Kecenderungan Kepada “Demokrasi Parlementer” pada Awal Kemerdekaan Disebabkan :
1 Indonesia sejak masa
pergerakan nasional sudah mendambakan sistem pemerintahan demokratis, dengan DPR (Parlemen) yang dipilih langsung oleh rakyat. 3 Bentuk pemerintahan yang dianut para 2 Pada masa pergerakan nasional banyak kaum pemimpin Indonesia pada cendekiawan Indonesia waktu itu adalah yang menuntut ilmu di demokrasi seperti di negeri Belanda. Belanda yang berdasarkan multi-partai dan parlementer. KABINET Pertama di Awal Kemerdekaaan adalah : Kabinet Presidentiil • Susunan Kementerian Pertama yang disusun sesuai dengan ketentuan UUD 1945 ditetapkan pada tanggal 2 September 1945 yang dipimpin oleh Presiden Sukarno. • Dalam kabinet presidentil ini presiden berperan sebagai pemimpin kabinet dan kabinet bertanggungjawab kepadanya.
Karena pengaruh dari golongan kiri dalam
KNIP maka usia kabinet ini tidak berlangsung lama, yaitu sampai dengan 14 November 1945. Sejak saat itu sistem pemerintahan berubah menjadi sistem kabinet parlementer dengan perdana menteri pertamanya, Sutan Syahrir. SUSUNAN KABINET PERTAMA RI 1. Perdana Menteri : Presiden Sukarno 2. Menteri Dalam Negeri : R.A.A. Wiranatakusumah 3. Menteri Luar Negeri : Mr. Akhmad Subardjo 4. Menteri Kehakiman : Prof. Dr. Soepomo, SH 5. Menteri Kemakmuran : Ir. D.P. Surakhman 6. Menteri Keuangan : Mr. A.A. Maramis 7. Menteri Kesehatan : dr. R. Boentaran M. 8. Menteri Pengajaran : Ki Hajar Dewantara 9. Menteri Sosial : Mr. Iwa Kusumasumantri 10. Menteri Penerangan : Mr. Amir Syarifuddin 11. Menteri Perhubungan : R. Abikusno Cokrosuyoso 12. Menteri Keamanan Rakyat : Suprijadi 13. Menteri Pekerjaan Umum : R. Abikusno Cokrosuyoso 14. Menteri Negara : K.H. Wachid Hasjim 15. Menteri Negara : Dr. M. Amir 16. Menteri Negara : Mr. R.M. Sartono 17. Menteri Negara : R. Otto Iskandardinata 18. Menteri Negara : Mr. A.A. Maramis Maklumat Pemerintah No. X Tanggal 16 Oktober 1945 • Pada bulan Oktober 1945 kelompok kiri (sosialis) di dalam KNIP di bawah Sutan Sjahrir berhasil menyusun kekuatan dan mendorong dibentuknya BP-KNIP • Langkah berikut adalah mendorong terbentuknya kabinet parlementer • Untuk itu perlu mengubah fungsi KNIP dari hanya sekedar badan penasehat menjadi badan legislatif. • Mereka mengumpulkan dukungan 50 buah tanda tangan dari 150 anggotanya. Tanggal 7 Oktober 1945, petisi diserahkan kepada Presiden Sukarno. ALASAN Pembentukan Kabinet Parlementer Menurut KNIP Adanya kesan 1 politik bahwa kekuasaan Presiden terlalu besar sehingga dikhawatirkan menjadi diktator 3 2Adanya propaganda Belanda Untuk menunjukkan kepada melalui NICA, bahwa pemerintah dunia internasional khususnya RI adalah pemerintahan yang pihak sekutu bahwa Indonesia bersifat Fasis, seperti Jepang. yang baru merdeka adalah Oleh karena itu Belanda demokratis, bukan negara menganjurkan dunia fasis buatan Jepang internasional agar tidak mengakui kedaulatan RI ISI MAKLUMAT NO. X, 16 OKTOBER 1945 • Dalam kondisi politik yang belum stabil, usul BP-KNIP itu diterima pemerintah. • Maka munculah Maklumat Pemerintah No. X, 16 Oktober 1945, yang ditandatangani oleh Wakil Presiden Moh. Hatta. Isinya : 1. KNIP sebelum terbentuknya MPR dan DPR diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara. 2. Pekerjaan KNIP sehari-hari berhubung gentingnya keadaan, dijalankan oleh suatu Badan Pekerja yang dipilih diantara mereka dan yang bertanggungjawab kepada Komite Nasional Pusat. AKIBATNYA DIKELUARKANNYA MAKLUMAT NO. X, 16 OKTOBER 1945
• Dengan dikeluarkannya Maklumat
tersebut kekuasaan presiden yang berkurang, yaitu hanya eksekutif saja. • Maka kedudukan presiden seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945 dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. • KNIP yang sebagai badan pembantu presiden dan sebagai pengganti MPR dan DPR, dapat melaksanakan fungsi sebagai Badan Legislatif. Maklumat Pemerintah, 3 November 1945 • Tanggal 30 Oktober 1945 BP-KNIP mengusulkan agar diberikan kesempatan kepada rakyat seluas-luasnya untuk mendirikan partai-partai politik. • Pembentukan partai politik tersebut merupakan persiapan bagi pembentukan DPR yang direncanakan pada bulan Januari 1946. • Pemerintah setuju, dengan syarat partai politik itu hendaknya memperkuat perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan dan menjamin keamanan masyarakat. ISI MAKLUMAT, 3 NOVEMBER 1945 • Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 ditandatangani oleh Wakil Presiden, isinya antara lain : • “Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik, karena dengan adanya partai-partai itulah dapat dipimpin ke jalan yang teratur segala aliran paham yang ada dalam masyarakat”. Partai-Partai Politik Setelah Maklumat, 3 November 1945 1. Masyumi, 7 November 1945, dipimpin oleh Dr. Sukiman Wirjosanjoyo 2. PKI, 7 November 1945, dipimpin oleh Moh. Yusuf. 3. PBI, 8 November 1945, dipimpin oleh Nyono 4. PRJ, 8 November 1945, dipimpin oleh Sutan Dewanis 5. Parkindo, 10 November 1945, dipimpin oleh Probowinoto 6. Parsi, 10 November 1945, dipimpin oleh Amir Syarifuddin 7. Paras, 20 November 1945, dipimpin oleh Sutan Syahrir Parsi dan Paras kemudian bergabung menjadi Partai Sosialis yang dipimpin oleh Sutan Syahrir, Amir Syarifuddin dan Oei Hwee Goat, pada bulan Desember 1945 8. PKRI, 8 Desember 1945, dipimpin oleh I.J. Kasimo. 9. Permai, 17 Desember 1945, didirikan oleh J.B. Assa 10. PNI, 29 Januari 1946, dipimpin oleh Sidik Joyosukarto. PNI didirikan sebagai penggabungan antara PRI (Partai Rakyat Indonesia), Gerindo, dan Serikat Rakyat Indonesia. Maklumat Pemerintah, 14 November 1945 • Sejak awal Oktober ‘45, Supeno, Sukarni, Ir. Sakirman dan Mangunsarkoro dan anggota KNIP lainnya, punya rencana mengubah pemerintahan presidentil menjadi parlementer. • Sehingga kabinet bertanggungjawab langsung kepada KNIP. • Untuk itu mereka merencanakan mengajukan mosi tidak percaya untuk menjatuhkan kabinet. • Kemudian mereka akan menunjuk Sutan Syahrir menjadi Perdana Menteri. • Pembentukan pemerintah parlementer juga diharapkan dapat mengurangi peranan presiden yang dianggap terlalu besar. USULAN BP-KNIP Usulan BPKNIP itu disiarkan dalam pengumuman Badan Pekerja KNIP No. 5 tahun 1945 tanggal 11 November 1945 yang berbunyi : “Supaya lebih tegas adanya kedaulatan rakyat dalam susunan pemerintahan Republik Indonesia, maka berdasarkan pasal IV Aturan Peralihan Undang- Undang Dasar yang dirubah, badan Pekerja dalam rapatnya telah membicarakan soal pertanggungjawaban para Menteri kepada Badan perwakilan Rakyat (menurut sistem sementara kepada Komite Nasional Pusat).” PEMERINTAH SETUJU, maka muncullah Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 : “Pemerintah Republik Indonesia setelah mengalami ujian-ujian yang hebat dengan selamat, dalam tingkatan pertama dari usahanya menegakkan diri, merasa bahwa saat sekarang sudah tepat untuk menjalankan macam-macam tindakan darurat guna menyempurnakan tata usaha Negara kepada susunan demokrasi. Yang terpenting dalam perubahan-perubahan susunan kabinet baru itu ialah, tanggungjawab adalah di dalam tangan Menteri”. KABINET-KABINET PADA AWAL KEMERDEKAAN S.D 27 DESEMBER 1949 1. Kabinet Presidentil Pertama, tanggal 2 September 1945 s.d 14 November 1945 2. Kabinet Syahrir I, tanggal 14 November 1945 s.d 12 Maret 1946 3. Kabinet Syahrir II, tanggal 12 Maret 1946 s.d 20 Oktober 1946 4. Kabinet Syahrir III, tanggal 20 Oktober 1946 s.d 27 Juni 1947 5. Kabinet Amir Syarifuddin I, tanggal 3 Juli 1947 s.d 11 November 1947 6. Kabinet Amir Syarifuddin II, tanggal 11 November 1947 s.d 29 Januari 1948 7. Kabinet Hatta I (Presidentil), tanggal 29 Januari 1948 s.d 4 Agustus 1948 8. Kabinet Darurat (PDRI), tanggal 19 Desember 1948 s.d 13 Juli 1949 9. Kabinet Hatta II (Presidentil), tanggal 4 Agustus s.d 20 Agustus 1949