Anda di halaman 1dari 46

PEMERIKSAAN

FISIK IBU
POSTPARTUM

Dina Zakiyyatul Fuadah, M.Kep


Tujuan pembelajaran

Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan:


1. Pemeriksaan fisik (head to toe) pada ibu postpartum.
2. Perawatan payudara (breast care).
3. Kebersihan vulva (vulva hygiene).
4. Teknik menyusui yang baik dan benar.
Poin penting asuhan postpartum!

– Asuhan masa postpartum/puerperium/nifas diperlukan dalam periode ini karena


merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Program dan kebijakan pemantauan masa
nifas minimal 4 kali.
– Pemantauan pertama (6-8 jam setelah persalinan), kedua (6 hari setelah kelahiran),
ketiga (2 minggu setelah kelahiran) dan keempat (6 minggu setelah kelahiran)

-------- Pastikan Anda melakukan pemeriksaan fisik dengan teliti--------


Pemeriksaan Fisik
(6-8 jam pertama setelah melahirkan)
Tujuan
– Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
– Mendeteksi dan mengatasi penyebab perdarahan yang lain.
– Inisiasi laktasi dini.
– Membangun hubungan antara ibu dan bayinya.
– Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermia.
Keadaan umum
– Apakah pasien sudah merasa nyaman atau masih merasakan nyeri yang
berlebihan.
– Apakah pasien merasakan kecemasan berlebihan, tanda depresi ibu (waspadai
adanya Postpartum Depression, Baby Blues Syndrome).
– Dilihat apakah pasien tampak lemah, pucat atau sianotik, adanya tanda
perdarahan atau dehidrasi.
– Pada persalinan seksio sesaria, apakah pasien sudah mampu mobilisasi, dilihat
apakah jalur intravena dan kateter masih terpasang, bagaimana balance cairan,
bagaimana fungsi usus (kembung, flatus, defekasi), fungsi berkemih, adakah
inkontinensia.
Tanda-tanda vital

– Pemeriksaan dilakukan tiap 15 menit (dalam 1 jam pertama), tiap


30 menit (pada jam kedua) dan selanjutnya tiap 4 jam (dalam 24
jam pertama pasca melahirkan). Pastikan ibu tidak mengalami
Tekanan
darah perdarahan berlebihan, dehidrasi atau infeksi.

Pernapasa Nadi

Suhu
Tanda-tanda vital
Frekuensi Nadi
– Setelah melahirkan, tubuh berusaha mengkompensasi peningkatan beban
sirkulasi sentral dengan cara memperlambat denyut jantung menjadi 40-60 kali
per menit. Bradikardia merupakan mekanisme adaptasi normal setelah
melahirkan. Takikardia menunjukkan kemungkinan perdarahan, infeksi,
trombosis, anxietas atau nyeri, dan harus dieksplorasi lebih lanjut.
Tanda-tanda vital
Tekanan darah.
– Tekanan darah dapat menurun pada awal periode pemulihan sebagai respon
terhadap anastesi, perdarahan dan lain-lain. Hipotensi ortostatik dapat terjadi
akibat pergeseran kompartemen cairan dan penurunan tekanan intraabdominal.
– Tekanan darah kembali normal dalam minggu pertama pasca melahirkan,
kecuali jika pasien mengalami komplikasi seperti hipertensi atau preeklampsia.
Tanda-tanda vital
Suhu
– Peningkatan suhu tubuh pada 24 jam pertama bisa disebabkan oleh dehidrasi
atau perdarahan. Demam sampai 38oC masih dianggap dalam batas normal.
Jika demam masih terus berlanjut, perlu dicari penyebabnya dan diatasi,
terutama bila terdapat faktor predisposisi infeksi seperti ketuban pecah dini atau
persalinan lama dan sulit/ traumatis.
Kepala

Rambut Telinga
– Identifikasi kebersihan, – Identifikasi kebersihan, adanya
kerontokan, ketombe, warna serumen, sekret, kelainan anatomis,
rambut. penurunan pendengaran.
Kepala
Wajah Mulut
– Chloasma gravidarum memudar – Identifikasi keadaan mulut seperti
– Kaji adanya tanda-tanda anemia. kebersihan, kelembaban bibir, ada atau
– Kaji adanya tanda pre eklamsi-eklamsia tidak karies pada gigi.
(biasanya muncul 1-2 hari postpartum). Hidung
– Caranya: – identifikasi keadaan hidung seperti ada
a. Inspeksi Muka: Warna kulit muka dan polip, sekret.
pembengkakan daerah wajah dan kelopak
mata.
b. Konjungtiva: anemis/tidak
c. Sklera: ikterik/tidak
Leher

Inspeksi: apakah terlihat ada benjolan atau tidak dan kesimetrisan leher dan
pergerakannya.
Palpasi: pemeriksaan palpasi pada kelenjar tyroid dan getah bening dilakukan
dengan cara meletakkan ujung jari kedua tangan di kelenjar dengan posisi
pemeriksaan ikut gerakan menelan.
Thoraks
Terjadi peningkatan cardiac output dan stroke volume sebesar 20-80%.
Lakuan auskultasi untuk mengidentifikasi adanya:
– Ada atau tidak bunyi weezing, rochi, rales pada paru – paru.
– Ada atau tidak bunyi mur – mur dan palpitasi pada jantung.
Payudara
– Kaji apakah produksi ASI baik. Observasi pengeluaran collustrum
– Adakah nyeri tekan pada payudara.
– Adakah pembengkakan atau abses.
– Bagaimana kondisi papilla mammae (apakah papilla pendek, rata atau inversi ? apakah
terdapat fissura ?).
– Tiga hari setelah melahirkan, akibat stimulus prolaktin, payudara mulai padat, menegang
dan memproduksi ASI. Payudara teraba keras dan hangat karena peningkatan aliran darah
dan kongesti limfe.
– Waspada!! adanya komplikasi pada post partum misalnya adanya bendungan payudara,
mastitis pada payudara , dan abses pada payudara
Abdomen
– Tanyakan pada ibu apakah merasa kembung, sudah dapat flatus (kentut) atau
apakah sudah merasa ingin BAB.
– Kaji apakah terjadi distensi abdomen.
– Dilakukan palpasi abdomen untuk menilai adanya spasme otot dan auskultasi
untuk mendengarkan bising usus, terutama pada persalinan seksio sesaria.
– Inspeksi apakah Striae gravidarum dan linea nigra memudar.
Abdomen

Tinggi fundus uteri


– Kecepatan involusi uterus dinilai dengan mengukur jarak fundus uteri ke
simfisis pubis (pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong).
– Konsistensi uterus. Kontraksi miometrium untuk mengendalikan perdarahan
menyebabkan konsistensi uterus menjadi padat. Jika fundus teraba lunak, disebut
boggy uterus, menunjukkan kontraksi tidak adekuat sehingga perdarahan terus
berlanjut.
– Waspada Atonia Uteri (tidak adanya kontraksi uterus)---Perdarahan !!
Abdomen
Waktu TFU Diameter Serviks

Setelah persalinan Setinggi pusat 12,5 cm Lunak/lembut

12 jam pertama 1 cm dibawah - -


umbilikus
3 hari 3 cm dibaawah - -
umbilikus
Hari ke 7 Setengah pusat 7,5 cm 2 cm
simfisis
Hari ke 14 Tidak teraba 5 cm 1 cm

Hari ke 40 Normal 2,5 cm Menyempit


Kandung Kemih (Vesika Urinaria)

Eliminasi Urine

– Ibu harus diyakinkan untuk berani BAK dalam 6-8 jam setelah persalinan dan
tiap 4-6 jam sesudahnya. Banyak ibu tidak berani BAK karena beberapa alasan:

1) Kurangnya privacy di rumah sakit.


2) Posisi yang kurang nyaman.
3) Rasa nyeri karena luka di perineum.

– Bila ibu tidak bisa melakukan BAK secara spontan atau terdapat residu urin
lebih dari 60 ml di kandung kemih, perlu dilakukan kateterisasi. Drainase
kandung kemih secara kontinyu harus dilakukan sampai tonus kandung kemih
kembali normal untuk mencegah infeksi saluran kemih.
Ekstremitas
– Kaji adanya Oedema
– Kekuatan otot
– Tanda Homan (Homan’s Sign)
Genetalia dan Perineum
– Dinilai adanya perdarahan pervaginam berlebihan.
– Dinilai jumlah, warna dan bau lochea.
– Dilihat apakah jahitan episiotomi intact (menyatu dengan baik).
– Dilihat adanya oedem, laserasi atau hemoroid eksterna.
Genetalia dan Perineum

Serviks
– Setelah persalinan, segmen bawah rahim dan serviks tetap tipis, longgar dan
teregang. Serviks tampak oedematous, terlihat hematoma, luka-luka lecet atau
laserasi.
– Diperlukan beberapa minggu bagi isthmus untuk kembali ke bentuk dan ukuran
normal. Hari pertama pasca melahirkan, serviks telah menyempit selebar 2 jari dan
pada akhir minggu pertama tinggal selebar 1 jari. Involusi berlanjut sampai 3-4
bulan berikutnya, akan tetapi tidak pernah dapat kembali ke keadaan servik sebelum
melahirkan karena lukaluka pada servik meninggalkan bekas berupa jaringan ikat.
Genetalia dan Perineum

Kanalis vaginalis
– Setelah persalinan, kanalis vaginalis terlihat oedematous dan lunak, secara
bertahap mengecil dan memadat, akan tetapi tidak dapat kembali ke ukuran
sebelum kehamilan. Rugae terlihat kembali pada minggu ketiga pasca
persalinan. Introitus vagina secara pemanen lebih lebar.
Genetalia dan Perineum
Lochea
– Lochea adalah discharge yang dikeluarkan dari vagina setelah melahirkan,
berasal dari korpus uteri, serviks dan vagina sendiri. Lochea mengandung darah,
jaringan desidua, sel epitel vagina, sekresi mukus, bakteri, kadang-kadang
terdapat fragmentasi kantung ketuban dan bekuan darah.
Fase lochea

Lochea Rubra Lochea Sangunolenta

– Lochea fase pertama. – Berwarna merah kekuningan,


– Berwarna merah kehitaman karena merupakan sisa darah bercampur
banyak mengandung darah/ bekuan lendir.
darah. Lochea rubra keluar selama 1- – Keluar 3-7 hari.
3 hari.
– Rata-rata jumlah discharge selama 5-
6 hari pertama kurang lebih 250 ml.
Fase lochea
Lochea Serosa Lochea Alba

– Lochea serosa dikeluarkan selama 7- – Keluar >14 hari dan berwarna


14 hari berikutnya. putih.
– Berwarna merah muda kekuningan – Mengandung leukosit, lender
atau kecoklatan pucat. serviks, dan serabut jaringan mati
– Mengandung serum, leukosit dan
robekan laserasi plasenta.
Perhatikan pada lochea
– Bau: lochea normal tidak berbau.
– Jumlah: jika lochea terlalu sedikit, kemungkinan terjadi infeksi. Perlu
dipertimbangkan sumbatan jalan lahir oleh bekuan darah atau kapas/ kassa
sehingga menghalangi keluarnya lochea.
– Warna : bila lochea tetap berwarna merah, kemungkinan terjadi sub-involusi
atau retensi sisa plasenta.
– Lama keluarnya lochea.
Perineum
– Perhatikan luka episiotomy dan jahitan, Kaji skala REEDA:
a. Redness (kemerahan)
b. Oedema (bengkak)
c. Ecchymosis (memar/bercak biru kehitaman pada kulit)
d. Discharge (pengeluaran dari luka)
e. Approximatly (tidak adanya penyatuan jaringan)
– Kaji skala nyeri
– Kebersihan perineum
– Hemmoroid eksternal
Breast Care
Definisi
– Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama
pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI.
Tujuan
– Memelihara kebersihan payudara sehingga bayi mudah menyusu pada ibunya.
– Melenturkan dan menguatkan putting susu sehingga bayi mudah menyusu.
– Mengurangi risiko luka saat bayi menyusu.
– Merangsang kelenjar air susu sehingga produksi ASI menjadi lancar.
– Untuk persiapan psikis ibu menyusui dan menjaga bentuk payudara.
– Mencegah penyumbatan pada payudara.
Waktu Pelaksanaan
– Dilakukan dua kali sehari pada waktu mandi pagi dan sore hari.
Teknik gerakan memijat
Teknik gerakan memijat
Vulva Hygiene
Definisi

– Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien
wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang
harus istirahat di tempat tidur (misalnya, karena hipertensi, pemberian infus,
sectio caesarea.
Tujuan
– Pengeluaran sekresi perineal (lochea, vaginal discharge).
– Untuk pencegahan dan meringankan infeksi.
– Untuk membersihkan vagina dan daerah sekitar perineal.
– Memberikan rasa nyaman.
Indikasi
– Pasien post partum.
– Pasien post partum dengan episiotomy.
– Dilakukan prosedur tersebut sehari minimal 2 kali/sesudah BAB bila perlu.
Harus diperhatikan!
– Berikan penjelasan/ informasi yang tepat pada pasien.
– Jelaskan alasan dilakukannya prosedur.
– Jelaskan frekuensi dilakukannya prosedur dan berapa lamanya.
– Jelaskan tahap-tahap dari prosedur dan rasionalisasinya secara garis besar dari
tiap-tiap bagian.
– Jaga privacy, kenyamanan, keamanan klien selama prosedur.
– Ajarkan untuk dapat merawat/Vulva higiene pada waktu dirumah (Home Care).
Teknik Vulva hygiene
Bagian
Labia mayora Labia minora
disekitar
kanan dan kiri kanan dan kiri
genetalia

Perineum dan
Vestibulum
anus
Vestibulum

Perineum
Note: Dilakukan satu kali usapan dari atas ke bawah
kemudian ganti kapas lakukan sampai bersih dan kapas
kita buang dalam plastik disposable/bengkok
Pada luka episiotomy
– Perhatikan!! untuk jahitan perineum/ post episiotomy/ luka
episiotomy.
a. Pakai handschoen steril.
b. Tekan dengan kassa deppers secara perlahan (amati adanya
pengeluaran/discharge dari luka, seperti darah, pus, cairan) .
c. Bersihkan dengan kapas NaCl tindakan vulva hygiene
diatas.

Luka episiotomi
Teknik Menyusui
Posisi menyusui
Perlekatan putting susu yang benar
Teknik menyendawakan bayi.
SEMOGA BERMANFAAT

17 November 2020

Anda mungkin juga menyukai