Anda di halaman 1dari 51

Norma-norma Ergonomi

Norma-norma Ergonomi yang telah disepakati


Hasil Lokakarya Ergonomi Tahun 1978 di
Cibogo meliputi :
Pembebanan Kerja Fisik
1. Ciri tenaga kerja Indonesia :
Kondisi tenaga kerja Indonesia yang
dipengaruhi oleh iklim tropis, kondisi sosial
ekonomi dan derajat kesehatan pada
umumnya yang belum sepenuhnya
memuaskan.

1
Norma-norma Ergonomi
2. Kriteria pembebanan : Pembebanan fisik
yang dibenarkan adalah pembebanan yang
tidak melebihi (30 – 40) % dari kemampuan
kerja maksimum tenaga kerja yang berlaku.
3. Rekomendasi kuantitatif : Dalam hal beban
fisik mengangkat dan mengangkut, batas
beban yang diperkenankan adalah 40 kg.
4. Pendekatan Praktis : Denyut nadi diusahakan tidak
melebihi (30 – 40) kali per menit di atas denyut
nadi sebelum bekerja.

2
Sikap Tubuh Dalam Bekerja
1. Sikap Tubuh dalam bekerja: Sikap tubuh
dlm bekerja hrs merupakan sikap y/ ergonomis
sehingga dicapai efisiensi kerja dan
produktivitas y/ optimal dgn memberikan rasa
nyaman dlm bekerja.
2. Bagi semua pekerjaan: hrs selalu
diusahakan spy kegiatan-2 pekerjaan tersebut
dilaksanakan dalam sikap kerja yang
ergonomis. Contoh: Agar senantiasa
diupayakan bahwa semua pekerjaan
dilaksanakan dengan duduk atau dalam sikap
duduk dan sikap berdiri secara bergantian.

3
3. Untuk memenuhi sikap tubuh
dalam bekerja yang ergonomis:
perlu dibuat atau ditentukan kriteria
dan ukuran­ukuran baku tentang
tempat duduk dan meja kerja dengan
berpedoman pada ukuran - ukuran
antropometri orang Indonesia
umumnya.

4
Mengangkat dan Mengangkut
1. Kegiatan mengangkat dan mengangkut
banyak terdapat dalam lingkungan
pabrik, pelabuhan, perhubungan darat,
pertanian, perkebunan; kehutanan dan
sektor ekonomi lainnya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kegiatan mengangkat dan mengangkut
adalah sebagai berikut .

5
 Beban yang diperkenankan, jarak angkut
dan intensitas pembebanan.
 Kondisi lingkungan kerja yaitu licin, kasar.
naik atau turun.
 Ketrampilan bekerja.
 Peralatan kerja beserta keamanannya.

6
3. Cara-cara mengangkat dan mengangkut
yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetik
yaitu :
 Beban diusahakan menekan pada otot
tungkai yang kuat dan sebanyak
mungkin otot tulang belakang yang
lebih lemah dibebaskan dari
pembebanan.
 Momentum gerak badan dimanfaatkan
untuk mengawali gerakan.

7
3. Untuk menerapkan kedua prinsip kinetik
itu setiap kegiatan mengangkat dan
mengangkut harus dilakukan sebagai
berikut :
Pegangan harus tepat, memegang diusahakan dengan
tangan penuh dan memegang dengan hanya
beberapa jari yang dapat menyebabkan
ketegangan statis lokal pada jari tersebut harus
dihindarkan.
Lengan harus berada sedekat-dekatnya pada badan
dan dalam posisi lurus, f!eksi pada lengan untuk
mengangkat dan mengangkut menyebabkan
ketegangan otot statis yang melelahkan.

8
 Punggung harus diluruskan.
 Dagu ditarik segera setelah kepala bisa
ditegakkan lagi pada permulaan gerakan.
Dengan mengangkat kepala dan sambil
menarik dagu, seluruh tulang belakang
dilLuruskar.
 Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga
mampu untuk mengimbangi momentum
yang terjadi dalam posisi mengangkat. Satu
kaki ditempatkan ke arah jurusan gerakan
yang dituju dan kaki kedua ditempatkan
sedemikian rupa sehingga membant;.a
mendorong tubuh pada gerakan pertama.
9
 Berat badan dimanfaatkan untuk menarik
dan mendorong serta gaya untuk gerakan
dan perimbangan.
 Beban diusahakan berada sedekat mungkin
terhadap garis vertikal yang melalui pusat
gravitasi tubuh.

5. Untuk efisiensi kerja dan kenyamanan kerja


yang sebesar­besarnya, hendaknya dihindari
sejauh mungkin bahwa manusia dipergunakan
sebagai "alat utama" untuk kegiatan
mengangkat dan mengangkut.

10
Olah Raga dan Kesegaran Jasmani
1. Olah Raga dan Kesegaran Jasmani :
Pembinaan kesegaran jasmani perlu mendapat
perhatian yang sungguh-sungguh baik berupa
pelaksanaan pembinaan kesegaran jasmani
yang khusus maupun melalui berbagai
kegiatan olah raga.
2. Keadaan di perusahaan : Pelaksanaan
kesegaran jasmani dan kegiatan olah raga
selalu disesuaikan dengan situasi, kondisi dan
kebutuhan perusahaan tersebut.

11
3. Cara-cara : Pembinaan kesegaran
jasmani bagi karyawan dapat
dilaksanakan misalnya dengan program
aerobik. Disamping itu, perlu digalakkan
senam kesegaran jasmani atau kegiatan
fisik lainnya.
4. Tindak Lanjut : Dianjurkan kepada
perusahaan-perusahaan agar dalam
seleksi karyawan dilakukan juga tes
kesegaran jasmani.

12
Penggunaan dan pengaturan yang tepat
musik dan dekorasi termasuk tata warna
dapat meningkatkan kegairahan dan
produktivitas kerja. Musik yang tepat
menyangkut jenis, saat, lama dan
intensitas serta sifat pekerjaan.
Dekorasi termasuk tata warna yang tepat
bertalian dengan jenis pekerjaan dan juga
dengan ketiga sifat warna yaitu kesan
jarak, suhu dan psikis.
13
Tabel. 1 Efek Psikologis Warna:
Efek
No Warna Jarak Suhu Psikis

1. Biru Jauh Sejuk Menyejukkan


2. Hijau Jauh Sangat Menyegarkan
sejuk/netral
3. Merah Dekat Hangat Sangat
mengganggu
4. Orange Sangat Sangat hangat Merangsang
dekat
5. Kuning Dekat Sangat hangat Merangsang
6. Sawo Sangat Netral Merangsang
matang dekat
7. Ungu Sangat Sejuk Agresif
dekat 14
Lingkungan Kerja
1. Lingkugan kerja harus memberi ruang
gerak secukupnya bagi tubuh dan
anggota badan sehingga dapat bergerak
secara leluasa dan efisien.
2. Penempatan tempat duduk, tangkai dan
tombol-tombol pelayanan, alat-alat
petunjuk dan lain-lain diatur sedemikian
rupa sehingga memungkinkan pelayanan
yang efisien serta sikap tubuh yang
wajar.

15
3. Iklim di tempat kerja diatur supaya nyaman
sesuai dengan sifat pekerjaan yang
dilaksanakan. Khususnya di ruangan kerja
dianjurkan pemakaian cara-cara alamiah.
Temperatur yang dianjurkan di tempat kerja
adalah (24 - 26)° C, suhu kering pada
kelembaban (65 - 95) %.

4. Sedapatmungkin pada penggunaan AC,


diusahakan agar perbedaan temperatur
dengan udara luar tidak melebihi 5°C.
Dianjurkan agar diutamakan ventilasi
alamiah terkecuali dalam hal tidak
dimungkinkan.

16
Beban Kerja
Untuk bekerja perlu energi hasil pembakaran.
Semakin berat pekerjaan, semakin besar
tenaga yang diperlukan. Dalam hubungan ini
jumlah kalori merupakan juga petunjuk
besarnya beban pekerjaan. Beban kerja ini
menentukan berapa lama seseorang dapat
bekerja sesuai dengan kapasitas kerjanya.
Makin besar beban, makin pendek waktu
seseorang dapat bekerja tanpa kelelahan atau
gangguan. Beban kerja fisiologis dapat didekati
dari banyaknya 02 yang digunakan tubuh,
jumlah kalori yang dibutuhkan, denyutan
jantung, suhu rektal, dan kecepatan
penguapan lewat berkeringat.

17
Beban kerja (lanjutan)
Salah satu kebutuhan utama otot untuk
pekerjaannya adalah zat asam, yang dibawa
oleh darah arteri kepada otot untuk
pembakaran zat dan menghasilkan energi.
Maka dari itu jumlah 02 yang digunakan oleh
tubuh untuk bekerja merupakan salah satu
petunjuk dari beban kerja. Sebagaimana
diketahui, 02 diambil dari kapiler darah di dalam
paru-paru, kemudian masuk dalam darah balik
dari paru-paru yang kaya zat asam. Maka
keadaan dari paru-paru dan alat pernafasan
akan berpengaruh pula kepada pengembalian
02 ini oleh tubuh.

18
Beban kerja (lanjutan)
Jumlah denyutan jantung petunjuk besar kecilnya
beban kerja. Pada pekerjaan sangat ringan denyut
jantung kurang dari 75 kali/menit, pekerjaan ringan
diantara 75 - 100 kali/menit, agak berat 100 - 125
kali/menit, berat 125 - 150 kali/menit, sangat berat 150
- 175 kali/menit dan luar biasa lebih dari 175 kali/menit.
Jantung yang sehat dalam 15 menit sesudah kerja akan
bekerja normal kembali seperti sebelumnya. Timbulnya
panas dari tubuh sejalan dengan kenaikan suhu badan,
terutama suhu rektal, dan usaha-usaha tubuh untuk
mengeluarkan panas akibat metabolisme. Parameter -
parameter tersebut merupakan indikator beban kerja
fisiologis dari badan. Namun indikator ini masih
dipengaruhi pula oleh keadaan cuaca kerja, reaksi psikis
dan psikologis, keadaan sakit dan lain-lain.

19
Beban Tambahan
Selain beban kerja fisiologis seperti tersebut di
atas, pekerja jugs akan menghadapi "beban
tambahan" dalam melaksanakan tugasnya di
tempat kerja. Berdasarkan sumber dan
asalnya, beban tambahan dapat dikelompokkan
dalam tiga kelompok / faktor yang masing-
masing bertalian dengan sistem produksi
yaitu :
 Faktor manusia / tenaga kerja
 Faktor sarana kerja
 Faktor linkungan kerja.

20
Beban Tambahan (lanjutan)
1. Faktor manusia sebagai beban tambahan
Manusia atau tenaga kerja itu sendiri
sering kali menimbulkan beban
tambahan bagi dirinya sendiri atau orang
lain, selain juga dapat merusak
lingkungan serta peralatan kerjanya.
Beban tambahan dari faktor manusia
bisa disebabkan oleh sikap dan cara
kerja yang berbahaya, aspek psikologi
tenaga kerja dan pengelolaan organisasi
kerja.

21
Sikap dan cara kerja harus dalam sikap
yang ergonomis sehingga mencapai
efisiensi dan produktivitas kerja yang
optimal dan memberikan rasa
nyaman dalam bekerja dengan:
 Menghindarkan sikap yang tidak aiamiah dalam bekerja
 Menghindarkan beban statis sampai sekecil-kecilnya
 Memperhatikan dan menentukan kriteria dan ukuran-ukuran
yang baku tentang sarana kerja yang harus sesuai dengan
anthropometri orang Indonesia
 Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan dengan sikap
duduk atau bergantian dengan sikap berdiri.

22
Beban Tambahan (lanjutan)
Aspek psikologi tenaga kerja yang tidak mendapat
perhatian yang cukup dalam waktu yang lama akan
menyebabkan kelelahan baik fisik maupun mental, yang
bila berlanjut terus akan dapat menyebabkan stres
kerja. Stres kerja akan menimbulkan kerugian-kerugian
temadap semua pihak yang terlibat dalam pekerjaan,
termasuk perusahaan karena menurunnya
produkitivitas kerja, bertambahnya kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja, tingginya angka sakit dan
absen dari tenaga kerja.

Pengelolaan organisasi kerja mempunyai pengaruh


yang besar terhadap kesehatan, keselamatan dan
kesejahteraan tenaga kerja, sehingga hai-haf berikut ini
harus mendapat perhatian :

23
Beban Tambahan (lanjutan)
 Pengetahuan tentang pekerjaan harus sudah
diberikan dan dikuasai tenaga kerja sebelum
melakukan suatu pekerjaan.
 Menghindari pekerjaan-pekerjaan dengan
stres, kelelahan atau tekanan yang
berleaihan.
 Pengaturan organisasi kerja bisa dilakukan
untuk pekerjaan perseorangan ataupun
kelompok.
 Pengaturan jam kerja yang mempunyai
"kebebasan" dalam berisitirahat, berpergian
dan berkehidupan sosial.

24
Beban Tambahan (lanjutan)
2. Faktor sarana kerja sebagai beban tambahan
Pembuatan dan penempatan sarana kerja balk untuk posisi kerja
duduk maupun berdiri dapat menimbulkan beban tambahan bagi
pekerja, bila menimbulkan sikap dan cara kerja yang cepat
melelahkan. Sarana kerja daiam hal ini termasuk antara lain;
rancangan tempat kerja dan arus bahan / barang, penggunaan
dan pengaturan peralatan angkutan, peralatan mengangkat dan
mengangkut, alat keselamatan mesin produksi.

Segi inilah yang mendapat perhatian utama para ahli ergonomi


yang disimpulkan secara singkat clad definisi ergonomi " To Fit
The Job To The Worker ". Alat kerja dan penempatannya dalam
ruang kerja harus serasi tidak hanya dengan anthropometri
pekerja, juga harus serasi dengan fisiologi gerakan yang harus
diiakukan pekerja, biomekanika, berat beban, arah gerakan,
frekwensi gerakan, jarak gerakan seluruhnya harus serasi
dengan kemampuan pekerja.

25
Beban Tambahan (lanjutan)

3. Faktor lingkungan kerja sebagai beban tambahan


Kondisi lingkungan kerja yang kurang baik dapat
menjadi beban tambahan bagi pekerja yang
mengakibatkan tenaga dan waktu yang lehih banyak,
disamping akan dapat menyebabkan gangguan
kesehatan. O!eh karena itu pengendalian lingkungan
kerja untuk menciptakan suatu lingkungan kerja yang
nyaman, aman, sehat, selamat dan serasi merupakan
hal yang harus mendapat perhatian dalam upaya
menciptakan lingkungan kerja yang ergonomis.

26
Beban Tambahan (lanjutan)
Ada beberapa faktor resiko bahaya yang dapat
mempengaruhi kondisi lingkungan kerja
dikaitkan dengan kemampuan manusia
diantaranya :
 Penerangan / cahaya di tempat kerja
 Temperatur udara di tempat kerja
 Kelembaban di tempat kerja
 Sirkulasi udara di tempat kerja
 Kebisingan di tempat kerja
 Getaran mekanis di tempat kerja
 Bau tidak sedap di tempat kerja
 Tata warna, dekorasi, musik di tempat
 Keamanan

27
Performa Kerja
Performa kerja merupakan penciptaan gerakan tubuh
yang baik dan maksimal agar dapat dicapai suatu hasil
kerja yang optimal. Performa keria dapat dicapai
dengan menerapkan prinsip­prinsip ergonomi yang bisa
dijadikan pegangan dalam menentukan desain dan cara
kerja, agar didapatkan efisiensi, kenyamanan dan
peningkatan produktivitas Berikut ini disajikan prinsip -
prinsip ergonomi sebagai berikut :

 Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri, harus


diambil ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan
suatu cara, sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan
dapat dilayani oleh tenaga kerja yang lebih kecil. Contoh :kursi
dapat diatur naik turun dan maju mundur.

28
b. Ukuran-ukuran anthropometri terpenting
sebagai berikut:

Berdiri : Duduk :
Tinggi badan berdiri • Tinggi duduk
Tinggi bahu • Panjang lengan atas
Tinggi siku • Panjang lengan bawah dan
tangan
• Tinggi pinggul • Tinggi lutut
• Panjang lengan • Jarak lekuk lutut – garis
punggung
• Jarak lekuk lutut-telapak kaki.

29
c. Ukuran - ukuran kerja :
1. Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi
meja kerja sebaiknya 5 - 10 cm di bawah tinggi siku.
2. Apabila bekerja berdiri dengan pekerjaan di atas meja
dan jika dataran tinggi siku disebut 0 maka hendaknya
dataran kerja :
 Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian : 0 + (5s/d10) cm.
 Untuk pekerjaan ringan : 0 - (5 s/d 10) cm.
 Untuk bekerja berat : 0 - (10 s/d 20) cm.
d. Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik
adalah sedikit membungkuk. Sedangkan dari sudut
tulang, disarankan duduk tegak. Agar punggung tidak
bungkuk dan otot perut tidak tegang, maka dianjurkan
pemilihan sikap duduk yang tegak yang diselingi
istirahat sedikit membungkuk.

30
e. Tempat duduk yang baik memenuhi syarat - syarat
sebagai berikut :
 Tinggi dataran duduk yang dapat diatur dengan papan kaki yang
sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan
datar.
 Papan penyangga punggung yang tingginya dapat diatur dan
menekan pada punggung.
 Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm.
f. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi
pekerjaan duduk. Dalam hal tidak mungkin, kepada
pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.
g. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23 -
37° ke bawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk 32 -
44° ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan
sikap kepala yang istirahat.

31
h. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung
lengan seluruhnya dan lengan bawah.
Pegangan-pegangan harus diletakkan di daerah
tersebut, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak
berubah.
i. Macam gerakan yang kontinyu dan berirama
lebih diutamakan, sedangkan gerakan yang
sekonyong-konyong pada perrnulaan dan
berhenti dengan paksa sangat melelahkan.
Gerakan ke atas harus dihindarkan. Berilah
papan penyokong pada sikap lengan yang
melelahkan. Hindarkan getaran-getaran kuat
pada kaki dan lengan.

32
h. Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimum, yaitu
beban yang dapat dikerjakan dengan pengerahan
tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum telah
ditentukan oleh ILO sebesar 50 kg. Cara mengangkat
dan menolak hendaknya memperhatikan hukum-
hukum ilmu gaya dan dihindarkan penggunaan tenaga
yang tidak perlu. Beban hendaknya menekan langsung
pada pinggul yang mendukungnya.
i. Gerakan ritmis seperti mendayung, mengayuh pedal,
memutar roda dan lain-lain memerlukan trekuensi
yang paling optimum, yang menggunakan tenaga
paling sedikit. Misalnya pada frekuensi 60 kali/menit
mengayuh pedal dirasakan paling ringan.
j. Apabila seorang pekerja (dengan atau tanpa beban)
harus berjalan pada jalan menanjak atau naik tangga,
maka derajat tanjakan optimum sebagai berikut :
33
 Jalan menanjak sekitar 10°
 Tangga rumah sekitar 30°
 Tangga 70° (dengan anak tangga bergerak antara 20 - 30
cm, tergantung pada pembebanan).
m. Kemampuan seseorang bekerja seharinya
adalah 8 - 10 jam, lebih dari itu efisiensi dan
kualitas kerja sangat menurun.
n. Waktu istirahat didasarkan pada keperluan atas
dasar pertimbangan ergonomi. Harus dihindari
istirahat-istirahat sekehendak tenaga kerja,
istirahat oleh karena menurunnya kapasitas
tubuh dan istirahat curian.

34
m. Beban tambahan akibat lingkungan sebaiknya ditekan
sekecil-kecilnya.
n. Daya penglihatan dipelihara terutama dengan
pencahayaan/penerangan yang baik.
o. Kondisi mental psikologis dipertahankan dengan
adanya premi perangsang, motivasi, iklim kerja dan
lain-lain.
p. Beban kerja dinilai dengan mengukur 02, frekuensi
nadi, suhu badan.
q. Batas kesanggupan kerja sudah tercapai, apabila
bilangan nadi kerja mencapai angka 30 kali/menit di
atas bilangan nadi istirahat. Sedangkan nadi kerja
tersebut tidak terus menanjak dan sehabis kerja pulih
kembali kepada nadi istirahat sesudah lebih kurang 15
menit.

35
Ergometri dan Anthropometri
 Metoda Pengukuran Anthropometri
 Metode yang digunakan adalah
Antropometri Statis yang meliputi ukuran
tubuh pada sikap statis. Alat-alat yang
digunakan : Antropometer set dan atau
meteran gulung/meteran tukang kayu,
penggaris segitiga, kursi tanpa sandaran
dengan ukuran (40 x 40 x 40) cm untuk
laki-laki dan (35 x 35 x 35) cm untuk
wanita, dan timbangan badan.
36
Pengukuran
Posisi Berdiri:
1. Tinggi Badan
2. Tinggi Bahu
3. Tinggi Siku
4. Tinggi Pinggul
5. Lebar Bahu
6. Lebar Pinggul
7. Panjang Lengan
8. Panjang Lengan Atas
9. Panjang Lengan Bawah
10.Jangkauan Atas
11.Panjang Depa
37
Posisi Duduk :

1. Tinggi Duduk Duduk


2. Tinggi Siku Duduk
3. Tinggi Pinggul Duduk
4. Tinggi Lutut
5. Panjang Tungkai Atas
6. Panjang Tungkai Bawah

38
Hasil Pengukuran
Data tiap parameter diolah
secara statistik yaitu : Rata-
rata, Range, Simpangan Baku,
Persentile 5% dan 95%.

39
Metoda Pengukuran Sarana Kerja

Metode yang digunakan adalah


pengukuran langsung terhadap sarana
kerja. Sampel adalah meja dan tempat
duduk (bangku) yang digunakan tenaga
kerja untuk bekerja. Sedangkan alat­alat
yang digunakan adalah Antropometer Set.

40
Parameter Pengukuran
Tempat Duduk:
a. Tinggi tempat duduk f. Sandaran tangan:
b. Panjang alas duduk - Jarak antara sandaran
c. Lebar tempat duduk tangan
d. Sandaran pinggang - Tinggi sandaran
e. Sudut alas duduk tangan
- Panjang sandaran
tangan
Meja Kerja :
a. Tinggi meja kerja e. Luas Pandangan :
b. Tebal daun meja - Vertikal
c. Permukaan meja - Horisontal
d. Lebar meja

41
Hasil Pengukuran :

Ukuran-ukuran yang dianjurkan sesuai


Norma-norma Ergonomi yang disepakati
(The Recommended Ergonomic Norms).

42
Metoda Pengukuran Kesegaran Jasmani

 Metoda :
Salah satu tes untuk mengukur tingkat kesegaran
jasmani adalah tes bangku Harvard (Harvard Step Test)
yang saat ini telah mengalami modifikasi. Alat-alat yang
digunakan :
- Bangku tes yang mempunya - Stopwatch
tinggi 47,5 cm untuk pria dar - Metronome
42,5 cm untuk wanita. - Pulsa meter
- Stetoskop - Alat tulis untuk
mencatat

43
Metoda Pengukuran Kesegaran Jasmani

 Pelaksanaan Pengukuran
Waktu pengukuran 5 menit, sedangkan
detak metronome dengan frekuensi 120
kali per menit. Setelah waktu yang
ditentukan selesai, tenaga kerja segera
duduk istirahat. Setelah 1 menit istirahat,
denyut nadinya dihitung dengan pulsa
meter selama 30 detik. Cara menghitung
denyut nadi : Nadi dihitung : elama 3
kali; 1 s/d 1,5 menit, 2 s/d 2,5 menit, 3
s/d 3,5 menit.
44
Metoda Pengukuran Kesegaran Jasmani
 Hasii Pengukuran
Hasil pengukuran kesegaran jasmani dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Waktu tes dalam detik x 100
Indeks Kesegaran Jasmani =
2 x (jum!ah ketiga nadi)
Kriteria Indek Kesegaran Jasmani adalah sebagai
berikut :
Indek Kesegaran Jasmani: Kriteria:
 > 89 Amat Baik
 80 s/d 89 Baik
 65 s/d 79 Cukup
 55 sld 64 Sedang
 < 55 Kurang

45
Metoda Fengukuran Kelelahan
 Metoda
Kelelahan dapat diukur dengan Reaktion Timer
dan Flicker Fussion. Sedangkan alat-alat yang
digunakan : Reaction Timer dan Flicker Fussion.
 Pelaksanaan Pengukuran:
 Metoda Pengukuran Kelelahan dengan Reaction Timer
 Catat angka pada penampil langsung yang menunjukkan waktu
reaksi dengan satuan mili detik.
 Ulangi memberikan rangsang cahaya/suara sampai 15 kali,
data pertama sampai ke 5 dihapus, sedangkan data ke 6
sampai ke 15 dijumlah dan dibagi 10.
 Metoda Pengukuran Kelelahan dengan Flicker Fussion
 Kedipan dimulai dari frekuensi rendah, pelan-pelan ditingkatkan
sampai pasien merasa bukan kedipan melainkan cahaya
kontinyu, catat frekuensi tersebut .
 Ulangi pemeriksaan 5 kali dan dirata-rata.

46
Hasil Pengukuran :
 Standar Pengukuran dengan Reaction
Timer :
 150 - 240 : Normal
 241 - 410 : Kelelahan ringan
 411 -580 : Ketelahan sedang
 580 : Kelelahan berat
 Standar Pengukuran dengan Flicker Fussion
 Bagi orang yang tidak lelah frekuensi ambang kerling
mulus adalah 2 Hz (jika cahaya pendar) atau 0,6 Hz
(jika cahaya siang).
 Jika orangnya lelah maka akan menunjukkan nilai
ambang kurang dari 2 Hz atau 0,6 Hz.

47
Penerapan Ergonomi di Tempat Kerja

Penerapan ergonomi di tempat kerja harus didekati


dengan pisau analisis ”tenaga kerja-sarana-
lingkungan” secara menyeluruh. Agar peman-
faatan teknologi terutama di dalam alih dan pilih
teknologi pada umumnya dan desain dari alat,
mesin, sistem, lingkungan khususnya, tidak
menimbulkan dampak yang tidak diinginkan maka
teknologi tersebut harus dikaji secara menyeluruh
melalui kriteria berikut :
1. Teknis : teknik yang digunakan tidak bertentangan
dengan hukum dan peraturan yang berlaku, sesuai
dengan standar, perlindungan, aspek legal, mudah
dirawat, daya tahan, dan kemampuan re-cycle.

48
Penerapan Ergonomi di Tempat Kerja

2. Ekonomis : keputusan akhir sesuai dengan


kebutuhan dan prioritas yang ada. Faktor yang
harus diperhitungkan adalah perkaitan dengan
pasar, finansial, dan perbeianjaan, komponen biaya
pengeluaran, jadwal waktu, keuntungan bagi
stakeholders, kompetisi, desain, demographi, trend
masa depart, kebijakan pelayanan, dan
penyimpanan.
3. Ergonomis : prinsipnya harus bisa built-in masuk
di dalam proses desain / perencanaan, seperti
memenuhi kebutuhan pengguna, kenyamanan
pengguna, mudah digunakan, produk dan
pengguna serasi, dan umpan bafik pengguna.

49
Penerapan Ergonomi di Tempat Kerja
4. Sosio-budaya : teknologi tersebut harus dapat meliputi
norma, nilai, kebiasaan, keinginan, impian, agama,
kepercayaan, dan kebutuhan pemakai.
5. Hemat akan energi : Hemat akan energi berarti bahwa
produk hat-us mempunyai kontribusi yang bermakna terhadap
prinsip pembangunan berlanjut dan tidak maiahan
menghancurkan keberadaannya. Produk harus bisa secara
efektif dan efisien berkontribusi kepaaa pembangunan
berlanjut di dalam rangka mernanfaatkan listrik, air dan lahan.
6. Tidak merusak lingkungan : Tidak merusak lingkungan
dimaksudkan agar produk tidak memberikan sesuatu kepada !
ingkungannnya, seperti kantong plastik, polusi ke berbagai
sasaran seperti lahan, sungai, air dan udara. Setiap emisi dari
produk harus tidak menyebabkan polusi sebagai polutan.

50
51

Anda mungkin juga menyukai