Anda di halaman 1dari 84

Pembesaran Prostat

Kelompok 10
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha
Bandung
2022
Terminologi
1. Bladder Outlet Obstruction
Penyumbatan yang terjadi pada pangkal kandung kemih sehingga mengurangi/menghentikan
aliran urine ke urethra

2. Prostate Spesific Antigen


Protein yang diproduksi sel normal prostat, normal < 4 mg/dL. Test PSA adalah tes darah yang
mengukur jumlah antigen spesifik prostat (PSA) dalam darah

3. Hydrourether
Pembesaran urether karena adanya obstruksi pada saluran kemih bagian bawah

4. Tumor Prostat
Pembesaran pada prostat karena adanya proses malignansi, inflamasi, atau hiperplasia prostat

5. Hydronephrosis
Perbesaran pada ginjal karena ada obstruksi saluran di bawahnya, biasanya karena
ureterolithiasis
6. International Prostate Symptom Score
Pertanyaan untuk skrining diagnosis cepat dan
manajemen gejala BPH. Digunakan untuk
mengukur tingkat keparahan gejala saluran kemih
bagian bawah (LUTS) dan bukan untuk alat
diagnostik yang andal untuk gejala saluran kemih
bagian bawah (LUTS).

7. Lower Urinary Tract Symptom


Sebuah kondisi umum yang mana memiliki
gejala obstruktif berupa hesistansi, penurunan
pancaran urin, rasa tidak tuntas saat berkemih,
double voiding, mengejan saat berkemih dan urin
menetes setelah berkemih serta gejala iritatif
berupa urgensi, frekuensi dan nokturia.

8. Infeksi Saluran Kemih


Kondisi berkembangnya mikroorganisme atau
bakteri di dalam saluran kemih
Anatomi dan Histologi
Urethra Masculina
dan Prostata
Drake, R. L., Vogl, A. W. & Mitchell, A. W. M., 2014. GRAY Dasar-Dasar Anatomi. 1st ed. Singapore: Elsevier.
URETHRA
◦ - Panjang = 20cm
◦ - Dibagi menjadi pars
preprostatica/intramuralis, pars
prostatica, pars membranacea, dan
pars spongiosa.

◦ - Pars preprostatica → 1 cm
◦ - Pars prostatica → 3 sampai 4 cm
dan dikelilingi oleh prostata.
◦ - Pars membranacea, selama
perjalanannya melewati spatium
tersebut, baik pada pria maupun wanita,
urethra dikelilingi oleh otot rangka
dari musculus sphincter urethrae
externum.

Drake, R. L., Vogl, A. W. & Mitchell, A. W. M., 2014. GRAY Dasar-Dasar Anatomi. 1st ed. Singapore: Elsevier.
URETHRA

◦ Urethra pars spongiosa dikelilingi oleh


jaringan erektil (corpus spongiosum)
penis. Pars spongiosa membesar untuk
membentuk suatu bulbus/ gelembung di
pangkal penis dan menggelembung lagi
diujung penis untuk membentuk fossa
navicularis urethrae.

Drake, R. L., Vogl, A. W. & Mitchell, A. W. M., 2014. GRAY Dasar-Dasar Anatomi. 1st ed. Singapore: Elsevier.
PROSTAT

- Prostata berbentuk seperti kerucut


bulat yang terbalik.

- Prostata → 30 sampai 40 glandula


tunggal yang kompleks

- Glandula ini memperbesar dinding


urethra menjadi apa yang disebut
sebagai prostata.

Drake, R. L., Vogl, A. W. & Mitchell, A. W. M., 2014. GRAY Dasar-Dasar Anatomi. 1st ed. Singapore:
Elsevier.
PROSTAT

◦ - Sekresi dari prostata, bersama dengan


sekresi dari vesicula seminalis,
berkontribusi pada pembentukan semen
selama ejakulasi.

Drake, R. L., Vogl, A. W. & Mitchell, A. W. M., 2014. GRAY Dasar-Dasar Anatomi. 1st ed. Singapore:
PROSTAT

https://www.researchgate.net
- Suplai darah prostat:
- Cabang arteri iliaca interna
(hypogastric); a. Vesicalis inferior
- V. dorsalis penis profunda
- Inervasi: S2-S4 (parasimpatis), L1-L2
(simpatis)
- Drainase limfatik:
- nodi obturatorii
- nodi iliaci interni
Histologi

https://medicine.nus.edu.sg/pathweb/normal-histology/prostate/
Fisiologi Miksi
Tortora, Gerard J and Derrickson, Bryan. 2017. Principles of
Anatomy and Physiology 15th edition. United States of America:
Wiley
Tortora, Gerard J and Derrickson,
Bryan. 2017. Principles of
Anatomy and Physiology 15th
edition. United States of America:
Wiley
Fisiologi Prostat
◦ Sekret prostat cairan warna putih susu, agak asam dengan pH ± 6,5
yang dikeluarkan dari ductus prostaticus.
◦ Membentuk 25% cairan semen.
◦ Mendukung motilitas dan viabilitas sperma
◦ Berisi :
1. Asam sitrat : sumber ATP sperma lewat siklus krebs
2. Enzim proteolitik : Prostate-Specific Antigen (PSA), pepsinogen,
hyaluronidase, lisozim, amilase.
3. Asam fosfatase
4. Seminalplasmin : Antibakteri.
Tortora, Gerard J and Derrickson, Bryan. 2017. Principles of Anatomy and
Physiology 15th edition. United States of America: Wiley
Benign Prostatic
Hyperplasia ( BPH )
Definisi

◦ Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) mengacu pada


pertumbuhan nonmalignant atau hiperplasia jaringan prostat
dan merupakan penyebab umum gejala saluran kemih
bagian bawah pada pria.
◦ Benign prostatic enlargement (BPE) merupakan istilah
klinis yang menggambarkan bertambahnya volume prostat
akibat adanya perubahan histopatologis yang jinak pada
prostat (BPH)

● Benign Prostatic Hyperplasia - StatPearls - NCBI Bookshelf (nih.gov)


● Tjahjodjati, Soebadi DM, Umbas R, Purnomo BB, Widjanarko S, dkk.
Panduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat Jinak (Benign
Prostatic Hyperplasia/BPH). Edisi-3. Jakarta. Ikatan Ahli Urologi Indonesia.
2017.
Etiologi

◦ Peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT)


◦ Proses aging
◦ Adanya ketidak seimbangan antara estrogen-testosteron
◦ Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat
◦ Berkurangnya kematian sel (apoptosis)
◦ Teori stem sel

Purnomo, B, Buku Kuliah Dasar-dasar Urologi,


Jakarta: CV. Sagung Seto, 2000
Faktor Risiko

◦ Sindrom metabolik
◦ Obesitas
◦ Predisposisi genetik
◦ Usia
◦ Faktor hormonal
◦ Riwayat BPH dalam keluarga
◦ Kurangnya aktivitas fisik
◦ Diet rendah serat, konsumsi vitamin E, konsumsi daging merah
◦ Inflamasi kronik pada prostat
◦ Penyakit jantung
● Benign Prostatic Hyperplasia - StatPearls - NCBI Bookshelf (nih.gov)
● Tjahjodjati, Soebadi DM, Umbas R, Purnomo BB, Widjanarko S, dkk.
Panduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat Jinak (Benign
Prostatic Hyperplasia/BPH). Edisi-3. Jakarta. Ikatan Ahli Urologi Indonesia.
2017.
Epidemiologi

◦ Prevalensi penyakit telah terbukti meningkat seiring


bertambahnya usia.
◦ Prevalensi histologis BPH pada otopsi : 50%-60% untuk
laki-laki berusia 60 tahun, meningkat menjadi 80%-90%
untuk usia di atas 70 tahun.
◦ Data yang didapatkan dari Rumah Sakit Hasan Sadikin dari
tahun 2012-2016 ditemukan 718 kasus dengan rata-rata
umur penderita berusia 67.9 tahun.

● Benign Prostatic Hyperplasia - StatPearls - NCBI Bookshelf (nih.gov)


● Tjahjodjati, Soebadi DM, Umbas R, Purnomo BB, Widjanarko S, dkk.
Panduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat Jinak (Benign
Prostatic Hyperplasia/BPH). Edisi-3. Jakarta. Ikatan Ahli Urologi Indonesia.
2017.
Klasifikasi Menurut Sjamsuhidajat 2011, derajat BPH
dibedakan menjadi empat, yaitu:

◦ Stadium I ◦ Stadium III


▫ Ada obstruktif tapi kandung ▫ Setiap BAK urine tersisa
kemih masih mampu kira-kira 150 cc
mengeluarkan urine sampai habis ◦ Stadium IV
◦ Stadium II ▫ Retensi urine total, buli-buli
▫ Ada retensi urine tetapi kandung penuh pasien tampak
kemih masih mampu kesakitan, urine menetes
mengeluarkan urine sampai habis, secara periodic continen.
masih terasa kira-kira 60- 150 cc,
ada rasa tidak enak BAK atau
dysuria dan menjadi nocturia.

https://eprints.umm.ac.id/77074/3/BAB%20II.pdf
Gejala Klinik
Voiding symptoms Storage symptoms
(Obstruksi) (Iritasi)

Hesitancy Frekuensi berkemih meningkat


(polakisuria)

Tidak mampu mengosongkan Hematuria


kandung kemih sepenuhnya

Straining Nokturia

Intermittency Dysuria

Dribbling Urgency

Penurunan pancaran/ aliran urine Stranguria


Priyanto, J, Benigna Prostat Hiperplasi, Semarang, Subbagian Bedah Urologi FK Undip
Pemeriksaan Penunjang

● Rectal Touche
● Urinalisis rutin
● Hematologi rutin
● Prostate spesific antigen (PSA)
● Urinary flow test
● Postvoid residual volume test
● Biopsi prostat
● USG Transrectal
● Cystoscopy
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
1. Konservatif
◦ Terapi Konservatif → watchfull waiting
◦ Ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS dibawah 7
◦ Edukasi pada pasien :
▫ jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah
makan malam,
▫ kurangi konsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi
pada kandung kemih (kopi atau cokelat),
▫ batasi penggunaan obat-­­obat influenza yang mengandung
fenilpropanolamin,
▫ jangan menahan kencing terlalu lama.
▫ penanganan konstipasi
◦ Pasien diminta untuk datang kontrol berkala (3-6 bulan)
2. Medikamentosa
◦ Diberikan pada pasien dengan skor IPSS > 7
▫ α1-‐blocker
■ Menghambat kontraksi otot polos prostat sehingga mengurangi
resistensi tonus leher kandung kemih dan uretra
■ Contoh : terazosin, doksazosin, alfuzosin, dan tamsulosin (1x1),
silodosin (2x1)
■ Efek samping : hipotensi postural, dizzines, asthenia, dan ejakulasi
retrograde
▫ 5α-reductase inhibitor
■ menginduksi proses apoptosis sel epitel prostat yang kemudian
mengecilkan volume prostat hingga 20 – 30%
■ Contoh : finasteride (volume prostat > 40ml )dan dutasteride (volume
prostat > 30 ml).
■ Efek samping : disfungsi ereksi, penurunan libido, ginekomastia, atau
timbul bercak-bercak kemerahan di kulit
2. Medikamentosa
▫ Antagonis Reseptor Muskarinik
■ Menghambat atau mengurangi stimulasi reseptor muskarinik sehingga
akan mengurangi kontraksi sel otot polos kandung kemih
■ Contoh : fesoterodine fumarate, propiverine HCL, solifenacin
succinate, dan tolterodine l-tartrate
■ Efek samping, seperti mulut kering , konstipasi , kesulitan
berkemih,nasopharyngitis,dan pusing.
▫ Phosphodiesterase 5 inhibitor
■ meningkatkan konsentrasi dan memperpanjang aktivitas dari cyclic
guanosine monophosphate (cGMP) intraseluler, sehingga dapat
mengurangi tonus otot polos detrusor, prostat, dan uretra
■ Contoh : sildenafil, vardenafil, dan tadalafil (5 mg per hari)
2. Medikamentosa
▫ Terapi Kombinasi
■ α1-blocker + 5α-reductase inhibitor
● Terapi kombinasi ini diberikan kepada orang dengan keluhan LUTS
sedang-berat dan mempunyai risiko progresi (volume prostat besar,
PSA yang tinggi (>1,3 ng/dL), dan usia lanjut).
● Kombinasi ini hanya direkomendasikan apabila direncanakan
pengobatan jangka panjang (>1 tahun)
■ α1-blocker + antagonis reseptor muskarinik
● bertujuan untuk memblok α1-adrenoceptor dan cholin receptors
muskarinik (M2 dan M3) pada saluran kemih bawah
● Efek samping dari kedua golongan obat kombinasi, yaitu α1-blocker
dan antagonis reseptor muskarinik telah dilaporkan lebih tinggi
dibandingkan monoterapi
● Pemeriksaan residu urine harus dilakukan selama pemberian terapi ini
2. Medikamentosa

▫ Fitofarmaka
■ Beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan tertentu dapat dipakai untuk
memperbaiki gejala, tetapi data farmakologik tentang kandungan zat
aktif yang mendukung mekanisme kerja obat fitoterapi sampai saat ini
belum diketahui dengan pasti.
■ Contoh :
● Pygeum africanum,
● Serenoa repens,
● Hypoxis rooperi,
● Radixurtica, dan masih banyak lainnya
3. Pembedahan
◦ Indikasi tindakan pembedahan, yaitu pada BPH yang sudah menimbulkan
komplikasi, seperti:
▫ retensi urine akut;
▫ gagal Trial Without Catheter (TWOC);
▫ infeksi saluran kemih berulang;
▫ hematuria makroskopik berulang;
▫ batu kandung kemih;
▫ penurunan fungsi ginjal yang disebabkan oleh obstruksi akibat BPH;
▫ dan perubahan patologis pada kandung kemih dan saluran kemih
bagian atas.
◦ Indikasi relatif lain : keluhan sedang hingga berat, tidak menunjukkan
perbaikan setelah pemberian terapi non bedah, dan pasien yang menolak
pemberian terapi medikamentosa
3. Pembedahan
◦ Invasif minimal
▫ TURP (Transurethral Resection of the Prostate)
■ merupakan tindakan baku emas pembedahan pada pasien BPH dengan
volume prostat 30-80 ml
▫ Modifikasi TURP : Bipolar TURP
■ TURP-B memiliki efektifitas yang sama dibandingkan dengan TURP-M
dalam IPSS, skor kualitas hidup dan Qmax. Namun TURP-B memiliki
profil keamanan peri-operatif yang lebih baik dibandingkan TURP-M
■ Komplikasi : disfungsi ereksi
▫ Laser Prostatektomi
■ Kelenjar prostat akan mengalami koagulasi pada suhu 60-650C dan
mengalami vaporisasi pada suhu yang lebih dari 100 0C.
▫ Lain - lain
■ Transurethral Incision of the Prostate (TUIP) atau insisi leher kandung
kemih (bladder neck incision)
3. Pembedahan
◦ Operasi Terbuka
▫ Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui transvesikal
(Hryntschak atau Freyer) dan retropubik (Millin)
▫ Pembedahan terbuka dianjurkan pada prostat yang volumenya
lebih dari 80 ml
4. Lain - Lain
◦ Trial Without Catheterization (TWOC)
▫ TWOC adalah cara untuk mengevaluasi apakah pasien dapat
berkemih secara spontan setelah terjadi retensi. TWOC baru
dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian α1-blocker
selama minimal 3-7 hari.
◦ Clean Intermittent Catheterization (CIC)
▫ CIC adalah cara untuk mengosongkan kandung kemih secara
intermiten baik mandiri maupun dengan bantuan. CIC dipilih
sebelum kateter menetap dipasang pada pasien-pasien yang
mengalami retensi urine kronik dan mengalami gangguan fungsi
ginjal ataupun hidronefrosis.
4. Lain - Lain
◦ Sistostomi
▫ Pada keadaan retensi urine dan kateterisasi transuretra tidak
dapat dilakukan, sistostomi dapat menjadi pilihan. Sistostomi
dilakukan dengan cara pemasangan kateter khusus melalui
dinding abdomen (supravesika) untuk mengalirkan urine.
◦ Kateter menetap
▫ Kateterisasi menetap merupakan cara yang paling mudah dan
sering digunakan untuk menangani retensi urine kronik dengan
keadaan medis yang tidak dapat menjalani tindakan operasi
Pencegahan

◦ Bila obesitas, penurunan berat badan


◦ Aktivitas fisik secara teratur
◦ Konsumsi sayuran
◦ Inhibitor 5α-reduktase
◦ Menghindari kelebihan berat badan dan pengurangan
makanan berlemak
Komplikasi

◦ Retensi urin
◦ Retensi kronis
◦ Infeksi saluran kemih
◦ Hematuria
◦ Batu kandung kemih
Prognosis

Studi observasional telah menunjukkan bahwa ketika


dibiarkan tanpa pengobatan, perkembangan klinis BPH
meningkat selama periode 48 bulan. Risiko retensi urin
akut juga meningkat seiring bertambahnya usia.
Kanker Prostat
Definisi

◦ Kanker prostat adalah kanker yang terjadi


pada prostat
◦ Karsinoma prostat merupakan keganasan
yang terbanyak diantara keganasan sistem
urogenitalia pria

● Purnomo, B, Buku Kuliah Dasar-dasar Urologi,


Jakarta: CV. Sagung Seto, 2000
● Prostate cancer - Symptoms and causes -
Mayo Clinic
Etiologi & Faktor Risiko

◦ Predisposisi genetik
◦ Pengaruh hormonal
◦ Diet
◦ Pengaruh lingkungan
◦ Infeksi

● Purnomo, B, Buku Kuliah Dasar-dasar Urologi,


Jakarta: CV. Sagung Seto, 2000
Epidemiologi

◦ Prevalensi kanker prostat di Indonesia tahun 2013 adalah sebesar


0,2% atau diperkirakan sebanyak 25.012 penderita.
◦ Tumor ini menyerang pasien yang berusia diatas 50 tahun :
▫ 30% menyerang pria berusia 70 - 80 tahun
▫ 75% pada usia > 80 tahun
◦ Kanker ini jarang menyerang pria berusia sebelum 45 tahun.
◦ Insiden karsinoma prostat akhir-akhir ini mengalami penurunan
karena meningkatnya umur harapan hidup, penegakkan diagnosis
yang menjadi lebih baik, dan kewaspadaan (awareness)

● infodatin-kanker.pdf (kemkes.go.id)
● Purnomo, B, Buku Kuliah Dasar-dasar
Urologi, Jakarta: CV. Sagung Seto, 2000
Klasifikasi derajat keganasan

◦ Derajat Adenokarsinoma prostat dengan sistem skor


Gleason (modifikasi)
◦ Skor Gleason adalah salah satu parameter yang
memperkirakan adanya risiko rekurensi setelah
prostatektomi
◦ Sistem Gleason didasarkan atas pola perubahan
arsitektur dari kelenjar prostat yang dilihat secara
mikroskopik dengan pembesaran rendah (60 – 100
kali), yang dibedakan : diferensiasi baik (2-4),
sedang/ moderat (5-7)dan buruk (8-10)
Klasifikasi Stadium
Sistem staging yang digunakan untuk
Kanker prostat adalah menurut
AJCC(American Joint Committee on
Cancer)2010 / sistem TNM 2009 + WHO
Patogenesis
https://sci-hub.se/https://www.nature.com/articles/cgt201377
https://sci-hub.wf/10.1056/nejmra021562
Patofisiologi
GEJALA KLINIK
ㆍ Urinary frequency/hesitancy/incontinence

ㆍ Dysuria

ㆍ Painful ejaculation

ㆍ Lower-back/bone pain → Khas pada ca cancer

ㆍ Hematuria/hematospermia (rare)

ㆍ Neurological deficits (e.g. weakness/lack of lower limb


sensation)

https://www.nature.com/articles/cgt201377
Pemeriksaan Penunjang

● Rectal Touche*
● Prostate spesific antigen (PSA)*
● USG Transrectal **+****
● MRI **+**** * : skrining
** : diagnosis
● Biopsi prostat** *** : menentukan agresif/tidak
● Gleason score*** **** : menentukan metastasis

● Genomic testing***
● Bone scan****
● Computerized tomography (CT) scan****
● Positron emission tomography (PET) scan****
Penatalaksanaan

Pengobatan kanker prostat bervariasi berdasarkan stadium penyakit menurut


American Urological Association (AUA) / American Society for Radiation Oncology
(ASTRO) / Society of Urologic Oncology (SUO), Penatalaksanaan mempertimbangkan
:
● Tingkat keparahan kanker (kategori risiko)
○ Nilai dan preferensi pasien
○ Harapan hidup
○ Gejala fungsional dan genitourinari sebelum pengobatan
○ Status fungsional pasca perawatan
○ Potensi untuk perawatan penyelamatan
● Perawatan Standar untuk Ca Prostat secara Klinis :
○ Melihat perkembangannya
○ Pengawasan yang aktif (Monitoring aktif)
○ Radical prostatectomy
○ Radiation therapy

https://emedicine.medscape.com/article/1967731-treatment
Penatalaksanaan

● Tatalaksana Bedah :
○ prosedur laparoskopi,
○ prosedur dengan bantuan robot,
○ prostatektomi retropubik klasik
○ prostatektomi perineum
● Bentuk Terapi Radiasi :
○ Conventional radiation therapy
○ Three-dimensional (3-D) conformal radiation therapy
○ Intensity-modulated radiation therapy
○ Temporary and permanent brachytherapy
○ Proton-beam radiation
○ Stereotactically guided radiation

https://emedicine.medscape.com/article/1967731-treatment#d1
Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran, Kanker Prostat
Pencegahan

◦ Pilih diet sehat yang penuh dengan buah-buahan dan


sayuran
◦ Pilih makanan sehat daripada suplemen
◦ Rutin olahraga
◦ Pertahankan berat badan yang sehat.
◦ Konsultasi pada dokter bila mempunyai risiko tinggi
kanker prostat
Komplikasi

◦ Metastasis
◦ Inkontinensia urin
◦ Disfungsi ereksi
Prognosis

◦ Pasien dengan kanker lokal tingkat rendah (Gleason 2+2=4/<)


tidak mungkin meninggal karena kanker prostat dalam waktu 15
tahun.
◦ Setelah 15 tahun, pasien yang tidak diobati lebih mungkin
meninggal karena kanker prostat.
◦ Pria dengan penyakit tingkat tinggi (Gleason 4+4=8/>) biasanya
mengalami tingkat kematian kanker prostat yang lebih tinggi dalam
waktu 15 tahun setelah diagnosis.
Pembahasan Skenario
Identifikasi Masalah

Seorang laki-laki bernama Tn J berusia 78 tahun (lansia, > 65 th) datang ke poliklinik
dokter umum. Pasien mengeluh bahwa beberapa bulan terakhir ini pasien merasa sangat
terganggu karena harus berkemih sangat sering (polakisuria), bahkan tiap setengah jam →
GK LUTS, suspek ISK, BPH, Ca Prostat. Pasien datang untuk berobat ke dokter karena
pasien merasa sudah tidak tahan lagi dengan gejalanya. Dari hasil anamnesis, ditemukan
bahwa pasien juga merasakan bahwa pasien harus mengedan untuk berkemih (straining),
urin sering menetes (terminal dribbling), dan terasa tidak puas setelah berkemih
(incomplete emptying) → GK LUTS. Pasien menyangkal adanya nyeri saat berkemih,
demam, penurunan berat badan, hematuria dan nyeri pinggang. → menyingkirkan suspek
ISK, Ca Prostat
RPD : pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini, pasien menyangkal riwayat
tidak bisa berkemih sebelumnya
RPK : (-)
Riwayat kebiasaan : pasien mengaku jarang konsumsi sayur dan buah. → Faktor Risiko
BPH, Ca Prostat, e.c kurangnya antioksidan
Riwayat berobat : pasien sering meminum suplemen untuk melancarkan berkemih, tetapi
tidak ada perubahan → tidak adekuat
Riwayat alergi : tidak ada riwayat alergi
Skrining menggunakan skor IPSS menghasilkan nilai 19 (moderate)

Pemeriksaan fisik umum :


Keadaan umum: sakit sedang
Kesadaran: compos mentis (DBN)
Status gizi: cukup (DBN)
Tanda vital: TD: 110/80 mm Hg; Nadi: 100x/ menit, reguler, isi cukup; Respirasi:
26x/menit → takipnoe karena kompensasi rasa sakit ; Suhu: 36,3 derajat celcius
Status generalis:
- Kepala: Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak kuning (DBN)
- Leher: Tidak ada pembesaran KGB, trakea letak sentral, JVP 5 ± 2 cm H2O (DBN)
- Thoraks: Cor dan Pulmo dalam batas normal (DBN)
- Abdomen: (DBN)
- Inspeksi : datar
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Perkusi : tympani (+)
- Palpasi : soepel, nyeri tekan (-)
- Ekstremitas: dalam batas normal DBN
- Genitalia : Genitalia eksterna: tampak dalam batas normal DBN
Pemeriksaan rektal toucher:
- Inspeksi: daerah anus dan sekitarnya tampak dalam batas normal DBN
- Palpasi: tonus spincter ani normal, dinding ampula recti rata, ampula kosong, polus
superior prostat tidak teraba, prostat teraba membesar bilateral, dengan konsistensi
kenyal, tidak ada nyeri tekan → tumor benign, suspek BPH. Saat pemeriksaan selesai
pada sarung tangan tidak tampak adanya darah (menyingkirkan Ca Colon)

Pemeriksaan Penunjang:

Hematologi rutin: DBN


- Hb 13 g/dL Ht: 39% Leukosit: 9500/mm3 Trombosit: 250.000/mm3 DBN
- Urinalisis rutin: dalam batas normal DBN
- Ureum 20 mg/dL; kreatinin 1.1 mg/dL DBN
- Total: PSA 6 ng/dL → GK BPH, Free PSA: 3,5 ng/dL
- USG: Tractus urinarius dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda bendungan baik
hydroureter maupun hydronephrosis → menyingkirkan urolithiasis, urin residu ±15 mL, dan
ukuran prostat ± 30 cc → ada pembesaran, > 25 cc
- Usulan pemeriksaan biopsi prostat dan pemeriksaan histopatologi
Diagnosis Banding

1. Pembesaran Prostat e.c Benign Prostate Hiperplasia


2. Pembesaran Prostate e.c Ca Prostat

Pemeriksaan Penunjang Lanjutan

1. Uroflowmetri
2. Uretrosistografi retrograd
3. CT Scan, MRI
4. Biopsi
Diagnosis Kerja

Pembesaran Prostat e.c Benign Prostate Hiperplasia


Dasar Diagnosis
Anamnesis
- Laki-laki, 78 tahun
- GK LUTS → polakisuria setiap ½ jam, terminal dribbling, straining, incomplete
emptying
- R. Kebiasaan : Jarang konsumsi buah dan sayur
- R. Berobat : suplemen inadekuat
- Skor IPSS : 19
Pemeriksaan Fisik
- Takipnoe
- Pada rectal toucher, prostat teraba membesar bilateral, kenyal, tidak ada nyeri tekan
Pemeriksaan Penunjang
- PSA > 4 ng/dL
- USH : ukuran prostat > 25 cc
Penatalaksanaan Non Farko

● Prostate massage (3-4x setiap 14 hari/ 1x seminggu setiap 3 minggu)


● Edukasi Watchful Waiting (terapi konservatif)
● Kontrol dan evaluasi berkala 1-6 bulan sesuai kondisi pasien
● Edukasi :
○ Kurangi konsumsi asupan iritatif pada VU : coklat, kopi, rokok,
alcohol) & jangan banyak konsumsi kopi dan alkohol setelah makan
malam)
○ Jangan menahan kencing terlalu lama
● Kurangi konsumsi obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin
(obat dekongestan)
● Penanganan konstipasi
Penatalaksanaan Farmakologi

Penatalaksanaan Farmakologi Untuk IPSS > 7


→ Terapi kombinasi Untuk volume prostat >30

1. α1- blocker 2. 5α-reductase inhibitor

Tujuan : hambat kontraksi otot polos prostat Tujuan : induksi proses apoptosis sel epitel
→ ngurangi resisntesi tonus leher kandung prostat yang dapat mengecilkan volume
kemih dan uretra prostat hingga 20-30%

R/ Alfusozin tab 10 mg No. X R/ Dutasteride tab 0,5 mg No. X

S 1 dd tab I p.c S 1 dd tab p.c

—----------------------- ss —-------------------------- ss
Prognosis

QAV : dubia ad bonam


QAF : dubia ad malam
QAS : dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai