CASE 1
“Mr. Trump”
TUTOR 11
Patricia 20180410070
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020 - 2021
Senin, 5 Oktober 2020
LEARNING
PROBLEM HIPOTESIS MEKANISME MORE INFO IDK
ISSUE
DD: - Penjelasan Prostate Specific 1. Anatomi Urinary Tract
Tn. Trump, umur 4thn, - Penyempitan Antigen (PSA) 2. Fisiologi Miksi
Kesulitan dalam buang pada Urethra 3. Fisiologi Hambatan Miksi
air kecil - Benign 4. Transport Urine
prostate 5. Sign & Symptom
KU: Kesulitan dalam hiperplasia 6. Definisi Ca Prostate
buang air kecil - Ca Prostate 7. Grade & Klasifikasi Ca Prostate
- Kidney Stone 8. Faktor Resiko
RPS: - Kesulitan / Batu ginjal 9. Epidemiologi
dalam buang air kecil - Urethra stone 10. Diagnosa
sejak 3 bulan lalu / Batu urethra 11. Pemeriksaan Penunjang
-Bladder stone 12. Pemeriksaan Trans Rectal
- Kesulitan memulai / batu kandung Ultrasound
BAK, aliran lemah, kemih 13. PSA
perlu mengejan saat - Neuropatic 14. Manajemen Terapi Definitif
buang air kecil Bladder 15. Diagnosa definitif
disorder
- kadang terasa
keinginan micturition Dx: Adeno Ca
dan nyeri pada supra Prostat
pubis Grading
Gleason
- terbangun, pada 3+2(5)
malam hari untuk ke T2bN0Mx
toilet sampai 4-5 kali
atau lebih
RPD: tidak ada infeksi
pada organ UG
RPO: -
Pemeriksaan Fisik :
- Kondisi umum :
- TB : 168 cm
- BB : 70 kg
- BMI : 24,8
- Vital Sign :
- BP : 140 / 70
mmHg sedikit
tinggi
- RR : 20 x/min
- PR : 84 bpm,
regular
- T : 36.5°C
- Kepala : normal
- Leher : normal
- Thorax :normal
- Jantung : normal
- Pulmo : normal
- Abdomen :
normal
- Ekstremitas :
normal
Pemeriksaan Urologi :
Bladder : Dbn
Genitalia Eksterna :
- Penis : Circumcised,
meatus normal
- Prostat : Pembesaran
Prostat Grade 2,
Konsistensi : padat,
nodule(+) pada lobus
kanan and tidak nyeri
- Bulbo Cavernousa
Reflex : normal
Dirujuk ke Departement
Urology RSAL
Surabaya Dicurigai
Ca Prostate ,
dilakukan
pemeriksaan
Laboratorium,
transrectal
ultrasound and
fine needle biopsy
of prostate.
Sesi 2
Pemeriksaan
Laboratorium:
Darah :
- Prostate Specific
Antigen ( PSA ) :
40 ng/dl
Urinalysis :
- Sediment :
erythrocytes : 2 – 3
Leucocytes : 4 – 5
Bactery : negative
Crystal
:negative
Pemeriksaan Trans
Rectal Ultrasound
( TRUS ) :
- Lesi
Hypoechoic
Pada zona
peripheral
pada kelenjar
kanan tengah
- No mass or
enlargement
on seminal
vesicle
Trans Abdominal
Ultrasound
(Radiologi) :
- Pembesaran ukuran
prostat
4,64cmx5,27cm
vol.52,38 ml.
- Echo parenchim
hipoechoic,
kalsifikasi(-).
- Intraviscical
prostatic protusion
(IPP ) (+) dengan
crooked edges.
- Kandung kemih
tidak membesar,
dindingnya tidak
menebal, tidak
tampak adanya
massa dan batu
- Lesi Hypoechoic di
zona peripheral
pada kelenjar kanan
tengah
- Tidak ada massa
dan pembesaran
pada vesikula
seminalis
Urologist
melakukan
Radical
Prostatectomy
dengan
pendekatan
Suprapubic
minggu lalu.
Pasien dalam
pemulihan dan
sudah bisa
bergerak, foley
catheter masih
terpasang. Luka
dalam proses
penyembuhan.
- Hasil Pemeriksaan
Pathology :
Adanya sel
adenocarcinoma
pada seluruh
lobus kanan,
Gleason Score
3+2 (5)
I. Anatomi Traktus Urinari inferior
• Vesika Urinaria/Bladder
Organ berbentuk kantong yang kosong dengan dinding berotot kuat, berada
di bagian bawah pelvis ketika kosong, bagian anterior berada tepat superior
terhadap tulang pubis.
o Apex (ujung anterior) mengarah ke ujung superior dari simfisis pubis
o Fundus (basis) kebalikan dari apex
o Corpus bagian diantara apex dan fundus
o Leher vesica urinaria
Dinding dari vesika urinaria utamanya dibentuk oleh m.destrusor
Vaskularisasi
1. Arteri
• Suplai utama dari cabang-cabang A. illiaca interna
• vesicalis superior mensuplay bagian anterosuperior dari vesica
urinaria
• Pada pria, bag. fundus dan leher disuplay A. vesicalis inferior
• Pada wanita, A. vesicalis inferior diganti oleh A. vaginalis
• obturator dan gluteal inferior mensuplay cabang-cabang kecil pada
bladder
2. Vena
Nama vena berhubungan dengan arteri dan berhubungan dengan vena
illiaca interna.
• Pada pria, plexus venosus vesicalis berlanjut dengan plexus venosus
prostaticus, kombinasi plexus ini melapisi fundus vesica, prostat,
glandula seminalis, ductus deferens, dan ujung inferior ureter. Plexus
ini bermuara juga dari vena dorsalis penis profunda yang bermuara ke
dalam plexus venosus prostaticus.
• Plexus venosus vesicalis scr langsung berhubungan dengan vesica
urinaria, bermuara mll V. vesicalis inferior ke dalam V. illiaca interna
• Pada wanita, plexus venosus vesicalis melapisi pars pelvica urethra
dan collum vesicae, menerima darah dari V. dorsalis clitoridis, dan
berhubungan dgn plexus venosus vaginalis atau utero vaginalis
3. Innervasi
• Serat simpatis dibawa dari medulla spinalis T11-L2 atau L3 ke plexus
vesicalis (pelvicus), terutama melalui plexus dan nervus hypogastric
• Serat parasimpatetik dari medulla spinalis setinggi sacralis dibawa
oleh nervus splanchnicus pelvicus dan plexus hypogastricus inferior.
Serat parasimpatetik bersifat motoric thdp M. destrusor dan inhibitori
trhdp sphincter internal dari pria. Sehingga, Ketika sabut afferent
visceral distimulasi oleh regangan, detrusor kontraksi, sphincter
interna relaksasi, dan urine mengalis ke urethra.
• Serat sensorik dari vesica urinaria bersifat visceral; afferent reflex dan
afferent nyeri (contoh dari overdistensi) dari bagian inferior vesica
mengikuti perjalanan serat parasimpatetik. Permukaan superior
vesica urinaria dilapisi oleh peritoneum sehingga terdapat di superior
garis nyeri; maka dari itu serat nyeri dari bagian superior vesica
mengikuti serat simpatetik secara retrograde.
• Male Urethra
Urethra pria adalah saluran muscular yang membawa urin dari orificium
urethra interna dari vesica urinaria keluar menuju orificium urethra externa
di ujung glans penis pria. Urethra juga menjadi tempat keluar semen. Dibagi
menjadi 4 bagian : pars intramuralis (preprostatic urethra), pars prostaticus,
pars membranacea dan pars spongiosa.
Vaskularisasi :
• Pars intramural dan pars prostaticus disuplay oleh cabang prostaticus dari
arteri vesicalis inferior dan arteri rectalis media. Pars membranacea dan
pars spongiosa disuplay o/ A. pudenda internal
• Vena mengikuti arteri dan memiliki nama yang sama
Pembuluh Limfe
• Utamanya mengalir ke nodus limfe illiaca interna, beberapa lewat
menuju ke nodus limfe illiaca externa. Untuk pars spongiosa ke nodus
limfe inguinalis profunda
Innervasi
• Persarafan berasalh dari plexus prostaticus (campuran simpatetik,
parasimpatetik, dan serat afferent visceral). Plecus ini salah satu dari
plecus pelvicus (pemanjangan inferior dari plexus vesicalis) keluar
sebagai ekstensi spesifik organ dari plexus hypogastricus inferior.
• Prostat
Glandula accessoris paling besar pada pria. Bentuk seperti walnut
mengelilingi urethra pars prostaticus.
Bagian glandular Menyusun sekitar 2/3 dari prostat; sisanya fibromuscular.
Strukturnya memiliki kapsul fibrous padat yang menggabungkan plexus dari
nervus dan vena.
Vaskularisasi
• Arteri prostat utama dari cabang arteri illiaca interna terutama dari
arteri vesicalis inferior dan juga dari arteri pudenda interna, arteri
rectalis media.
• Vena bergabung membentuk plexus venosus prostaticus sepajang sisi
dan basis prostat. Plexus ini, diantara kapsul fibrous prostat dan
selubung prostatic, bermuara ke vena illiaca interna. Plexus berlanjur
ke superior dari plexus venosus vesical dan secara posterior dengan
plexus venosus vertebralis interna
Inervasi
Ductus deferens, vesikula seminalis, ductus ejaculatorius, dan prostat
diinervasi oleh serat-serat saraf simpatis berasal dari badan2 sel dari kolumna
sel intermediolateral. Serat2 ini menyilang ganglia paravertebral trunkus
sympatheticus untuk menjadi komponen nervus splanchnicus lumbalis
(abdominopelvicus) dan plexus hypogastricus dan pelvicus.
Serat parasimpatetik presinaptik dari segmen medulla spinalis S2-S4
menyilang nervi splanchnici pelvici, yg juga bergabung dengan plexus
hypogastricus inferior dan pelvicus.
II. HIPOTESIS
1. Penyempitan/striktur uretra
• Struktur uretra merupakan suatu kondisi di mana terjadi penyempitan
pada uretra yang disebabkan adanya peradangan atau beberapa
kondisi lain. Uretra itu sendiri merupakan saluran yang berfungsi untuk
mengeluarkan urine dari ginjal.
• Dalam kondisi normal, uretra cukup besar sehingga urine dapat
dikeluarkan dengan tuntas. Akan tetapi, ukuran saluran ini dapat
menyempit sehingga menimbulkan sumbatan karena beberapa sebab
tertentu. Kondisi inilah yang dinamakan striktur uretra.
2. BPH
• BPH (benign prostate hyperplasia) merupakan pembesaran kelenjar
prostat. Prostat akan semakin membesar seiring bertambahnya usia
seorang pria. Pembesaran prostat ini dapat menjepit uretra (bagian
dari saluran kemih) dan menimbulkan gejala gangguan berkemih.
Kondisi inilah yang biasanya menandai adanya BPH.
3. Ca prostat
• Kanker prostat adalah kanker pada pria yang berkembang di dalam
kelenjar prostat, dan umumnya ditandai dengan gangguan buang air
kecil. Sebagian besar penderita kanker prostat berusia di atas 50 tahun.
Kanker ini tidak bersifat agresif dan berkembang secara perlahan.
• Kanker prostat dapat tidak menimbulkan gejala pada tahap awal.
Gejala kanker prostat akan timbul ketika prostat membesar atau
membengkak dan mulai memengaruhi uretra. Beberapa gejala yang
timbul, antara lain:
o Lebih sering buang air kecil, terutama saat malam hari.
o Nyeri atau panas pada Mr P saat buang air kecil atau ejakulasi.
o Merasa kandung kemih selalu penuh.
o Darah dalam urine atau air mani.
o Tekanan saat mengeluarkan urine berkurang.
o Sulit untuk menahan buang air kecil.
4. Batu ginjal
• Penyakit batu ginjal atau nefrolitiasis adalah kondisi ketika di dalam
ginjal terbentuk material keras menyerupai batu. Material ini
terbentuk dari limbah zat-zat dalam darah yang disaring ginjal,
kemudian mengendap dan lama-kelamaan mengkristal.
• Pengendapan biasanya terjadi karena Anda tidak mengonsumsi air
sesuai anjuran, sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, atau
memiliki kondisi medis yang bisa memengaruhi kadar senyawa
tertentu dalam urine
5. Batu uretra
• Batu kandung kemih atau yang dikenal juga dengan bladder
calculi merupakan batu yang terbentuk dari endapan mineral yang ada
dalam kandung kemih. Semua orang sebenarnya berisiko memiliki satu
batu kandung kemih, tapi pria berusia lebih dari 50 tahun berisiko lebih
tinggi mengalaminya, terutama bagi pria yang mengalami pembesaran
prostat.
• Batu kandung kemih bisa menyumbat saluran urine dan menyebakan
nyeri saat buang air kecil, kesulitan berkemih atau tidak bisa berkemih
sama sekali. Bila tidak segera ditangani, batu kandung kemih
berpotensi menyebabkan infeksi dan komplikasi. Penanganan batu
kandung kemih biasanya memerlukan bantuan dokter. Namun, batu
kandung kemih berukuran kecil bisa saja keluar bersamaan dengan
urine.
6. Neurogenic bladder
• Neurogenik bladder adalah kelainan fungsi kandung kemih akibat
gangguan sistem saraf. Istilah Neurogenic bladder tidak mengacu pada
suatu diagnosis spesifik ataupun menunjukkan etiologinya, melainkan
lebih menunjukkan suatu gangguan fungsi urologi akibat kelainan
neurologis
• Gejala neurogenik bladder berkisar antara kurang berfugsi hingga
overaktivitas, tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter
urinarius mungkin terpengaruhi, menyebabkan spincter menjadi
kurang berfungsi atau overaktivitas dan kehilangan koordinasi dengan
fungsi kandung kemih
• Bila kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi miksi ini biasanya akan
berelaksasi secara spontan dalam waktu kurang dari semenit, otot detrusor
berhenti berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke nilai dasar
• Ketika kandung kemih terus terisi, refleks miksi menjadi semakin sering dan
menyebabkan kontraksi otot detrusor yang lebih kuat.
• Sekali refleks miksi dimulai, refleks ini bersifat "regenerasi sendiri." Artinya, kontraksi
awal kandung kemih akan mengaktifkan reseptor regang yang menyebabkan
peningkatan impuls sensorik yang lebih banyak dari kandung kemih dan uretra
posterior, sehingga menyebabkan peningkatan refleks kontraksi kandung kemih
selanjutnya
• Siklus ini akan berulang terus-menerus sampai kandung kemih mencapai derajat
kontraksi yang cukup kuat. Kemudian, setelah beberapa detik sampai lebih dari
semenit, refleks yang beregenerasi sendiri ini mulai kelelahan dan siklus regeneratif
pada refleks miksi menjadi terhenti, memungkinkan kandung kemih berelaksasi.
• Jadi, refleks miksi merupakan siklus yang lengkap yang terdiri atas
1. Kenaikan tekanan secara cepat dan progresif
2. Periode tekanan menetap
3. Kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal
• Bila refleks miksi yang telah terjadi tidak mampu mengosongkan kandung kemih,
persarafan pada refleks ini biasanya akan tetap dalam keadaan terinhibisi selama
beberapa menit hingga 1 jam atau lebih, sebelum terjadi refleks miksi berikutnya. Bila
kandung kemih terus-menerus diisi, akan terjadi refleks miksi yang semakin sering dan
semakin kuat
• Bila refleks miksi sudah cukup kuat, akan memicu refleks lain yang berjalan melalui
nervus pudendus ke sfingter eksterna untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih
kuat di dalam otak daripada sinyal konstriktor volunter ke sfingter eksterna, maka
akan terjadi pengeluaran urine, Jika tidak, pengeluaran urine tidak akan terjadi hingga
kandung kemih terus terisi dan refleks miksi menjadi lebih kuat lagi,
Metodologi
• PSA diukur dgn immunoassay, yg mana mendeteksi baik PSA bebas maupun PSA yg
terikat dgn α1-antichymotrypsin, tapi tidak dgn α2-macroglobulin
• Kebanyakan immunoassay yg scr komersial tersedia, menggunakan enzim, fluorosensi
atau chemiluminesensi pada sebuah platform immunoassay yg otomatis
• Karena Ab yg mengenali epitop2 yg berbeda mungkin mengenali berbagai bentuk PSA scr
berbeda, mungkin ada bbrp hasil PSA yg tidak sesuai.
• Gangguan yg diketahui telah dilaporkan utk PSA termsk Hook effects dan HAMA (Human
Anti-Mouse Antibody)
Aplikasi & Patofisiologi
• Penggunaan klinis yg terbaik & aplikasi klinis pertama dari PSA adlh utk memantau
perkembangan Ca prostat setelah tx
• Setelah prostatektomi radikal, serum PSA seharusnya menjadi tidak bs terdeteksi bila Ca
nya terlokalisasi
• Pada bbrp laki2 yg dirawat dgn prostatektomi radikal, kekambuhan biokimia ditemukan,
melanjutkan metastase hampir 8 tahun
• Penggunaan PSA utk perkembangan Ca juga telah ditemukan berguna stlh radiasi / tx
endokrin
V. TRUS
• TRUS seringkali dilakukan utk mendeteksi abnormalitas & menuntun biopsy, biasanya
dilakukan saat ada kadar PSA atau DRE yg abnormal
• Ultrasound digunakan sbg bantuan saat biopsy, ketika ada area yg mencurigakan &
hypoechoic, biasanya pada zona perifer.
• Karena tingginya insiden multifocal, biopsy sextant sistematis direkomendasikan
• Pada ultrasound, Ca prostat biasanya terlihat sbg lesi hypoechoic (60-70%) di zona
perifer dari kelenjar, namun bisa juga hyperechoic atau isoechoic (30-40% dari lesi)
• TRUS juga merupakan modalitas dari pilihan utk mengarahkan benih brachytherapy
kedlm prostat
X. Grade Ca Prostat
Kanker prostat dinilai berdasarkan sistem Gleason, dibuat pada tahun 1967 dan
diperbarui pada tahun 2014. Menurut sistem ini, kanker prostat dikelompokkan menjadi
lima tingkatan berdasarkan pola diferensiasi kelenjar.
Grade 1 menunjukkan tumor yang berdiferensiasi paling baik, dan tumor Grade 5
tidak menunjukkan diferensiasi kelenjar. Sebagian besar tumor memiliki pola 3, 4, atau
5. Karena sebagian besar tumor mengandung lebih dari satu pola, Primary grade
ditetapkan ke pola dominan dan secondary grade untuk pola yang paling sering
berikutnya. Kedua nilai numerik tersebut kemudian ditambahkan untuk mendapatkan
skor Gleason gabungan. Tumor dengan hanya satu pola diperlakukan seolah-olah tingkat
primer dan sekundernya sama, dan oleh karena itu, jumlahnya menjadi dua kali lipat.
Dengan demikian, tumor yang paling terdiferensiasi memiliki skor Gleason 2 (1 + 1),
dan tumor yang paling tidak terdiferensiasi mendapatkan skor 10 (5 +5). Sistem penilaian
baru yang juga berdasarkan pola kelenjar baru-baru ini diterima oleh WHO untuk
digunakan pada awalnya dalam hubungannya dengan sistem Gleason; berkisar dari 1
(prognosis sangat baik) sampai 5 (prognosis buruk).
XI. Staging Ca Prostat
Sistem Gleason adalah sistem penilaian yang paling umum digunakan. Sistem ini
mengandalkan tampilan arsitektur kelenjar di bawah mikroskop dengan daya rendah.
Dalam menetapkan nilai untuk tumor tertentu, ahli patologi menetapkan nilai primer
(primary grade) untuk pola kanker yang paling sering diamati dan tingkat sekunder
(secondary grade) untuk pola kedua yang paling umum diamati dalam spesimen. Nilai
berkisar dari 1 sampai 5 (Gambar 23–3). Jika seluruh spesimen hanya memiliki satu pola,
maka primary grade dan secondary grade dilaporkan sebagai grade yang sama (misalnya,
3 + 3). Skor Gleason atau jumlah Gleason diperoleh dengan menjumlahkan nilai primary
grade dan secondary grade. Secara tradisional, Gleason grades berkisar antara 1 sampai
5, dan Gleason score berkisar antara 2 sampai 10. Skor Gleason 2-4, 5-7, dan 8-10 masing-
masing berhubungan dengan tumor yang berdiferensiasi baik, sedang, dan buruk.
Namun, praktik penilaian patologi telah berubah seiring waktu, dan pengelompokan ini
sebagian besar sudah tidak terpakai (meskipun kadang-kadang masih dilaporkan dalam
literatur). Dalam praktik patologi kontemporer, pola Gleason pattern 1 dan patern 2
jarang digunakan, sehingga pola Gleason 3 sesuai dengan penyakit tingkat rendah
(kelenjar berukuran yang bervariasi yang menyebar melalui stroma normal dan di antara
kelenjar normal), pola Gleason pattern 4 sesuai dengan intermediategrade disease
(kelenjar yang tidak terbentuk sempurna dengan jumlah fusi yang bervariasi dan pola
pertumbuhan yang lebih infiltratif), dan pola Gleason 5 sesuai dengan penyakit tingkat
tinggi (sel infiltrasi tunggal tanpa pembentukan kelenjar). Variasi pertumbuhan seperti
pola kribiform dan komedokarsinoma juga diamati. Tumor dengan skor Gleason 6 (3 + 3)
tergolong rendah.
Dalam membedakan tumor intermediate- and high-grade, pola Gleason primer
adalah penentu risiko biologis yang paling penting. Jadi, di antara tumor skor Gleason 7,
tumor dengan skor 4 + 3 lebih agresif daripada yang dibaca sebagai 3 + 4. Banyak klinisi
gagal untuk membedakan antara dua populasi ini dan, oleh karena itu, harus dilakukan
secara hati-hati dalam meninjau hal ini. Sistem AJCC TNM 2010 staging untuk CaP
disajikan pada Tabel 23–3. Perhatikan bahwa sehubungan dengan kategorisasi tumor
primer (stadium T), sistem staging klinis menggunakan hasil DRE dan TRUS, tetapi bukan
hasil biopsi. Beberapa contoh untuk menggambarkan sistem staging ini adalah sebagai
berikut.
Jika seorang pasien memiliki kelainan yang teraba pada satu sisi prostat, meskipun
biopsi menunjukkan penyakit bilateral, stadium klinisnya tetap T2a. Jika pasien memiliki
DRE normal, dengan TRUS menunjukkan lesi di satu sisi dan biopsi memastikan kanker,
stadium klinisnya juga T2a (menggunakan hasil DRE dan TRUS). Kanker T1c harus memiliki
DRE normal dan TRUS normal. Perlu dicatat bahwa dibandingkan dengan faktor risiko
seperti skor Gleason dan kadar PSA, stadium T klinis pada kanker prostat merupakan
faktor prognostik yang relatif buruk.
Karena adanya subjektivitas dari interpretasi DRE dan TRUS, dan penyesuaian dari
penilai objektif volume tumor seperti persetase biopsy juga terlibat, stadium T biasanya
punya berbagai macam model untuk prognosis kanker prostat, setidaknya pada T1 dan
T2 yang menjadi penyebab untuk kebanyakan tumor yang terdiagnosa dalam praktek
yang sementara
XII. Incident & Epidemiology
Di Amerika Serikat, adenokarsinoma prostat adalah bentuk kanker paling umum pada
pria, dengan perkiraan 174.650 kasus baru pada 2019, terhitung 20% dari semua kanker
pria. Kanker prostat merupakan penyebab kedua kematian pada pria terkait kanker,
yang dilampaui oleh kanker paru-paru. Perilaku biologis kanker prostat mencakup
keseluruhan dari kanker "histologis" yang tidak signifikan secara klinis hingga tumor
agresif yang dengan cepat berakibat fatal. Ini sebagian besar adalah penyakit penuaan.
Berdasarkan studi otopsi, insiden kanker prostat meningkat dari 20% pada pria berusia
50-an menjadi sekitar 70% pada pria berusia antara 70 dan 80 tahun.
Interaksi antara keterpaparan dari lingkungan dan faktor genetik yang diwariskan
berkontribusi pada perbedaan mencolok dalam kejadian kanker prostat di seluruh
wilayah geografis. Misalnya, kejadian kanker prostat pada individu keturunan Jepang
yang tinggal di Amerika Serikat secara substansial lebih tinggi daripada orang Jepang yang
tinggal di Jepang, tetapi juga hanya sekitar 50% dari kejadian yang dilaporkan pada orang
Afrika Amerika. Seperti dijelaskan di bawah, beberapa faktor genetik tampaknya
meningkatkan risiko karena efek intrinsik pada epitel prostat, sementara yang lainnya
mungkin bertindak dengan memodifikasi risiko yang terkait dengan paparan lingkungan.
Lebih lanjut, seperti yang diharapkan dari organ sensitif androgen, androgen dan fungsi
AR memiliki peran utama dalam perkembangan, progress, dan pengobatan kanker
prostat