Anda di halaman 1dari 8

DINAMIKA PERUMUSAN

PANCASILA
KELOMPOK : Bunga tias .K
Diana Puspita .S
Anna Sopiana .D
Suci Rahmawati
Muhammad Taerul

SMKN 1 INDRAMAYU
Dinamika Perumusan PancasilaPerdebatan mengenai hubungan antara agama dan
negara turut mewarnai sidang BPUPK kala itu. Para pejuang dan pendiri bangsa
Indonesia berbeda pendapat soal ini. Sebagian menghendaki Islam menjadi dasar
negara, sebagian lainnya berpandangan bahwa negara Indonesia tidak perlu
menjadikan agama sebagai dasar negara. Soekarno dan Hatta, misalnya, adalah
tokoh yang berpandangan bahwa negara Indonesia tidak dapat didasarkan kepada
Islam. Sementara itu, Moh. Natsir, Ki Bagus Hadikusumo, dan KH. Wahid
Hasyim memandang bahwa Islam harus menjadi dasar negara. Untuk mengatasi
perbedaan pendapat tersebut, sebagai bagian dari demokrasi serta untuk
menghindari perpecahan, maka dicarikan titik temu dalam Panitia Sembilan yang
dibentuk setelah sidang pertama BPUPK. Setelah melewati diskusi panjang,
akhirnya Panitia Sembilan menyepakati preambule yang disampaikan oleh
Soekarno, selaku
sidang PPKI pada 18 Agustus 1945

tujuh kata dalam preambule, “dengan kewajiban


menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” dihapuskan. Saat mengetahui
keberatan dan potensi perpecahan, Ki Bagus
Hadikusumo dan K.H.A. Wachid Hasyim--sebagai
representasi dari 2 organisasi Islam terbesar:
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama--pun setuju
dengan penghapusan tujuh kata tersebut.
BIOGRAFI K.H MASJKUR
K.H. Masjkur (EYD: Masykur, 30 Menteri Agama Indonesia ke-5

Desember 1904 – 19 Desember 1994) Masa jabatan


11 November 1947 – 21 Januari 1950
adalah Menteri Agama Indonesia pada Presiden Soekarno
tahun 1947—1949 dan tahun 1953— Perdana Menteri Amir Syarifuddin
Mohammad Hatta
1955. Ia juga pernah menjadi anggota Soesanto Tirtoprodjo

Dewan Perwakilan Rakyat RI tahun Pendahulu Anwaruddin

1956—1971 dan anggota Dewan Pengganti Wahid Hasyim


Masa jabatan
Pertimbangan Agung pada tahun 30 Juli 1953 – 12 Agustus 1955

1968. Presiden Soekarno


Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo
Pendahulu Fakih Usman
Keterlibatannya dalam perjuangan Pengganti Muhammad Ilyas
kemerdekaan menonjol pada zaman Informasi pribadi

pendudukan Jepang, sebagai anggota Lahir 30 Desember 1904


 Pagentan, Singosari, Malang, 
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Jawa Timur, Hindia Belanda

Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Meninggal 19 Desember 1994 (umur 89)


Masjkur juga tercatat selaku pendiri  Jakarta

Pembela Tanah Air (Peta)—yang Kebangsaan Indonesia


kemudian menjadi unsur laskar rakyat Partai politik NU
dan TNI—di seluruh Jawa. Ketika
Kesaksian KH. Masjkur menceritakan pertemuan
lima tokoh di akhir bulan Mei 1945

membahas tentang dasar negara


yang akan diresmikan oleh BPUPK.
Tim Arsip Nasional Republik
Indonesia, dalam hal ini dilakukan
oleh M. Dien Madjid, sempat
melakukan wawancara kepada Kiai
Masjkur.
Lalu, bagaimana sebenarnya argumentasi
masing-masing kelompok tersebut?

Pertanyaan ini membawa kita pada keharusan melakukan


klasifikasi pemikiran tentang hubungan agama dan
negara. Sebagaimana yang lazim diketahui, dua
pandangan tentang hubungan agama dan negara itu
dibagi ke dalam dua kelompok. Tentu saja ada banyak
tokoh lain, baik yang berada di kelompok pertama,
maupun di kelompok kedua. Yang akan menjadi fokus
kita sekarang bukan nama-nama tokoh tersebut, tetapi
bagaimana argumentasi dari masing-masing tokoh
tersebut.
pertama kedua

kelompok yang
kelompok yang
menginginkan Indonesia
menginginkan Indonesia
tidak berdasarkan pada
berdasarkan Islam. Masuk
agama. Masuk dalam
dalam kelompok ini adalah
kelompok pertama ini
Abdul Kahar Muzakkir,
adalah Soekarno, Hatta,
Agus Salim, Ki Bagus
Moh. Yamin, Achmad
Hadikusumo, KH. Wahid
Soebarjo, A.A Maramis.
Hasyim, M. Natsir, dan
dan lain sebagainya.
lain sebagainya.
Bagian 1 Pancasila — 2
Terimkasih

Anda mungkin juga menyukai