CARDIOPULMONARY
RESUSCITATION
IN COVID-19
Preseptor: dr. Anna Millizia, Sp. An
Latar Belakang
Pandemi coronavirus 2019 (COVID-19)
menimbulkan pertanyaan baru, termasuk masalah Petugas kesehatan sudah menjadi
keamanan Nakes selama kardiopulmoner profesi dengan risiko tertinggi untuk
resusitasi (CPR), (DeFilippis et al., 2020) tertular penyakit
Pasien dengan atau tanpa COVID-19 yang mengalami Resusitasi membawa risiko tambahan
henti jantung tetap mendapatkan kesempatan terbaik bagi petugas kesehatan
untuk bertahan hidup tanpa mengorbankan
keselamatan penyelamat, (Edelson et al., 2020)
CPR menghasilkan aerosol;kompresi dada,
Wabah infeksi SARS-CoV2 yang berkembang dan meluas ventilasi tekanan positif, dan pembebasan jalan
menciptakan tantangan dalam upaya modifikasi resusitasi napas lanjutan serta Melibatkan
melalui pendekatan proses dan praktik, (Edelson et al., Banyak NAKES, (Edelson et al., 2020)
2020).
Data Sekitar 12% -19% pasien positif COVID-19 Dibutuhkan sistem yang
harus dirawat di rumah sakit dan 3% -6% menjadi aman (Protected
sakit kritis, (Edelson et al., 2020). Code Blue)
136 pasien COVID-19 pneumonia parah di Wuhan, Prosedur atau teknik yang
Cina, 119 (87,5%) gangguan pernapasan penyebab mudah dan aman serta
serangan jantung. ritme serangan jantung awal disosialisasikan
adalah asistol 122 (89,7%),PEA 6 (4,4%) dan VF / Pvt
dalam 8 (5,9%),(Couper K, et al., 2020)
UPDATE BLS/ALS
pada Kasus Suspek atau Konfirmasi Covid-19, (Edelson et al., 2020).
2
dan sejawat lainnya, guna mengurangi JP. Nolan,2020, ERC
resiko paparan.
Strategi
Kurangi Personil di Ruang
1 Perawatan
Hanya Tim Utama yang di ruang
perawatan. 4
Sebelum masuk Ruang
Perawatan Komunikaskan secara jelas
Semua Personil harus menggunakan APD
sesuai Zona
3 status pasien kepada
personil baru yang akan
Pertimbangkan masuk ruang perawatan
Penggunaan
CPR
Mekanik
(Personel
Protective Equipment),
Level III PPE
highest-level PPE
Health workers, who work
in the Isolation Room for
covid-19 patients with level-
III APD work in severe and
stressful conditions.
Especially if the
patient experiences cardiac
arrest
Prinsip Umum Resusitasi pada Kasus Suspek atau
Konfirmasi Covid-19,(Edelson et al., 2020).
Oksigenasi dan ventilasi
dengan risiko aerosolisasi
yang lebih rendah 4
Gunakan Laringoskop video
untuk meminimalkan
Rasional pajanan terhadap aerosol
Intubasi memiliki resiko
aerosolisasi yang tinggi, ETT
disambungkan ke HEPA Filter Strategi 2 6
akan menurunkan resiko Jika Intubasi gagal, maka
aerosolisasi Intubasi yang aman (cuff) pertimbangkan pasang
1 setelah defibrilasi
Sambungankan ETT pada
5 LMA
disambungkan ke
dan BVM
HEPA
Ventilasi manual atau Hepafilter.
mekanik yang aman Sebelum intubasi
BLS - awam
Berteriak Code
Mendadak tidak sadar?? Tidak Blue
bernapas ...?? 5-6 cm
Post henti
Posisi pronasi jantung
saat henti
Henti jantung
jantung Konsultasikan bagian
Terintubasi pengendalian infeksi
Tutu terkait transportasi
• Jika belum
p terpasang advanced pasca resusitasi
Sebelum Pintu • ventilator mekanik Pertimbangan.
airway, posisikan
Henti dengan HEPA filter supinasi dan lanjut
• Sesuaikan
Jantung RJP
Mencegah pengaturan • Jika terpasang
• Diskusikan pelayanan kontaminasi ruangan ventilator (Mode, advanced airway,
lanjutan dan tujuan yang berdekatan Fio2,PEEP, RR) pertahankan posisi
perawatan • Jika ROSC, atur
• Monitor ketat tanda
pronasi
kembali setting
dan gejala ventilator sesuai
perburukan klinis klinis pasien
• Pindahkan ke ruang
Tek.Negatif jika
kondisi menurun
Pertmbangan khusus untuk ibu hamil dan
neonatus
Resusitasi neonatus:
Penolong terlatih harus ada dan siap Strategi
4
melakukan resusitasi pada seluruh bayi
baru lahir terlepas dari status COVID-
19. Meskipun tidak diketahui secara
pasti apakah bayi baru lahir terinfeksi
atau berpotensi menularkan ketika ibu Inkubator tertutup
terduga/ positif COVID-19, tenaga
kesehatan harus menggunakan APD
yang adekuat. Ibu melahirkan adalah
2 3 Pemindahan dan perawatan
pasien dalam inkubator
sumber aerosolisasi potensial bagi tim Medikasi endotrakeal tertutup (dengan
perawatan neonatus.
Suction pengaturan jarak yang
Pemberian obat-obatan
1 suction pada jalan nafas setelah lahir
sebaiknya tidak dilakukan secara
rutin jika cairan amnion jernih atau
secara endotrakeal, seperti
surfaktan atau epinefrin,
sesuai) sebaiknya
digunakan untuk pasien
Langkah awal merupakan prosedur yang neonatus yang menjalani
terkontaminasi meconium.
Suctioning merupakan prosedur menghasilkan aerosol, rawat intensif jika
Pelayanan neonatus rutin dan langkah yang menghasilkan aerosol dan terutama bila dilakukan memungkinkan, namun
awal resusitasi neonatus kemungkinan tidak diindikasikan untuk persalinan dengan pipa endotrakea hal ini tidak melindungi
besar tidak menghasilkan aerosol; normal mereka dari aerosolisasi
diantaranya mengeringkan bayi,
tanpa cuff’ Pemberian
stimulasi taktil, menempatkan bayi epinefrin secara intravena virus. terduga atau
dalam balutan plastik, penilaian laju dengan kateter vena terkonfirmasi COVID-19
detak jantung, serta pemasangan umbilikus letak rendah
oksimetri dan lead EKG (low-lying umbilical venous
catheter) merupakan rute
A