Seminar
“Kepemimpinan Transformatif di Era Industri 4.0” Dwi Kurniawan
PPM Manajemen Direktur Strategi Sistem Informasi
14 September 2019 Otoritas Jasa Keuangan
Ir. Dwi Kurniawan, MBA, CISA, CISM
Direktur Strategi Sistem Informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Pendidikan :
S2 : MBA in Information System Management di George Washington University, Washington DC, USA
S1 : Teknik Komputer ITS Surabaya
OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan:
a. terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;
b. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil; dan
c. mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
Stabilitas Sektor Jasa Keuangan (SJK) pada Semester I tahun 2019 dalam
kondisi terjaga, sejalan dengan kinerja intermediasi SJK yang positif dan profil risiko
Lembaga Jasa Keuangan (LJK) yang terkendali. Di tengah belum turunnya
ketidakpastian ekonomi global dan tensi perang dagang, OJK senantiasa memperkuat
koordinasi dengan para stakeholder untuk memitigasi ketidakpastian eksternal yang
cukup tinggi dan juga mengoptimalkan kontribusi SJK dalam pembangunan.
Tantangan Global
Indonesia menempati peringkat 45 dalam Global Competitiveness Index (GCI)
tahun 2018, naik dari peringkat 47 pada tahun 2017.
TANTANGAN :
Untuk sejumlah pilar penilaian, daya saing Indonesia masih di bawah rata-rata
Asia Timur dan Pasifik, antara lain :
• Inovasi;
• Adopsi Teknologi;
• Infrastruktur;
• Pasar Tenaga Kerja;
• Keterampilan.
Tantangan Industri 4.0 (1)
Revolusi industri ke-4 atau biasa disebut Industri 4.0 mengacu pada fase baru dalam revolusi industri yang berfokus pada digitalisasi proses
manufaktur, antara lain dengan otomatisasi proses, interkoneksi sistem, dan pemanfaatan data secara real-time. Adapun teknologi yang
dimanfaatkan antara lain :
• Internet of Things (IoT) dan Cyber-physical System, seperti sensor, untuk mengumpulkan data yang dapat dimanfaatkan untuk proses
manufaktur.;
• Machine learning dan Machine to Machine (M2M), untuk membuat mesin yang ada dapat bekerja secara otomatis dan saling
terhubung untuk bertukar data dalam rangka melakukan self-optimisation dan self-configuration untuk meningkatkan efisiensi; dan
• Big Data Analytics, untuk melakukan analisis terhadap kumpulan data yang diperoleh dalam rangka mendapatkan insight untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses.
1. Permodalan :
Dibutuhkan modal yang besar untuk melakukan investasi
teknologi baru yang diperlukan untuk implementasi
Industri 4.0. Bagi Lembaga Jasa Keuangan, pembiayaan di
sektor teknologi baru dinilai memiliki risiko yang besar.
3. Infrastruktur Digital :
Implementasi Industri 4.0 perlu didukung infrastruktur
digital yang memadai, seperti teknologi selular (4G to 5G),
kecepatan akses data/internet, data center dan cloud.
Tantangan Industri 4.0 (3)
Untuk menghadapi tantangan Indonesia dalam Industri 4.0 tersebut disusunlah 10 Prioritas Nasional dalam “Making Indonesia 4.0”.
Disruptive Innovation
Disruption menggantikan “pasar lama”, industri, dan teknologi, dan menghasilkan suatu kebaruan yang lebih efisien dan menyeluruh. Ia
bersifat destruktif dan creative! (Clayton Christensen)
9,1%
17,6%
11,7%
15,2%
46,4%
Nilai Kepemimpinan yang Diperlukan di Era Industri 4.0 (1)
Daniel Goleman membagi gaya kepemimpinan menjadi 6 Visionary :
(enam). Adapun setiap gaya kepemimpinan tersebut cocok Menggerakan orang menuju visi yang dituju. Cocok untuk kondisi dimana
diterapkan untuk kondisi yang berbeda. Pemimpin yang baik dibutuhkan arah atau perubahan yang jelas.
adalah yang dapat menerapkan gaya kepemimpinan tersebut
sesuai dengan kondisi yang tepat. Coaching :
Mengembangkan orang untuk tujuan ke depan. Cocok untuk membangun tim
untuk tujuan jangka panjang.
Affiliative :
Menciptakan harmoni dan keterkaitan emosional. Cocok untuk memotivasi tim
dalam kondisi penuh tekanan atau mencairkan suasana setelah terjadi
pertengkaran.
Democratic :
Menciptakan kesepakatan melalui kolaborasi dan partisipasi. Cocok untuk kondisi
mencari kesepakatan atau masukan.
Commanding :
Meminta kepatuhan dengan segera. Cocok diterapkan saat kondisi krisis dan
kepada orang yang bermasalah.
Pacesetting :
Fokus pada performance dan tercapainya tujuan dengan cepat. Cocok untuk
mendapatkan hasil yang cepat dari tim yang kompeten.
Nilai Kepemimpinan yang Diperlukan di Era Industri 4.0 (2)
Daniel Goleman membagi gaya kepemimpinan menjadi 6 Gaya
(enam). Adapun setiap gaya kepemimpinan tersebut cocok Penerapan secara OJK-Wide Penarapan pada IT OJK
Kepemimpinan
diterapkan untuk kondisi yang berbeda. Pemimpin yang baik
adalah yang dapat menerapkan gaya kepemimpinan tersebut Visionary • Penyusunan Destination Penyusunan Rancang
sesuai dengan kondisi yang tepat. Statement OJK oleh ADK Bangun Sistem Informasi
• Penyusunan Kebijakan (RBSI) OJK
Strategis Tahunan
• Mendorong
pertumbuhan Fintech
Coaching Mendorong pertumbuhan • Pelatihan untuk pegawai
Fintech • Sharing Knowledge
Affiliative • Hymne OJK • Sharing session dengan
• Townhall meeting pimpinan di divisi IT
dengan ADK • Gathering pegawai
Democratic Penyusunan Rencana Penyusunan IKU dan IKI di
Strategis (Renstra) OJK divisi IT
Commanding Pemberian sanksi dan denda Penanganan insiden IT
kepada LJK yang bermasalah
Pacesetting Inisatif Strategis dan Proyek High Priority Project
Khusus OJK
Nilai Strategis OJK
OJK memiliki 5 nilai strategis yang harus diterapkan oleh setiap insan OJK dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Untuk
menjawab tantangan dari Industri 4.0, setiap insan OJK harus selalu menjunjung tinggi integritas dan profesionalisme; berlaku sinergi dan
inklusif terhadap stakeholders; dan menjadi visioner dengan terus berinovasi dan berpandangan ke depan.
I Integritas
Integritas adalah bertindak objektif, adil, dan konsisten sesuai dengan kode etik dan kebijakan organisasi dengan menjunjung
tinggi kejujuran dan komitmen.
N Profesionalisme
P Profesionalisme adalah bekerja dengan penuh tanggung jawab berdasarkan kompetensi yang tinggi untuk mencapai kinerja
terbaik.
R Sinergi
Sinergi adalah berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal secara produktif dan
E berkualitas.
S Inklusif
Inklusif adalah terbuka dan menerima keberagaman pemangku kepentingan serta memperluas kesempatan dan akses
masyarakat terhadap industri keuangan.
I Visioner
V Visioner adalah memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat kedepan (Forward Looking) serta dapat berpikir di luar
kebiasaan (Out of The Box Thinking).
Proses Internalisasi Nilai Strategis kepada Pegawai Millenials (1)
Dalam rangka melakukan internalisasi nilai-nilai strategis OJK tersebut, setiap Satuan Kerja di OJK menjalankan program budaya, seperti OJK
Cerdas, OJK Ringkas, dan OJK Tangkas. Adapun kegiatan program budaya dikemas secara menarik oleh masing- masing Satuan Kerja
sehingga sesuai dengan range usia pegawai di Satuan Kerja tersebut.
Meme Competition
Lomba-lomba yang
menghibur, kekinian, tetapi
tetap mengedukasi para
pegawai Millenials.
Guest Star
IT Security Awareness Festival 2019
Acara menghadirkan public
Sosialisasi keamanan TI umumnya tidak menarik terutama
figure untuk menarik minat
untuk generasi Millenials. Oleh karena itu, acara tersebut
para pegawai Millenials.
dibungkus dengan cara yang menarik untuk generasi
Millenials, antara lain dengan mengadakan : Lomba E-sport
(mobile legend), booth E-dance, booth Virtual Reality (VR).
Tantangan Inovasi Teknologi di Sektor Jasa Keuangan bagi OJK
Inovasi teknologi diperlukan, terutama apabila dapat memberikan keuntungan yang nyata bagi konsumen dan Sektor Jasa Keuangan.
Namun, OJK harus tetap bertindak waspada terhadap risiko yang dapat muncul dan terus mengawasi serta mengatur inovasi teknologi
di Sektor Jasa Keuangan.
Oleh karena itu, diperlukan langkah pengaturan dan pengawasan yang seimbang antara prinsip kehati-hatian vs mendukung inovasi.
Legal Mandate :
• Prudential Regulation
• Market conduct
• Consumer protection
• Financial stability
New Mandate :
Promote Innovation and
Competition
Perubahan Mindset
Tiga tekanan kreatif untuk memiliki masa depan :
• Tekanan agar incumbent tidak memanjakan diri, melakukan self-
disruption, managing like a start-up.
• Menciptakan iklim persaingan yang sehat, memberi ruang bagi
kedatangan pendatang-pendatang baru yang lincah dan kreatif.
• Regulator mendisrupsi regulasi-regulasi lama yang menghambat
pertumbuhan ekonomi dan mengurangi hambatan-hambatan
perizinan yang memberatkan usaha atau membuat usaha tidak Burning Platform :
kompetitif. OJK tidak perlu ada bila tidak dapat meningkatkan
nilai tambah bagi sektor jasa keuangan dan
Mindset kecepatan eksponensial : masyarakat.
1. Respons cepat : tidak terhambat.
2. Real-time : begitu diterima, seketika diolah.
3. Follow-up : langsung ditindaklanjuti. Tidak ditunda.
4. Mencari jalan, bukan mati langkah.
5. Mengendus informasi dan kebenaran, bukan menerima tanpa
menguji.
6. Penyelesaian parallel, bukan serial.
7. Dukungan teknologi informasi, bukan manual.
8. 24/7 (24 jam sehari, 7 hari seminggu) bukan eight to five (dari pukul
delapan pagi hingga pukul lima sore).
9. Connected (terhubung), bukan terisolasi. Sumber :
Disruption, Rhenald Kasali
Paradigma Pengaturan dan Pengawasan di Era Industri 4.0 (1)
Fokus pada Lembaga Jasa Keuangan yang telah lama ada, seperti Perbankan, Pengaturan dan pengawasan meliputi Lembaga Jasa Keuangan eksisting
Pasar Modal, Asuransi, Dana Pensiun, dll. maupun Fintech (P2P Lending, Equity Crowdfunding, Inovasi Keuangan
Digital).
Pengaturan dan pengawasan dilakukan secara ketat dan dengan aspek kehati-
hatian / prudensial & market conduct.
Ketentuan TI untuk Sektor Jasa Keuangan Ketentuan TI untuk Sektor Jasa Keuangan
POJK No. 38/POJK.03/2016
POJK No. 77/POJK.01/2016
tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi
tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi
oleh Bank Umum
POJK No. 75/POJK.03/2016 POJK No. 13 /POJK.02/2018
tentang Standar Penyelenggaraan Teknologi Informasi bagi BPR dan BPRS tentang Inovasi Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan
POJK No. 37/POJK.04/2018
tentang Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Saham Berbasis Teknologi
Informasi (Equity Crowdfunding)
POJK No. 12 /POJK.03/2018
tentang Penyelenggaraan Layanan Perbankan Digital oleh Bank Umum
Paradigma Pengaturan dan Pengawasan di Era Industri 4.0 (3)
Berikut adalah perbandingan regulasi mengenai Fintech yang berada di bawah kewenangan OJK :
Paradigma Pengaturan dan Pengawasan di Era Industri 4.0 (4)
Safe Harbor
• Inovasi muncul dari percobaan dan
pengalaman, yang erat kaitannya dengan
kegagalan.
• Pengaturan dan pengawasan yang
dilakukan tetap memberikan rasa aman
bagi fintech untuk mengalami kegagalan
dan melakukan perbaikan dari kegagalan
tersebut, seperti tidak memberikan
sanksi dalam kondisi tertentu.
Pemanfaatan Data, SupTech dan RegTech di OJK
Menghadapi perkembangan teknologi yang terjadi di Sektor Jasa Keuangan pada era Industri 4.0, OJK bergerak menuju pemanfaatan
RegTech dan SupTech dalam rangka mendukung pengaturan dan pengawasan Sektor Jasa Keuangan.
Selain itu, OJK juga menyadari pentingnya penggunaan data terintegrasi untuk pengambilan keputusan di OJK.
03
HASIL TRANSFORMASI OJK
Reformasi Layanan Sistem Informasi OJK bagi Sektor Jasa Keuangan
Memanfaatkan Teknologi Terkini : Digital Signature, Cloud, Big Data (1)
OJK memanfaatkan Sistem Informasi untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pengaturan, pengawasan, serta edukasi dan perlindungan konsumen di Sektor
Jasa Keuangan (SJK), antara lain melalui :
Meningkat
149,94 % YTD
Perkembangan Fintech P2P Lending di Indonesia (Posisi Juli 2019)
Meningkat
161,86 % YTD
Perkembangan Fintech P2P Lending di Indonesia (Posisi Juli 2019)
Meningkat
119,69 % YTD
Dukungan OJK terhadap Fintech di Indonesia
• Sampai dengan Juli 2019, OJK telah menetapkan 48 penyelenggara IKD tercatat di OJK. Penyelenggara IKD yang tercatat diperbolehkan untuk beroperasi
sesuai dengan bisnis model yang diajukan dan dapat bekerja sama dengan Lembaga Jasa Keuangan yang terdaftar dan diawasi oleh OJK. Selain itu, telah
terdapat 127 Fintech P2P Lending terdaftar/berizin OJK dan 1 Equity Crowdfunding yang berizin OJK.
• Sesuai kewenangannya, OJK melakukan pemantauan dan pengawasan berkala terhadap penyelenggara Fintech tersebut.
Kegiatan regulatory sandbox adalah mekanisme pengujian yang dilakukan oleh OJK untuk menilai keandalan proses bisnis, model bisnis,
instrumen keuangan, dan tata kelola dari penyelenggara Inovasi Keuangan Digital.
Direkomendasikan
Direkomendasikan?
Penyelenggara IKD yang tercatat dan/atau terdaftar diperbolehkan untuk beroperasi sesuai dengan bisnis model yang diajukan dan dapat bekerja sama dengan
Lembaga Jasa Keuangan yang terdaftar dan diawasi oleh OJK.
Beberapa Penghargaan yang Diraih OJK sebagai Hasil Transformasi
The Best IT Helpdesk in Asia Pasific, 2019 Gold Medal Regulator Terbaik Keuangan Syariah
Best Contact Center Indonesia, 2019
“Change is the law of life.
And those who look only to the past or the present are
certain to miss the future.” *)