Anda di halaman 1dari 34

BLOK UROPOETIC SEMESTER 5

CASE 1

“Mr. Trump”

TUTOR 11

Tutor : dr. Intan Komalasari, SpJP., FIHA


Ketua : Rahmania Eka Putri 20180410115

Sekpan : Rahadian Amry Naufaldi 20180410174

Sekbuk : Michael Deni Widisaputro 20180410132

Anggota : Saifudin Aziz 20140400164

Dewa Dinamika Karunia W. 20180410013

Jorga Dewanata 20180410037

Alan Christian Soekamto 20180410040

Milleniawati Putri N. 20180410058

Patricia 20180410070

Stefanie Belinda 20180410113

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA

2020 - 2021
Senin, 5 Oktober 2020
LEARNING
PROBLEM HIPOTESIS MEKANISME MORE INFO IDK
ISSUE
DD: - Penjelasan Prostate Specific 1. Anatomi Urinary Tract
Tn. Trump, umur 4thn, - Penyempitan Antigen (PSA) 2. Fisiologi Miksi
Kesulitan dalam buang pada Urethra 3. Fisiologi Hambatan Miksi
air kecil - Benign 4. Transport Urine
prostate 5. Sign & Symptom
KU: Kesulitan dalam hiperplasia 6. Definisi Ca Prostate
buang air kecil - Ca Prostate 7. Grade & Klasifikasi Ca Prostate
- Kidney Stone 8. Faktor Resiko
RPS: - Kesulitan / Batu ginjal 9. Epidemiologi
dalam buang air kecil - Urethra stone 10. Diagnosa
sejak 3 bulan lalu / Batu urethra 11. Pemeriksaan Penunjang
-Bladder stone 12. Pemeriksaan Trans Rectal
- Kesulitan memulai / batu kandung Ultrasound
BAK, aliran lemah, kemih 13. PSA
perlu mengejan saat - Neuropatic 14. Manajemen Terapi Definitif
buang air kecil Bladder 15. Diagnosa definitif
disorder
- kadang terasa
keinginan micturition Dx: Adeno Ca
dan nyeri pada supra Prostat
pubis Grading
Gleason
- terbangun, pada 3+2(5)
malam hari untuk ke T2bN0Mx
toilet sampai 4-5 kali
atau lebih
RPD: tidak ada infeksi
pada organ UG

RPO: -

RPK: Ayah dan kakak


laki-lakinya menderita
Benign Prostate
Hyperplasia dan di
operasi beberapa tahun
lalu

RSE: Bekerja di usaha


milik keluarga sebagai
sekuriti

Pemeriksaan Fisik :

- Kondisi umum :
- TB : 168 cm
- BB : 70 kg
- BMI : 24,8
- Vital Sign :
- BP : 140 / 70
mmHg sedikit
tinggi
- RR : 20 x/min
- PR : 84 bpm,
regular
- T : 36.5°C
- Kepala : normal
- Leher : normal
- Thorax :normal
- Jantung : normal
- Pulmo : normal
- Abdomen :
normal
- Ekstremitas :
normal

Pemeriksaan Urologi :

Palpasi Bimanual :Dbn

Bladder : Dbn

Genitalia Eksterna :

- Penis : Circumcised,
meatus normal

- Testis dan Scrotum :


Dbn
Pemerisaan Digital
Rectal :

- Prostat : Pembesaran
Prostat Grade 2,
Konsistensi : padat,
nodule(+) pada lobus
kanan and tidak nyeri

- Bulbo Cavernousa
Reflex : normal

Dirujuk ke Departement
Urology RSAL
Surabaya Dicurigai
Ca Prostate ,
dilakukan
pemeriksaan
Laboratorium,
transrectal
ultrasound and
fine needle biopsy
of prostate.

Sesi 2

Pemeriksaan
Laboratorium:
Darah :

- HGB : 13.5 mg/dl,


Leucocyte : 7300 /
ml, Plt : 350.000 /L

- SGOT: 14 ug/L, SGPT


20 ug/L

- Blood Urea Nitrogen (


BUN ) : 15 mg/dl,
Creatinine Serum :
0,9 mg/dl

- Random Blood Sugar


: 105 mg/dl

- Prostate Specific
Antigen ( PSA ) :
40 ng/dl

Urinalysis :

- Sediment :
erythrocytes : 2 – 3
Leucocytes : 4 – 5
Bactery : negative
Crystal
:negative
Pemeriksaan Trans
Rectal Ultrasound
( TRUS ) :

- Lesi
Hypoechoic
Pada zona
peripheral
pada kelenjar
kanan tengah
- No mass or
enlargement
on seminal
vesicle

Trans Abdominal
Ultrasound
(Radiologi) :

- Pembesaran ukuran
prostat
4,64cmx5,27cm
vol.52,38 ml.
- Echo parenchim
hipoechoic,
kalsifikasi(-).
- Intraviscical
prostatic protusion
(IPP ) (+) dengan
crooked edges.
- Kandung kemih
tidak membesar,
dindingnya tidak
menebal, tidak
tampak adanya
massa dan batu
- Lesi Hypoechoic di
zona peripheral
pada kelenjar kanan
tengah
- Tidak ada massa
dan pembesaran
pada vesikula
seminalis

Hasil Fine Needle


Aspiration ( FNA )
Biopsy (Patologi
Anatomi) :

➢ The FNA Biopsy


: malignant
cells (+)
Sesi 3

Urologist
melakukan
Radical
Prostatectomy
dengan
pendekatan
Suprapubic
minggu lalu.
Pasien dalam
pemulihan dan
sudah bisa
bergerak, foley
catheter masih
terpasang. Luka
dalam proses
penyembuhan.

- Hasil Pemeriksaan
Pathology :

Adanya sel
adenocarcinoma
pada seluruh
lobus kanan,
Gleason Score
3+2 (5)
I. Anatomi Traktus Urinari inferior
• Vesika Urinaria/Bladder

Organ berbentuk kantong yang kosong dengan dinding berotot kuat, berada
di bagian bawah pelvis ketika kosong, bagian anterior berada tepat superior
terhadap tulang pubis.
o Apex (ujung anterior) mengarah ke ujung superior dari simfisis pubis
o Fundus (basis) kebalikan dari apex
o Corpus bagian diantara apex dan fundus
o Leher vesica urinaria
Dinding dari vesika urinaria utamanya dibentuk oleh m.destrusor
Vaskularisasi
1. Arteri
• Suplai utama dari cabang-cabang A. illiaca interna
• vesicalis superior mensuplay bagian anterosuperior dari vesica
urinaria
• Pada pria, bag. fundus dan leher disuplay A. vesicalis inferior
• Pada wanita, A. vesicalis inferior diganti oleh A. vaginalis
• obturator dan gluteal inferior mensuplay cabang-cabang kecil pada
bladder
2. Vena
Nama vena berhubungan dengan arteri dan berhubungan dengan vena
illiaca interna.
• Pada pria, plexus venosus vesicalis berlanjut dengan plexus venosus
prostaticus, kombinasi plexus ini melapisi fundus vesica, prostat,
glandula seminalis, ductus deferens, dan ujung inferior ureter. Plexus
ini bermuara juga dari vena dorsalis penis profunda yang bermuara ke
dalam plexus venosus prostaticus.
• Plexus venosus vesicalis scr langsung berhubungan dengan vesica
urinaria, bermuara mll V. vesicalis inferior ke dalam V. illiaca interna
• Pada wanita, plexus venosus vesicalis melapisi pars pelvica urethra
dan collum vesicae, menerima darah dari V. dorsalis clitoridis, dan
berhubungan dgn plexus venosus vaginalis atau utero vaginalis
3. Innervasi
• Serat simpatis dibawa dari medulla spinalis T11-L2 atau L3 ke plexus
vesicalis (pelvicus), terutama melalui plexus dan nervus hypogastric
• Serat parasimpatetik dari medulla spinalis setinggi sacralis dibawa
oleh nervus splanchnicus pelvicus dan plexus hypogastricus inferior.
Serat parasimpatetik bersifat motoric thdp M. destrusor dan inhibitori
trhdp sphincter internal dari pria. Sehingga, Ketika sabut afferent
visceral distimulasi oleh regangan, detrusor kontraksi, sphincter
interna relaksasi, dan urine mengalis ke urethra.
• Serat sensorik dari vesica urinaria bersifat visceral; afferent reflex dan
afferent nyeri (contoh dari overdistensi) dari bagian inferior vesica
mengikuti perjalanan serat parasimpatetik. Permukaan superior
vesica urinaria dilapisi oleh peritoneum sehingga terdapat di superior
garis nyeri; maka dari itu serat nyeri dari bagian superior vesica
mengikuti serat simpatetik secara retrograde.

• Male Urethra

Urethra pria adalah saluran muscular yang membawa urin dari orificium
urethra interna dari vesica urinaria keluar menuju orificium urethra externa
di ujung glans penis pria. Urethra juga menjadi tempat keluar semen. Dibagi
menjadi 4 bagian : pars intramuralis (preprostatic urethra), pars prostaticus,
pars membranacea dan pars spongiosa.

Vaskularisasi :
• Pars intramural dan pars prostaticus disuplay oleh cabang prostaticus dari
arteri vesicalis inferior dan arteri rectalis media. Pars membranacea dan
pars spongiosa disuplay o/ A. pudenda internal
• Vena mengikuti arteri dan memiliki nama yang sama
Pembuluh Limfe
• Utamanya mengalir ke nodus limfe illiaca interna, beberapa lewat
menuju ke nodus limfe illiaca externa. Untuk pars spongiosa ke nodus
limfe inguinalis profunda
Innervasi
• Persarafan berasalh dari plexus prostaticus (campuran simpatetik,
parasimpatetik, dan serat afferent visceral). Plecus ini salah satu dari
plecus pelvicus (pemanjangan inferior dari plexus vesicalis) keluar
sebagai ekstensi spesifik organ dari plexus hypogastricus inferior.

• Prostat
Glandula accessoris paling besar pada pria. Bentuk seperti walnut
mengelilingi urethra pars prostaticus.
Bagian glandular Menyusun sekitar 2/3 dari prostat; sisanya fibromuscular.
Strukturnya memiliki kapsul fibrous padat yang menggabungkan plexus dari
nervus dan vena.
Vaskularisasi
• Arteri prostat utama dari cabang arteri illiaca interna terutama dari
arteri vesicalis inferior dan juga dari arteri pudenda interna, arteri
rectalis media.
• Vena bergabung membentuk plexus venosus prostaticus sepajang sisi
dan basis prostat. Plexus ini, diantara kapsul fibrous prostat dan
selubung prostatic, bermuara ke vena illiaca interna. Plexus berlanjur
ke superior dari plexus venosus vesical dan secara posterior dengan
plexus venosus vertebralis interna
Inervasi
Ductus deferens, vesikula seminalis, ductus ejaculatorius, dan prostat
diinervasi oleh serat-serat saraf simpatis berasal dari badan2 sel dari kolumna
sel intermediolateral. Serat2 ini menyilang ganglia paravertebral trunkus
sympatheticus untuk menjadi komponen nervus splanchnicus lumbalis
(abdominopelvicus) dan plexus hypogastricus dan pelvicus.
Serat parasimpatetik presinaptik dari segmen medulla spinalis S2-S4
menyilang nervi splanchnici pelvici, yg juga bergabung dengan plexus
hypogastricus inferior dan pelvicus.
II. HIPOTESIS
1. Penyempitan/striktur uretra
• Struktur uretra merupakan suatu kondisi di mana terjadi penyempitan
pada uretra yang disebabkan adanya peradangan atau beberapa
kondisi lain. Uretra itu sendiri merupakan saluran yang berfungsi untuk
mengeluarkan urine dari ginjal.
• Dalam kondisi normal, uretra cukup besar sehingga urine dapat
dikeluarkan dengan tuntas. Akan tetapi, ukuran saluran ini dapat
menyempit sehingga menimbulkan sumbatan karena beberapa sebab
tertentu. Kondisi inilah yang dinamakan striktur uretra.
2. BPH
• BPH (benign prostate hyperplasia) merupakan pembesaran kelenjar
prostat. Prostat akan semakin membesar seiring bertambahnya usia
seorang pria. Pembesaran prostat ini dapat menjepit uretra (bagian
dari saluran kemih) dan menimbulkan gejala gangguan berkemih.
Kondisi inilah yang biasanya menandai adanya BPH.
3. Ca prostat
• Kanker prostat adalah kanker pada pria yang berkembang di dalam
kelenjar prostat, dan umumnya ditandai dengan gangguan buang air
kecil. Sebagian besar penderita kanker prostat berusia di atas 50 tahun.
Kanker ini tidak bersifat agresif dan berkembang secara perlahan.
• Kanker prostat dapat tidak menimbulkan gejala pada tahap awal.
Gejala kanker prostat akan timbul ketika prostat membesar atau
membengkak dan mulai memengaruhi uretra. Beberapa gejala yang
timbul, antara lain:
o Lebih sering buang air kecil, terutama saat malam hari.
o Nyeri atau panas pada Mr P saat buang air kecil atau ejakulasi.
o Merasa kandung kemih selalu penuh.
o Darah dalam urine atau air mani.
o Tekanan saat mengeluarkan urine berkurang.
o Sulit untuk menahan buang air kecil.
4. Batu ginjal
• Penyakit batu ginjal atau nefrolitiasis adalah kondisi ketika di dalam
ginjal terbentuk material keras menyerupai batu. Material ini
terbentuk dari limbah zat-zat dalam darah yang disaring ginjal,
kemudian mengendap dan lama-kelamaan mengkristal.
• Pengendapan biasanya terjadi karena Anda tidak mengonsumsi air
sesuai anjuran, sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, atau
memiliki kondisi medis yang bisa memengaruhi kadar senyawa
tertentu dalam urine
5. Batu uretra
• Batu kandung kemih atau yang dikenal juga dengan bladder
calculi merupakan batu yang terbentuk dari endapan mineral yang ada
dalam kandung kemih. Semua orang sebenarnya berisiko memiliki satu
batu kandung kemih, tapi pria berusia lebih dari 50 tahun berisiko lebih
tinggi mengalaminya, terutama bagi pria yang mengalami pembesaran
prostat.
• Batu kandung kemih bisa menyumbat saluran urine dan menyebakan
nyeri saat buang air kecil, kesulitan berkemih atau tidak bisa berkemih
sama sekali. Bila tidak segera ditangani, batu kandung kemih
berpotensi menyebabkan infeksi dan komplikasi. Penanganan batu
kandung kemih biasanya memerlukan bantuan dokter. Namun, batu
kandung kemih berukuran kecil bisa saja keluar bersamaan dengan
urine.
6. Neurogenic bladder
• Neurogenik bladder adalah kelainan fungsi kandung kemih akibat
gangguan sistem saraf. Istilah Neurogenic bladder tidak mengacu pada
suatu diagnosis spesifik ataupun menunjukkan etiologinya, melainkan
lebih menunjukkan suatu gangguan fungsi urologi akibat kelainan
neurologis
• Gejala neurogenik bladder berkisar antara kurang berfugsi hingga
overaktivitas, tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter
urinarius mungkin terpengaruhi, menyebabkan spincter menjadi
kurang berfungsi atau overaktivitas dan kehilangan koordinasi dengan
fungsi kandung kemih

III. Fisiologi Mikturisi dan Transport urin


Mikturisi adalah proses di mana mengosongkan kandung kemih saat akan terisi.
Proses ini melibatkan dua langkah utama:
1. kandung kemih terisi secara progresif sampai tegangan di dindingnya naik di
atas ambang batas.
2. refleks saraf yang disebut micturition reflex yang mengosongkan
kandung kemih atau, jika gagal, setidaknya menyebabkan keinginan untuk
buang air kecil secara sadar. Meskipun micturition reflex adalah refleks medula
spinalis otonom, refleks ini juga dapat dihambat atau difasilitasi oleh pusat di
korteks serebral atau batang otak.
TRANSPORTASI URIN DARI GINJAL MELALUI URETER DAN KE KANDUNG KEMIH
• Urine collecting ducts = urine vesica urinaria (tidak ada perubahan yg signifikan
dari komposisi urine)
• Urine yg mengalir pd collecting ducts ke renal calyces -> meningkatkan aktifitas
pacemaker yg melekat -> inisiasi kontraksi peristaltic (menyebar ke renal pelvis
turun sepanjang ureter)-> memaksa urine dr pelvis ginjal ke vesica urinaria.
(ureter orang dewasa : 25-35cm / 10-14 inches)
• Dinding ureter mengandung otot polos yang diinervasi oleh nervus simpatis
dan parasimpatis , serta oleh pleksus intramural neuron dan serabut saraf yang
memanjang di sepanjang ureter. Seperti otot polos visceral lainnya, kontraksi
peristaltik di ureter ditingkatkan oleh stimulasi parasimpatis dan dihambat
oleh stimulasi simpatis.
• Ureter memasuki kandung kemih melalui otot detrusor di daerah trigonum
vesica urinaria. Tonus normal otot detrusor di dinding kandung kemih
cenderung menekan ureter, sehingga mencegah aliran balik (refluks) urin dari
kandung kemih saat tekanan meningkat di kandung kemih selama miksi atau
kompresi kandung kemih. Setiap gelombang peristaltik di sepanjang ureter
meningkatkan tekanan di dalam ureter sehingga dinding kandung kemih
terbuka dan memungkinkan urin mengalir ke kandung kemih.
• Pada beberapa orang, jarak aliran ureter melalui dinding kandung kemih
kurang dari biasanya, sehingga kontraksi kandung kemih selama mikturisi tidak
selalu menyebabkan oklusi total ureter. Akibatnya, sebagian urin di kandung
kemih didorong mundur ke ureter, suatu kondisi yang disebut refluks
vesikoureteral. Refluks seperti itu dapat menyebabkan pembesaran ureter
dan, jika parah, dapat meningkatkan tekanan pada calyces dan struktur medula
ginjal, menyebabkan kerusakan pada daerah ini.

II. Fisiologi Reflex Miksi


• Seiring dengan pengisian kandung kemih, tampak tumpang tindih kurva
peningkatan kontraksi miksi, seperti yang ditunjukkan oleh kurva berbentuk
runcing terputus-putus.
• Kontraksi ini dihasilkan dari refleks regang yang dipicu oleh reseptor regang
sensorik di dalam dinding kandung kemih, terutama oleh reseptor di uretra
posterior ketika daerah ini mulai terisi dengan urine pada tekanan kandung
kemih yang lebih tinggi

• Sinyal sensorik dari reseptor regang kandung kemih dikirimkan ke segmen


sakralis dari medula spinalis melalui nervus pelvikus
• Kemudian dikembalikan secara refleks ke kandung kemih melalui serat saraf
parasimpatis dengan menggunakan persarafan yang sama

• Bila kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi miksi ini biasanya akan
berelaksasi secara spontan dalam waktu kurang dari semenit, otot detrusor
berhenti berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke nilai dasar
• Ketika kandung kemih terus terisi, refleks miksi menjadi semakin sering dan
menyebabkan kontraksi otot detrusor yang lebih kuat.

• Sekali refleks miksi dimulai, refleks ini bersifat "regenerasi sendiri." Artinya, kontraksi
awal kandung kemih akan mengaktifkan reseptor regang yang menyebabkan
peningkatan impuls sensorik yang lebih banyak dari kandung kemih dan uretra
posterior, sehingga menyebabkan peningkatan refleks kontraksi kandung kemih
selanjutnya
• Siklus ini akan berulang terus-menerus sampai kandung kemih mencapai derajat
kontraksi yang cukup kuat. Kemudian, setelah beberapa detik sampai lebih dari
semenit, refleks yang beregenerasi sendiri ini mulai kelelahan dan siklus regeneratif
pada refleks miksi menjadi terhenti, memungkinkan kandung kemih berelaksasi.
• Jadi, refleks miksi merupakan siklus yang lengkap yang terdiri atas
1. Kenaikan tekanan secara cepat dan progresif
2. Periode tekanan menetap
3. Kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal
• Bila refleks miksi yang telah terjadi tidak mampu mengosongkan kandung kemih,
persarafan pada refleks ini biasanya akan tetap dalam keadaan terinhibisi selama
beberapa menit hingga 1 jam atau lebih, sebelum terjadi refleks miksi berikutnya. Bila
kandung kemih terus-menerus diisi, akan terjadi refleks miksi yang semakin sering dan
semakin kuat
• Bila refleks miksi sudah cukup kuat, akan memicu refleks lain yang berjalan melalui
nervus pudendus ke sfingter eksterna untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih
kuat di dalam otak daripada sinyal konstriktor volunter ke sfingter eksterna, maka
akan terjadi pengeluaran urine, Jika tidak, pengeluaran urine tidak akan terjadi hingga
kandung kemih terus terisi dan refleks miksi menjadi lebih kuat lagi,

III. Fisiologi Hambatan Mikturisi


Fasilitasi atau Inhibisi dari Mikturisi oleh Otak
• Reflex Mikturisi adalah reflek otonom dari spinal cord, tetapi dapat diinhibisi atau
difasilitasi oleh pusat di otak
• Pusat ini meliputi :
✓ Pusat fasilitasi dan inhibisi kuat di batang otak, terletak terutama di daerah pons
✓ Beberapa pusat yang terletak di cortex cerebral yang terutama berfungsi sebagai
penghambat, namun dapat menjadi perangsang
• Reflex mikturisi adalah penyebab dasar dari mikturisi, tetapi pusat yang lebih tinggi
mengatur control akhir dari mikturisi melalui :
✓ Pusat yang lebih tinggi menjaga reflex mikturisi terinhibisi sebagian, kecuali ketika
ingin melakukan mikturisi
✓ Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah mikturisi walaupun reflek mikturixi terjadi,
melalui kontraksi tonik dari spinchter bladder externa hingga waktu yang tepat
muncul dengan sendirinya
✓ Ketika waktu untuk kecing tiba, cortical center dapat memfasilitasi sacral micturition
centers untuk membantu menginisiasi reflex mikturisi dan pada saat yang sama
menghambat spinchter urinary external sehingga urinasi dapat terjadi
• Voluntary urinasi biasanya diinisiasi melalui beberapa tahap :
✓ Pertama, seseorang akan mengkontraksikan musculus abdominal secara volunteer,
dimana akan meningkatkan tekanan di vesica urinaria dan memungkinkan extra
urine untuk masuk ke columna vesica urinaria dan urethra posterior dibawah
tekanan, sehingga akan meregangkan dindingnya.
✓ Aksi ini akan menstimulasi stretch reseptor, dimana akan merangsang reflex
mikturisi dan secara bersamaan menghambat spinchter urethral eksternal.
✓ Biasanya, semua urin akan dikosongkan, sehingga jarang lebih dari 5-10 mL urin
terisa di vesica urinaria.

IV. Prostate Specific Antigen (PSA) dan Transrectal Ultrasound TRUS


• PSA → sebuah glikoprotein 28-kD
• Diproduksi di sel2 epitel dari acini & ductus dari ductus prostaticus di prostat
• Merupakan golongan protease serin dari gene kallikrein
• Scr fungsional meregulasi viskositas seminal plasma & berperan penting dalam
menghancurkan mucus cap cervix à shgg sperma bisa masuk

Regulasi & Fisiologi


• Pada laki2 sehat, kadar PSA rendah yg bersirkulasi di dlm tubuh dpt dideteksi di serum.
• Ada 2 bentuk utama PSA yg ditemukan bersirkulasi di tubuh: yg bebas & yg berikatan
• Kebanyakan PSA berikatan dgn α1-antichymotrypsin atau α2-macroglobulin
• Tes utk deteksi PSA total & yg bebas telah dikembangkan
• Sedangkan deteksi total PSA telah digunakan utk screening dan monitoring Ca prostat,
bukti kegunaannya dalam mendeteksi PSA bebas sebagai fraksi telah diidentifikasi.
• Px dgn keganasan memiliki persentase PSA bebas yg lebih rendah
• Seperti tumor marker lainnya, PSA tidak sepenuhnya spesifik
• Laki2 dgn BPH dan prostatitis mungkin dpt mempunyai kadar PSA yg tinggi
• Marker tambahan, spt prostate cancer gene-3 (PCA-3), mulai digunakan utk mendeteksi
kurangnya spesifisitas, meskipun pada saat ini tumor marker Ca prostat masih
kontroversial & skrg masih diteliti

Aplikasi Klinis & Interpretasi


• Beberapa percobaan klinis besar menunjukkan meski PSA dpt mengurangi mortalitas Ca
prostat, ternyata PSA hanya mengurangi sebagian kecil risiko
• Lebih lagi, bahaya dari screening dlm btk biopsy & tx nya mungkin lebih besar drpd
manfaatnya
• Sehingga, rekomendasinya skrg berfokus pd pengambilan keputusan, risiko &
keuntungannya, serta px menghendaki screening atau tidak
• Screening sebaiknya dimulai pd usia 50 tahun (American Cancer Society & American
Urological Association)
• Laki2 dgn risiko tinggi (ada hubungan 1st degree dgn Ca prostat atau orang Afrika-
Amerika) mungkin screening di usia 40 s/d 45 tahun
• Monitoring serial sesuai dgn interval screening 2 tahun dpt dilakukan pd laki2 dgn kadar
PSA < 2.0 ng/mL
• Screening à termasuk Digital Rectal Examination (DRE)
• Manfaat/utilitas dari screening berkurang seiring bertambahnya usia, & tidak sesuai pd
laki2 dgn harapan hidup < 10 tahun
• Selain penggunaan nilai batas standar dari PSA total (< 4 ng/mL umumnya
dipertimbangkan normal), pengukuran PSA lainnya telah digunakan utk menguji
keganasan prostat:
- nilai batas PSA yg disesuaikan dgn usia,
- kecepatan PSA (laju kenaikan dari waktu ke waktu), dan
- rasio antara PSA bebas dgn PSA total
→ telah digunakan utk meningkatkan akurasi dari tes PSA
• Px dgn PSA total > 4 ng/mL dan atau terduga Ca oleh DRE à dilakukan biopsy utk
konfirmasi adanya Ca prostat & dipantau
• Infeksi prostat, iritasi, & BPH (pembesaran) à dpt menyebabkan PSA tinggi
• Lebih lagi, ejakulasi barusan atau DRE dpt meningkatkan PSA yg bersirkulasi
• Ternyata, Ca dapat ada di berapapun konsentrasi PSA
• Secara bersama-sama, penelitian ini mendorong interpretasi PSA dlm konteks gambaran
klinis (termasuk DRE, pencitraan, dan riwayat keluarga).

Metodologi

• PSA diukur dgn immunoassay, yg mana mendeteksi baik PSA bebas maupun PSA yg
terikat dgn α1-antichymotrypsin, tapi tidak dgn α2-macroglobulin
• Kebanyakan immunoassay yg scr komersial tersedia, menggunakan enzim, fluorosensi
atau chemiluminesensi pada sebuah platform immunoassay yg otomatis
• Karena Ab yg mengenali epitop2 yg berbeda mungkin mengenali berbagai bentuk PSA scr
berbeda, mungkin ada bbrp hasil PSA yg tidak sesuai.
• Gangguan yg diketahui telah dilaporkan utk PSA termsk Hook effects dan HAMA (Human
Anti-Mouse Antibody)
Aplikasi & Patofisiologi

• Penggunaan klinis yg terbaik & aplikasi klinis pertama dari PSA adlh utk memantau
perkembangan Ca prostat setelah tx
• Setelah prostatektomi radikal, serum PSA seharusnya menjadi tidak bs terdeteksi bila Ca
nya terlokalisasi
• Pada bbrp laki2 yg dirawat dgn prostatektomi radikal, kekambuhan biokimia ditemukan,
melanjutkan metastase hampir 8 tahun
• Penggunaan PSA utk perkembangan Ca juga telah ditemukan berguna stlh radiasi / tx
endokrin

V. TRUS
• TRUS seringkali dilakukan utk mendeteksi abnormalitas & menuntun biopsy, biasanya
dilakukan saat ada kadar PSA atau DRE yg abnormal
• Ultrasound digunakan sbg bantuan saat biopsy, ketika ada area yg mencurigakan &
hypoechoic, biasanya pada zona perifer.
• Karena tingginya insiden multifocal, biopsy sextant sistematis direkomendasikan
• Pada ultrasound, Ca prostat biasanya terlihat sbg lesi hypoechoic (60-70%) di zona
perifer dari kelenjar, namun bisa juga hyperechoic atau isoechoic (30-40% dari lesi)
• TRUS juga merupakan modalitas dari pilihan utk mengarahkan benih brachytherapy
kedlm prostat

VI. Sign and Symptoms


• Symtomps
Mayoritas pasien dengan stadium awal Ca Prostat adalah asymptomatic. Gejala yang
timbul biasanya terlokalisasi atau karena sudah adanya metastasis. Keluhan obstruktif
atau iritasi adalah hasil dari pertumbuhan tumor ke urethra atau bladder neck atau
extensi secara langsung menuju trigonum vesicae. Secara umum, gejalanya terkait
dengan BPH. Metastasis ke tulang dapat menyebabkan nyeri tulang. Metastasis ke
columna vertebra yang menabrak/menyentuh/menyenggol spinal cord gejalanya
biasanya terkait dengan gejala cord compression, termasuk paresthesia dan extremitas
inferior yang lemah serta inkontinensia fecal/urinaria.
• Sign
Pemeriksaan fisik, termasuk DRE (Digital Rectal Exam) diperlukan. Bila ditemukan nodul
(indularitas), kemungkinan diagnosanya adalah kanker dan perlu pemeriksaan lebih
lanjut (Cth: PSA, TRUS, Biopsy). Penyakit stadium lanjut terlokalisasi dengan pembesaran
limfadenopati dapat menyebabkan lymphedema extremitas inferior. Tanda spesifik cord
compression terkait dg derajat keparahan kompresi dan biasanya disertai dengan lemah
atau spasme extremitas inferior dan hiperreflex bulbocavernosa.

VII. International Prostate Symptom Score (IPSS)


Tujuh pertanyaan pertama dari IPSS identik dengan pertanyaan yang terdapat pada Indeks
Gejala dari AUA (American Urological Association) dan IPSS sekarang ini mengkategorikan gejala
sebagai berikut:
• Ringan (skor gejala ≤7)
• Sedang (skor gejala antara 8-19)
• Berat (skor gejala antara 20-35)
VIII. Interpretasi Mr.Trump
• Mengalami sulit BAK sejak 3 bulan lalu
• sulit untuk mulai berkemih (Intermitency 5)
• alirannya sedikit (Weak Stream 5)
• harus mengejan saat BAK (Straining 5)
• Terkadang ia merasakan dorongan untuk berkemih dan nyeri di bagian supra pubis
(Urgency 4)
• Pada malam hari, dia terbangun 4-5x /lebih untuk ke toilet (Nocturia 5)
• (incomplete emptying) –
• (Frekuensi) –
Interpretasi :
Tn. Trump memiliki skor IPSS Berat, maka ia harus dirujuk ke dokter spesialis urologi.

IX. Definisi Ca prostat


• Kanker prostat dimulai ketika sel-sel di kelenjar prostat mulai tumbuh di luar kendali.
• Neoplasia ganas pada kelenjar prostat
• Keganasan di prostat

X. Grade Ca Prostat
Kanker prostat dinilai berdasarkan sistem Gleason, dibuat pada tahun 1967 dan
diperbarui pada tahun 2014. Menurut sistem ini, kanker prostat dikelompokkan menjadi
lima tingkatan berdasarkan pola diferensiasi kelenjar.
Grade 1 menunjukkan tumor yang berdiferensiasi paling baik, dan tumor Grade 5
tidak menunjukkan diferensiasi kelenjar. Sebagian besar tumor memiliki pola 3, 4, atau
5. Karena sebagian besar tumor mengandung lebih dari satu pola, Primary grade
ditetapkan ke pola dominan dan secondary grade untuk pola yang paling sering
berikutnya. Kedua nilai numerik tersebut kemudian ditambahkan untuk mendapatkan
skor Gleason gabungan. Tumor dengan hanya satu pola diperlakukan seolah-olah tingkat
primer dan sekundernya sama, dan oleh karena itu, jumlahnya menjadi dua kali lipat.
Dengan demikian, tumor yang paling terdiferensiasi memiliki skor Gleason 2 (1 + 1),
dan tumor yang paling tidak terdiferensiasi mendapatkan skor 10 (5 +5). Sistem penilaian
baru yang juga berdasarkan pola kelenjar baru-baru ini diterima oleh WHO untuk
digunakan pada awalnya dalam hubungannya dengan sistem Gleason; berkisar dari 1
(prognosis sangat baik) sampai 5 (prognosis buruk).
XI. Staging Ca Prostat
Sistem Gleason adalah sistem penilaian yang paling umum digunakan. Sistem ini
mengandalkan tampilan arsitektur kelenjar di bawah mikroskop dengan daya rendah.
Dalam menetapkan nilai untuk tumor tertentu, ahli patologi menetapkan nilai primer
(primary grade) untuk pola kanker yang paling sering diamati dan tingkat sekunder
(secondary grade) untuk pola kedua yang paling umum diamati dalam spesimen. Nilai
berkisar dari 1 sampai 5 (Gambar 23–3). Jika seluruh spesimen hanya memiliki satu pola,
maka primary grade dan secondary grade dilaporkan sebagai grade yang sama (misalnya,
3 + 3). Skor Gleason atau jumlah Gleason diperoleh dengan menjumlahkan nilai primary
grade dan secondary grade. Secara tradisional, Gleason grades berkisar antara 1 sampai
5, dan Gleason score berkisar antara 2 sampai 10. Skor Gleason 2-4, 5-7, dan 8-10 masing-
masing berhubungan dengan tumor yang berdiferensiasi baik, sedang, dan buruk.
Namun, praktik penilaian patologi telah berubah seiring waktu, dan pengelompokan ini
sebagian besar sudah tidak terpakai (meskipun kadang-kadang masih dilaporkan dalam
literatur). Dalam praktik patologi kontemporer, pola Gleason pattern 1 dan patern 2
jarang digunakan, sehingga pola Gleason 3 sesuai dengan penyakit tingkat rendah
(kelenjar berukuran yang bervariasi yang menyebar melalui stroma normal dan di antara
kelenjar normal), pola Gleason pattern 4 sesuai dengan intermediategrade disease
(kelenjar yang tidak terbentuk sempurna dengan jumlah fusi yang bervariasi dan pola
pertumbuhan yang lebih infiltratif), dan pola Gleason 5 sesuai dengan penyakit tingkat
tinggi (sel infiltrasi tunggal tanpa pembentukan kelenjar). Variasi pertumbuhan seperti
pola kribiform dan komedokarsinoma juga diamati. Tumor dengan skor Gleason 6 (3 + 3)
tergolong rendah.
Dalam membedakan tumor intermediate- and high-grade, pola Gleason primer
adalah penentu risiko biologis yang paling penting. Jadi, di antara tumor skor Gleason 7,
tumor dengan skor 4 + 3 lebih agresif daripada yang dibaca sebagai 3 + 4. Banyak klinisi
gagal untuk membedakan antara dua populasi ini dan, oleh karena itu, harus dilakukan
secara hati-hati dalam meninjau hal ini. Sistem AJCC TNM 2010 staging untuk CaP
disajikan pada Tabel 23–3. Perhatikan bahwa sehubungan dengan kategorisasi tumor
primer (stadium T), sistem staging klinis menggunakan hasil DRE dan TRUS, tetapi bukan
hasil biopsi. Beberapa contoh untuk menggambarkan sistem staging ini adalah sebagai
berikut.
Jika seorang pasien memiliki kelainan yang teraba pada satu sisi prostat, meskipun
biopsi menunjukkan penyakit bilateral, stadium klinisnya tetap T2a. Jika pasien memiliki
DRE normal, dengan TRUS menunjukkan lesi di satu sisi dan biopsi memastikan kanker,
stadium klinisnya juga T2a (menggunakan hasil DRE dan TRUS). Kanker T1c harus memiliki
DRE normal dan TRUS normal. Perlu dicatat bahwa dibandingkan dengan faktor risiko
seperti skor Gleason dan kadar PSA, stadium T klinis pada kanker prostat merupakan
faktor prognostik yang relatif buruk.
Karena adanya subjektivitas dari interpretasi DRE dan TRUS, dan penyesuaian dari
penilai objektif volume tumor seperti persetase biopsy juga terlibat, stadium T biasanya
punya berbagai macam model untuk prognosis kanker prostat, setidaknya pada T1 dan
T2 yang menjadi penyebab untuk kebanyakan tumor yang terdiagnosa dalam praktek
yang sementara
XII. Incident & Epidemiology
Di Amerika Serikat, adenokarsinoma prostat adalah bentuk kanker paling umum pada
pria, dengan perkiraan 174.650 kasus baru pada 2019, terhitung 20% dari semua kanker
pria. Kanker prostat merupakan penyebab kedua kematian pada pria terkait kanker,
yang dilampaui oleh kanker paru-paru. Perilaku biologis kanker prostat mencakup
keseluruhan dari kanker "histologis" yang tidak signifikan secara klinis hingga tumor
agresif yang dengan cepat berakibat fatal. Ini sebagian besar adalah penyakit penuaan.
Berdasarkan studi otopsi, insiden kanker prostat meningkat dari 20% pada pria berusia
50-an menjadi sekitar 70% pada pria berusia antara 70 dan 80 tahun.
Interaksi antara keterpaparan dari lingkungan dan faktor genetik yang diwariskan
berkontribusi pada perbedaan mencolok dalam kejadian kanker prostat di seluruh
wilayah geografis. Misalnya, kejadian kanker prostat pada individu keturunan Jepang
yang tinggal di Amerika Serikat secara substansial lebih tinggi daripada orang Jepang yang
tinggal di Jepang, tetapi juga hanya sekitar 50% dari kejadian yang dilaporkan pada orang
Afrika Amerika. Seperti dijelaskan di bawah, beberapa faktor genetik tampaknya
meningkatkan risiko karena efek intrinsik pada epitel prostat, sementara yang lainnya
mungkin bertindak dengan memodifikasi risiko yang terkait dengan paparan lingkungan.
Lebih lanjut, seperti yang diharapkan dari organ sensitif androgen, androgen dan fungsi
AR memiliki peran utama dalam perkembangan, progress, dan pengobatan kanker
prostat

XIII. Faktor Resiko


• Faktor Lingkungan
Dihipotesiskan bahwa paparan karsinogen, estrogen, dan oksidan merusak epitel
prostat, mengatur tahap akuisisi perubahan genetik dan epigenetik yang mengarah
pada perkembangan kanker. Secara garis besar, “Pola makan Barat” patut dicurigai,
mengingat insiden kanker prostat yang relatif tinggi di Amerika Serikat, Amerika
Selatan, Eropa Barat, dan Australia. Salah satu komponen makanan yang menurut
studi epidemiologi dan model hewan yang berkontribusi terhadap risiko adalah
konsumsi daging merah hangus dan lemak hewani, yang mengarah pada
pembentukan amina aromatik heterosiklik karsinogenik dan hidrokarbon aromatik
polisiklik. Paparan makanan ini dan lainnya dapat membuat stres oksidan di epitel
prostat, yang menyebabkan cedera sel dan pembengkakan. Salah satu bukti yang
menghubungkan paparan ini dengan perkembangan kanker prostat adalah
pengamatan bahwa polimorfisme dalam glutathione-S-transferase (GSTP1),
merupakan enzim yang terlibat dalam detoksifikasi hidrokarbon aromatik polisiklik,
yang dikaitkan dengan risiko kanker prostat.
• Faktor Genetik turunan
Studi terhadap anak kembar dan keluarga mendukung keberadaan faktor
predisposisi genetik yang penting. Pria dengan kerabat tingkat pertama yang terkena
penyakit ini memiliki peningkatan risiko dua kali lipat, dan banyak varian germline
telah diidentifikasi yang terkait dengan risiko tersebut. Di antara varian yang relatif
umum yang menunjukkan peningkatan risiko yang sederhana adalah varian di
wilayah regulasi yang memengaruhi ekspresi MYC, onkogen penting dalam kanker
prostat. Varian langka lainnya telah diidentifikasi yang terkait dengan risiko tinggi
serangan awal, penyakit agresif. Diantaranya adalah mutasi yang mengganggu fungsi
beberapa gen perbaikan DNA, termasuk mutasi kehilangan fungsi pada BRCA2
(diperlukan untuk perbaikan secara rekombinasi homolog ) dan gen perbaikan
ketidakcocokan DNA (sebagai bagian dari sindrom Lynch). Varian dalam gen yang
mengkode faktor transkripsi HOXB13, yang berperan dalam perkembangan prostat
selama embriogenesis, telah dideskripsikan bahwa dikaitkan dengan peningkatan
risiko beberapa kali lipat.

XIV. Terapi Definitif Carcinoma Prostat


1. General Consideration
• Bentuk terapi yang optimal untuk semua tahap CaP tetap menjadi topik
perdebatan yang hebat
• Keputusan pengobatan didasarkan pada kelas dan stadium tumor, harapan
hidup pasien, kemampuan setiap terapi untuk memastikan kelangsungan
hidup bebas penyakit, morbiditas terkait, dan preferensi pasien dan dokter.
• Pria yang menjalani RP lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal karena
kanker prostat (risiko relatif, 0,62). Keuntungan operasi paling jelas terlihat
pada pasien yang lebih muda (<65 tahun saat diagnosis).
• Setelah penyesuaian risiko menyeluruh dan berbagai confounding control,
consistent mortality benefit(perbedaan yg di tx an tidak) untuk pembedahan
relatif terhadap terapi radiasi sinar eksternal atau terapi hormonal, dan untuk
terapi lokal (pembedahan atau radiasi) relatif terhadap terapi hormon saja.
Perbedaan tampaknya paling besar pada pria dengan tumor yang relatif
berisiko tinggi
• Yang jelas adalah bahwa banyak laki-laki dengan penyakit berisiko rendah
menjadi calon surveilans aktif; seseorang dengan penyakit risiko rendah
hingga menengah harus menerima monoterapi lokal (pembedahan atau
radiasi), dan seseorang dengan penyakit berisiko tinggi biasanya memerlukan
terapi multimodal, baik radiasi dengan terapi hormonal atau pembedahan
yang diikuti secara selektif dengan radiasi tergantung pada patologi dan hasil
PSA awal. .
2. Watchful waiting and active surveillance
• Risiko perkembangan terkait secara signifikan dengan tingkat kanker. Risiko
perkembangan rendah pada seseorang dengan Gleason grade 2–6 (tidak ada
pola 4 atau 5), tetapi meningkat secara signifikan pada mereka dengan
penyakit tingkat tinggi, bahkan di antara pria yang didiagnosis pada usia yang
relatif lanjut
• Kanker yang lebih besar dan lebih signifikan daripada kebanyakan yang
terdeteksi saat ini berdasarkan serum PSA. Selain itu, kebanyakan pria tidak
diikuti dengan hati-hati dengan klinis berkala, radiografi, dan evaluasi ulang
laboratorium (PSA). Mereka dirawat, biasanya dengan deprivasi androgen,
ketika penyakit metastasis simptomatik terdeteksi.
• Konsep yang lebih modern dari watchful waiting adalah "active surveillance."
Dalam pengawasan, laki-laki dengan kanker stadium awal, dan tingkat rendah
hingga menengah diikuti dengan sangat hati-hati dengan penilaian DRE dan
PSA serial, dan tindak lanjut biopsi yang dipandu TRUS untuk memastikan
stabilitas tumor.
3. Radical Prostatectomy
• Komplikasi yang sering terjadi= inkontinensia dan impotensi.
• Deskripsi anatomi kompleks vena dorsal dan anatomi apeks prostat
menghasilkan modifikasi dalam teknik pembedahan yang menyebabkan
berkurangnya kehilangan darah operatif. Selain itu, visualisasi yang lebih baik
memungkinkan diseksi apikal yang lebih tepat, memungkinkan penyisihan
yang lebih baik dari sfingter uretra eksterna dan menghasilkan peningkatan
kontinensia. Deskripsi perjalanan saraf cavernosus memungkinkan modifikasi
lebih lanjut dari teknik bedah - yang disebut teknik hemat saraf - dalam kasus
yang sesuai, menghasilkan fungsi ereksi yang lebih baik dalam jangka panjang.
Diseksi kelenjar getah bening dapat dilakukan hanya pada mereka yang
berisiko signifikan terhadap metastasis kelenjar getah bening.
• Menggunakan pendekatan laparoskopi untuk RP(radical Prostatectomy). Ini
dapat dilakukan melalui pendekatan ekstra- atau transperitoneal
• Laparoskopi mengurangi kehilangan darah secara substansial,
mempersingkat waktu pemulihan secara keseluruhan, dan mengurangi waktu
rawat inap
• Prognosis pasien yang dirawat dengan RP berkorelasi dengan derajat
patologis dan stadium spesimen, dan dengan respons PSA. PSA harus turun
ke tingkat yang tidak terdeteksi dalam 6 minggu setelah operasi dalam banyak
kasus. Metastasis jauh terjadi pada sekitar 85% pasien dengan kelenjar getah
bening positif; beberapa pria dengan keterlibatan nodal mikrometastasis
terbatas dapat disembuhkan dengan RP dan limfadenektomi, tetapi semua
pria dengan keterlibatan nodus harus ditawarkan terapi deprivasi androgen
adjuvan.
• Komplikasi perioperatif termasuk trombosis vena profunda, emboli paru,
pembentukan limfokel, dan infeksi luka. Komplikasi lanjut termasuk
inkontinensia urin dan impotensi
• Banyak pria mendapatkan kembali continence dalam 2-3 bulan, tetapi
pemulihan dapat berlanjut hingga 1 tahun.
4. Radiation therapy—external beam therapy
• Teknik radioterapi sinar eksternal tradisional (XRT) memungkinkan
penyampaian yang aman dari 6500-7000 cGy ke prostat. Teknik XRT standar
bergantung pada penanda tulang untuk menentukan batas perawatan atau
single slice CT untuk menentukan volume target.
• Peningkatan imaging dan penggunaan rencana pengobatan baru (tiga
dimensi, terapi radiasi konformal [3DCRT] dan terapi radiasi modulasi
intensitas [IMRT]) memungkinkan penargetan yang lebih baik, penyesuaian,
atau pembentukan volume radiasi lebih dekat di sekitar prostat, dan
penggunaan dosis yang lebih tinggi tanpa melebihi toleransi jaringan normal
di sekitarnya
5. Radiation therapy—brachytherapy
• Saat ini, dengan menggunakan peranti lunak komputer, seseorang dapat
merencanakan dosis radioterapi yang tepat untuk disampaikan dengan
panduan TRUS.
• Implan dapat bersifat permanen (yodium 125 atau paladium 103) di mana
benih ditempatkan di prostat, dan dosis radiasi dikirimkan dari waktu ke
waktu atau sementara di mana benih dimasukkan ke dalam kateter inti
berongga dan kedua benih (iridium 192) dan kateter dilepas setelah beberapa
saat rawat inap dan paparan radiasi. Implan permanen memiliki tingkat dosis
yang lebih rendah, tetapi dosis total yang diberikan lebih tinggi dibandingkan
dengan implan sementara yang memiliki tingkat dosis lebih tinggi, tetapi
memberikan dosis total yang lebih rendah.
• Radiasi sinar eksternal dapat diberikan kepada mereka yang menderita
kanker risiko menengah dan tinggi, yang menerima brachytherapy permanen,
dan secara rutin diberikan kepada kebanyakan orang yang menjalani
brachytherapy dosis tinggi atau sementara.
• Pengurangan androgen sering kali digunakan untuk mengecilkan prostat
sebelum brachytherapy untuk memfasilitasi penempatan benih, meskipun
hal ini menimbulkan efek samping tambahan. Pria dengan penyakit berisiko
tinggi yang memilih brachytherapy menerima radiasi sinar eksternal dan
kekurangan androgen tambahan seperti yang dijelaskan untuk mereka yang
ditangani dengan teknik sinar external saja.
6. Cryosurgery
• Pembekuan prostat dilakukan dengan menggunakan perangkat cryosurgical
multi-probe. Beberapa probe hollow-core ditempatkan secara perkutan di
bawah panduan TRUS. Kebanyakan ahli bedah secara rutin melakukan dua
siklus pembekuan-pencairan pada semua pasien, dan jika bola es tidak cukup
meluas ke apeks prostat, cryoprobe ditarik ke belakang ke dalam apeks dan
siklus pembekuan-pencairan tambahan dilakukan. Suhu di tepi bola es adalah
0 ° C hingga −2 ° C, sedangkan penghancuran sel yang sebenarnya
membutuhkan −25 ° C hingga −50 ° C
• Perangkat penghangat intrauretra meminimalkan pembekuan uretra dan
pengelupasan berikutnya, sehingga meminimalkan risiko gejala dan / atau
retensi urin yang parah. Dengan sistem cryoablasi modern (generasi ketiga),
komplikasi parah seperti fistula rektouretra jauh lebih jarang terjadi daripada
sebelumnya. Namun, disfungsi ereksi sangat umum terjadi setelah
cryotherapy, lebih banyak daripada setelah operasi saraf atau terapi radiasi,
dan cryotherapy belum diadopsi secara luas untuk perawatan primer.
7. Focal Therapy
• Kanker prostat cenderung menjadi penyakit infiltratif, dengan kelenjar kanker
diselingi dengan kelenjar normal, dan seringkali multifokal. Oleh karena itu,
terapi fokal hanya mengobati tumor sambil membebaskan prostat normal
dan struktur sekitarnya — lebih menantang daripada untuk tumor yang
tumbuh sebagai lesi terpisah.
• Berbagai modalitas sedang diselidiki untuk tujuan ini — termasuk cryotherapy
terbatas, ultrasound terfokus intensitas tinggi (HIFU), terapi laser interstisial,
dan lain-lain.

XV. Masalah/Diagnosis pada Pada Pasien Ini


Gleason Score : 3+2 (5)
Staging : T2bN0Mx
T2 (tumor) : Tumor palpable by DRE or visible by imaging, involving both lobes of the
prostate
N0 (nodul) : No regional lymph node metastatis
Mx (metastase) : cannot be assessed
XVI. Radical Prostatectomy
• Kemungkinan kekambuhan dari Following Radical Prostatektomi yaitu terkait dengan
tingkat kanker, stadium patologis, dan sejauh mana ekstensi ekstrakapsular.
• Kekambuhan kanker lebih umum pada mereka yang memiliki positive surgical margins,
ekstensi ekstrakapsular, invasi vesikel seminalis, dan penyakit kelas tinggi.
• Bagi pasien yang tingkat PSA dideteksi berkembang setelah Radical Prostatectomy,
pengulangan (local vs distant) dapat ditetapkan dengan kepastian berdasarkan interval
dari operasi ke konsentrasi PSA (Prostat Spesifik Antigen) yang dapat dideteksi, PSADT
( PSA Double Time) , dan selektif dalam penggunaan imaging studies.
• Kemungkinan kematian spesifik kanker prostat tertinggi setelah PSA yang kambuh
setelah Radical Prostatectomy berkisar antara 1% hingga 99%, tergantung pada skor
Gleason, waktu untuk kambuh, dan PSADT.
• Pasien dengan risiko rendah (misalnya, kambuh dalam interval panjang, kinetik PSA
lambat) dan / atau mereka yang memiliki harapan hidup terbatas yang dapat
diobservasi, mereka yang susp local recurrence(terutama dalam pengaturan margin
positif) dapat mengambil manfaat dari terapi radiasi penyelamatan, dan mereka yang
memiliki kemungkinan distant disease harus menerima terapi sistemik dengan
deprivasi androgen.

Anda mungkin juga menyukai