Anda di halaman 1dari 9

CPR FOR COVID-19 PATIENTS

Disusun Guna Memenuhi Tugas :


Mata Kuliah : Keperawatan Kegawatdaruratan
Dosen Pengampu : Ns. Hartono, S.Kep., M.Kep.

Oleh
Nadia Dwi Ningtiyas
NPM 4002180015

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES BINA PUTERA BANJAR
KOTA BANJAR
2021
PENDAHULUAN

Cardio Pulmonary Resusitation (CPR) adalah suatu teknik bantuan hidup dasar yang
bertujuan untuk memberikan oksigen ke otak dan jantung sampai ke kondisi layak, dan
mengembalikan fungsi jantung dan pernafasan ke kondisi normal(Nettina, 2006).
CPR adalah suatu upaya untuk mengambil alih sementara fungsi nafas dan sirkulasi yang
berhenti oleh berbagai sebab kekeadaan normal (Ganthikumar, 2016). CPR bertujuan untuk
mengembalikan fungsi nafas dan juga sirkulasi agar oksigen dan darah sampai keseluruh
tubuh (Cardiopulmonary resuscitation, 2017).
INDIKASI MELAKUKAN RJP
1. Henti Nafas
Henti nafas primer (respiratory arrest) ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan
aliran udara pernafasan dari korban dan ini merupakan kasus yang harus dilakukan
tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Dengan memberikan bantuan resusitasi, ia
dapat membantu menjalankan sirkulasi lebih baik dan mencegah kegagalan perfusi
organ.
2. Henti Jantung
Henti jantung primer (cardiac arrest) adalah ketidaksanggupan curah jantung untuk
memenuhi kebutuhan oksigen keotak dan organ vital lainnya secara mendadak dan
dapat balik normal, jika dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan
kematian atau kerusakan otak menetap kalau tindakan tidak adekuat.
CPR biasanya dilakukan dengan cara memeriksa saluran udara korban, melakukan kompresi
dada, dan memberikan nafas penyelamatan. Namun ditengah pandemi Covid-19 ini,
melakukan CPR atau resusitasi jantung paru dapat meningkatkan resiko penyebaran infeksi.
Karena virus Covid-19 sendiri penyebarannya melalui droplet yang mengandung virus
ataupun aerosol (aliran udara) . Penyebaran Virus Covid 19 secara aerosol yang
terkontaminasi saat RJP dapat menularkan tenaga medis, walaupun sudah menggunakan APD
level tiga.

Jadi apakah tindakan CPR (Cardiac Pulmonary Resusitation) boleh dilakukan pada pasien
Covid-19?
PEMBAHASAN

Menurut referensi dari ketiga jurnal yang saya baca mengenai tindakan CPR didapatkan hasil
yaitu CPR boleh dilakukan pada pasien Covid-19.
Jurnal ke-1 dengan judul “Recommendations for Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) of
patients with suspected or confirmed COVID-19” yang dikeluarkan oleh Brazilian Journal of
Anesthesiology didapatkan hasil penelitian yaitu Any patient with suspected or confirmed
COVID-19 who is at higher risk of acute deterioration or cardiopulmonary arrest should be
appropriately flagged to Rapid Response Teams (RRT) or teams that, potentially, can carry
out care. The precaution defined as STANDARD + AEROSOL is indicated for all
resuscitation team members in order to assure adequate individual protection (according to
patient with COVID-19 care guidelines) during CPR.
Jurnal ke-2 dengan judul “CPR in the Covid-19 Era — An Ethical Framework” yang
dikeluarkan oleh The New England Journal of Medicine didapatkan hasil penelitian CPR out
of concern for personal safety, except in patients with refractory deterioration. (Our
recommendations assume that clinicians with contraindications to caring for patients with
Covid-19 have been deployed elsewhere.)
Jurnal ke-3 dengan judul “Cardiopulmonary Resuscitation During the COVID-19 Pandemic:
A View from Trainees on the Frontline” yang dikeluarkan oleh CirculationAHA didapatkan
hasil CPR and endotracheal intubation are aerosol-generating procedures. According to the
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), aerosolizing procedures should be
performed with personal protective equipment (PPE) consisting of eye protection, N95
respirators, gloves, and gowns in airborne infection isolation rooms given higher risk of viral
transmission.

Jadi kesimpulan yang bisa diambil dari ketiga jurnal diatas yaitu pemberian CPR pada pasien
Covid-19 dilakukan dengan beberapa syarat dan juga diperlukan strategi yang baik dalam
pemberian tindakan CPR.
Terdapat pedoman terbaru yang dikeluarkan oleh beberapa organisasi kesehatan dunia
mengenai cara pemberian CPR pada pasien Covid-19.
Contohnya seperti pedoman yang dikeluarkan oleh INDONESIAN HEART ASSOCIATION
Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
Prinsip Umum Resusitasi pada Pasien Terduga/ Positif COVID-19
Kurangi paparan penolong terhadap COVID-19
Dasar: Penting bagi penolong untuk melindungi diri dan rekan kerja dari paparan infeksi.
Penolong yang terpapar kemudian terinfeksi COVID-19 hanya akan menurunkan jumlah
tenaga kesehatan yang sudah terbatas untuk merespons dan berpotensi meningkatkan beban
kerja tenaga kesehatan jika mereka jatuh ke dalam kondisi kritis.
1. Sebelum memasuki tempat kejadian, seluruh penolong harus menggunakan APD yang
sesuai untuk kewaspadaan infeksi airborne maupun droplet. Sesuaikan dengan
rekomendasi APD setempat disesuaikan dengan data epidemiologi terbaru dan
availabilitas APD di masing-masing lokasi.
2. Batasi tenaga kesehatan di dalam ruangan atau di tempat kejadian, sehingga hanya
yang esensial bagi pelayanan yang ada di tempat.
3. Pada kondisi dimana sudah ada protokol dan tersedia fasilitas, pertimbangkan untuk
mengganti kompresi dada manual dengan alat RJP mekanik guna mengurangi jumlah
penolong yang dibutuhkan pada kasus henti jantung dewasa dan dewasa muda yang
memenuhi kriteria tinggi dan berat badan.
4. Komunikasikan dengan jelas status infeksi COVID-19 kepada penolong baru
sebelum mereka sampai di lokasi atau saat memindahkan pasien ke lokasi yang baru.
Prioritaskan strategi oksigenasi dan ventilasi dengan risiko aerosolisasi yang lebih
rendah
Prioritaskan strategi oksigenasi dan ventilasi dengan risiko aerosolisasi yang lebih rendah
Dasar: Meskipun intubasi memiliki risiko aerosolisasi yang tinggi, jika pasien diintubasi
dengan pipa endotrakeal yang dilengkapi cuff dan kemudian dihubungkan ke ventilator
dengan sistem penyaring HEPA(high-efficiency particulate air) dan kateter penghisap dalam
tabung (in-line suction catheter), sirkuit tertutup yang dihasilkan akan menurunkan risiko
aerosolisasi dibandingkan metode ventilasi tekanan positif lain.
Strategi:
5. Sambungkan penyaring HEPA, jika tersedia, ke ventilasi manual ataupun mekanis di
bagian yang dilalui udara ekshalasi sebelum memberikan bantuan nafas.
6. Setelah tenaga kesehatan menilai irama dan melakukan defibrilasi sesuai indikasi, pasien
henti jantung direkomendasikan untuk diintubasi menggunakan pipa yang dilengkapi balon
cuff sesegera mungkin. Hubungkan pipa endotrakeal dengan ventilator yang memiliki
penyaring HEPA bila tersedia.
7. Minimalkan kemungkinan gagal intubasi dengan cara:
a) Tugaskan tenaga kesehatan berpengalaman dan gunakan metode yang memiliki peluang
keberhasilan tinggi pada percobaan pertama intubasi
b) Hentikan kompresi dada selama intubasi
8. Sebelum intubasi, gunakan bag-mask device (atau T-piece untuk neonatus) dengan
penyaring HEPA dan penyekat kedap udara jika tersedia; atau untuk dewasa pertimbangkan
penggunaan oksigenasi pasif dengan nonrebreathing mask yang ditutupi dengan masker
bedah.
9. Jika intubasi harus ditunda, pertimbangkan penggunaan ventilasi manual dengan
supraglottic airway atau bag-mask device yang dilengkapi penyaring HEPA bila tersedia
10. Begitu sirkuit tertutup berhasil dipasang, minimalisir diskoneksi alat untuk mengurangi
aerosolisasi.
Pertimbangkan kelayakan untuk memulai dan melanjutkan resusitasi
Dasar: Resusitasi jantung paru adalah upaya tim berintensitas tinggi yang akan menyita
perhatian penolong dan mungkin mengalihkan fokus penolong dari pasien lainnya. Dalam
konteks COVID-19, risiko paparan pada tim penolong meningkat dan sumber daya dapat
menjadi lebih terbatas, khususnya di wilayah dengan insiden penyakit yang tinggi. Meskipun
luaran henti jantung pada pasien COVID-19 belum diketahui, mortalitas pasien COVID-19
yang jatuh kritis terbilang tinggi dan meningkat seiring usia dan komorbiditas, khususnya
penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, masuk akal untuk mempertimbangkan usia,
komorbiditas, dan keparahan penyakit dalam mempertimbangkan kelayakan untuk dilakukan
resusitasi dengan meninjau probabilitas kesuksesan resusitasi terhadap risiko paparan kepada
penolong serta risiko bagi pasien lain yang mungkin terabaikan.
Strategi:
11. Diskusikan tujuan perawatan dengan pasien COVID-19 atau keluarga terkait dengan
potensi ditingkatkannya level perawatan
12. Sistem kesehatan dan petugas responden pertama/ IGD harus menyusun peraturan untuk
membantu petugas kesehatan di lini pertama dalam menentukan kriteria memulai dan
menghentikan RJP untuk pasien dengan COVID-19, dengan mempertimbangkan faktor risiko
pasien untuk memperkirakan kemungkinan kesintasan.
Stratifikasi risiko dan kebijakan harus dikomunikasikan kepada pasien atau wali saat
mendiskusikan tujuan perawatan.
13. Data yang ada saat ini tidak mencukupi untuk mendukung resusitasi jantung paru
ekstrakorporeal (E-CPR) untuk pasien COVID-19.
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia Heart Assosiation. “Pedoman Bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup Jantung
Lanjut pada Dewasa, Anak, dan Neonatus Terduga/ Positif COVID-19 Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia”.
http://www.inaheart.org/upload/image/Pedoman_BHD_dan_BHJL_pada_Covid_19.pdf ,
Diakses 08 Juni 2021
Ersilia M. DeFilippis, Lauren S. Ranard, and David D. Berg MD. 2020. Cardiopulmonary
Resuscitation During the COVID-19 Pandemic: A View from Trainees on the Frontline.
CirculationAHa.
https://www.ahajournals.org/doi/full/10.1161/CIRCULATIONAHA.120.047260 , Diakses
tanggal 04 Juni 2021
Daniel B. Kramer, M.D., M.P.H., Bernard Lo, M.D., and Neal W. Dickert, M.D., Ph.D. 2020.
CPR in the Covid-19 Era — An Ethical Framework. The New England Journal of Medicine.
https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMp2010758 , Diakses tanggal 04 Juni 2021
Sérgio Timermana, et.all. 2020. Recommendations for Cardiopulmonary Resuscitation (CPR)
of patients with suspected or confirmed COVID-19. Brazilian Journal of Anesthesiology.
Diakses tanggal 04 Juni 2021

Anda mungkin juga menyukai