapat
b) Pendahuluan dicapai dalam upaya
Intervensi 1. Mengapa kegiatan
dilaksanakan (Apa
penyelesaian masalah
yang diharapkan
masalahnya/Problem) mengubah/menurunka
2. latar belakang & dasar n besaran masalahnya,
pemikiran kegiatan (akar sebagaimana
masalah, etiologinya) tergambar pada
3. Seberapa besaran rumusan sign/symptom
masalahnya → tanda/gejala
(symptom/sign)
Langkah 3 Langkah 4
Intervensi gizi Monitoring dan evaluasi
Antropometri
Melihat prevalensi • Mengkaji jumlah balita yang BGM
• balita berat badan kurang • berat badan kurang dan sangat kurang
dan sangat kurang (…%)
• balita yang tidak naik berat badannya
• balita gizi kurang (…%)
sesuai growth velocity (lihat lampiran 3)
• balita gizi buruk (…%)
berdasarkan rujukan
- Cakupan penimbangan balita dari Posyandu:
• D/S (….%)
• N/D (….%)
• Data indikator Keluarga Sehat
• Jumlah kasus balita gizi kurang & gizi buruk
berdasarkan hasil konfirmasi
4. Riwayat gizi
2. Laboratorium: -
Survei konsumsi → pemberian
3. Fisik/Klinis:
Tanda-tanda gizi buruk dan gizi kurang
makan bayi & anak → kab/kota →
(tampak sangat kurus, edema pada kedua analog/gambaran Hasil gambaran
punggung kaki, tampak haus, mata konsumsi (food recall) →10 rumah
cekung, turgor buruk, pucat, tangan tangga di sekitar wilayah balita gizi
dingin, nadi cepat dan lemah, hilang nafsu buruk yang ditemukan
makan, batuk kronik, demam, diare, dll)
Akses, ketersediaan, keamanan dan
ketahanan pangan & air bersih
Daya beli masyarakat
Pola asuh, pengetahuan & perilaku
ibu dalam pemberian makanan
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
5. Riwayat klien
- Jumlah balita diimunisasi
- Jumlah balita SDIDTK
- Catatan dari kantong hasil penimbangan yang
bermasalah, misal: jumlah balita sakit, kejadian
penyakit tertentu: diare, ISPA, dll
- Akses ke Posyandu
- Kondisi lingkungan: perumahan, Open Defecation
Free (ODF).
- Kondisi geografi
- Dukungan sosial
tabel 3.8 (jika prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di wilayah
kecamatan tersedia).
Tujuan intervensi: meningkatkan asupan makan, pengetahuan, keterampilan & berat badan
Pemberian makan:
· Preskripsi Gizi : Jumlah zat gizi yang dibutuhkan, bentuk & frekuensi makanan, PMT
· Bila balita BB kurang & sangat kurang yang masih menyusui
→ mendapat ASI eksklusif (usia 0-6 bulan,
→ mendapat MP-ASI yang adekuat (usia, jumlah, frekuensi, tekstur, variasi
dan kebersihan)
→ pemberian ASI hingga usia 2 tahun atau lebih.
→ Balita usia > 6 bulan: konsumsi makanan bergizi (karbohidrat, buah segar
& sayuran,
→ minum air putih 8 – 10 gelas/hari,
→ penggunaan garam beriodium: membantu perkembangan otak.
1. Gizi Buruk (P) berkaitan dengan riwayat berat badan lahir rendah dan penyakit jantung
bawaan (E) yang ditandai dengan BB/TB-PB < -3 SD, asupan hanya 40% dari kebutuhan,
adanya gangguan pertumbuhan, kurangnya kemampuan mengunyah, sesak (S).
2. Gizi Buruk (P) berkaitan dengan faktor ekonomi dan rendahnya pengetahuan ibu
(E) yang ditandai jarang mengonsumsi sumber protein hewani (kurang dari 1
x/minggu), lebih sering memberi bubur/nasi dengan kuah sayuran, tahu, tempe (3-4
x/minggu) (S).
Fase rehabilitasi
fase pemberian makan tumbuh kejar,
makanan F-100: penambahan makanan anak BB <7 kg diberikan makanan bayi & anak
Asupan gizi 150-220 Kkal/kgBB/hari dan protein 4-6 g/kgBB/hari.
Cara membuat formula 100, pemberian makan bayi dan anak yang sesuai usia,
cara pembuatan makanan tambahan (PMT penyuluhan), memantau berat badan
secara rutin di Posyandu/Faskes, dll.
Pemberian makan bayi dan anak pada ibu balita/pengasuh balita.
Anak gizi buruk disarankan makanan yang tinggi protein & energi.
Koordinasi asuhan gizi:
merujuk balita ke dokter - ditemukan tanda/gejala penyakit penyerta, berkoordinasi
dengan bidan wilayah untuk melibatkan orangtua: kegiatan kelas ibu balita, Stimulasi
Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) dll.
Melakukan kunjungan rumah dalam waktu 2 minggu setelah balita datang ke Puskesmas untuk melihat :
perubahan pengetahuan dan perilaku ibu balita dalam pembuatan F 100 dan pemberian makan pada balita
kenaikan berat badan balita dengan target sekitar 50 gram/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-turut
kesehatan anak (keaktifan, selera makan anak serta apakah makanan yang diberikan dapat dihabiskan) ketika kunjungan
rumah.
Balita gizi buruk tanpa komplikasi yang telah naik berat badan sesuai yang diharapkan maka perlu dilakukan rujukan balik ke
Posyandu. Sedangkan rujukan ke rumah sakit dilakukan bila terdapat tanda kegawatan/kesakitan yang tidak dapat diatasi dan
memerlukan penanganan yang lebih lanjut oleh
dokter spesialis anak.
Indonesia
1,5 juta kematian TB dimana 480.000 kasus: perempuan.
Dari kasus TB tersebut ditemukan
1,1 juta (12%) HIV (+), kematian 320.000 orang
(140.000 orang perempuan) dan 480.000 TB Resistan
Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang.
Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB
Anak (di bawah usia 15 tahun) dan 140.000
kematian/tahun.
Prevalensi TB
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
c. Program Penanggulangan TB Di Indonesia
• Program Penanggulangan TB Nasional,
• Pemerintah Provinsi & Daerah Kab/Kota→
target & Strategi Nasional.
• Strategi Nasional Penanggulangan TB:
- Penguatan kepemimpinan program TB
- Peningkatan akses layanan TB yang bermutu;
- Pengendalian faktor risiko TB;
- Peningkatan kemitraan TB;
- Peningkatan kemandirian masyarakat dalam
penanggulangan TB
- Penguatan manajemen program TB
• Infeksi HIV
infeksi kronis → sistem kekebalan tubuh,
penurunan CD4.
IMS
• Infeksi
• Menular
• Seksual
Adalah infeksi yg terutama ditularkan
melalui hubungan seksual
AIDS
MELEMAHKAN TUBUH
IMS HIV
PERILAKU SEKSUAL BERISIKO
Dukungan
Promos Kesehatan (KIE) Tatalaksana medis psikososial
Ketersediaan & akses alat dasar Dukungan sebaya
pencegahan (kondom, alat Terapi ARV Dukungan
suntik steril) Diagnosis IO dan spiritual
PTRM, PTRB, PABM komorbid terkait HIV Dukungan social
Penapisan darah donor serta pengobatannya, Dukungan
Life skills education TB ekonomi: latihan
Jenis Layanan Dukungan kepatuhan ber-
obat (Adherence)
Profilaksis IO
Tatalaksana Hepatitis B
kerja,kredit
mikro, kegiatan
PPIA dan C peningkatan
Komprehensif Layanan IMS, KIA, KB &
Kespro
Perawatan paliatif, pendapatan,.
termasuk tatalaksana Dukungan legal
HIV Tatalaksana IMS
Vaksinasi Hep‐B bagi bayi
nyeri, Dukungan gizi
Koordinasi dan kemitraan dengan semua Mendapatkan dukungan & keterlibatan aktif
semua pemangku kepentingan
pemangkukepentingan di setiap lini
Konsep LKB → 6
Layanan terintegrasi & terdesentralisasi Tersedianya layanan terintegrasi sesuai
dengan kondisi setempat.
sesuai kondisi setempat
pilar utamA Paket layanan HIV komprehensif Tersedianya layanan berkualitas sesuai
penyelenggaraan berkesinambungan
kebutuhan individu
LKB HIV -IMS Pilar 5: Sistem rujukan dan jejaring kerja Adanya jaminan kesinambungan dan
linkage antara komunitas dan layanan
kesehatan.
• Gangguan penglihatan
• Gangguan saraf
• Gangguan jantung
• Gangguan fungsi ginjal
• Gangguan selebral (otak): kejang, pendarahan
pembuluh darah otak (kelumpuhan), gangguan
kesadaran - koma
• Diagnosis hipertensi:
1. TD ≥140/90 mmHg,
2. salah satu, sistolik/diastolic ↑
→Leukemia : Osteosarkoma :
penyakit keganasan sel darah → sumsum tulang keganasan yang tumbuh dari tulang
proliferasi sel-sel darah putih anak remaja (>10 tahun).
sel2 abnormal dalam darah tepi (sel blast) secara Kondrosarkoma: keganasan tulang rawan,
berlebihan → terdesaknya sel darah yang normal sarkoma Ewing: keganasan tulang & jaringan ikat yang
→fungsinya terganggu berada disekitar tulang
Retinoblastoma : Neuroblastoma :
tumor embrional - sistem saraf simpatis - primitive neural
tumor ganas di dalam bola mata
crest
sel retina primitif/imatur
tumor ganas primer bayi dan anak usia ≤5 Limfoma malignum :
Masa tumor di retina dapat tumbuh ke dalam keganasan primer jaringan limfoid – padat
vitreus (endofitik) dan tumbuh menembus ke luar
(eksofitik). Karsinoma nasofaring
dapat bermetastasis ke luar mata - organ lain, tumor ganas daerah antara hidung dan tenggorok
tulang, sumsum tulang, dan sistem saraf pusat (daerah nasofaring)
a. Pengendalian Malaria
• penyakit infeksi
• parasit/ plasmodium
• hidup & berkembang biak - sel darah merah
manusia,
• Ditularkan: gigitan nyamuk malaria
(anopheles sp) betina.
• menyerang semua orang baik laki-laki
ataupun perempuan, pada semua golongan
umur, dari bayi, anak-anak sampai orang
dewasa, apapun jenis pekerjaannya.
Metode:
• memeriksa parasit malaria: sediaan darah setiap orang di wilayah
• Penyelidikan Epidemiologi (khusus): Survei Kontak
• Pengamatan terus menerus terhadap faktor – faktor determinan
dari kejadian & penyebaran penyakit malaria dan kondisi sakit–sehat
lainnya
1) Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik -PSN 3 M Plus: pencegahan & pengendalian DBD & Zika:RT
2) Jumatik Rumah (RT/ Keluarga) bertanggung jawab pelaksanaan pemantauan jentik di
rumahnya, rumah kost, asrama miliknya & wajib mengisi kartu jentik 1 kali seminggu
3) Jumantik Lingkungan (Petugas Tempat Umum): satu/ lebih petugas → pemantauan jentik
di Tempat2 Umum (TTU)/ Tempat-tempat Institusi
4) Koordinator JumantikRT: satu/lebih anggota Pokja DBD g ditunjuk Ketua RW/ Kepala
Kelurahan: melakukan pengolahan data & pemantauan pelaksanaan jumantik di lRT
5) Supervisor Jumantik: satu/lebih anggota Pokja DBD ditunjuk oleh Ketua RW/ Kepala
Kelurahan: pengolahan data dan pemantauan pelaksanaan jumantik di lingkungan RT
6) POKJANAL: Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah
Dengue. LP & LS
• Tahap Lanjut
Pembesaran menetap
(elephantiasis): tungkai,
lengan, payudara, kantong
buah zakar, & alat kelamin
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM. wanita.
Cara Penularan Penyakit kaki Gajah
b) Penyebab Penyakit Gajah • gigitan nyamuk infektif.
• cacing filaria, • Penularan filariasis:
1. Sumber penularan: manusia/hospes
hidup dalam tubuh manusia
mikrofilaria dalam darahnya
selama 4-6 tahun dalam KGB 2. Vektor/ nyamuk
berkembang biak di dalam tubuh 3. Manusia
menghasilkan jutaan anak cacing
yang beredar dalam darah d) Pengobatan Filariasis
• Tiga spesies cacing filarial yaitu • Pemberian obat pencegahan massal :
: Wuchereria bancrofti, Brugia Akselerasi eliminasi filariasis 2020
malayi, Brugia timori • Kampanye nasional popm filariasis : POPM
Filariasis di kab/kota endemis waktu
serentak, jumlah sasaran besar
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Pengendalian Kecacingan
• Kecacingan: Soil Transmitted Helminthiasis Sasaran
yaitu: Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides), Cacing • Anak Usia Sekolah
Cambuk (Trichuris Trichiura), serta Cacing • Petani, nelayan, perkebunan pertambangan
Tambang (Anchilostoma duodenale dan Necator
• Balita
americanus).
• Tujuan • Ibu Hamil
tidak menjadi masalah kesehatan dan
meningkatkan mutu SDM. d) Strategi
• Kemitraan LP/LS (vit. A, BIAS) & swasta
Tujuan Khusus • Diagnosa dengan teknik Kato & Kato Katz
• Turunnya prevalensi cacingan menjadi < 10% • Menurunkan prevalensi & intensitas kecacingan
(tahun2010). anak
• Meningkatnya cakupan pemberian obat cacing • SD → pengobatan 2x/tahun (prev>50%)
pada anak SD • Intensitas cacingan → sosialisasi guru UKS
• Meningkatkan kemitraan • Evaluasi pasca intervensi
9 bulan Campak
• Catatan :
• Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB- Hib dan Campak → usia18-24
bulan
• Baduta lengkap Imunisasi dasar & Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib → status Imunisasi T
Kelas 5 SD Td November
• Catatan :
• Anak usia sekolah dasar, lengkap Imunisasi dasar, lanjutan DPT-HB-Hib &
Imunisasi DT - Td → Imunisasi T5
• Catatan :
• Sebelum Imunisasi → penentuan status Imunisasi T (screening) → pelayanan antenatal
• Pemberian Imunisasi Td tidak perlu bila status T sudah mencapai T5, dibuktikan →
buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau rekam medis
• Pedoman diagnostic :
Penurunan daya ingat: hal yang baru terjadi (recent memory), daya piker &
penilaian, orientasi & kemampuan berbahasa
Pasien tampak apatis/acuh tak acuh, siaga walaupun daya ingatnya buruk
• Penurunan daya fungsi sehari-hari (berpakaian, mencuci/ mandi, memasak)
• Kehilangan kendali emosional, mudah bingung, menangis atau mudah
tersinggung
• Lazim pada usia lanjut >60 tahun (demensia senilis)
Medikasi:
• Untuk mengendalikan agitasi, gejala psikotik & agresi diperlukan antipsikotik dosis rendah
(misalnya Haloperidol 2X 0,5-1 mg atau Risperidoon 2 x 0,5 – 1 mg)
1). Prevensi :
a. Komunikasi Resiko dan Media KIE
b. Pantau TTU bersama LS dan Toma
2). Deteksi:
a. Surveilans ILI
b. Surveilans Aktif
c. Membangun & Memperkuat Jejaring Kerja Surveilans
d. Surveilans Contact Tracing
3). Respon:
a. Tatalaksana Klinis sesuai Kondisi Pasien
b. Rujukan ke RS sesuai Indikasi Medis
c. Prinsip PPI
d. Notifikasi kasus 1x24 jam secara berjenjang
e. PE berkoordinasi dengan Dinkes Kab/ Kota
f. Identifikasi kontak erat (masyarakat dan Petugas Kesehatan)
g. Pemantauan Kesehatan PDP Ringan, ODP & OTG
h. Catat & Laporkan Hasil Pemantauan Rutin
i. Edukasi Pasien (Isolasi di Rumah)
j. Komunikasi Resiko (Keluarga & Masyarakat)
7/17/20
k. Pengambilan Spesimen berkoordinasi dg Dinkes setempat (Pengiriman)
dr. Wilda Hayati, MM.
1). Dukung Kesehatan Jiwa & Psikososial (DKJPS) atau Mental
Health & Psychosocial Support (MHPSS)
2. Pelayanan
Kesehatan
Jiwa
2). Dukungan Kesehatan Jiwa & Psikososial dg Kerjasama LS
Menular (PTM)
• ANC
• Perwatan rawat jalan Ibu nifas
• Test Kehamilan
• Pelayanan KB
• Test IVA
• Tindik Bayi
• Konseling Kebidanan
• Pendaftaran Poli
• Pendaftaran Rawat Inap
• Pembayaran Pendaftaran rawat
Jalan
SESDITJEN
DIT. YAN KES DIT. YAN KES DIT. YAN KES DIT. FASILITAS DIT. MUTU &
PRIMER TRADISIONAL RUJUKAN YAN KES AKREDITASI
YAN KES
TU
• Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki
kompetensi dan kewenangan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian (Pasal 18 ayat 1).
• Pelayanan laboratorium di Puskesmas harus memenuhi kriteria ketenagaan, sarana,
prasarana, perlengkapan dan peralatan (Pasal 19 ayat 1).
• Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas (Pasal 34 ayat 2):
a. kepala Puskesmas;
b. kepala sub bagian tata usaha;
c. penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat;
d. penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium; dan
e. penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
• Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai meliputi: (Pasal 3 ayat
2)
a. perencanaan kebutuhan;
b. permintaan;
c. penerimaan;
d. penyimpanan;
e. pendistribusian;
f. pengendalian;
g. pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan; dan
h. pemantauan dan evaluasi pengelolaan
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Permenkes RI • Pelayanan farmasi klinik meliputi: (Pasal 3 ayat
No 30 tahun 3)
2014 tentang a. pengkajian resep, penyerahan Obat, dan
Standar pemberian informasi Obat;
Pelayanan b. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
Kefarmasian di c. konseling;
Puskesmas (3) d. ronde/visite pasien (khusus Puskesmas
rawat inap);
e. pemantauan dan pelaporan efek samping
Obat;
f. pemantauan terapi Obat; dan
g. pemantauan dan evaluasi pengelolaan.
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
Permenkes RI
No 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas (4)
A Peralatan Pemeriksaan
1 Fotometer 1 1 1
2 Hematology Analyzer 1 - 1
3 Hemositometer Set 1 1 1
4 Mikroskop Binokuler 1 1 1
5 Pemanas/Penangas dengan air 1 1 1
6 Pipet Mikro 5-50, 100-200, 500-1000 ul 1 set 1 set 1 set
7 Sentrifus Listrik 1 1 1
8 Sentrifus Mikrohematokrit 1 1 1
9 Tabung Laju Endap Darah (Westergren Set) 3 3 3
10 Telly Counter 1 1 1
7/17/20
Urinometer (Alat Pengukur Berat Jenis Urine) dr. Wilda Hayati, MM.
11 1 1 1
Daftar Peralatan Utama dan Peralatan Penunjang
Laboratorium Puskesmas (2)
NO JENIS PERALATAN PUS.DTP PUSKESMAS PUSK DTPK
B Peralatan Gelas
1 Batang Pengaduk 3 3 3
2 Beker Glass 3 3 3
3 Botol Pencuci 1 1 1
5 Erlenmeyer, Gelas 2 2 2
9 Kaca Penutup (Dek Glass) Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
11 Pipet
7/17/20 berskala (Vol 10 cc) dr. Wilda Hayati, MM.
3 3 3
Daftar Peralatan Utama dan Peralatan Penunjang
Laboratorium Puskesmas (3)
NO JENIS PERALATAN PUS.DTP PUSKESMAS PUSK DTPK
12 Tabung Kapiler Mikrohematokrit Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
13 Tabung Reaksi (12 mm) Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
17 Wadah Aquades 1 1 1
II Peralatan Penunjang 1 1 1
2 Blood Lanset dengan autoklik Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
3 Kaki Tiga 1 1 1
4 Kawat
7/17/20 Asbes dr. Wilda Hayati, MM.
1 - 1
Daftar Peralatan Utama dan Peralatan Penunjang
Laboratorium Puskesmas (4)
NO JENIS PERALATAN PUS.DTP PUSKESMAS PUSK DTPK
5 Kertas Lakmus Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
7 Kertas Saring sesuai kebutuhan - sesuai kebutuhan 8 Lampu Spiritus 1 Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
1 1 9 Lemari Es 1 1 1 10 Pembendung
9 Lemari Es 1 1 1
10 Pembendung 1 1 1
13 Pensil Kaca 1 1 1
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
14 Pipet Tetes (Pipet Pasteur) 12 12 12
NO JENIS PERALATAN PUS.DTP PUSKESMAS PUSK DTPK
15 Pot Spesimen Dahak Mulut Lebar Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
16 Pot Spesimen Urine (Mulut Lebar) Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
17 Rak Pengering 1 1 1
18 Rak Pewarna Kaca Preparat 1 1 1
19 Rak Tabung Reaksi 1 1 1
20 Rotator Plate 1 1 1
21 Sengkelit / Ose 3 3 3
22 Sikat Tabung Reaksi 1 1 1
23 Spuit Disposible - 3 cc sk sk Sk
24 Spuit Disposible - 5 cc sk sk Sk
25 Stopwatch 1 1 1
26 Timer 1 1 1
27 Tip Pipet (kuning dan biru sk sk sk
R PEM DOKTER
R LABORATORIUM
PENGAMBILAN/PENERIMAAN SPESIMEN
PEMERIKSAAN
PENGAMBILAN HASIL
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
• Rujukan dilakukan bila Laboratorium Puskesmas tidak
mampu melakukan pemeriksaan, maka spesimen atau
pasien dikirim ke laboratorium lain (dirujuk).
• Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada rujukan
laboratorium:
1. Spesimen yang akan dirujuk, sebaiknya dikirim dalam
bentuk yang relatif stabil. Untuk itu perlu diperhatikan
persyaratan pengiriman spesimen antara lain:
a. Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas
Rujukan spesimen
b. Tidak terkena sinar matahari langsung
c. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja
laboratorium termasuk pemberian label yang
bertuliskan ”Bahan Pemeriksaan Infeksius” atau
”Bahan Pemeriksaan Berbahaya”
d. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat
e. Penggunaan media transpor untuk pemeriksaan
7/17/20
mikrobiologi
dr. Wilda Hayati, MM.
2. Spesimen yang dirujuk harus diberi label berisi nomor
spesimen, nama, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal
pengambilan spesimen pada badan wadah
3. Spesimen yang dirujuk harus disertai formulir pengiriman yang
berisi data sebagai berikut:
a. Nomor spesimen
b. Nama penderita
c. Umur
d. Jenis kelamin
Rujukan e. Alamat penderita
f. Tanggal dan jam pengambilan spesimen
g. Jenis spesimen dan asal bahan
h. Gejala penyakit, lamanya penyakit dan pengobatan yang
diberikan sebelumnya
i. Permintaan pemeriksaan
j. Tanggal pengiriman
k. Nama serta alamat pengirim : - Dokter - Puskesmas - dll
4. Kemudian dikirim melalui petugas atau melalui POS
7/17/20 dr. Wilda Hayati, MM.
C. Pelayanan Farmasi pada masa Pandemi
COVID-19