Anda di halaman 1dari 198

Drs. H.M.

SULAIMAN, SE, SH, MM


DAFTAR RIWAYAT HIDUP SINGKAT
I. NAMA : Drs H.M. SULAIMAN,SE.,SH.,M.BA.,M.Pd.,MM
PANGKAT : BRIGADIR JENDRAL POLISI
JABATAN : BIDANG PERTAHANAN KEAMANAN
INTERNASIONAL
ALAMAT : JL. JEND. A.YANI NO.007 RT.19 RW.16 KEL.9-10
ULU PALEMBANG 30251
PONSEL / HP : 08127115461, 082183466552
II. PENDIDIKAN.
1. SD NEG. 35. SMP NEG.5. SMA NEG.2.
2. AKPER DEPKES PALEMBANG.
3. FAKULTAS EKONOMI UNSRI.
4. FAKLTAS HUKUM SAHYAKIRTI.
5. STISIPOL PALEMBANG.
6. MANAJEMENT BISNIS OF ADMINISTRATION DEP. HANKAM
7. MANAJEMENT OF SCIENT
8. MANAJEMENT MAGISTER.
9. MAGISTER MANAJEMENT KESEHATAN.
PENDIDIKAN BELA NEGARA

a .Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai


sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian
dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan
kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan
menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai
dengan zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda
tersebut ditanggapi oleh bangsa Indonesia berdasarkan
kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa yang senantiasa
tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai-nilai ini dilandasi
oleh jiwa, tekad, dan semangat kebangsaan. Kesemuanya itu
tumbuh menjadi kekuatan yang mampu nendorong proses
terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam
Semangat perjuangan bangsa merupakan kekuatan mental spiritual vang dapat
melahirkan sikap dan perilaku heroik dan patriotik serta menumbuhkan kekuatan,
kesanggupan, dan kemauan yang luar biasa. Semangat perjuangan bangsa inilah
yang harus dimiliki oleh setiap warga negara Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di samping itu, nilai-nilai perjuangan bangsa masih relevan dalam memecahkan
setiap permasalahan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta sudah
terbukti keandalannya.
d.Nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia dalam Perjuangan Fisik merebut,
mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan telah mengalami pasang surut sesuai
dengan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Semangat
perjuangan bangsa telah mengalami penurunan pada titik yang kritis. Hal ini
disebabkan antara lain oleh pengaruh globalisasi.
e.Globalisasi ditandai oleh kuatnya pengaruh lembaga-lembaga
kemasyarakatan internasional, negara-negara maju yang ikut mengatur percaturan
perpolitikan, perekonomian, sosial budaya serta pertahanan,
dan keamanan global. Kondisi ini akan menumbuhkan berbagai kon­
flik kepentingan, baik antara negara maju dan negara berkembang,
antara negara berkembang dan lembaga internasional, maupun an
tara negara berkembang. Di samping itu, isu global yang meliputi demokratisasi, hak
asasi manusia, dan lingkungan hidup turut pula mempengaruhi keadaan nasional.
Globalisasi yang juga ditandai oleh pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di
bidang informasi, komunikasi, dan transportasi, membuat
dunia menjadi transparan seolah-­olah menjadi sebuah
kampung tanpa mengenal batas negara. Kondisi ini
menciptakan struktur baru, yaitu struktur global. Kondisi ini
akan mempengaruhi struktur dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara di Indonesia, serta akan
mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan masyarakat
Indonesia. Pada akhirnya, kondisi tersebut akan
mempengaruhi kondisi mental spiritual bangsa Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan.
Semangat perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan mental
spriitual telah melahirkan kekuatan yang luar biasa dalam masa
Perjuangan Fisik. Sedangkan dalam menghadapi globalisasi dan
menatap masa depan untuk mengisi kemerdekaan, kita memerlukan
Perjuangan non Fisik sesuai dengan bidang profesi masing-masing.
Perjuangan ini pun dilandasi oleh nilai-nilai perjuangan bangsa
Indonesia, sehingga kita tetap memiliki wawasan dan kesadaran
bernegara, sikap dan perilaku yang cinta tanah air, dan mengutamakan
persatuan serta kesatuan bangsa dalam rangka bela negara demi tetap
utuh dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perjuangan Non Fisik sesuai bidang profesi masing-masing tersebut
memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi setiap warga negara
Indonesia pada umumnya dan mahasiswa sebagai calon cendekiawan
pada khususnya, yaitu melalui
KERANGKA
PEMAPARAN 1. Latar belakang
2. Peran mahasiswa
3. Pentingnya Pendidikan
Anti-Korupsi
4. Program Pendidikan
Anti-Korupsi
“The price of
corruption is poverty”
LATAR BELAKANG
 Upaya DIKTI Dalam
Pembentukan Karakter Bangsa
 Deklarasi mengawal perwujudan
empat Pilar Kebangsaan
 Deklarasi Anti Menyontek dan
Anti Plagiat
 Pendidikan Karakter Bangsa
 Pendidikan Anti-Korupsi
 Deklarasi
Untuk
Mengawal
Perwujudan
Empat Pilar
Kebangsaan
 1.UUD 1945
 2.PANCASILA
 3.BHINNEKA
TUNGGAL IKA
 4.NKRI
 Korupsi di Indonesia
 Korupsi adalah kejahatan luar biasa (extra
ordinary crime) dengan dampak buruk
yang luar biasa pula
 Korupsi di Indonesia sudah sangat
mengkhawatirkan dan berdampak buruk
pada hampir seluruh sendi kehidupan
Dampak
Korupsi

Perbedaan yang ada di


depan mata & tanpa jarak
NO HUMAN SCORE NO HUMAN SCORE
DEVELOPMENT DEVELOPMENT
INDEX – UN 2009 INDEX – UN 2009

1 NORWAY 0.971 1 NEW ZEALAND 9.6

66 MALAYSIA 0.829 2 DENMARK 9.3

92 CHINA 0.772 3 SINGAPORE 9.2

109 TURKMENISTAN 0.739 56 MALAYSIA 4.5

110 PALESTINIAN 0.737 79 CHINA 3.6


AUTORITY
111 INDONESIA 0.734 111 INDONESIA 2.8

112 HONDURAS 0.732 111 DJIBOUTI 2.8

182 NIGER 0.340 180 SOMALIA 1.1


 Pemberantasan Korupsi
 Pemberantasan korupsi terdiri dari
Penindakan dan Pencegahan
 Upaya Pemberantasan Korupsi belum
menunjukkan hasil yang optimal dan
oleh karena itu perlu ditingkatkan
PENINDAKAN Pemberantasan korupsi
adalah serangkaian
tindakan untuk mencegah
dan memberantas TPK
melalui upaya koordinasi,
PS. 1 BUTIR supervisi, monitor,
PENINDAKAN
3 UU 30 / penyelidikan – penyidikan –
2002 penuntutan dan
pemeriksaan di sidang
PERAN SERTA pengadilan dengan peran
MASYARAKAT serta masyarakat
PENCEGAHAN
PP 77 TH
2000
PP 71 Th. 2000 :
Clean
Governance &
Aparat
Good Governance Pemerintah Peran serta
masyarakat adalah
peran aktif
perorangan, Ormas,
atau LSM dalam
Sektor Masyarakat pencegahan dan
pemberantasan
Swasta Mahasiswa tindak pidana
korupsi
Good Corporate
Peran Serta Tidak
Governance Anti
Permisif
bribe

Komitmen Semua Pihak termasuk Perguruan


Tinggi
1. PERAN MAHASISWA
• Pemberantasan korupsi (terutama
Pencegahan) perlu melibatkan peran
mahasiswa.
• Mahasiswa mempunyai potensi besar
untuk menjadi agen perubahan dan
motor penggerak gerakan anti korupsi
 Peran Mahasiswa Dalam
Pemberantasan Korupsi

1. Menjaga diri dan komunitas mahasiswa


bersih dari korupsi dan perilaku koruptif.

2. Membangun dan memelihara gerakan anti


korupsi.
 Peran Mahasiswa Dalam
Pemberantasan Korupsi

Opini
• Pendidikan Anti
• Presure Group
Korupsi • Gagasan Ide
• Kampanye Anti Korupsi
• Pendidikan Karakter • Metode Pencegahan
• Kampanye Ujian Bersih dan Pemberantasan
Korupsi
• Mengangkat Isu
Pencegahan Korupsi Lokal-Nasional Gerakan Moral
ke Media
Pendidikan Anti Korupsi
 PENCEGAHAN
• Mewajibkan Pemimpin
Mahasiswa untuk Mengikuti
Pendidikan Anti Korupsi
• Mendorong adanya Pendidikan
Anti Korupsi di Kampus
• Mengadakan Seminar Anti-
Korupsi
• Adanya Materi Pendidikan Anti-
Korupsi di Kaderisasi Mahasiswa

Kampanye Ujian Bersih


• Pembuatan Media Prograganda
(Baliho, Spanduk, dan Poster)
• Pembuatan Media On-Line
untuk mengkampanyekan Ujian
Bersih
• Menanamkan Nilai Kejujuran /
Ujian Bersih di Kaderisasi
Mahsiswa
Contoh Pencegahan
 OPINI Gagasan / Ide
• Memperbanyak opini mengenai kasus
korupsi ke media
• Membuat Bunga Rampai (buku)
mengenai Anti-Korupsi
• Membuat audiovisiual interaktif
terkait anti-korupsi

Metode Pencegahan Korupsi


• Gagasan untuk pencegahan korupsi
sejak dini (PAUD, SD, SMP, SMA)
• Membuat Korps Anti Korupsi di
Tingkat Universitas
• Adanya Tata Etika dan Norma diantara
Mahasiswa

Mengangkat Isu Korupsi Lokal-Nasional


• Mahasiswa diharapkan dapat lebih
peka dan siaga menanggapi isu
Korupsi lokal yang terjadi
 OPINI
• Advokasi dan Pengawalan
Penyusunan Anggaran serta
pelaksanaan pembangunan di
daerah / nasional
• Gerakan moral untuk
mendorong pemerintah
menindaklanjuti kasus korupsi
yang terjadi
• Sebagai kelompok
penyeimbang bagi gerakan
yang mendukung koruptor
• Mendorong Penguatan
institusi KPK sebagai lembaga
pemberantasan korupsi yang
kredibel, kokoh, dan
transparan
 Pentingnya Pendidikan Anti-Korupsi

Peran serta mahasiswa dalam upaya


pemberantasan korupsi akan maksimal
jika mahasiswa
Kata Kunci
• Memahami pengetahuan tentang
korupsi dan upaya pemberantasannya
• Menerapkan nilai-nilai anti korupsi
dalam dirinya

Dapat dicapai melalui pendidikan


 Peran Warga Masyarakat Membangun
Komunitas Anti-Korupsi
MENGENALI DAN MEMAHAMI
Lingkungan Keluarga
KORUPSI

Warga Masyarakat harus


memahami ttg apa yang
MENCEGAH DIRI SENDIRI
dimaksud dengan
KORUPSI

Lingkungan Masyarakat MENCEGAH ORANG LAIN

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
Program Pendidikan Anti-Korupsi

PAK di Beberapa Perguruan Tinggi


• Materi anti-korupsi telah diajarkan di
beberapa PT (contoh : MK Sosiologi Korupsi)
• MoU KPK dengan beberapa PT sejak tahun
2006 (UNIKA Soegijapranata, UNNES, dll)
• Universitas Paramadina, mata kuliah wajib
sejak 2008
• ITB, mata kuliah pilihan, sejak 2009
• Beberapa PT menyisipkan materi PAK ke
dalam mata kuliah tertentu
• Beberapa PT telah melakukan PAK dalam
bentuk sosialisasi / kampanye / seminar.
Suasana Kuliah di PTN & PTS
Suasana Kuliah
di sebuah Perguruan Tinggi
Well-known
figure is
important, not
only because
of the
knowledge
they could
share, but they
also attract
media to come
and cover the
program
Program Pendidikan Anti-Korupsi

VISI Terwujudnya Sarjana Indonesia


Berkarakter Bersih Korupsi

MISI • Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman


mahasiswa terhadap bahaya korupsi
• Meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap
bahaya korupsi
• Meningkatkan peran mahasiswa dalam
gerakan anti korupsi
• Melakukan
Tujuan Mata Kuliah Pendidikan Anti-Korupsi

• Membangun budaya anti korupsi di kalangan


mahasiswa dengan:
• Memberikan pengetahuan tentang
korupsi dan pemberantasannya
• Menanamkan nilai-nilai anti korupsi
• Menyiapkan mahasiswa sebagai agent of
change bagi kehidupan bermasyarakat dan
bernegara yang bersih dan bebas dari
korupsi
Standar Kompetensi

1. Mahasiswa mampu mencegah diri sendiri


agar tidak melakukan korupsi
2. Mahasiswa mampu mencegah orang lain
untuk tidak melakukan korupsi
Materi Dasar Pendidikan Anti-
Korupsi
1. Pengertian Korupsi
2. Faktor Penyebab Korupsi
3. Dampak Masif Korupsi
4. Nilai dan Prinsip Anti Korupsi
5. Upaya Pemberantasan Korupsi
6. Gerakan, Kerjasama dan Instrumen
Internasional Pencegahan Korupsi
7. Tindak Pidana Korupsi Dalam Peraturan
Perundang-undangan Indonesia
8. Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi
METODE
PEMBELAJARAN
Pendekatan Pendekatan Pendekatan
HUKUM BISNIS PASAR
• Penegakan • Penegakan • Penegakan
hukum, aturan hukum, aturan hukum, aturan
hukum, aparat hukum, aparat hukum, aparat
hukum hukum hukum
• Berdampak cepat, • Berdampak cepat, • Berdampak cepat,
biaya tinggi biaya tinggi biaya tinggi
• Tapi masalah • Tapi masalah • Tapi masalah
justru muncul justru muncul justru muncul
dari aparat dari aparat dari aparat
hukum hukum
TAPI MENGAPA KASUS-KASUS hukum
KORUPSI TERUS
TERUNGKAP, KORUPTOR-KORUPTOR BARU TERUS
LAHIR ??
KARENA UPAYA DENGAN KETIGA
PENDEKATAN SEBELUMNYA BELUM
MAKSIMAL MAKA PERLU DIDAMPINGI
DENGAN UPAYA PENDEKATAN BUDAYA
PENDEKATAN BUDAYA
• Membangun dan memperkuat sikap anti-
korupsi individu melalui pendidikan
• Cenderung membutuhkan waktu yang lama
untuk melihat keberhasilannya
• Biaya tidak besar (low costly), namun
• Hasilnya akan berdampak jangka panjang (long
lasting)
PENDIDIKAN : PENDEKATAN BUDAYA dalam MENCEGAH
KORUPSI
Mencegah diri sendiri
untuk tidak korupsi

Mencegah diri sendiri


untuk tidak korupsi

Mencegah diri sendiri


untuk tidak korupsi
PENGERTIAN
KORUPSI

“To end corruption is


my dream; togetherness
in fighting it makes the
dream come true”
DEFINISI
KORUPSI
Apakah korupsi itu ?
DEFINISI KORUPSI
“KORUPSI” dari bahasa Latin
“corruptio” atau “corruptus”
“corruptio” dari kata
“corrumpere”,
 “corruption”, corrupt”
(Inggris), “corruption” (Perancis)
dan “corruptie/korruptie”
(Belanda)

Kebusukan, keburukan, kebejatan,


ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian
DEFINISI KORUPSI
Di Malaysia dipakai kata “resuah”
dari bahasa Arab “risywah”,
Menurut Kamus umum Arab-
Indonesia artinya korupsi.

Risywah (suap) secara terminologis berarti pemberian yang


diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya untuk
memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak
dibenarkan atau untuk memperoleh kedudukan semua
ulama sepakat mengharamkan risywah yang terkait dengan
pemutusan hukum, perbuatan ini termasuk dosa.
PENGERTIAN
Korup artinya busuk, suka menerima
1 uang suap/sogok, memakai
kekuasaan untuk kepentingan
sendiri dan sebagainya;
Korupsi artinya perbuatan busuk

2 seperti penggelapan uang,


penerimaan uang sogok,
dan sebagainya;

Koruptor artinya orang yang


3 melakukan korupsi
PENDAPAT PAKAR

Corruptie adalah korupsi,


perbuatan curang, perbuatan
curang, tindak pidana yang
merugikan keuangan negara.

Subekti dan
Tjitrosoedibio
PENDAPAT PAKAR
Menguraikan istilah korupsi dalam berbagai
bidang, yakni yang menyangkut masalah
penyuapan, yang berhubungan dengan
manipulasi di bidang ekonomi, dan yang
menyangkut bidang kepentingan umum. Hal
ini diambil dari defini “financial
manipulations and deliction injurious to the
economiy are often labeled corrupt”

Baharuddin Lopa mengutip


pendapat David M. Chalmers
Perbuatan korupsi menyangkut :
• Sesuatu yang bersifat amoral,
• Sifat dan keadaan yang busuk,
• Menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah,
• Penyelewengan kekuasaan dalam jabatan
karena pemberian,
• Menyangkut faktor ekonomi dan politik
dan penempatan keluarga atau golongan
ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan
jabatan.
BENTUK KORUPSI
Kerugian Keuangan Negara

Suap Menyuap

Penggelapan Dalam Jabatan

Pemerasan

Perbuatan Curang

Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan

Gratifikasi
Korupsi di Indonesia sudah “MEMBUDAYA”
sejak dulu , sebelum dan sesudah
kemerdekaan, di era Orde Lama, Orde Baru,
berlanjut hingga era Reformasi.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk
memberantas korupsi, namun hasilnya masih
jauh DARI HARAPAN.

Diskusikan di dalam kelas,


mengapa hal ini masih dan
terus terjadi ?
FAKTOR PENYEBAB
KORUPSI

“Fight Corruption:
be the one who helps
build a better
society”.
BENTUK KORUPSI
FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL

Faktor internal
Faktor penyebab
merupakan penyebab
terjadinya korupsi karena
korupsi yang datang dari
sebab-sebab dari luar
diri pribadi
EBERAPA PENDAPAT FAKTO
PENYEBAB KORUPSI
Korupsi akan terus berlangsung
Ketika perilaku selama masih terdapat kesalahan
materialistik dan tentang cara memandang kekayaan
komsumtif masyarakat
serta sistem politik
yang masih Semakin banyak orang salah dalam
“mendewakan” materi memandang kekayaan, semakin besar pula
maka dapat kemungkinan orang melakukan kesalahan
dalam mengakses kekayaan.
“memaksa” terjadinya
Bagaimana menurut anda perilaku orang-
permainan uang dan orang yang memandang kekayaan dan
korupsi (Ansari uang sebagai suatu hal yang punya arti
Yamamah : 2009) segala-galanya ? Bagaimana bentuk
penyadaran yang tepat.
PENDAPAT YANG MENGARAH PADA
FAKTOR INTERNAL

1. Sifat tamak manusia,


2. Moral yang kurang kuat menghadapi
godaan,
3. Gaya hidup konsumtif,
4. Tidak mau (malas) bekerja keras.

Isa Wahyudi
PENDAPAT YANG MENGARAH PADA
FAKTOR INTERNAL

1. Aspek perilaku individu


2. Aspek organisasi, dan
3. Aspek masyarakat tempat individu
dan organisasi berada

M. Arifin
PENDAPAT YANG MENGARAH PADA
FAKTOR EKSTERNAL
1. Kurang keteladanan dan kepemimpinan elite bangsa,
2. Rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil,
3. Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan
peraturan perundangan,
4. Rendahnya integritas dan profesionalisme,
5. Mekanisme pengawasan internal di semua lembaga perbankan,
keuangan, dan birokrasi belum mapan,
6. Kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan
masyarakat, dan
7. Lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan etika

Erry Riyana
Hardjapamekas
PENDAPAT YANG MENGARAH PADA
FAKTOR EKSTERNAL

1. Faktor politik,
2. Faktor hukum,
3. Faktor ekonomi dan birokrasi
4. Faktor transnasional.
1. FAKTOR
POLITIK
Perilaku korup seperti penyuapan, politik
uang merupakan fenomena yang sering
terjadi. Terkait dengan hal itu Terrence
Gomes (2000) memberikan gambaran
bahwa politik uang (money politic)
sebagai use of money and material
benefits in the pursuit of political
influence.
2. FAKTOR

HUKUM
Faktor hukum ini bisa lihat dari dua sisi, di satu sisi dari
aspek perundang-undangan dan sisi lain adalah lemahnya
penegakan hukum.
• Tidak baiknya substansi hukum, mudah ditemukan dalam
aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak adil; rumusan
yang tidak jelas-tegas (non lex certa) sehingga multi tafsir;
kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain (baik
yang sederajat maupun yang lebih tinggi)

Praktik penegakan hukum juga masih dililit berbagai


permasalahan yang menjauhkan hukum dari tujuannya. Secara
kasat mata, publik dapat melihat banyak kasus yang
menunjukkan adanya diskriminasi dalam proses penegakan
hukum termasuk putusan-putusan pengadilan.
3. FAKTOR
EKONOMI
Faktor ekonomi juga merupakan
penyebab terjadinya korupsi. Hal itu
dapat dijelaskan dari pendapatan atau
gaji yang tidak mencukup kebutuhan.
4. FAKTOR ORGANISASI
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas,
termasuk sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat.
Organisasi yang menjadi korban korupsi atau di mana korupsi
terjadi biasanya memberi terjadi biasanya memberi andil
terjadinya korupsi karena membuka peluang atau kesempatan
untuk terjadinya korupsi

Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh Kompas 29/7/2004 di


kota Surabaya, Medan, Jakarta dan Makasar mengenai korupsi yang terjadi
di tubuh organisasi kepemerintahan (eksekutif) maupun legislatif
disebutkan bahwa tidak kurang dari 40% responden menilai bahwa
tindakan korupsi di lingkungan birokrasi kepermintahan dan wakil rakyat
di daerahnya semakin menjadi-jadi. Hanya 20% responden saja yang
berpendapat bahwa perilaku korupsi di Pemerintah Daerah dan DPRD
masing-masing sudah berkurang.
5. FAKTOR ORGANISASI
Bagaimana organisasi pemerintah di lingkungan
saudara, apakah organisasi pemerintahnya cukup
transparan, akuntabel, dan mempunyai
pengawasan yang cukup baik ?
Saudara inventarisasi kegiatan apa saja yang yang
cukup baik dan kegiatan apa saja yang
mengandung perilaku korup yang mewarnai
organisasi tersebut !
Bagaimana menurut Anda instansi kita ini ?

Diskusikan !!
PENYEBAB KORUPSI
DALAM PERSPEKTIF
TEORETIS
Cultural determinisme sering diapakai sebagai acuan
ketika mempelajari penyebab terjadinya korupsi.
Fiona Robertson-Snape (1999) bahwa penjelasan kultural
praktik korupsi di Indonesia dihubungkan dengan bukti-
bukti kebiasaan-kebiasaan kuno orang jawa.
Padahal bila dianut prilaku korup pada dasarnya
merupakan sebuah fenomena sosiologis yang memiliki
implikasi ekonomi dan politik yang terkait dengan
jabaran beberapa teori.
TEORI PRILAKU KORUP

TEORI MEANS-ENDS SCHEME : Robert


Merton
Menyatakan bahwa korupsi merupakan suatu
perilaku manusia yang diakibatkan oleh
tekanan sosial, sehinggga menyebabkan
pelanggaran norma-norma.
TEORI PRILAKU KORUP

TEORI SOLIDARITAS SOSIAL

Teori lain yang menjabarkan terjadinya korupsi


adalah teori Solidaritas Sosial yang dikembangkan
oleh Emile Durkheim *1858-1917)
Teori ini memandang bahwa watak manusia
sebenarnya bersifat pasift dan dikendalikan oleh
masyarakatnya.
TEORI INTERNAL, MERUPAKAN
FAKTOR PENDORONG KORUPSI
DARI DALAM DIRI, YANG DAPAT
DIRINCI MENJADI :

Aspek Perilaku Individu

• Sifat tamak/rakus manusia


• Moral yang kurang kuat
• Gaya hidup yang konsumtif
FAKTOR INTERNAL, MERUPAKAN
FAKTOR PENDORONG KORUPSI DARI
DALAM DIRI, YANG DAPAT DIRINCI
MENJADI :
ASPEK SOSIAL

Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan perilaku


keluarga. Kaum behavioris mengatakan bawha lingkungan
kerlurglah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang
untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang
sudah menjadi traits pribadinya.
Lingkungan dalam ha ini malah memberikan dorongan dan
bukan memberikan hukuman pada orang ketika ia
menyalahgunakan kekuasaan-Nya.
FAKTOR EKSTERNAL, PEMICU
PERILAKU KORUP YANG DISEBABKAN
OLEH FAKTOR
DI LUAR DIRI PELAKU
• Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi

• Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi.


• Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi
adalah masyarakat sendiri
• Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi.
• Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa
dicegah dan diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam
agenda pencegahan dan pemberantasan
FAKTOR EKSTERNAL, PEMICU
PERILAKU KORUP YANG DISEBABKAN
OLEH FAKTOR
DI LUAR DIRI PELAKU
• Aspek EKONOMI
Pendapat tidak mencukupi
Memanfaatkan peluang

• Aspek POLITIS
Instabilitas politik
Kepentingan politis, meraih dan mempertahankan
kekuasaan
FAKTOR EKSTERNAL, PEMICU
PERILAKU KORUP YANG DISEBABKAN
OLEH FAKTOR
DI LUAR DIRI PELAKU
• Aspek ORGANISASI
Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
Tidak adanya kultur organisasi yang benar
Kurang memadainya sistem akuntabilitas yang benar
Kelemahan sistim pengendalian manajemen
Lemahnya pengawasan
DAMPAK MASIF
KORUPSI

“unless we destroy
corruption,
corruption will
destroy us”
Korupsi tidak hanya berdampak
terhadap satu aspek kehidupan
saja.
Korupsi menimbulkan efek
domino yang meluas terhadap
eksistensi bangsa dan negara.
Meluasnya praktik korupsi di suatu negara
akan memperburuk kondisi ekonomi bangsa,
misalnya harga barang menjadi mahal dengan
kualitas yang buruk, akses rakyat terhadap
pendidikan dan kesehatan menjadi sulit,
keamanan suatu negara terancam, kerusakan
lingkungan hidup, dan citra pemerintah yang
buruk di mata internasional sehingga
menggoyahkan sendi-sendi kepercayaan
pemilik modal asing, krisis ekonomi yang
berkepanjangan, dan negara pun menjadi
semakin terperosok dalam kemiskinan.
j en ak
a n se a n
a h k a n gk
Pe r n b a y
m e m a n g
kit a at y eh
a k i b n ol
l ka
t i m bu i ??
di r u p s
ko
1 •DAMPAK EKONOM

2 •DAMPAK SOSIAL & KEMISKINAN

3 •DAMPAK BIROKRASI PEMERINTAHAN


DAMPAK
MASIF 4 •DAMPAK POLITIK & DEMOKRASI
KORUPSI
5 •DAMPAK TERHADAP PENEGAKAN HUKUM

6 •DAMPAK TERHADAP HANKAM

7 •DAMPAK KERUSAKAN LINGKUNGAN


Kerugian negara akibat
Korupsi 40% dana APBN
Per tahun !!*

Siapa yang
menikmati?
Mari sejenak
kita melakukan
kontemplasi
Jembatan Suramadu
adalah jembatan
terpanjang terpanjang di
Indonesia saat ini, yang
menghubungkan Pulau
Jawa dan Pulau Madura

Berapakah investasi
yang diperlukan
untuk membangun
jembatan ini ?
Lalu bagaimana pula
dengan sarana prasarana
berikut ini

Berapakah investasi
yang diperlukan
untuk membangun
jalan tol, pelabuhan
jalur kereta api,
bandar udara ini ?
Jika anda suatu saat memegang
tampuk pimpinan di Indonesia,
bagaimanakah seharusnya model
penyelenggaraan pemerintah yang
seharusnya dilakukan, agar rakyat
makmur ?
Apa yang bisa kita
lakukan andai 40%
dana APBN
tidak dikorupsi
40% dana APBN per tahun (yang hilang) =
sekolah gratis sampai perguruan tinggi, biaya
kesehatan gratis, perumahan murah, kenaikan
pendapatan, listrik murah, modal usaha rakyat, air
bersih siap minum transportasi umum bagus, jalanan
dan jembatan bagus, rel kereta ganda seluruh pulau
besar, fasilitas umum dan sosial bagus, lebih banyak
bandara dan pelabuhan, industri tumbuh, jaminan
sosial bagi seluruh rakyat, alutsista cukup dan dalam
kondisi baik dan baru, hutang negara bisa diselesaikan
dan lain-lain yang tentunya akan semakin
mensejahterakan masyarakat, yang pada
akhirnya meningkatkan martabat bangsa.
melihat itu ……
Masihkah kita akan
Korupsi ?
…. Mau tidak mau
suka tidak suka siap
tidak siap

Masa depan akan


datang, dan generasi
muda akan
menerima estafet
kempemimpinan

Selamat Datang
Generasi Muda
Anti-Korupsi

Indonesia akan
Lebih baik jika
Tanpa korupsi
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

NILAI DAN
PRINSIP ANTI-
KORUPSI

“Lead the people


to the path
of uncorrupted”

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai &Prinsip Anti-korupsi 2
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENYEBAB KORUPSI

• Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat


tidaknya nilai-nilai anti korupsi tertanam dalam
diri setiap individu.
• Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh
setiap individu untuk dapat mengatasi faktor
eksternal agar korupsi tidak terjadi.
• Untuk mencegah terjadinya faktor eksternal,
selain memiliki nilai-nilai anti korupsi, setiap
individu perlu memahami dengan mendalam
prinsip-prinsip anti korupsi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi 6
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

A. NILAI-NILAI ANTI-KORUPSI

1 2 3
KEJUJURAN KEPEDULIAN KEMANDIRIAN

4 5 6
TANGGUNG
KEDISIPLINAN KERJA KERAS
JAWAB

7 8 9
KESEDERHANAAN KEBERANIAN KEADILAN

JUPE MANDI TANGKER KEBEDIL


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi 8
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

B. PRINSIP-PRINSIP ANTI-
KORUPSI

AKUNTABILITAS

TRANSPARANSI

KEWAJARAN

KEBIJAKAN

KONTROL KEBIJAKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Nilai & Prinsip Anti-korupsi 10
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

UPAYA
PEMBERANTASAN
KORUPSI

“No impunity to
corruptors“

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

A. KONSEP PEMBERANTASAN
KORUPSI

Mengapa korupsi timbul dan berkembang demikian


masif di sebuah negara dan tidak di negara lain?
Korupsi ibarat penyakit ‘kanker ganas’  sifatnya
kronis juga akut.

Perekonomian negara digerogoti secara perlahan


namun pasti. Korupsi di Indonesia menempel pada
semua aspek atau bidang kehidupan masyarakat.

PENTING DIPAHAMI : di manapun dan sampai pada


tingkatan tertentu, korupsi akan selalu ada dalam suatu
negara atau masyarakat 91

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 5
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

It is always necessary to relate anti-corruption


strategies to characteristics of the actors involved (and
the environment they operate in). THERE IS NO
SINGLE CONCEPT and program of good governance
FOR ALL COUNTRIES and organizations, there is no
‘one right way’. There are many initiatives and most are
tailored to specifics contexts. SOCIETIES and
organizations WILL HAVE TO SEEK THEIR OWN
SOLUTIONS.
(Fijnaut dan Huberts : 2002)

DISKUSIKANLAH PENDAPAT
BERIKUT : 92

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 6
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

REALITA DI INDONESIA

• Ada PERANGKAT HUKUM : ada Peraturan Per-


UU, ada lembaga serta aparat hukum yang
mengabdi untuk menjalankan peraturan
(kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan); ada
lembaga independen ‘Super Body’ yang bernama
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang
dibentuk untuk memberantas korupsi.
• Di sekolah siswa/mahasiswa Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan.
• Realita : korupsi tetap tumbuh subur dan
berkembang dengan pesat.
• Apa yang salah??? 93

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 7
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

94

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 8
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

UPAYA PENANGGULANGAN
KEJAHATAN KORUPSI
JALUR PENAL JALUR NON-PENAL
• Kebijakan penerapan Hukum • Kebijakan pencegahan tanpa
Pidana (Criminal Law hukum pidana (prevention without
Application); punishment);
• Sifat repressive (penumpasan/ • Kebijakan untuk mempengaruhi
penindasan/pemberantasan) pandangan masyarakat mengenai
apabila kejahatan sudah terjadi; kejahatan dan pemidanaan lewat
• Perlu dipahami bahwa: mass media (influencing views of
upaya/tindakan represif juga society on crime and
dapat dilihat sebagai punishment/mass media atau
upaya/tindakan preventif dalam media lain seperti penyuluhan,
arti luas pendidikan dll);
(Nawawi Arief : • Sifat preventive (pencegahan)
95
2008)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 9
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

UPAYA PENAL DAN NON-PENAL


• Sasaran dari upaya non-penal adalah menangani faktor-
faktor kondusif penyebab terjadinya korupsi, yang berpusat
pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi politik,
ekonomi maupun sosial yang secara langsung atau tidak
langsung dapat menimbulkan atau menumbuh-suburkan
kejahatan (korupsi);
• Upaya penal dilakukan dengan memanggil atau
menggunakan hukum pidana yaitu dengan menghukum atau
memberi pidana atau penderitaan atau nestapa bagi pelaku
korupsi;
• Upaya non-penal seharusnya menjadi kunci atau memiliki
posisi penting atau posisi strategis dari keseluruhan upaya
penanggulangan korupsi  karena sifatnya preventif atau
mencegah sebelum terjadi. 96

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 10
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Sarana penal memiliki ‘keterbatasan’,


mengandung ‘kelemahan’ (sisi negatif). Fungsi
sarana penal seharusnya hanya digunakan secara
‘subsidair’.
• Secara dogmatis, sanksi pidana merupakan jenis
sanksi yang paling tajam dalam bidang hukum,
sehingga harus digunakan sebagai ultimum
remedium (obat yang terakhir apabila cara lain
atau bidang hukum lain sudah tidak dapat
digunakan lagi);
97

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 11
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Secara fungsional/pragmatis, operasionalisasi dan


aplikasinya menuntut biaya yang tinggi;
• Sanksi pidana mengandung sifat
kontradiktif/paradoksal, mengadung efek
sampingan yang negatif. Lihat realita kondisi
overload Lembaga Pemasyarakatan;
• Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah ‘obat
yang manjur’ atau ‘panacea’ atau ‘bukan segala-
galanya’ untuk menanggulangi kejahatan.

98

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 12
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Penggunaan hukum pidana dalam menanggulangi


kejahatan hanya merupakan ‘kurieren am symptom’
(menyembuhkan gejala), hanya merupakan
pengobatan simptomatik bukan kausatif karena
sebab-sebab kejahatan demikian kompleks dan
berada di luar jangkauan hukum pidana;
• Hukum pidana hanya merupakan bagian kecil (sub
sistem) dari sarana kontrol sosial yang tidak
mungkin mengatasi kejahatan sebagai masalah
kemanusiaan dan kemasyarakatan yang sangat
kompleks;
99

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 13
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KETERBATASAN SARANA PENAL

• Sistem pemidanaan bersifat fragmentair dan


individual/personal; tidak bersifat struktural
atau fungsional;
• Efektifitas pidana (hukuman) bergantung
pada banyak faktor dan masih sering
diperdebatkan oleh para ahli.
• Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah
‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’ atau
‘bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi
kejahatan.
100
(Nawawi Arief : 1998)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 14
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

101

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 15
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

HUKUM PIDANA BUKAN


PANACEA

Rubin : hukum pidana atau pemidanaan tidak


mempunyai pengaruh terhadap masalah kejahatan.

Schultz : naik turunnya angka kejahatan tidak


berhubungan dengan perubahan di dalam hukum
atau putusan pengadilan, tetapi berhubungan dengan
bekerjanya atau berfungsinya perubahan kultural
dalam kehidupan masyarakat.

102

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 16
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

HUKUM PIDANA BUKAN


PANACEA

Karl. O. Christiansen : pengaruh pidana terhadap


masyarakat luas sulit diukur.

S.R. Brody : 5 (lima) dari 9 (sembilan) penelitian


menyatakan bahwa lamanya waktu yang dijalani
oleh seseorang di dalam penjara tidak berpengaruh
pada adanya reconviction atau penghukuman
kembali.

103

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 17
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

HUKUM PIDANA BUKAN


PANACEA
Wolf Middendorf : tidak ada hubungan logis antara
kejahatan dengan lamanya pidana. Kita tidak dapat
mengetahui hubungan sesungguhnya antara sebab dan
akibat. Orang melakukan kejahatan dan mungkin
mengulanginya lagi tanpa hubungan dengan ada tidaknya
UU atau pidana yang dijatuhkan. Sarana kontrol sosial
lainnya, seperti kekuasaan orang tua, kebiasaan-kebiasaan
atau agama mungkin dapat mencegah perbuatan, yang
sama efektifnya dengan ketakutan orang pada pidana.
(Nawawi Arief : 1998)

104

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 18
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

105

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 19
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

STRATEGI DAN/ATAU UPAYA


PENANGGULANGAN KORUPSI

1 Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi

2 Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

3 Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

Pengembangan dan Pembuatan berbagai Instrumen Hukum yang


4 mendukung Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

5 Monitoring dan Evaluasi

6 Kerjasama Internasional 106

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Upaya Pemberantasan Korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 21
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN,
KERJASAMA BabDAN

INSTRUMEN 06

INTERNASIONAL
PENCEGAHAN
KORUPSI
“No impunity to
corruptors“
107

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN ORGANISASI
INTERNASIONAL

108

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 5
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

BOTTOM UP APPROACH

Berangkat dari 5 (lima) asumsi yakni:

a) semakin luas pemahaman atau pandangan


mengenai permasalahan yang ada, semakin
mudah untuk meningkatkan awareness untuk
memberantas korupsi;
b) adanya network atau jejaring yang baik akan
lebih membantu pemerintah dan masyarakat
sipil (civil society). Untuk itu perlu
dikembangkan rasa saling percaya serta
memberdayakan modal sosial (social capital)
dari masyarakat; 109

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 14
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

BOTTOM UP APPROACH
c) Perlu penyediaan data mengenai efesiensi dan
efektifitas pelayanan pemerintah melalui corruption
diagnostics. Dengan penyediaan data dan
pengetahuan yang luas mengenai problem korupsi,
reformasi administratif-politis dapat disusun secara
lebih baik;
d) Adanya pelatihan-pelatihan khusus. Pelatihan ini
dapat diambil dari toolbox yang disediakan oleh
World Bank yang diharapkan dapat membantu
mempercepat pemberantasan korupsi. Bahan-
bahan yang ada dipilih sendiri dan harus
menyesuaikan dengan kondisi masing-masing
negara; dan 110

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 14
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

BOTTOM UP APPROACH
e) adanya rencana aksi pendahuluan yang
dipilih atau dikonstruksi sendiri oleh
negara peserta, diharapkan akan
memiliki trickle-down effect dalam arti
masyarakat mengetahui pentingnya
pemberantasan korupsi.

(Haarhuis : 2005)

111

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 14
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

TOP-DOWN APPROACH
Pendekatan dari atas atau top-down dilakukan
dengan melaksanakan reformasi di segala
bidang baik hukum, politik , ekonomi maupun
administrasi pemeritahan. Corruption is a
symptom of a weak state and weak institution,
sehingga harus ditangani dengan cara
melakukan reformasi di segala bidang.

(Haarhuis : 2005)
112

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 14
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN LEMBAGA SWADAYA


INTERNASIONAL (INTERNATIONAL NGOs)

113

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 15
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN LEMBAGA SWADAYA


INTERNASIONAL (INTERNATIONAL NGOs)

POSISI INDONESIA DALAM INDEKS


PERSEPSI KORUPSI TI
Tahun 2002-2008

NOMOR/ JUMLAH
TAHUN SCORE CPI PERINGKAT NEGARA
YANG
DISURVEY
2002 1.9 96 102
2003 1.9 122 133
2004 2.0 133 145
2005 2.2 137 158
2006 2.4 130 163
2007 2.3 143 179
2008 2.6 126 166
114
Sumber : www.transparency.org
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 15
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN LEMBAGA SWADAYA


INTERNASIONAL (INTERNATIONAL NGOs)

• Salah satu program TIRI adalah membuat jejaring


dengan universitas untuk mengembangkan kurikulum
Pendidikan Integritas dan/atau Pendidikan Anti Korupsi
di perguruan tinggi. Jaringan ini di Indonesia disingkat
dengan nama I-IEN atau Indonesian-Integrity Education
Network.

• TIRI berkeyakinan bahwa dengan mengembangkan


kurikulum Pendidikan Integritas dan/atau Pendidikan
Anti Korupsi, mahasiswa dapat mengetahui bahaya laten
korupsi bagi masa depan bangsa.

www.i-ien.org www.tiri.org
115

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 16
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

116

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 17
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

INSTRUMEN INTERNASIONAL
PENCEGAHAN KORUPSI

United Nations Convention against


Corruption (UNCAC)  telah ditandatangani
oleh lebih dari 140 negara. Penandatanganan pertama
kali dilakukan pada konvensi internasional yang
diselenggarakan di Mérida, Yucatán, Mexico, pada
tanggal 31 Oktober 2003.;

117

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 18
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

INSTRUMEN INTERNASIONAL
PENCEGAHAN KORUPSI

Convention on Bribery of Foreign Public


Official in International Business
Transaction  konvensi internasional yang
dipelopori oleh OECD. Konvensi ini menetapkan
standar-standar hukum yang mengikat (legally
binding) negara-negara peserta untuk
mengkriminalisasi pejabat publik asing yang
menerima suap (bribe) dalam transaksi bisnis
internasional.
118

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 19
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

BELAJAR DARI NEGARA LAIN

Malaysia : Hongkong :
the Malaysia Indonesia :
Independent
Filipina : Anti- Komisi
Commission
Lembaga Corruption Pemberantas
against
Ombudsman; Commission an Korupsi
Corruption
(MACC); (KPK).119
(ICAC);

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 20
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

ARTI PENTING RATIFIKASI KONVENSI


ANTI KORUPSI BAGI INDONESIA

• Ratifikasi United Nations Convention


against Corruption (UNCAC), 2003 dengan
Undang-Undang No. 7 Tahun 2006, LN 32
Tahun 2006;

• Kewajiban Pemerintah Indonesia untuk


melaksanakan isi konvensi internasional
dan melaporkan perkembangan
pencegahan dan pemberantasan korupsi di
Indonesia. 120
.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 21
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DELIK KORUPSI
Bab
DALAM RUMUSAN
07
UNDANG-UNDANG

“Never let corruptors


unpunished“
121

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 2
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
Sejarah Perundang-undangan Korupsi

di Indonesia

Sejarah Perundang-undangan Korupsi:


1. Delik korupsi dalam KUHP
2. Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa
Perang Pusat Nomor Prt/ Peperpu/013/1950
3. Undang-Undang No.24 (PRP) tahun 1960
tentang Tindak Pidana Korupsi
4. Undang-Undang No.3 Tahun 1971 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
5. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme 122

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 5
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

6. Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang


Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
7. Undang-Undang No.31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
8. Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-undang No. 31 tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
9. Undang-undang No. 30 tahun 2002 tentang
123
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 6
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

10. Undang-undang No. 7 tahun 2006 tentang


Pengesahan United Nation Convention Against
Corruption (UNCAC) 2003

11.Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang


Peranserta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan
dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi

12.Instruksi Presiden No. 5 tahun 2004 tentang


Percepatan Pemberantasan Korupsi 124

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 7
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

125

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 8
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

B. UU No. 31 tahun 1999

“Setiap Orang” (Pasal 1 angka 3)


a. Orang perseorangan: siapa saja, setiap orang, pribadi kodrati;
b. Korporasi (Pasal 1 angka 1): kumpulan orang atau kekayaan yang
berorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan
hukum;
c. Pegawai Negeri:
- pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam UU tentang
kepegawaian
- pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam KUHP,
- orang yang menerima gaji/upah dari keuangan negara/daerah,
- orang yang menerima gaji/upah dari suatu korporasi yang
menerima bantuan dari keuangan negara/daerah
- orang yang mempergunakan modal atau fasilitas dari 126
negara/masyarakat
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 9
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Undang-undang No. 43 tahun 1999


tentang Kepegawaian

Pegawai Negeri adalah setiap warga


negara Republik Indonesia yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan,
diangkat oleh pejabat yang berwenang
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan
negeri, atau diserahi tugas negara
lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
127

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 10
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Pengertian Pegawai Negeri menurut


KUHP
Pasal 92 ayat (1)
Yang disebut pejabat, termasuk juga orang-orang yang
dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan
aturan-aturan umum, begitu juga orang-orang yang,
bukan karena pemilihan, menjadi anggota badan
pembentuk undang-undang badan pemerintahan, atau
badan perwakilan rakyat, yang dibentuk oleh
Pemerintah atau atas nama Pemerintah; begitu juga
semua anggota dewan waterschap, dan semua kepala
rakyat Indonesia asli dan kepala golongan Timur
Asing yang menjalankan kekuasaan yang sah.
128

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 11
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Pengertian Pegawai Negeri menurut


KUHP
Pasal 92 ayat (2)

Yang disebut pejabat dan Hakim termasuk juga


Hakim wasit; yang disebut Hakim termasuk juga
orang-orang yang menjalankan peradilan
administratif, serta ketua-ketua dan anggota-anggota
pengadilan agama.

Pasal 92 ayat (3)

Semua anggota angkatan perang juga dianggap


sebagai pejabat
129

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 12
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Delik Korupsi dalam Rumusan


Undang-undang

1. Rumusan delik yang berasal dari pembuat


undang-undang
2. Rumusan delik yang berasal dari KUHP;
a) Delik korupsi yang ditarik secara mutlak
dari KUHP, yaitu menyangkut delik
korupsi dalam arti materil dan keuangan.
Contoh: Pasal 209, 210, dan 387 KUHP.
b) Delik korupsi yang ditarik tidak secara
mutlak dari KUHP, yaitu yang menjadi
delik korupsi dalam kaitan dengan
pemeriksaan tindak pidana korupsi.
130
Contoh: Pasal 220, 231, dan 421 KUHP.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 13
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Delik Korupsi yang Dirumuskan oleh


Pembuat Undang-undang

1. Pasal 2
2. Pasal 3
3. Pasal 13
4. Pasal 15
UU No. 31 tahun 1999

131

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 14
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Delik Korupsi dalam Rumusan


Undang-undang
Pasal 2 ayat (1):

• Setiap orang
• secara melawan hukum
• memperkaya diri sendiri/orang lain/suatu korporasi
• dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara

Ayat (2):

Dilakukan dalam keadaan tertentu 132

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 15
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Delik Korupsi dalam Rumusan


Undang-undang
UU No. 20/2001

Pasal 1 angka 1:

“Pasal 2 ayat (2) substansi tetap, penjelasan pasal diubah sehingga…”

Penjelasan Pasal 1 angka 1:

“Pasal 2 ayat (2)


… adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana bagi
pelaku tindak pidana korupsi yaitu apabila tindak pidana tersebut dilakukan,
• terhadap dana-dana yang diperuntukkan bagi penanggulangan:
keadaan bahaya, bencana alam nasional, akibat kerusuhan sosial
yang meluas, krisis ekonomi/moneter; dan 133
• pengulangan tindak pidana korupsi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 16
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Delik Korupsi dalam Rumusan


Undang-undang
Pasal 3:

• Setiap orang
• dengan tujuan menguntungkan diri
sendiri/orang lain/korporasi
• menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan, atau sarana yang ada
padanya karena jabatan.kedudukan
• Dapat merugikan keuangan/
perekonomian negara 134

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 17
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Delik Korupsi dalam Rumusan


Undang-undang

Pasal 13:
• Setiap orang
• Memberi hadiah/janji
• Kepada pegawai negeri
• Dengan mengingat kekuasaan/
wewenang yang melekat pada
jabatan/kedudukannya, atau oleh
pemberi hadiah/janji dianggap melekat
pada jabatan/kedudukan tersebut
135

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 18
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Delik Korupsi dalam Rumusan


Undang-undang

Pasal 15:

• Setiap orang
• Yang mencoba/ membantu/
bermufakat jahat untuk
melakukan tindak pidana
korupsi
136

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 19
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

137

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 20
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
Ditarik secara mutlak:

UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001


Ps. 209 (1) ke-1 = Ps. 5 (1) a
Ps. 209 (1) ke-2 = Ps. 5 (1) b
Ps. 210 (1) ke-1 = Ps. 6 (1) a
Ps. 210 (1) ke-2 = Ps. 6 (1) b
Ps. 387 (1) = Ps. 7 (1) a
Ps. 387 (2) = Ps. 7 (1) b
Ps. 388 (1) = Ps. 7 (1) c
138

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 21
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Ps. 388 (2) = Ps. 7 (1) d Ps. 420 (1) ke-1 = Ps. 12 c
Ps. 415 = Ps. 8 Ps. 420 (1) ke-2 = Ps. 12 d
Ps. 416 = Ps. 9 Ps. 423 = Ps. 12 e
Ps. 417 = Ps. 10 Ps. 425 ke-1 = Ps. 12 f
Ps. 418 = Ps. 11 Ps. 425 ke-2 = Ps. 12 g
Ps. 419 ke-1 = Ps. 12 a Ps. 425 ke-3 = Ps. 12 h
Ps. 419 ke-2 = Ps. 12 b Ps. 435 = Ps. 12 i

139

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 22
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
Ditarik tidak secara mutlak:

UU No. 31/1999
jo
UU. No. 20/2001

Ditarik melalui Pasal 23, yaitu:


Pasal 220, 231, 421, 422, 429, dan 430 KUHP

140

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 23
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Ps. 5 UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps. 209 KUHP)

ayat (1) huruf a


“Barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
seorang pejabat dengan maksud supaya digerakkan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya”

ayat (1) huruf b


“Barangsiapa memberi sesuatu kepada seorang pejabat karena
atau berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan
141
kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya”

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 24
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Yurisprudensi yang berkaitan dengan Pasal 209


KUHP:

1. H.R. 24 Nov. 1890, W.5969


Pasal ini dapat juga diperlakukan seandainya hadiah itu
tidak diterima

2. H.R. 25 April 1916. N.J. 1916, 300, W. 9896.


“memberi hadiah” di sini mempunyai arti yang lain daripada
menghadiahkan sesuatu semata-mata karena kemurahan hati.
Ia meliputi setiap penyerahan dari sesuatu yang bagi orang
lain mempunyai nilai.
142

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 25
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

3. M.A. 22 Juni 1955 No. 145 K/Kr/1955.


Pasal 209 KUHP tidak mensyaratkan bahwa pemberian
itu diterima dan maksud daripada Pasal 209 KUHP ialah
untuk menetapkan sebagai suatu kejahatan tersendiri,
suatu percobaan yang dapat dihukum menyuap.

143

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 26
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Pasal 5 ayat (2)

Bagi pegawai negeri atau penyelenggara


negara yang menerima pemberian atau janji
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
a atau huruf b, dipidana dengan pidana yang
sama sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1).
144

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 27
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
Ps. 6 UU No. 31/1999 jo UU. No. 20/2001 (Ps. 210 KUHP)

ayat (1) huruf a


“Barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim,
dengan maksud untuk mempengaruhi putusan tentang perkara
yang diserahkan kepadanya untuk diadili”

ayat (1) huruf b


“Barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang,
yang menurut ketentuan undang-undang ditentukan menjadi
advokat untuk menghadiri suatu sidang pengadilan, dengan
maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan
145
diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili”
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 28
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Pasal 8 UU No. 31/1999 jo 20/2001 (Ps. 415


KUHP)

... pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri


yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau untuk sementara waktu,
dengan sengaja menggelapkan uang atau surat
berharga yang disimpan karena jabatannya, atau
membiarkan uang atau surat berharga tersebut
diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau
membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.
146

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 29
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
1. H.R. 27 Juli 1938, 1939 No. 123
Bagi seorang pegawai kantor pos, benda-benda pos
seperti perangko, materai, kartu pos dan sebagainya itu
merupakan surat-surat berharga. Berdasarkan undang-
undang Pos, benda-benda tersebut diperuntukkan guna
membayar beberapa hak dan kewajiban tertentu,
sehingga di dalam peredarannya benda-benda tersebut
mempunyai suatu fungsi, yang disebut sebagai kertas
berharga.
2. M.A. 23 Maret 1957 No. 73 K/Kr/1956
Dipergunakannya sejumlah uang oleh pegawai negeri
untuk pos lain daripada yang telah ditentukan, merupakan
kejahatan penggelapan termaksud Pasal 415 KUHP.
147

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 30
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Ps. 11 UU. No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps. 418


KUHP)

“Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang


menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau
patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut
pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji
tersebut ada hubungan dengan jabatannya”
148

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 31
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
Yurisprudensi yang berkaitan dengan Pasal 418 KUHP:

1. H.R. 10 April 1893, W. 6333.


Adalah tidak perlu bahwa pemberian itu diterima oleh si
pegawai negeri di dalam sifatnya sebagai pegawai negeri.

2. M.A. 13 Desember 1960 No. 50 K/Kr/1960.


Undang-undang atau hukum tidak mengenal ketentuan,
bahwa apabila seorang pegawai negeri dituduh melakukan
kejahatan yang dimaksud oleh Pasal 418 KUHP, maka orang
yang memberi kepada pegawai negeri itu harus dituntut
lebih dahulu atas kejahatan tersebut di dalam Pasal 209
KUHP 149

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 32
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
3. M.A. 19 November 1974 No. 77 K/Kr/1973
Terdakwa dipersalahkan melakukan korupsi c.q. menerima hadiah,
walaupun menurut anggapannya uang yang diterima itu dalam
hubungannya dengan kematian keluarganya, lagipula penerima
barang-barang itu bukan terdakwa melainkan istri/atau anak-anak
terdakwa.

4. M.A. 23 Desember 1955 No. 1/1955/M.A.Pid.


Seorang menteri adalah “pegawai negeri” dalam arti yang
dimaksudkan di dalam pasal-pasal 418 dan 419 KUHP. Dalam hal
dua orang atau lebih dituduh bersama-sama dan bersekutu
melakukan kejahatan menurut pasal-pasal 418 dan 419 KUHP,
tidaklah perlu masing-masing dari mereka, memenuhi segala unsur
yang oleh pasal itu dirumuskan untuk tindak pidana tersebut. In
casu tidak perlu mereka semua melakukan tindakan menerima150uang.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 33
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
Ps. 12 a UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps. 419 ke-1 KUHP)
“Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau
janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya”

Ps. 12 b UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps. 419 ke-2 KUHP)


“Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan
sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya”
151

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 34
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
H.R. 4 Februari 1947, 1947 No. 170

Untuk “pengetahuan” seperti yang dimaksudkan


dalam angka 1 hanyalah apakah pegawai negeri itu
menyadari bahwa pemberian itu dimaksudkan untuk
menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan kewajibannya di dalam
pelaksanaan tugasnya; tidak menjadi soal apakah
yang memberikan itu mempunyai maksud bahwa
perbuatan itu akan dilakukan atau tidak.
152

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 35
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Pasal 12 huruf c UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001


(Pasal 420 ayat (1) ke-1 KUHP)

“Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal


diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan
perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili”

153

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 36
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
Pasal 12 huruf d UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001
(Pasal 420 ayat (1) ke-2 KUHP)

“seseorang yang menurut ketentuan peraturan


perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk
menghadiri sidang pengadilan, menerima hadiah atau
janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau
pendapat yang akan diberikan, berhubung dengan
perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk
diadili” 154

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 37
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
Pasal 12 huruf e UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001
(Pasal 423 KUHP)

“pegawai negeri atau penyelenggara negara yang


dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri”

155

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 38
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Pasal 12 huruf f UU No. 31/1999 jo UU No.


20/2001 (Pasal 425 ke-1 KUHP)

“pegawai negeri atau penyelenggara negara yang


pada waktu menjalankan tugas meminta, menerima,
atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri
atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas
umum, seolah-olah pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang lain atau kas umum
tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal
diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan
utang” 156

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 39
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP
Pasal 220 KUHP

“Barangsiapa memberitahukan atau


mengadukan bahwa dilakukan suatu perbuatan
pidana, padahal mengetahui bahwa tidak
dilakukan itu…”

157

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 40
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Pasal 421 KUHP

“seorang pejabat yang dengan


menyalahgunakan kekuasaan memaksa
seseorang untuk melakukan, tidak
melakukan, atau membiarkan sesuatu, …”

158

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 41
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perumusan Delik yang Berasal dari


KUHP

Pasal 422 KUHP

“seorang pejabat yang dalam suatu perkara


pidana, menggunakan sarana paksaan baik
untuk memeras pengakuan, maupun untuk
mendapatkan keterangan, …”

159

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 42
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

160

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 43
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Gratifikasi
Dasar Pemikiran:

“Tidak sepantasnya pegawai negeri/pejabat


publik menerima pemberian atas pelayanan
yang mereka berikan”

“Seseorang tidak berhak meminta dan


mendapat sesuatu melebihi haknya sekedar
ia melaksanakan tugas sesuai
tanggungjawab dan kewajibannya” 161

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 44
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Gratifikasi

Gagasan Plato (427 SM – 347 SM)

“Para pelayan bangsa harus memberikan


pelayanan mereka tanpa menerima hadiah-
hadiah. Mereka yang membangkang, kalau
terbukti bersalah, harus dibunuh tanpa
upacara”

162

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 45
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Gratifikasi
Dasar hukum:
Pasal 12 B UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001

Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau


penyelenggara negara dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.

Pengertian:
adalah pemberian dalam arti luas, meliputi
pemberian uang, rabat (diskon), komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan
fasilitas lainnya. (Penjelasan Pasal 12B) 163

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 46
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Gratifikasi

Gratifikasi merupakan setiap penerimaan


seseorang dari orang lain yang bukan
tergolong ke dalam tindak pidana suap.

Gratifikasi kepada pegawai


negeri/penyelenggara negara yang
berhubungan dengan jabatan atau
kedudukannya dianggap suap.
164

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 47
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Gratifikasi

Rumus:

Suap = Gratifikasi + Jabatan

165

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 48
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Gratifikasi

Pembuktian Gratifikasi

1. oleh penerima gratifikasi, apabila nilainya


Rp. 10,000,000,00 (sepuluh juta rupiah)
atau lebih.

2. oleh penuntut umum, apabila nilainya


kurang dari Rp. 10,000,000,00 (sepuluh juta
rupiah)
166

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 49
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Gratifikasi

Gratifikasi tidak dianggap sebagai


suap apabila penerima menyampaikan
laporan kepada Komisi Pemberantasan
Korupsi, selambat-lambatnya 30
hari sejak menerima gratifikasi
tersebut

167

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 50
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Tatacara Pelaporan dan


Penentuan Status Gratifikasi
(Pasal 16 UU No. 31/1999 jo. UU
No. 20/2001
1. Laporan ditujukan kepada KPK, dibuat secara
tertulis dengan mengisi formulir dan
melampirkan dokumen terkait (bila ada).
2. Laporan setidaknya memuat nama serta alamat
pemberi dan penerima gratifikasi, jabatan,
tempat/waktu/nilai gratifikasi.

168

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 51
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Tatacara Pelaporan dan


Penentuan Status Gratifikasi
(Pasal 16 UU No. 31/1999 jo. UU
No. 20/2001
3. Dalam kurun waktu 30 hari sejak laporan
diterima, KPK akan menetapkan status
gratifikasi tersebut menjadi milik penerima
atau milik negara.

Gratifikasi yang menjadi milik negara wajib


diserahkan kepada Menteri Keuangan paling
lambat 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan.
169

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 52
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PERAN MAHASISWA
DALAM GERAKAN
ANTI-KORUPSI

“No impunity to
corruptors“

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar

1. Mahasiswa mampu memahami POKOK BAHASAN


perilaku korupsi dengan Peranan dan keterlibatan
memperhatikan berbagai mahasiswa dalam
peristiwa yang terjadi di pencegahan korupsi
lingkungan keluarga, kampus,
masyarakat sekitar, dan lingkup
nasional.
SUB POKOK BAHASAN
2. Mahasiswa mampu dan berani 1. Gerakan Anti Korupsi
untuk melakukan berbagai 2. Peranan Mahasiswa
bentuk tindakan pencegahan 3. Keterlibatan Mahasiswa
korupsi.
3. Mahasiswa mampu
menginternalisasi perilaku anti
korupsi ke dalam kehidupan
sehari-hari.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 3
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 4
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

LATAR BELAKANG

 Korupsi adalah kejahatan luar biasa (extra


ordinary crime) yang berdampak sangat
luar biasa
 Berdampak buruk pada seluruh sendi
kehidupan manusia
 Merupakan salah satu faktor penyebab
utama tidak tercapainya keadilan dan
kemakmuran suatu bangsa

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 5
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

LATAR BELAKANG

 Berdampak buruk pada sistem


perekonomian,
 sistem demokrasi, sistem politik, sistem
hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan
sosial kemasyarakatan
 Dapat merendahkan martabat suatu bangsa
dalam tata pergaulan internasional
 Korupsi sebagai musuh bersama (common
enemy) yang harus kita perangi bersama-
sama dengan sungguh-sungguh

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 6
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

A. GERAKAN ANTI-KORUPSI

• Korupsi di Indonesia sudah berlangsung


lama. Berbagai upaya pemberantasan
korupsipun sudah dilakukan sejak tahun-
tahun awal setelah kemerdekaan
• Dimulai dari Tim Pemberantasan Korupsi
pada tahun 1967 sampai dengan
pendirian KPK pada tahun 2003

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 8
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN ANTI-KORUPSI

• Berdasarkan UU No.30 tahun 2002,


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
dirumuskan sebagai serangkaian tindakan
untuk mencegah dan memberantastindak
pidana korupsi - melalui upaya koordinasi,
supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan - dengan peran serta masyarakat
berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 9
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN ANTI-KORUPSI

• Upaya pemberantasan korupsi tidak akan


pernah berhasil tanpa melibatkan peran serta
masyarakat.
• Dengan demikian dalam strategi
pemberantasan korupsi terdapat 3 (tiga) unsur
utama, yaitu: pencegahan, penindakan, dan
peran serta masyarakat.
• Salah satu upaya pemberantasan korupsi
adalah dengan sadar melakukan suatu
Gerakan Anti-korupsi di masyarakat

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 10
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN ANTI-KORUPSI

• Korupsi itu terjadi jika ada pertemuan antara tiga


faktor utama, yaitu: niat, kesempatan dan kewenangan.
• Niat adalah unsur setiap tindak pidana yang lebih
terkait dengan individu manusia, misalnya perilaku dan
nilai-nilai yang dianut oleh seseorang.
• Kesempatan lebih terkait dengan sistem yang ada.
• Kewenangan yang dimiliki seseorang akan secara
langsung memperkuat kesempatan yang tersedia.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 11
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN ANTI-KORUPSI

• Meskipun muncul niat dan terbuka kesempatan


tetapi tidak diikuti oleh kewenangan, maka
korupsi tidak akan terjadi.
• Dengan demikian, korupsi tidak akan terjadi jika
ketiga faktor tersebut, yaitu niat, kesempatan,
• dan kewenangan tidak ada dan tidak bertemu.
• Upaya memerangi korupsi pada dasarnya adalah
upaya untuk menghilangkan atau setidaknya
meminimalkan ketiga faktor tersebut.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 12
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

GERAKAN ANTI-KORUPSI

• Meskipun muncul niat dan terbuka kesempatan


tetapi tidak diikuti oleh kewenangan, maka
korupsi tidak akan terjadi.
• Dengan demikian, korupsi tidak akan terjadi jika
ketiga faktor tersebut, yaitu niat, kesempatan,
• dan kewenangan tidak ada dan tidak bertemu.
• Upaya memerangi korupsi pada dasarnya adalah
upaya untuk menghilangkan atau setidaknya
meminimalkan ketiga faktor tersebut.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 13
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

B. PERAN MAHASISWA

Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia tercatat bahwa


mahasiswa mempunyai peranan yang sangat penting.

• Kebangkitan Nasional tahun 1908 (Budi Utomo)


• Sumpah Pemuda tahun 1928
• Proklamasi Kemerdekaan NKRI tahun 1945
• Lahirnya Orde Baru tahun 1966
• Reformasi tahun 1998.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam peristiwa-peristiwa besar


tersebut mahasiswa tampil di depan sebagai motor penggerak
dengan berbagai gagasan, semangat dan idealisme yang
mereka miliki.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 15
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

B. PERAN MAHASISWA

Mahasiswa memiliki karakteristik:


intelektualitas, jiwa muda, dan idealisme

Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa


muda yang penuh semangat, dan idealisme yang
murni telah terbukti bahwa mahasiswa selalu
mengambil peran penting dalam sejarah
perjalanan bangsa ini.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 16
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

B. PERAN MAHASISWA

Mahasiswa didukung oleh modal dasar yang


mereka miliki, yaitu: intelegensia, kemampuan
berpikir kritis, dan keberanian untuk
menyatakan kebenaran.

Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut


mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen
perubahan, mampu menyuarakan kepentingan
rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan
yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog
lembaga-lembaga negara dan penegak hukum.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 17
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Tantangan pemuda
masa lalu adalah
perjuangan
kemerdekaan
Indonesia dengan
memerangi
penjajah..,
..tantangan
generasi muda
Indonesia saat ini
adalah memerangi
korupsi!

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 18
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 19
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

C. KETERLIBATAN MAHASISWA

Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti


korupsi pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi empat wilayah, yaitu:

• Lingkungan keluarga
• Lingkungan kampus
• Masyarakat sekitar
• Tingkat lokal/nasional/regional

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 20
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

1. DALAM KELUARGA

a) Apakah dalam mengendarai kendaraan bermotor


bersama ayahnya atau anggota keluarga yang
lain, peraturan lalin dipatuhi? Misalnya: tidak
berbelok/berputar di tempat dimana ada tanda
larangan berbelok/ berputar, tidak menghentikan
kendaraan melewati batas marka jalan tanda
berhenti di saat lampu lalu lintas berwarna
merah, tidak memarkir/menghentikan kendaraan
di tempat dimana terdapat tanda dilarang
parkir/berhenti, dsb.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 21
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DALAM KELUARGA

b) Apakah ketika berboncengan motor


bersama kakaknya atau anggota keluarga
lainnya, tidak menjalankan motornya di
atas pedestrian dan mengambil hak
pejalan kaki? Tidak mengendarai motor
berlawanan arah? Tidak mengendarai
motor melebihi kapasitas (misalnya satu
motor berpenumpang 3 atau bahkan 4
orang? Dsb).

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 22
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DALAM KELUARGA

c) Apakah penghasilan orang tua tidak


berasal dari tindak korupsi? Apakah
orang tua tidak menyalahgunakan
fasilitas kantor yang menjadi haknya?
 
d) Apakah ada diantara anggota keluarga
yang menggunakan produk-produk
bajakan (lagu, film, software, tas,
sepatu, dsb.)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 23
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DALAM KELUARGA

Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan


keluarga ini adalah tingkat ketaatan seseorang
terhadap aturan/tata tertib yang berlaku.

Substansi dari dilanggarnya aturan/tata tertib


adalah dirugikannya orang lain karena haknya
terampas. Terampasnya hak orang lain
merupakan cikal bakal dari tindakan korupsi.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 24
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

2. DI LINGKUNGAN KAMPUS

Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi di


lingkungan kampus dapat dibagi ke dalam dua wilayah,
yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri, dan untuk
komunitas
mahasiswa.

Untuk konteks individu, seorang mahasiswa diharapkan


dapat mencegah agar dirinya sendiri tidak berperilaku
koruptif dan tidak korupsi. Sedangkan untuk konteks
komunitas, seorang mahasiswa diharapkan dapat
mencegah agar rekan-rekannya sesama mahasiswa dan
organisasi kemahasiswaan di kampus tidak berperilaku
koruptif dan tidak korupsi.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 25
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DI LINGKUNGAN KAMPUS

Berbagai bentuk kegiatan dapat dilakukan untuk menanamkan nilai-


nilai anti korupsi kepada komunitas mahasiswa dan organisasi
kemahasiswaan.

Kegiatan kampanye, sosialisasi, seminar,pelatihan, kaderisasi, dan


lain-lain dapat dilakukan untuk menumbuhkan budaya anti korupsi.

Kegiatan kampanye ujian bersih atau anti mencontek misalnya,


dapat dilakukan untuk menumbuhkan antara
lain nilai-nilai kerja keras, kejujuran, tanggung jawab, dan
kemandirian.

Kantin kejujuran adalah contoh lain yang dapat dilakukan untuk


menumbuhkan nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 26
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

3. DI MASYARAKAT SEKITAR

Hal yang sama dapat dilakukan oleh mahasiswa atau


kelompok mahasiswa untuk mengamati lingkungan di
lingkungan masyarakat sekitar, misalnya:
 
a. Apakah kantor-kantor pemerintah menjalankan fungsi
pelayanan kepada masyarakatnya dengan sewajarnya:
pembuatan KTP, SIM, KK, laporan kehilangan,
pelayanan pajak? Adakah biaya yang diperlukan untuk
pembuatan surat-surat atau dokumen tersebut?
Wajarkah jumlah biaya dan apakah jumlah biaya
tersebut resmi diumumkan secara transparan sehingga
masyarakat umum tahu?

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 27
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DI MASYARAKAT SEKITAR

c. Apakah infrastruktur kota bagi pelayanan publik sudah


memadai? Misalnya: kondisi jalan, penerangan terutama di
waktu malam, ketersediaan fasilitas umum, rambu-rambu
penyeberangan jalan, dsb

d. Apakah pelayanan publik untuk masyarakat miskin sudah


memadai? Misalnya: pembagian kompor gas, Bantuan
Langsung Tunai, dsb

e. Apakah akses publik kepada berbagai informasi mudah


didapatkan?

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 28
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

3. DI TINGKAT LOKAL DAN NASIONAL

Dalam konteks nasional, keterlibatan seorang


mahasiswa dalam gerakan anti korupsi bertujuan agar
dapat mencegah terjadinya perilaku koruptif dan
tindak korupsi yang masif dan sistematis di
masyarakat. Mahasiswa dengan kompetensi yang
dimilikinya dapat menjadi pemimpin (leader) dalam
gerakan massa anti korupsi baik yang bersifat lokal
maupun nasional.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 29
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DI TINGKAT LOKAL DAN NASIONAL

Berawal dari kegiatan-kegiatan yang terorganisir dari


dalam kampus, mahasiswa dapat menyebarkan
perilaku anti korupsi kepada masyarakat luas, dimulai
dari masyarakat yang berada di sekitar kampus
kemudian akan meluas ke lingkup yang lebih luas.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 30
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Selamat datang
generasi muda
anti-korupsi

Indonesia akan
lebih baik jika
tanpa korupsi
Lomba poster KPK, Karya : Christian Tumpak

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti-korupsi


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 31
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai