Lapran Pendahuluan & Askep Kasus 6 Retensi Urine-3
Lapran Pendahuluan & Askep Kasus 6 Retensi Urine-3
DI SUSUN OLEH :
Anggota kelompok 3A
N NIM NAMA
O
1 A12020003 Rafmat Prasetyo utomo
2 A12020006 Ahmad Yoga Muzaqi
3 A12020007 Aizah Cahyaningrum
4 A12020008 Alfina Eka Prima
5 A12020012 Amanda Bintang Mediana
6 A12020014 Ameliatun Nur Rohmah
7 A12020017 Anggi Ibnu Masulin
8 A12020019 Ani Halimah
9 A12020025 Anisya Febriana
10 A12020027 Arif pandu juliansyah
11 A12020031 Bangkiit prayogo hidayatullah
12 A12020034 Dewi Arimbi Hanggono Raras
13 A12020041 Elsa Suryani
14 A12020048 Farach Aini Fauzia
15 A12020049 Febri Maysarohhaeni
RETENSI URINE
A. Definisi
Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan
tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. Retensio
urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari fesika urinaria. (Kapita
Selekta
Kedokteran).
Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat terjadi
secara akut maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknakes 1995). Retensio urine adalah
ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau
dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth).
Retensio urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan
tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. (PSIK
UNIBRAW).
B. Etiologi
1. Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medullaspinalis. Kerusakan
saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya, misalnya pada
operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis,misalnya
miningokel, tabes doraslis, atau spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit
yang hebat.
2. Vesikalberupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, , atoni pada pasien
DM atau penyakit neurologist, divertikel yang besar
3. Intravesikal berupa pembesaran prostat, kekakuan lehervesika, batu kecil dan
tumor.
4. Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran prostat,kelainan patologi uretra,
trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
5. Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik (atropine),
preparat antidepressant antipsikotik (Fenotiazin), preparat antihistamin
(Pseudoefedrin hidroklorida = Sudafed), preparat penyekat β adrenergic
(Propanolol), preparat antihipertensi (hidralasin).
C. Pathway
Nyeri hebat di
sepanjang panggul Tidak bisa menerima dan
mengisi sinyal sensori
Nyeri akut
Sinyal sensori otak dan
organ panngul
Retensi urine
D. Patofisiologi
Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa
sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai
mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, factor obat dan factor lainnya
seperti ansietas,kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya. Berdasarkan
lokasi bisa dibagi menjadi supra vesikal berupa kerusakan pusat miksi di medulla
spinalsi menyebabkan kerusaan simpatis dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya
sehingga tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya
atau menurunnya relaksasi otot spinkter internal, vesikal berupa kelemahan otot
detrusor karena lama teregang, intravesikal berupa hipertrofi prostate, tumor atau
kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil menyebabkan obstruksi urethra sehingga
urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder kemudian distensi abdomen. Factor
obat dapat mempengaruhi proses BAK, menurunkan tekanan darah, menurunkan
filtrasi glumerolus sehingga menyebabkan produksi urine menurun. Factor lain berupa
kecemasan, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya yang dapat
meningkatkan tensi otot perut, peri anal, spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi
dengan baik.
Dari semua factor di atas menyebabkan urine mengalir labat kemudian terjadi
poliuria karena pengosongan kandung kemih tidak efisien. Selanjutnya terjadi distensi
bladder dan distensi abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah satunya berupa
kateterisasi urethra.
E. Tanda dan Gejala
1. Diawali dengan urine mengalir lambat.
2. Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan
kandung kemih tidak efisien.
3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih.
4. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.
5. Pada retensi berat bisa mencapai 2000 -3000 cc
SKENARIO KASUS
Pasien perempuan, 37 tahun mengeluh nyeri pada tulang ekor dan tidak dapat BAK setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Mekanisme injuri,
pasien mengendarai sepeda motor kemudian ditabrak motor lain dari arah belakang, pasien
jatuh dalam posisi terduduk. Kelemahan anggota gerak bawah dan kesemutan disangkal.
Pasien merupakan rujukan dari RS Siloam dengan diagnosis fraktur os coccygeus dan suspek
cauda equine syndrome. Regio Pelvis Inspeksi : swelling, bruise at sacral area. Palpasi : ada
tenderness at buttock area, tidak mengalami paresthesia, tidak ada hipoesthesia. Pasien
didiagnosis dengan fraktur os coccygeus dengan retensi urine et causa neurogenic bladder.
Pasien mendapat terapi analgetik, neuroprotektor dan bladder training.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : Ny.Y
Usia : 37 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : -
Pekerjaan : IRT
Agama : islam
Alamat : kedung puji
Tanggal masuk : 14 0ktober 2022
Tanggal pengkajian : 14 oktober 2022
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn.Z
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SMA
Agama : islam
Alamat : kebumen
Hubungan dengan klien : suami
3. Pengkajian primer :
a. Airway : jalan napas tidak ada sumpatan, snoring (-), gargling (-)
b. Breathing : spontan, RR 20/menit, stidor (-)
c. Circulation :
d. Disability
e. Exposure
4. Pengkajian sekunder
a. Riwayat kesehatan utama
Pasien perempuan, 37 tahun mengeluh nyeri pada tulang ekor dan tidak dapat
BAK setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
5. Tanda-tanda vital
TD : 130/90
N : 90 ×/menit
RR : 20 ×/menit
S : 36,8 C
6. Pengkajiam head to toe
Kepala : kepala pasien tampak berbentuk mososephal, simetris, rambut hitam
tidak ada massa, jejas (-)
Muka : muka pasien tampak simetris, warna sama dengan bagian tubuh lain
Mata : pupil bulat isokor, konjungtiva anemis +/+, skelar ikterik -/-
Hidung : hidung pasien tampak normal,simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak
terdapat luka
Telinga : telinga pasien tampak simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat luka
Leher : i : tidak ada benjolan
Pa : tidak ada nyeri
Thoraks :
- I : simetris saat statis maupun dinamis
- Pa : todak terdapat massa
- Pe : sonor
- A : vesikuler
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
Program terapi
Tanggal/ jam
No Nama obat/ terapi Dosis Indikasi
1 Tolterodine - Untuk mengatasi kondisi
kandung kemih yang terlalu
aktif (overactive bladder
2 Mirabegon - Obat penghambat alfa
3 Terapi kekuatan otot dasar - Untuk meningkatkan kendali
panggul (non-farmakologi) atas aliran urine, dengan
melakuakn latihan menahan
buang air kecil, senam kegel,
atau menjadwalkan waktu
buang air kecil
4 Terapi suntik botox - Untuk melemaskan otot
kandung kemih yang terlalu
aktif
5 Pemasangan cincin - Untuk mencegah turunnya
pesarium rahim, yang bisa
mengakibatkan inkontinensia
urine
Pemeriksaan penunjang :
B. Analisa data
Edukasi :
- menjelaskan tujuan dan
prosedur pemasangan
kateter urine
- mengnjurkan menarik
napas saat insersi selang
kateter
Hari/tanggal DX Evaluasi
Rabu/ 21 Retensi urine S : klien mengatakn tidak bisa BAK
november O : pasien terlihat menahan sakit
2022 A : masalah keperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- mengkaji ttv
- memasang kateter
- melakuakn kolaborasi dengan pemberian
obat analgetik
Nyeri akut S : pasien mengatakan nyeri padsa bagian tulang
ekor
O : pasien tampak meringisd kesakitan
- skala nyeri 7
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- mengkaji ttv
- pantau skala nyeri
- kolaborasi obat analgetik dan terapi non-
farmakologi