Anda di halaman 1dari 39

MODUL 2

KEDOKTERAN KERJA
TUTOR : dr. Moh Labib, MPH

KELOMPOK 4
Andreza Ragil J. 2018730007
Muhammad Jodi C. 2018730069
Azhar Wicaksono 2018730019
Firna Diantha E. 2018730039
Liana Rahayu 2018730054
Hasri Indah Nur Alfiani 2018730046
Hana Fathiazzahra Jaelani 2018730042
Nur Syah Fitriyana R. 2018730082
Siti Mardiana 2018730104
Rafiedah Ishmah M. 2018730085
Annisa Salsabil Husna 2018730012
Kasus 1: Asma Kerja
Tn. N, 32 tahun, Kedudukan dalam keluarga: Suami, Islam, Pendidikan SLTP, Tukang mebel. Keluhan
Utama : Sering merasa sesak napas sejak 1 bulan yang lalu. RPS : Sejak 1 bulan yang lalu pasien
sering merasa sesak napas, batuk, perasaan berat di dada dan kadang disertai napas berbunyi
(walaupun sekarang pasien datang berobat tanpa keluhan) tetapi pasien tidak pernah berobat.
Keluhan ini dirasakan oleh pasien terutama pada saat mulai bekerja dan menghilang pada saat libur
(tidak bekerja). Sebelumnya pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan demikian. Pasien
tidak pernah batuk lama maupun batuk darah. Pasien mengaku tidak merokok. Pasien tidak pernah
merasakan nyeri dada yang seperti ditusuk pisau ataupun nyeri yang sampai menjalar ke punggung
belakang. Pasien mengaku memiliki riwayat alergi dimana kalau pagi hari pasien sering mengalami
bersin-bersin dan hidung berair atau gatal yang akan sembuh sendirinya pada siang hari. Pasien
bekerja sebagai tukang mebel dimana pekerjaannya setiap hari menggergaji kayu dan mengamplas
kayu yang akan dijadikan mebel. Pekerjaan ini baru ditekunin pasien sejak 1 tahun terakhir dan
setiap bekerja pasien tidak pernah memakai masker. Pasien sebelumnya bekerja sebagai tukang
ojek dan merasa pendapatannya kurang bahkan kadang tidak ada sama sekali dalam sehari maka
pasien beralih pekerjaan menjadi tukang mebel informal yang pemiliknya adalah teman pasien
sendiri.Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat alergi (+), riwayat TB (-), riwayat penyakit jantung (-),
riwayat asma (-). RPK : Riwayat alergi (+), riwayat asma (-). Riwayat Sosioekonomi dan Kebiasaan :
Pendapatan yang dihasilkan pasien melalui pekerjaan ini, dikatakannya cukup untuk menghidupi
dirinya sendiri dan keluarganya. Pasien tidak memiliki kebiasaan minum minuman beralkohol
maupun merokok. Pasien diketahui tidak memiliki kebiasaan olah raga.
Riwayat pekerjaan : Pasien bekerja sebagai tukang mebel sejak 1 tahun terakhir. Pekerjaan
pasien sebelumnya adalah sebagai tukang ojek. Material dan peralatan yang dipergunakan :
Gergaji, Pegamplas
Uraian tugas : Pasien bekerja 6 hari seminggu (hari minggu pasien tidak bekerja). Pasien
berangkat kerja setiap hari jam 08.00 pagi dan pulang kerja jam 17.00 sore dengan berjalan
kaki karena jarak tempat kerja dekat dari tempat tinggal pasien. Sesampai di tempat kerja
pasien langsung mengerjakan tugasnya untuk memotong kayu dengan menggergaji ( jenis :
Jenjeng / Albasia ). Pasien istirahat jam 12.00-13.00 siang. Potongan kayu tersebut akan
diamplas oleh pasien supaya permukaannya halus. Tempat pemotongan dan pengamplasan
kayu pasien dilakukan di depan pintu terbuka karena tempat kerja pasien berupa sebuah ruko
kecil berukuran kurang lebih 2,5m x 10m yang terletak di pinnggir jalan raya. Untuk bagian
ngebor dan memasang sekrup (merakitnya menjadi mebel) yang mengerjainnya adalah teman
pasien. Pasien tidak mempunyai tugas tambahan lain selain menggergaji dan mengamplas kayu
Pemeriksaan Fisik : KU : Baik, CM, TD : 120/70 mmHg, Nadi : 88 x / menit ; isi cukup, irama
teratur, Nafas : 20 x / menit (waktu berobat sedang tidak sesak), Suhu:36.5OC. BB : 57 kg, TB :
156 cm, IMT : 23,75. Thorax : (Auskultasi) : Paru : Vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-, (karena
saat berobat sedang tidak ada keluhan). Jantung : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-). Lain-lain
: Normal
Resume
Pasien Tn. N, 32 tahun, datang dalam keadaan tidak ada keluhan, tetapi
dari pengakuan pasien sering merasa sesak napas, batuk, perasaan
berat di dada dan kadang disertai napas berbunyi sejak 1 bulan yang
lalu. Keluhan ini dirasakan oleh pasien terutama pada saat mulai
bekerja dan menghilang pada saat libur (tidak bekerja). Sebelumnya
pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan demikian. Pasien
bekerja sebagai tukang mebel dimana pekerjaannya setiap hari
menggergaji kayu dan mengamplas kayu yang akan dijadikan mebel.
Pekerjaan ini baru ditekunin pasien sejak 1 tahun terakhir dan setiap
bekerja pasien tidak pernah memakai masker.
Kata Sulit Kata Kunci
Tidak ada • Tn. N (laki-laki) 32 tahun, KU: sesak nafas
sejak 1 bulan yll
• RPS: Sesak nafas (nafas berbunyi, batuk dan
berat di dada), faktor memperingan: saat
libur, faktor memperberat: saat bekerja
• Riwayat alergi: pagi hari bersin, hidung
berair
• Riwayat pekerjaan: sekarang jadi tukang
mabel dan tidak menggunakan masker,
sebelumnya sebagai tukang ojek, pekerjaan
dilakukan dipinggir jalan
• Pemfis: normal
• Uraian pekerjaan: bekerja 6 hari seminggu,
total waktu kerja 9jam/hari, istirahat 1 jam
Mind Map
Sasaran Pembelajaran
1. Mengetahui dasar hukum kedokteran kerja
2. Mengetahui perbedaan PAK dan PAHK
3. Mengetahui bahaya potensial yang dapat terjadi di tempat kerja sesuai dengan skenario
4. Mengetahui hubungan antara faktor pekerjaan dengan penyakit pada skenario
5. Mengetahui diagnosis klinis 1 pada skenario (definisi, etiologi, manifestasi klinis, faktor resiko,
prognosis, komplikasi, preventif)
6. Mengetahui diagnosis klinis 2 pada skenario (definisi, etiologi, manifestasi klinis, faktor resiko,
prognosis, komplikasi, preventif)
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang sesuai skenario
8. Mengetahui 7 langkah diagnosis okupasi pada skenario
9. Mengetahui kategori kesehatan pada skenario
10. Mengetahui permasalahan pasien dan perencanaan penatalaksanaan ditempat kerjanya
11. Mengetahui AIK yang sesuai dengan skenario
1. Mengetahui dasar hukum
kedokteran kerja
Dasar Hukum Kedokteran Kerja
UUD 1945 Pasal 27 ayat 2

UU No. 14 tahun 1969

Pasal 9 Pasal 10

UU No. 1 tahun 1970 tentang K3

Peraturan Mentri No. Peraturan mentri No. Peraturan Menteri No.


04/1987 tentang P2K3 05 / 1996 tentang SMK3 02/1992 tentang AK3
(system Manajemen K3) (Asosiasi Ahli K3 )
Dasar Hukum Kedokteran Kerja
1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 (tiga) dan
pasal 8 (delapan).
2. Peraturan Menteri Perburuhan no 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat
Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan di Tempat Kerja.
3. Permenaker No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
4. Permenaker No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
5. Permenaker No 3 Tahun 1983 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
6. Permenaker No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan
Kesehatan Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jamsostek.
2. Mengetahui perbedaan
PAK dan PAHK
Sumber:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/62052/keppres-no-22-tahun-1993

https://toolsfortransformation.net/wp-content/uploads/2017/05/Per-Men-Naker-No.1-thn-19
81-ttg-Kewajiban-Melapor-PAK.pdf

IPD Jilid III hal 3944


Penyakit Akibat Kerja(PAK) Penyakit Akibat Hubungan Kerja(PAHK)

• Diatur dalam PERATURAN MENTERI TENAGA • Diatur dalam KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK
KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1993 TENTANG
PER.01/MEN/1981 TENTANG KEWAJIBAN PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA
MELAPOR PENYAKIT AKIBAT KERJA HUBUNGAN KERJA
• Definisi PAK menurut PER.01/MEN/1981 • Definisi PAHK menurut Kepres RI No. 22 tahun 1993
Pasal 1(a) : Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit Pasal 1 : Penyakit yang timbul karena hubungan kerja
yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja.
Contoh : Coronary Heart Disease, TBC, Asma, dan
Terjadi akibat beberapa faktor : Hipertensi
1. Faktor fisik (bising, radiasi, dll)
2. Faktor kimia (zat padat, gas, dll)
3. Faktor biologi (virus, parasit, jamur)
4. Faktor Mental psikologis
3. Mengetahui bahaya potensial
yang dapat terjadi di tempat
kerja sesuai dengan skenario
Bahaya Potensial
Kegiatan Gergaji Kayu
Kimia -

Biologi -

Fisik Suhu panas, suara bising, dan debu

Psikososial Gerakan yang terus menerus memicu kebosanan

Resiko kecelakaan kerja Tangan terkena mata gergaji, debu kayu masuk ke dalam mata

Ergonomi Gerakan kerja yang terus menerus dan postur tubuh saat kerja yang tidak baik
(cenderung bungkuk)

Risiko gangguan Asma, dermatitis, Stress Kerja


kesehatan
4. Mengetahui hubungan antara
faktor pekerjaan dengan
penyakit pada skenario
Hubungan Pekerjaan dengan Penyakit pada Skenario

ANALISA MASALAH

Jenis pekerjaan Bahan yang Tempat kerja Lama kerja


digunakan

- Kayu jenis - Ruko Kecil (2,5 m X 10 - 1 tahun (6 hari/minggu)


- Dari pukul 08.00 –
Menggergaji dan jenjeng/albasia m) Di pinggir jalan raya 17.00
mengamplas kayu - Gergaji - Dilakukan di depan pintu
- Amplas terbuka - Istirahat Jam 12.00-
13.00

Analisis Hubungan Pekerjaan dengan Penyakit yang diderita


1. Pemeriksaan Ruang/Tempat Kerja
2. Pembuktian Hubungan Penyakit dengan Bekerja
Keluhan dirasakan oleh pasien terutama pada saat mulai bekerja dan menghilang pada saat
libur
3. Pembuktian tidak adanya hubungan penyakit dengan penyebab di luar pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai tukang ojek, namun tidak memiliki keluhan seperti ini
Hubungan Pekerjaan dengan Keluhan Pasien

Debu kayu
Pasien bekerja Pasien tidak Debu kayu di
menjadi faktor
sebagai tukang mengenakan lingkungan ia
pemicu
mebel selama masker saat bekerja
terjadinya
8 jam per hari bekerja terhirup
sesak

Histamin,
prostaglandin, Debu kayu
Bronkokontriks dan leukotrin memicu
i menyebabkan mediator
kontraksi otot radang
polos
5. Mengetahui diagnosis
klinis 1 pada skenario
Sumber:
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia
Darmawan, Armaidi. Penyakit Sistem Respirasi Akibat Kerja. JMJ, Volume 1, Nomor 1, Mei 2013, Hal : 78 – 79.
https://media.neliti.com/media/publications/71507-ID-penyakit-sistem-respirasi-akibat-kerja.pdf
Cristina E. Mapp, Piera Boschetto, Piero Maestrelli, and Leonardo M. Fabbri. Occupational Asthma. Am J Respir Crit Care Med Vol 172. pp 280–305, 2005.
https://www.atsjournals.org/doi/pdf/10.1164/rccm.200311-1575SO
ICD -10 J45.0 – Asthma – Predominantly Allergic Asthma.
Definisi suatu penyakit saluran pernafasan yang ditandai dengan serangan sesak nafas, bengek dan batuk, yang
disebabkan oleh berbagai bahan yang ditemui di tempat kerja yang timbul akibat kejang pada otot-otot yang
melapisi saluran udara, sehingga saluran udara menjadi sangat sempit.
Etiologi
Faktor Risiko Faktor Pejamu (Host) Faktor Lingkungan

Predisposisi genetic Alergen di dalam ruangan Exercise dan hiperventilasi


Atopi/alergik Alergen di luar ruangan Perubahan cuaca
Hiperesponsif jalan napas Bahan di lingkungan kerja Makanan, aditif , obat-obatan
Asap rokok Ekspresi emosi yang berlebihan
Polusi udara Iritan
Infeksi pernapasan
Status sosioekonomi
Obesiti
Manifestasi Gejala asma okupasional yaitu : Pemeriksaan Fisik dengan auskultasi akan
Klinis Sesak napas terdengar bunyi wheezing (bengek, mengi)
Suara mengi
Batuk dan bersin
Pilek encer
Air mata mengucur
Timbul setelah terpapar allergen
Berkurang/menghilang setelah meninggalkan tempat kerja
Komplikasi & • Remodelling saluran napas ad Vitam : ad bonam
Prognosis • Efek samping penggunaan obat steroid jangka panjang ad Sanationam : ad bonam
• kematian ad Fungsionam : ad bonam
Preventif Pencegahan Primer – pertimbangkan faktor pejamu (host) dan lingkungan
Pencegahan Sekunder – identifikasi perubahan praklinis
Pencegahan Tersier – mendiagnosis pekerja pada fase awal penyakit dan melakukan manajemen penyakit yang tepat
6. Mengetahui diagnosis
klinis 2 pada skenario
Sumber:
Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al (ed). 2007. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke6.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Rhinitis Alergi

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi
yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator
kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (Von Pirquet, 1986).
 
menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its lmpact on Asthma) tahun 2001 adalah kelainan
pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah rnukosa hidung
terpapar alergen yang diperantarai oleh lg E.
Rhinitis Alergi

Epidemiologi Etiologi Klasifikasi

• Prevalensi RA di Indonesia • Pajanan allergen The Allergic Rhinitis and Its


rendah < 5% (ISAAC) (inhalan, ingestan, Impact on Asthma (ARIA)
• Prevalensi tertinggi yaitu di injektan, kontaktan) mengklasifikasikan rinitis alergi
Nigeria, Paraguay, dan berdasarkan lama gejala dan
• Faktor genetic dan
beratnya gejala
Hongkong herediter
• Riwayat atopi keluarga • Anamnesis : serangan bersin berulang, rinore,
• Stres hidung dan mata gatal, lakrimasi.
• Paparan debu • Pemeriksaan fisik : rinoskopi anterior tampak
• Paparan infeksi terhadap mukosa edema, basah, pucat atau livid di sertai
anak usia dini adanya sekret encer yang banyak. Bila gejala
• Hewan persisten, mukosa inferior tampak hipertrofi.
• Perokok pasif Terdapat allergic shiner, allergic salute, allergic
crease, facies adenoid, cobblestone appearance,
geographic tongue
Faktor resiko Diagnosis
Klasifikasi rinitis alergi menurut ARIA
Rhinitis Alergi

Komplikasi Prognosis Preventif

• Polip hidung • Bertambah berat dengan Hindari factor pemicu misalnya


• Otitis media efusi yang bertambahnya usia
menghindari debu, hewan
sering residif • Dengan mengetahui factor
penyebab penghindaran allergen
peliharaan, atau lingkungan yang
• Sinusitis paranasal banyak polusi
dapat mengurangi kekerapan
timbulnya gejala  
• penyakit kronik yang gejalanya
akan hilang timbul
7. Mengetahui pemeriksaan
penunjang yang sesuai
skenario
Sumber:
buku ajar ILMU PENYAKIT DALAM jilid I edisi VI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM NON-LAB

- Pemeriksaan hematologi (kadar • Pemeriksaan penunjang


eosinophil) spirometri (FEV 1) sebelum dan
- Ro Thorax sesudah shift.
• Dikatakan positif jika terjadi
- Pemeriksaan status alergi
penurunan FEV 1 lebih dari 5 %
- CT Scan (bila diperlukan) antara sebelum dan sesudah kerja
• Pada orang normal variabel
tersebut kurang dari 3 %
8. Mengetahui 7 langkah
diagnosis okupasi pada
skenario
7(tujuh) prinsip penegakan Diagnosa PAK
Langkah – 1 : Tetapkan diagnosa klinis

Langkah – 2 : Identifikasi paparan potensi risiko bahaya


Cari hubungan antara langkah-2 dengan gangguan
Langkah – 3 : kesehatan yg timbul

Langkah – 4 : Evaluasi dosis pajanan

Langkah – 5 : Cari peranan faktor individu/kerja dalam timbulnya PAK.

Langkah – 6 : Cari peranan faktor diluar kerja (non-Occupational factors).

Langkah – 7 : Tetapkan diagnosis PAK


7(tujuh) langkah menegakkan Dx PAK

1. Diagnosa Klinis – Asma Kerja


2. Identifikasi – Serbuk kayu
Potensi risiko – Debu jalanan saat menjadi tukang ojek
3. Hub. Pajanan dgn – Keluhan muncul saat mulai bekerja (paparan
penyakit yg debu kayu) dan menghilang pada saat libur
diderita (tidak kerja)
7(tujuh) langkah menegakkan Dx PAK

3. Hub. Pajanan dgn – Keluhan muncul saat mulai bekerja dan tidak
penyakit yg ada keluhan saat libur
diderita
4. Evaluasi dosis – Terpajan serbuk kayu 8 jam/hari
pajanan
5. Cari faktor – Terdapat riwayat alergi dan tidak
individu menggunakan masker
6. Cari faktor diluar – Tidak ada
kerja

7. Tetapkan Dx PAK Asthma kerja e.c debu/serbuk kayu


9. Mengetahui kategori
kesehatan pada skenario
Kategori Fitness-to-Work :
1. Fit to work.
 Fit untuk semua jenis pekerjaan.
2. Fit with restriction.
 Fit dengan keterbatasan pada kondisi
tertentu.
3. Temporarily unfit to work.
 Unfit untuk sementara. Biasanya
diikuti dengan evaluasi ulang.
4. Unfit for spesific occupation.
 Unfit untuk jabatan tertentu.
5. Unfit to work.
 Tidak mampu bekerja.

Kesimpulan:
Kategori kesehatan pada skenario yaitu kesehatan cukup baik dengan kelainan yang
dapat dipulihkan
10. Mengetahui kategori
kesehatan pada skenario
No. Jenis Permasalahan Rencana Tatalaksana Target Waktu
dan Evaluasi

Diketahui asma timbul karena alergen. Maka tata laksana yang tepat adalah
menghindari alergen pemicu asma. Tatalaksana pada saat akut :
1. Tentukan derajat asma
Sesak napas, batuk, perasaan
berat di dada, kadang napas 2. Inhalasi agonis beta-2 short acting 3x tiap 20 menit
3. Saturasi oksigen > 90% Setiap asma
berbunyi terutama pada saat 4. Kortikosteroid oral (metilprednisolon / prednisone 40 – 60mg) akut
mulai bekerja.
5. Kortikosteroid inhalasi (budesonide 1mg tiap 20 menit 3x)
6. Kortikosteroid IV (metilprednisolon 40 – 125mg setiap 6 – 8 jam atau
1. hidrokortison 2mg/kgBB tiap 4 jam)
Personnel
 
 
 

Riwayat alergi di pagi hari


sering bersin-bersin, hidung Menghindari pencetus alergi. Medikamentosa dengan antihistamin jika Setiap alergi
berair dan gatal. Sembuh diperlukan dan mengganggu aktivitas. akut
sendiri pada siang hari.

Evaluasi 1 bulan
Tidak pernah olahraga Rutin olahraga minimal seminggu 3 kali selama 30-45 menit setiap olahraga.
berikutnya
Paparan debu kayu dapat menjadi alergen pemicu asma. Pasien diwajibkan
Bekerja 6 hari selama 8 jam untuk memakai masker selama menggergaji dan menghamplas kayu dan juga
tiap minggu. menggergaji dan memakai googles agar mata terlindungi dari debu kayu. Sarung tangan juga Evaluasi 1
2.
mengamplas kayu tanpa dapat dipakai saat mengamplas kayu untuk mencegah terjadinya perlukaan bulan
Equipment
menggunakan masker selama 1 dan menjadi port de entrée dari kuman. Memercikan air pada debu hasil berikutnya
tahun. pemotongan kayu setelah dipotong lalu disapu bersih

Material yang digunakan dapat menimbulkan alergen yaitu debu dari hasil
3. Gergaji, pengamplas, kayu jenis Evaluasi 1 bulan
proses menggergaji dan mengamplas. Debu tersebut dapat dihindari dengan
Materials jenjeng atau albasia. berikutnya
penggunaan masker dan googles serta perbaikan lingkungan.

Ditanyakan lebih lanjut mengenai lingkungan tempat kerjanya seperti sirkulasi


udara sudah baik apa belum. Ventilasi ada atau tidak, jendela ada atau tidak. Di
depan pintu terbuka tetapi di pinggir jalan raya kita harus tau arah anginnya
Tempat kerja kecil, bekerja di
4. apakah masuk ke dalam ruangan atau tidak. Karena debu, asap, dan gas Evaluasi 1 bulan
depan pintu terbuka dan
Environment buangan kendaraan bermotor di jalan raya juga dapat memicu timbulnya asma. berikutnya
terletak di pinggir jalan raya
harus ada pengaturan sirkulasi udara yang baik agar debu itu terbuang keluar
ruangan bukan gas buangan kendaraan bermotor yang ikut masuk kedalam
ruangan.
11. Mengetahui AIK yang
sesuai dengan skenario
Hukum ibadah pada pasien asma
• Hukum shalat:
Seseorang yang sakit tetap diwajibkan untuk mendirikan sholat. Caranya dengan melakukan gerakan dan posisi-
posisi sholat semampu yang bisa dilakukan, meskipun tidak sampai sempurna. Hal ini ditegaskan dalam Alquran dan
hadits.
۟ ُ‫فَٱتَّق‬ “
‫وا ٱهَّلل َ َما ٱ ْستَطَ ْعتُ ْم‬
“Dan bertaqwalah kepada Allah semampu yang kamu bisa." (QS  At-Taghabun: 16)
‫و َما َأ َمرْ تُ ُك ْم بِ ِه فَْأتُوا ِم ْنهُ َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم‬ “
َ
“Dan apa yang aku perintahkan kepada kalian, maka kerjakannya semampu yang bisa kamu lakukan." (HR.
Bukhari)
• Hukum puasa pada pasien asma yang menggunakan inhaler :

Anda mungkin juga menyukai