Anda di halaman 1dari 12

“Ekonomi Unggul Indonesia

Maju”

KEBIJAKAN PENGENDALIAN EKSPOR


DAN IMPOR
PELAKSANAAN UU NO.11 TAHUN 2020
TENTANG CIPTA KERJA

Februari 2021

www.ekon.go.id perekonomianRI perekonomianRI Kemenko Perekonomian RI Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada
ALUR PERMOHONAN IZIN DAN REKOMENDASI SAAT INI KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
“Ekonomi Unggul, Indonesia
Maju”

Kondisi Saat Ini Latar Belakang

2.  Kebijakan Pengendalian Ekspor-Impor antar K/L


1. Data Rekomendasi
masih belum terintegrasi
Permohonan dikirimkan ke Sistem
INSW
Rekomendasi
 Tidak ada acuan data yang sama mengenai
jumlah kebutuhan impor/ ekspor

K/L Penerbit  Tidak adanya kepastian bagi Pelaku Usaha dan


Rekomendasi Industri, atas ketersediaan barang/ bahan baku
5.  Perlu ada mekanisme yg kredibel, transparan
Data Ijin dan akuntabel dalam menetapkan Kebutuhan
dikirimkan ke
Sistem INSW
Impor/Ekspor
Pelaku Usaha Sistem
(Importir/ INSW
Eksportir/
PPJK)
4. 3.
Permohonan Data Rekomendasi
Ijin K/L Penerbit dikirimkan ke K/L
Ijin Penerbit Ijin

www.ekon.go.id perekonomianRI perekonomianRI Kemenko Perekonomian RI Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada 2
PENGENDALIAN EKSPOR-IMPOR DALAM UUCK KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
“Ekonomi Unggul, Indonesia
Maju”
Pasal 46 Angka 13 UUCK
13. Ketentuan Pasal 45 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 45
(1) Impor Barang hanya dapat dilakukan oleh Importir yang memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat.
(2) Dalam hal Impor tidak dilakukan untuk kegiatan usaha, importir tidak memerlukan Perizinan Berusaha.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Penjelasan ayat (1):
Permohonan impor barang diajukan langsung kepada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan,
dan persetujuan Pemerintah Pusat diberikan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan
setelah ada rekomendasi dari kementerian lain jika diperlukan.

 UU No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja mengamanatkan perizinan berusaha di Indonesia dilakukan berdasarkan resiko
 Hal ini mengakibatkan Rekomendasi yang selama ini wajib sebagai dasar penerbitan PI/PE diubah normanya menjadi “jika
diperlukan”.
 Selain itu UUCK mengamanatkan pengendalian ekspor impor merupakan wewenang Menteri Perdagangan.
 Konsern K/L terkait dengan Tusi untuk pengembangan, pembinaan, dan pengawasan di sektor masing-masing yang selama ini
dilakukan melalui Rekomendasi akan dituangkan dalam Neraca Komoditas.
 Neraca Komoditas pada prinsipnya menguatkan kosern K/L agar lebih strategis dengan membuat usulan penetapan kebutuhan impor
kepada Rakortas, untuk dibahas dan ditetapkan menjadi penetapan kebutuhan ekspor/impor yang harus diterbitkan PE/PI nya oleh
Kementerian Perdagangan.
www.ekon.go.id perekonomianRI perekonomianRI Kemenko Perekonomian RI Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada 3
SHARING DATA DALAM NERACA KOMODITAS KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
“Ekonomi Unggul, Indonesia
Maju”

Pasal 13 RPP Penyelenggaraan Bidang Perdagangan


(1) Dalam rangka kebutuhan neraca komoditas, kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian menyediakan data terkait
dengan Ekspor dan Impor serta data lainnya pada sistem informasi yang terintegrasi.
(2) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan menyampaikan data realisasi Ekspor dan
Impor kepada Menteri, menteri, dan/atau kepala lembaga pemerintah nonkementerian terkait melalui sistem informasi
yang terintegrasi.

 Dalam RPP Perdagangan, kepentingan K/L untuk memperoleh data yang diperlukan dalam melakukan pengawasan sesuai
Tusi masing-masing akan disediakan secara otomatis melalui sistem tunggal yang terintegrasi (LNSW).
 Neraca Komoditas disediakan dalam sistem tunggal yang terintegrasi dan merupakan rujukan tunggal dalam pengendalian
ekspor impor.
 Neraca Komoditas dapat diakses oleh seluruh K/L terkait sehingga terdapat transparansi dan data dapat digunakan oleh
K/L sesuai dengan Tusi masing-masing.

www.ekon.go.id perekonomianRI perekonomianRI Kemenko Perekonomian RI Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada 4
NERACA KOMODITAS (1/2) KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
“Ekonomi Unggul, Indonesia
Prinsip: Transparansi, Simplifikasi, & Kepastian Layanan Maju”

1. Pengaturan tentang Pengendalian Ekspor dan Impor terdapat di beberapa RPP Sektor, telah dilakukan sinkronisasi dan sesuai
dengan semangat UU CK (penyederhanaan, percepatan dan transparansi perizinan, serta kemudahan berusaha).
2. Sesuai hasil Rakortas Menteri (23 Januari 2020), bahwa penerbitan Perizinan Impor dan Ekspor didasarkan pada Neraca
Komoditas, diatur di RPP Perdagangan, dan RPP Sektor teknis yang terkait komoditi impor/ ekspor tersebut.
3. Neraca Komoditas, dibahas di Rakortas di Kemenko Perekonomian bersama K/L terkait:
 Masukan dari semua K/L Sektor teknis  penetapan Rencana Kebutuhan Impor/ Ekspor,
 Pembahasan di Rakortas, menghasilkan penetapan Kebutuhan Impor/ Ekspor
 Menjadi rujukan tunggal/ dasar Persetujuan Impor dan Persetujuan Ekspor di KemenDag.

NERACA KOMODITAS:
 Forum Rakortas K/L di Kemenko
K/L Sektor  Sistem Elektronik yang Terintegrasi. KemenDag
Penetapan Kebutuhan Impor/ Ekspor Persetujuan
Rencana Impor
Kebutuhan
Impor/
Ekspor*
PRODUKSI
+ IMPOR
= KONSUMSI
+ EKSPOR
dan
Persetujuan
Ekspor
* Penetapan Rencana
Kebutuhan Impor/Ekspor
dilakukan pada y-1

www.ekon.go.id perekonomianRI perekonomianRI Kemenko Perekonomian RI Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada 5
NERACA KOMODITAS (2/2) KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
Prinsip: Transparansi dan Kepastian Berusaha “Ekonomi Unggul, Indonesia
Maju”
PELAKU USAHA K/L SEKTOR MEKANISME /PROSES KEMENDAG
Input
Ekspor

3 Output
5
Persetujuan
1 2
Ekspor
4
Usulan Penetapan RAKORTAS
Kebutuhan Rencana Kebutuhan Pembahasan NERACA
Kebutuhan Neraca Komoditi
Impor/Ekspor Impor/Ekspor KOMODITI Penetapan Output
Impor/Ekspor Kebutuhan
Elemen Data detail: Impor/Ekspor Persetujuan
Jenis Brg, Jumlah Brg, Sistem INSW* Impor
Waktu & Tempat 5
Impor/ Ekspor, dll
3

Keterangan: SIINas Inatrade Sistem K/L


 Sistem Elektronik yang Terintegrasi terkait
 Pendekatan HS Code, API-P, API-U
 “Kebutuhan Impor/ Ekspor” sbg dasar penerbitan PI/ PE Impor
Input
• Neraca Komoditas: Data dan informasi yang memuat antara lain konsumsi dan produksi komoditas tertentu untuk kebutuhan penduduk dan keperluan industri, dalam kurun waktu tertentu,
yang ditetapkan dan berlaku secara nasional.
• Neraca Komoditas akan menetapkan Kebutuhan Impor/ Ekspor dan menjadi rujukan tunggal & dasar dari penerbitan Persetujuan Impor dan Ekspor yang berlaku secara nasional.
• Pengaturan lebih lanjut Neraca Komoditas akan dituangkan dalam Peraturan Presiden, dan diselesaikan oleh seluruh K/L terkait, dengan transisi penerapan dalam waktu 1 tahun.
• Pembangunan dashboard sistem dilakukan bertahap di Sistem INSW, tahap awal untuk komoditas yang telah masuk dalam program STRANAS PK dan Alat Kesehatan.

www.ekon.go.id perekonomianRI perekonomianRI Kemenko Perekonomian RI Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada 6
PROSES BISNISSIINAS/
NERACA KOMODITAS
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
“Ekonomi Unggul, Indonesia
PELAKU USAHA SINSW Maju”
INATRADE/SISTEM MENKO
K/L
PROBIS PENYAMPAIAN RENCANA KEBUTUHAN

Verifikasi/ Neraca Komoditas Rakor teknis untuk


Usulan kebutuhan finalisasi Neraca
Konfirmasi • Demand
bahan baku/bahan Kompilasi data Komoditas
(SIINAS/ - Kebutuhan Industri
penolong (y-1) - Kebutuhan konsumsi
(Es II)
Sistem K/L) • Supply
• Verifikasi data pelakiu usaha - Produksi lokal
Dengan memuat data a.l: • Kebutuhan bahan baku/ - Produksi lain
• Jenis Kode HS (mll Monev dan/atau bahan penolong
verifikator pihak ketiga)
• Impor (Gap)
• Produksi
IMPOR

• Jumlah Rakortas
• Waktu • Menerbitkan usulan • Stock Neraca Komoditas (Menteri/Es I)
• Pelabuhan Tujuan penetapan kebutuhan • Konsumsi Terlegitimasi Penetapan Penetapan Neraca
• Kapasitas Produksi impor/ekspor yang akan • Pelaku usaha yang
dibahas di Rakortas kebutuhan Komoditas
• Supply mengajukan permohonan
• Menyampaikan data (a.l. ekspor impor
• Demand
• Kewajiban perizinan (a.l. produksi, stock, konsumsi)
Laporan, Komitmen) yang dibutuhkan NK kepada
SINSW sesuai Tusi masing-
masing

Meneruskan keputusan penetapan kebutuhan


ekspor impor sebagai dasar penerbitan PI/PE
Penerbitan PI/PE
PROBIS PERIZINAN

sesuai penetapan
Respon
kebutuhan ekspor Persetujuan/
impor (INATRADE) Meneruskan pengajuan PI/PE pelaku usaha Penolakan PI/PE

Pengajuan PI/PE
SINSW
(Transaksional)
Meneruskan respon Persetujuan/Penolakan PI/PE pelaku usaha

www.ekon.go.id perekonomianRI perekonomianRI Kemenko Perekonomian RI Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada
PENGATURAN NERACA KOMODITAS DALAM KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
RPP PENYELENGGARAAN BIDANG PERDAGANGAN “Ekonomi Unggul, Indonesia
Maju”

Pasal 5 Pasal 6 Pasal 11


(1) Eksportir dalam kegiatan Ekspor wajib memiliki (1) Importir dalam kegiatan Impor wajib memiliki NIB yang berlaku sebagai Angka (1) Dalam rangka
NIB. Pengenal Importir (API). kebutuhan neraca
(2) Dalam hal Ekspor tidak dilakukan untuk kegiatan (2) NIB yang berlaku sebagai Angka Pengenal Importir (API) sebagaimana dimaksud komoditas,
usaha, Eksportir tidak memerlukan NIB dan/atau pada ayat (1) terdiri dari: kementerian/lembaga
Perizinan Berusaha. a. Angka Pengenal Importir Umum (API-U); dan pemerintah
(3) Terhadap kegiatan Ekspor tertentu, Eksportir wajib b. Angka Pengenal Importir Produsen (API-P). nonkementerian
memiliki Perizinan Berusaha dari Menteri. (3) Terhadap kegiatan Impor tertentu, Importir wajib memiliki Perizinan Berusaha dari menyediakan data terkait
(4) Perizinan Berusaha di bidang Ekspor sebagaimana Menteri. dengan Ekspor dan Impor
dimaksud pada ayat (3) terdiri dari: (4) Dalam hal Impor tidak dilakukan untuk kegiatan usaha, Importir tidak memerlukan serta data lainnya pada
a. Eksportir terdaftar; dan/atau NIB dan/atau Perizinan Berusaha. sistem informasi yang
b. Persetujuan Ekspor. (5) Perizinan Berusaha di bidang Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri terintegrasi.
(5) Penerbitan persetujuan Ekspor oleh Menteri dari: (2) Menteri yang
dilaksanakan berdasarkan neraca komoditas. a. Importir terdaftar; menyelenggarakan
(6) Dalam hal neraca komoditas sebagaimana b. Importir Produsen; dan/atau urusan pemerintahan di
dimaksud pada ayat (5) belum ditetapkan, c. persetujuan Impor. bidang keuangan
penerbitan persetujuan Ekspor oleh Menteri akan (6) Penerbitan persetujuan Impor oleh Menteri dilaksanakan berdasarkan neraca menyampaikan data
dilakukan berdasarkan ketentuan dan data yang komoditas. realisasi Ekspor dan
tersedia. (7) Dalam hal neraca komoditas sebagaimana dimaksud pada ayat (6) belum Impor kepada Menteri,
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai neraca ditetapkan, penerbitan persetujuan Impor oleh Menteri akan dilakukan menteri, dan/atau kepala
komoditas sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berdasarkan ketentuan dan data yang tersedia. lembaga pemerintah
diatur dengan Peraturan Presiden. (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai neraca komoditas sebagaimana dimaksud pada nonkementerian terkait
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai: ayat (6) diatur dengan Peraturan Presiden. melalui sistem informasi
a. Eksportir yang tidak memerlukan NIB dan/atau (9) Ketentuan lebih lanjut mengenai: yang terintegrasi.
Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud a. NIB yang berlaku sebagai Angka Pengenal Importir (API) sebagaimana dimaksud
pada ayat (2); dan pada ayat (1);
b. Perizinan Berusaha di bidang Ekspor b. Importir yang tidak memerlukan NIB dan/atau Perizinan Berusaha sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dimaksud pada ayat (4); dan
dalam Peraturan Menteri. c. Perizinan Berusaha di bidang Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (5), diatur
dalam Peraturan Menteri.

www.ekon.go.id perekonomianRI perekonomianRI Kemenko Perekonomian RI Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada 8
PENGATURAN NERACA KOMODITAS DALAM KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
RPP PENYELENGGARAAN BIDANG PERINDUSTRIAN (1/2) “Ekonomi Unggul, Indonesia
Maju”

Paragraf 3 Neraca Komoditas Pasal 12


Pasal 11 (1) Penetapan neraca komoditas sebagaimana dimaksud dalam
(1) Dalam rangka menjamin ketersediaan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong Pasal 11 ayat (5) dilakukan dalam rapat koordinasi yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pemerintah Pusat menetapkan neraca komoditas. diselenggarakan oleh kementerian yang menyelenggarakan
(2) Neraca komoditas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan kementerian
a. data yang lengkap, detail, dan akurat mengenai kebutuhan Bahan Baku dan/atau dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang
Bahan Penolong untuk Industri dalam negeri; dan perekonomian paling lambat pada bulan Desember tahun
b. data yang lengkap, detail, dan akurat mengenai pasokan Bahan Baku dan/atau sebelumnya.
Bahan Penolong untuk Industri dalam negeri. (2) Penetapan neraca komoditas sebagaimana dimaksud pada
(3) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a paling sedikit meliputi data ayat (1) dilakukan berdasarkan rencana kebutuhan Industri
mengenai: dan rincian data pasokan Bahan Baku dan/atau Bahan
a. jenis Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang dibutuhkan berdasarkan pos tarif; Penolong.
b. jumlah/volume Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang dibutuhkan; (3) Neraca komoditas yang telah ditetapkan dapat dievaluasi
c. waktu pemanfaatan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang dibutuhkan; dan sewaktu-waktu jika diperlukan, untuk ditetapkan kembali
d. standar mutu Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang dibutuhkan. melalui rapat koordinasi yang dihadiri oleh pejabat pimpinan
(4) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b paling sedikit meliputi data tinggi utama/madya.
mengenai: (4) Neraca komoditas dapat diakses melalui sistem informasi
e. jenis Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang tersedia di dalam negeri terintegrasi.
berdasarkan pos tarif;
f. jumlah/volume Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang tersedia di dalam
negeri; Pasal 13
g. waktu ketersediaan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong di dalam negeri; dan (1) Rapat koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat
h. standar mutu Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang tersedia di dalam negeri. (1) diselenggarakan oleh menteri dan/atau pejabat pimpinan
(5) Neraca komoditas sebagaimana dimaksud pada ayat ditetapkan untuk jangka waktu 1 tinggi utama/madya.
(satu) tahun. (2) Rapat koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
didahului dengan rapat koordinasi teknis
kementerian/lembaga terkait.

www.ekon.go.id perekonomianRI perekonomianRI Kemenko Perekonomian RI Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada 9
PENGATURAN NERACA KOMODITAS DALAM KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
RPP PENYELENGGARAAN BIDANG PERINDUSTRIAN (2/2) “Ekonomi Unggul, Indonesia
Maju”

Pasal 14 Pasal 16
(1) Rencana kebutuhan Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) Rincian data pasokan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong sebagaimana
(2) merupakan rencana kebutuhan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) disampaikan oleh Menteri dan
untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. menteri/kepala lembaga pemerintah nonkementerian terkait melalui sistem
(2) Rencana kebutuhan Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun informasi terintegrasi secara berkala setiap triwulan.
berdasarkan usulan kebutuhan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong
(2) Rincian data pasokan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang
setiap Perusahaan Industri.
disampaikan oleh Menteri atau menteri/kepala lembaga pemerintah
(3) Rencana kebutuhan Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
nonkementerian terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
ditetapkan oleh Menteri.
data pasokan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong yang dihasilkan oleh
Industri hulu dan Industri antara.
Pasal 15
(1) Usulan kebutuhan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong sebagaimana Pasal 17
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) disampaikan oleh Perusahaan Industri Rencana kebutuhan Industri yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam
dan/atau pusat penyedia Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong kepada Pasal 14 dan rincian data pasokan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong
Menteri. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 disampaikan kepada menteri yang
(2) Usulan kebutuhan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong sebagaimana menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan
dimaksud pada ayat (1), dalam hal diperlukan dapat dilakukan verifikasi kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang perekonomian
terlebih dahulu oleh lembaga pelaksana verifikasi yang ditunjuk oleh melalui sistem informasi terintegrasi secara berkala setiap triwulan.
Menteri sebelum disampaikan oleh Pelaku Usaha.
(3) Usulan kebutuhan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong sebagaimana Pasal 18
dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara elektronik melalui SIINas. Dalam hal neraca komoditas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)
belum ditetapkan, jaminan ketersediaan Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong
ditetapkan berdasarkan ketentuan dan data yang tersedia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

www.ekon.go.id perekonomianRI perekonomianRI Kemenko Perekonomian RI Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada 10
NORMA PENGATURAN NERACA KOMODITAS KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
“Ekonomi Unggul, Indonesia
Maju”

Sesmenko Bidang Perekonomian a.n. Menko Bidang Perekonomian telah mengirimkan surat No. PI.02.02/16/
M.EKON/01/2021 tanggal 22 Januari 2021 perihal Penyampaian Hasil Rakortas tentang Norma terkait Neraca
Komoditas pada Peraturan Pelaksanaan UU Cipta Kerja:

Pengaturan tentang ketentuan pengendalian ekspor dan impor terdapat di beberapa RPP, sehingga perlu
1 sinkronisasi dan perlu dipastikan bahwa norma tersebut sesuai dengan semangat UU Cipta Kerja, antara
lain untuk penyederhanaan, percepatan dan transparansi perizinan serta untuk kemudahan berusaha.

2 Untuk melaksanakan hal tersebut, sesuai hasil Rakortas Menteri tanggal 23 Januari 2020, telah disepakati
bahwa penerbitan perizinan impor dan ekspor didasarkan pada Neraca Komoditas, yang akan diatur dalam
RPP Sektor Perdagangan dan RPP Sektor teknis yang selama ini menerbitkan rekomendasi impor/ekspor.

3 Neraca Komoditas akan menetapkan kebutuhan impor/ekspor dan akan menjadi rujukan tunggal atau
dasar dan penerbitan perizinan impor dan ekspor yang berlaku secara nasional, sehingga norma
pengaturan Neraca Komoditas tersebut harus dituangkan dalam RPP Perdagangan, RPP Perindustrian dan
RPP Sektor teknis lainnya yang selama ini menerbitkan rekomendasi impor/ekspor.

www.ekon.go.id perekonomianRI perekonomianRI Kemenko Perekonomian RI Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada 11
NORMA PENGATURAN NERACA KOMODITAS KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
“Ekonomi Unggul, Indonesia
Maju”

4 Berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas, diminta kepada Pimpinan Kementerian/Lembaga (K/L) terkait
yang menjadi Penanggungjawab RPP Sektor yang menjadi tanggung jawab masing-masing K/L, yaitu:
a. Dalam rangka penerbitan perizinan terkait ekspor dan impor oleh menteri/kepala lembaga dilakukan
berdasarkan neraca komoditas;
b. Dalam hal Neraca Komoditas belum tersedia, penerbitan perizinan terkait ekspor dan impor oleh
Menteri/Kepala Lembaga akan dilakukan berdasarkan ketentuan dan data yang tersedia;
c. Dalam rangka kebutuhan proses dalam penetapan Neraca Komoditas, K/L menyediakan data terkait
dengan rencana kebutuhan impor dan ekspor, serta data lainnya pada sistem elektronik yang
terintegrasi dengan sistem penanganan dokumen yang terkait dengan impor dan ekspor.

Mengingat beberapa RPP Sektor teknis sudah pada tahapan selesai proses harmonisasi, diharapkan
5 penambahan norma yang terkait dengan Neraca Komoditas ini dapat segera dikoordinasikan dengan Pokja
Harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM, bersama dengan Pejabat di Eselon 1 di Kemenko
Perekonomian yang menjadi Penanggungjawab untuk koordinasi RPP Sektor teknis terkait.

www.ekon.go.id perekonomianRI perekonomianRI Kemenko Perekonomian RI Reformasi Perdagangan, Memastikan Kehadiran Negara pada 12

Anda mungkin juga menyukai