Anda di halaman 1dari 10

Kebijakan Pemerintah

Terkait Penanggulangan
dan Antisipasi Bencana
Kelompok 4

1. Yiyi F 2. Yunita 3. Rino


A.Z
4. Fitri A 5. Cindy J.S 6.
Ria A
Konsep
Penanggulangan dan
Antisipasi Bencana

Konsep penanggulangan bencana adalah segala upaya kegiatan yang


dilakukan meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan (mitigasi),
penyelamatan, rehabilitasi dan rekonstruksi, baik sebelum, pada saat
maupun setelah bencana dan menghindarkan dari bencana yang terjadi.

Sementara antisipasi bencana alam merupakan tindakan atau aksi yang


dilakukan perseorangan atau lembaga masyarakat dalam upaya
menanggulangi dan meminimalisir bencana alam.
Landasan Hukum Terkait Kebijakan
Penanggulangan dan Antisipasi
Bencana
Penanggulangan bencana merupakan salah satu bagian dari
pembangunan nasional yaitu serangkaian kegiatan penanggulangan
bencana baik sebelum, pada saat maupun sesudah terjadinya
bencana.
Dalam pelaksanaannya, penanggulangan bencana di Indonesia
dilandaskan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 seperti yang dimuat dalam Undang
Undang Dasar Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007.
Selain itu juga terdapat landasan hukum lain seperti
-Peraturan pemerintah Nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
-Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga
Internasional dan Lembaga Asing Non - Pemerintah dalam Penanggulangan
Bencana.
-Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pedoman
organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (PBBD).
-Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2013 tentang
Bantuan Sosial Bagi Korban Bencana.
Fungsi Kebijakan Pemerintah terkait Penanggulangan dan Antisipasi
Bencana

Secara garis besar, fungsi dari kebijakan terkait penanggulangan dan antisipasi
adalah sebagai pedoman baik bagi pemerintah, maupun pihak pihak lain yang
terkait dalam menjalankan penanggulangan dan antisipasi bencana.
Hal ini bertujuan agar mitigasi bencana yang dilakukan dapat berjalan dengan
optimal dan diharapkan mampu meminimalisir segala dampak kerugian baik
dalam segi material maupun non material.
Pemerintah harus mempunyai kemampuan yang cukup besar untuk mengontrol situasi
daerah rawan bencana. Kemampuan itu meliputi perencanaan dan persiapan respons
bencana, bantuan koordinasi, kebijakan rekontruksi dan mengatasi masalah populasi.
Dalam merumuskan kebijakan lingkungan, pemerintah lazimnya menetapkan tujuan yang
hendak dicapai. Kebijakan lingkungan disertai tindak lanjut pengarahan dengan cara
bagaimana penetapan tujuan dapat dicapai agar ditaati masyarakat.
Aktor-aktor yang terlibat
Selain andil pemerintah, kebijakan terkait penanggulangan dan antisipasi
bencana juga didukung oleh adanya peran aktif aktor-aktor lain, baik dari
masyarakat itu sendiri maupun pihak ketiga seperti lembaga atau organisasi
yang terkait dengan kebencanaan ini.
Partisipasi masyarakat juga memiliki peran penting karena merupakan proses
untuk memberi kesempatan dan wewenang lebih luas kepada masyarakat,
agar masyarakat mampu memecahkan berbagai persoalan bersama-sama.
Pembagian kewenangan ini dapat dilakukan berdasarkan tingkat
keikutsertaan (level of involvement) masyarakat dalam kegiatan tersebut.
Partisipasi masyarakat bertujuan untuk mencari solusi permasalahan lebih
baik dalam
suatu komunitas, dengan membuka lebih banyak kesempatanbagi
masyarakat untuk memberi kontribusi sehingga implementasi kegiatan
berjalan lebih efektif, efisien, dan
berkelanjutan.
Contohnya dapat dilihat melalui stakeholder penanggulangan banjir yang secara umum
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

(1) beneficiaries, masyarakat yang mendapat manfaat/dampak secara langsung maupun


tidak langsung;
(2)intermediaries, kelompok masyarakat atau perseorangan yang dapat memberi
pertimbangan atau fasilitasi dalam penanggulangan banjir, antara lain: konsultan, pakar,
LSM, dan profesional di bidang SDA.;
(3)decision/ policy makers, lembaga/institusi yang berwenang membuat keputusan dan
landasan hukum, seperti lembaga pemerintahan dan dewan sumberdaya air.
Implementasi Kebijakan Pemerintah terkait
Penanggulangan dan Antisipasi Bencana
Bencana sendiri terjadi dapat secara tiba-tiba dan tidak terencana. Namun dengan berkembangnya teknologi yang
semakin maju, terciptanya teknologi yang dapat mendeteksi bencana seperti gunung berapi. Pemerintah sendiri giat
akan melakukan sosialisasi dalam menangani bencana, adanya badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) dapat
membantu masyarakat yang masih tidak tahu apa yang harus dilakukan saat sesudah terjadi bencana atau
pencegahan bencana.
Implementasi pemerintah dalam penanggulangan bencana ini salah satunya adalah;
1.Memaksimalkan fungsi drainase.
Bencana banjir kerap kali terjadi saat hujan deras, dimana beberapa daerah akan terendam banjir karena
penampungan air yang tidak dapat menampung air hujan terlalu banyak. Sehingga meluap dan menenggelamkan
rumah warga. Dengan drainase atau saluran air yang memadai kemungkinan banjir terjadi akan semakin kecil,
kemudian warga dihimbau untuk tidak membuang sampah pada selokan agar tidak menghambat saluran.
2. Melakukan perbaikan lahan yang dirusak.
Karena banyaknya pembukaan lahan untuk pertanian dan juga penebangan liar sering terjadi, sebaiknya setelah
dilakukan penebangan dilakukan penanaman kembali untuk menjaga kondisi lingkungan agar tidak terjadi bencana
yang tidak diinginkan.
3. Time management yang baik.
Dengan melakukan time management yang baik, dapat menangani kondisi sesudah bencana atau sebelum. Misalnya
dapat menyiapkan dokumen penting agar tidak hilang saat bencana, dan juga tahu apa yang akan dilakukan saat
sesudah bencana.

Anda mungkin juga menyukai