DI SEKOLAH DASAR
MODUL 6
KELOMPOK 5 :
RONI IRAWAN
LIZZA KHURNIA PUTRI
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
HOLISTIC DAN KONSTRUKTIVISME
A. Pengertian Dan Fungsi Pendekatan Pembelajaran Bagi Guru
• Fungsi deskripsi berarti suatu teori itu harus menggambarkan sesuatu yang terjadi dalam
lingkungan apa adanya tanpa dibuat-buat jadi harus objektif.
• Fungsi eksplanasi artinya suatu teori itu harus memberikan penjelasan tentang suatu fenomena
yang kompleks menjadi penjelasan yang rasional,sistematis dan mudah dipahami
• Fungsi prediksi adalah bahwa suatu teori itu harus dapat memprediksi,memperkirakan
/meramalkan
terjadinya sesuatu atas dasar peristiwa sebelumnya.
• Fungsi pengujian adalah bahwa suatu teori itu menguji fenomena terkini dan pengemabangan
teori yang baru.
Dantes (1996) mengemukakan bahwa suatu pendekatan pembelajaran biasanya
dibangun atas dasar posisi pemahaman tertentu tentang apa hakikat, asumsi-
asumsi penerapannya.
• Wawasan pengetahuan yang mendalam (insight). Berdasarkan percobaanya, kohler menyatakan bahwa
wawasan memegang peranan penting dalam perilaku.
• Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning),. Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam
suatu objek/peristiwa akan menjunjung suatu pembentukan insight proses pembelajaran.
• Perilaku bertujuan (pusposive behavior). Prinsip ini dikembngkan oleh Edward Tolman yang menyakini
bahwa pada hakikatnya perilaku itu terarah kepada suatu tujuan.
• Prinsip ruang hidup (life space). Konsep ini dikembangkan oleh Kurt Lewin dalam pendekatan medan yang
menyatakan bahwa perilaku individu mempunyai ketekaitan dengan lingkungan atau medan dimana ia
berada
• Transfer dalam pembelajaran.
Adalah pemindahan pola-pola perilaku dari suatu pembelajaran tertentu kepada situasi lain.
UNTUK DAPAT MENEMPATKAN KEBERADAAN BELAJAR SEBAGAI PROSES
TERPADU, ADA BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN (DEPDIKBUD, 1988)
• Pembelajaran dapat berfungsi secara penuh untuk membantu perkembangan individual anak seutuhnya
• Pembelajaran sebagai aktivitas membelajarkan anak untuk memperoleh pengalaman menetapkan anak
sebagai pusat segala galanya dengan demikaian kebermaknaan pengalaman yang ada sangat tergantung
pada sejauh mana pengalaman itu diapresiasikan secara positif oleh anak sebagai sebjek belajar.
• Pembelajaran dalam hal ini lebih menuntut kepada terciptanya suatu aktivitas yang memungkinkan
keterlibatan anak secara aktif dan intensif
• Pembelajaran menempatkan individu pada posisi yang terhormat dalam suasana kebersamaan didalam
penyelesaian persoalan yang dihadapinya.
• Pembelajaran sebagai proses terpadu harus mendorong dan memfasilitasi setiap anak untu terus menerus
belajar.
• Pembelajaran sebagai proses terpadu dapat berfungsi dan berperan secar afektif apabila dapat
diciptakan lingkungan belajar, tidak hanya menyangkut sarana fisik, melainkan juga suasana belajar
yang kondusif bagi pengembangan semua aspek individu.
• Pembelajaran sebagai proses terpadu memungkinkan pembelajaran bidang studi tidak harus secara
terpisah, melainkan dilaksanakan secara terpadu
- Para penganut ini berpendapat bahwa pengetahuan itu dikonstruksi oleh kita yang sedang belajar.
- Paul Suparno,1997 mengemukakan pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang
sedang dipelajari, tetapi merupakan konstruksi kognitif seseorang terhadap objek,pengalaman maupun
lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada disana dan orang tinggal mengambilnya
tetapi merupakan suatu bentukan terus menerus dari seseorang ynag setiap kali mengadakan reorganisasi
karena munculnya pemahan yang baru.
- Piaget (conny, R.S, 1999) pada suatu waktu seseorang anak duudk dihalaman rumah dan menghitung
kerikil, anak itu meletakkan kerikilnya secara lurus dan menghitungnya dari kanan ke kiri hingga
mendapatkan jumlah sepuluh.
- Menurut von Glaserfeld. Pengetahuan bukanlah suat barangyang dapat dipindahkan dari pikiran seseorang
ynag mempunyai pengetahuan (guru) berpikiran orang yang belum punya pengetahuan (anak)
BEBERAPA PENGETAHUAN YANG DIPERLUKAN UNTU
MELAKUKAN PROSES PEMBENTUKAN PENGETAHUAN
SEBAGAI BERIKUT :
1. Konstruktivisme radikal
Mengabaikan hubungan antara pengetahuan kenyataan sebagai criteria kebenaran.
2. Realisme hipotetik
3. Konstruktivisme yang biasa
- Dari segi subjek yang membentuk pengetahuan dapat dibedakan
menjadi :konstruktivisme psikologis, personal, sosiokulturalisme,
konstruktivisme sosiologis
- Conny R. S (1999) merumuskan sejumlah pemikiran yang memungkinkan
aktivitas belajar anak SD lebih bermakna dengan menerapkan prinsip
konstruktivisme. Pemikiran ini terutama berkenaan dengan upaya
peningkatan kualitas proses pembelajaran.
PANDANGAN KONSTRUKTIVISME MENGHENDAKI PARA GURU UNTUK
MENERAPKAN PENDEKATAN MENGAJAR YANG BERPUSAT PAD ANAK . SECARA
TERPERINCI. CARA PEMBELAJARAN ANAK YANG DIHARAPKAN DIDESKRIPSIKAN
SEBAGAI BERIKUT :
2. Untuk membuat pelajaran bermakna bagi anak-anak, topik yang dipilih dan dipelajari didasarkan pada
pengalaman anak yang relevan.
3. Metode mengajar yang digunakan harus membuat anak terlibat dalam suatu aktivitas langsung dan bersifat
bermaiin yang menyenangkan dan bukannya sekadar membuat anak mengikuti pelajaran yang alami dan
bermakna
4. Dalam proses belajar , kesempatan anak untuk bermain dan bekerja sama dengan orang lain juga perlu
diprioritaskan.
5. Bahan pelajaran yang diguankan hendaknya bahan yang konkret.
6. Dalam menilai hasi belajar anak, para guru tidak hanya menekankan aspek
7. lde diatas akhirnya mengimplikasikan perlunya para guru menampilkan peran utama sebagai guru dalam proses
KB 2 : PENDEKATAN BELAJAR EXPERIENTAL LEARNING
DAN MULTIPLE INTELLIGENCE