Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat penugasan Stase Keperawatan


Maternitas

Disusun oleh :

Nadia Dwi Ningtiyas, S.Kep

4012230012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA PUTERA BANJAR
2022/2023
A. Definisi
Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan bayi yang
berumur 0 sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir (Muslihatun, 2010).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai
4000 gram (Depkes RI, 2007).
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada
bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran (Prawiroharjo, 2006).
Jadi asuhan keperawatan bayi baru lahir normal merupakan asuhan
yang diberikan kepada bayi berumur 0-1 bulan sesudah kelahiran yang
lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir
antara 2500 sampai 4000 gram.
B. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Dewi (2010), ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah sebagai
berikut :
a. Berat badan 2.500-4000 gram
b. Panjang badan 45-55 cm
c. Lingkar dada 30-33 cm
d. Lingkar kepala 32-36,8 cm
e. Bunyi jantung 110-160 x/menit
f. Pernafasan 30-60 x/menit
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan diliputi vernik caseosa
h. Rambut kepala biasanya telah sempurna
i. Kuku agak panjang atau melewati jari-jari
j. Genetalia labia mayora sudah menutupi labia minora (pada anak
perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki).
k. Reflek hisap dan menelan baik
l. Reflek suara sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan memeluk.
m. Reflek menggenggam sudah baik
n. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan.
C. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir
Menurut Winkjosastro (2006), segera setelah lahir, bayi baru lahir
harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri
secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang
semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang
hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi ke lingkungan eksterna (diluar
kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan
bantuan orang lain untuk memenuhinya. Perubahan yang dialami segera
setelah bayi lahir antara lain :
a. Perubahan metabolik
Kadar gula darah tali pusat yang semula 65 mg/100 ml akan
mengalami penurunan menjadi 50 mg/100p ml. Energi tambahan yang
diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari
hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula darah dapat
mencapai 120 mg/100 ml. Jika terjadi gangguan pada metabolisme
asam lemak , tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka
kemungkinan besar bayi akan menderita hipoglikemia.
b. Perubahan suhu
Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada di tempat yang suhunya
lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Bila
dibiarkan saja dalam suhu kamar maka bayi akan kehilangan panas.
Kehilangan panas pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui 4 cara
yaitu :
1. Konveksi : aliran panas mengalir dari permukaan tubuh ke udara
sekeliling yang lebih panas.
2. Radiasi : kehilangan panas dari permukaan badan ke permukaan
benda yang lebih dingin dengan kontak secara tidak langsung.
3. Evaporasi : kehilangan panas yang terjadi ketika cairan berubah
menjadi uap.
4. Konduksi : kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan
alat/benda yang dingin dengan kontak secara langsung.
c. Perubahan sistem pernapasan
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik
sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas
normal susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa
ransangan lainnya, seperti kemoreseptor karotis yang sangat peka
terhadap kekurangan oksigen, rangsangan hipoksemia, sentuhan dan
perubahan suhu di dalam uterus dan diluar uterus. Semua ini
menyebabkan perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang
melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakkan diafragma serta
otot-otot pernapasan lainnya.
d. Perubahan sistem sirkulasi
Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen di dalam
alveoli menigkat. Sebaliknya, tekanan karbondioksida turun. Hal-hal
tersebut mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh-pembuluh darah
paru, sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat. Ini
menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan
duktus arteriosus menutup. Dengan menciutnya arteri dan vena
umbilikalis dan kemudian dipotongnya tali pusat, aliran darah dari
plasenta melalui vena kava inferior dan foramen ovale ke atrium kiri
terhenti. Dengan diterimanya darah oleh atrium kiri dari paru-paru,
tekanan di atrium kiri menjadi lebih tinggi daripada tekanan di atrium
kanan, ini menyebabkan foramen ovale menutup. Sirkulasi janin
sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup di luar badan ibu.
e. Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar
Natrium relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan
bahwa ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna
karena jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa dan ada
ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal renal blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus
relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
f. Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam
metabolisme karbohidrat. Glikogen mulai disimpan di dalam hepar.
Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam
keadaan imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan
ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas penghancuran
darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada
neonatus, misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoride
Transferase) dan enzim G6FD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase) yang
berfungsi dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus
memperlihatkan gejala ikterus fisiologis.
g. Imunologi
Pada sistem imunologi Imunoglobulin G dibentuk banyak dalam
bulan kedua setelah bayi dilahirkan. IgA, IgD dan IgE diproduksi
secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai sampai pada
masa kanak-kanak. Bayi yang menyusu mendapat kekebalan pasif dari
kolostrum dan ASI.
h. Integumen
Kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas, semua
struktur kulit ada pada saat lahir tetapi tidak matur. Epidermis dan
dermis tidak terikat dengan erat dan sangat tipis, vernik kaseosa juga
bersatu dengan epidermis dan bertindak sebagai tutup pelindung dan
warna kulit merah muda.
D. Clinical Pathway
E. Data Fokus Pengkajian
a. Pengkajian Fokus
Menurut Doenges (2001), pengkajian dasar pada neonatus cukup bulan
meliputi :
1. Aktivitas/istirahat
Aktivitas spontan, status terjaga yang terlihat (mengantuk, sadar
aktif, sadar diam, menangis), status tidur yang terlihat (tidur dalam,
tidur sebentar).
2. Sirkulasi
Nadi apikal, bunyi jantung (murmur), warna kulit (kebiruan,
belang-belang, abu-abu), sianosis (lokasi, efek menangis),
haemoglobin, hematokrit.
3. Integritas ego
Area umum dari masalah perhatian terhadap rangsang
(penglihatan, auditorium), kebiasaaan terhadap rangsang, perilaku
sosial/keinginan untuk digendong.
4. Eliminasi
Bising usus, abdomen (utuh, lunak, masa), anus (paten, fisura, kista
pilonidal), mekonium keluar (waktu), urine (waktu pertama
berkemih, jumlah/frekuensi, warna).
5. Makanan/cairan
Berat badan, panjang badan, kulit (lembab/kering, turgor), fontanel
(normal, tertekan), kekuatan refleks (menghisap, menelan),
muntah.20
6. Hygiene
Bayi tidak mampu merawat diri dan tergantung secara total
(tingkat 4)
7. Neurosensori
Tingkat kesadaran, respons terhadap rangsang, menangis
(kekuatan, karakter), respons pendengaran dan pengelihatan, tonus
otot, refleks.
8. Nyeri/ketidaknyamanan
Observasi (tidak dites untuk) respons terhadap rangsang nyeri :
gelisah, iritabilitas, menangis konstan.
9. Pernapasan
APGAR skor 1 menit dan 5 menit, frekuensi pernapasan, bunyi
napas, pernapasan cuping hidung,
10. Keamanan
Tipe kelahiran, suhu, kulit (tekstur, lembab/kering, warna, verniks
kaseosa,), tali pusat (jumlah pembuluh, warna, perdarahan,
eksudat, hernia, navel kutis), klavikula (utuh,
ikatan/krepitasi/lokasi), ekstremitas (kesamaan panjang, jumlah
jari), spinal (lurus, melengkung).
11. Seksualitas
Payudara (jarak, diameter areola), genitalia wanita (labia mayor
lebih besar dari labia minor, kemerahan, bengkak, perdarahan),
genitalia pria ( skrotum ada rugae , bengkak , testis turun)21
b. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian atau pemeriksaan fisik pada bayi dilakukan secara
menyeluruh. Pengkajian fisik pada bayi baru lahir merupakan bagian
dari prosedur perawatan bayi segera setelah lahir. Pengkajian ini
bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dan untuk
memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami
penyimpangan (Muslihatun,2010; h.28).
1. Pengukuran
1) Lingkar kepala
Lingkar kepala diukur mulai dari bagian depan kepala (diatas
alis/area frontal) dan area oksipital. Lingkar kepala normalnya
32-36,8 cm. Apabila lingkar kepala lebih kecil dari pada lingkar
dada dicurigai adanya mikrosefalus. Jika lingkar kepala 4 cm
lebih besar dari lingkar dada atau tetap menetap atau bertambah
meningkat selama beberapa hari, maka harus dicurigai adanya
hidrosefalus.
2) Lingkar dada
Lingkar dada pada bayi cukup bulan normalnya 30-33 cm.
Sekitar 2 cm lebih kecil daripada lingkar kepala. Pengukuran
tepat dilakukan pada garis buah dada. Bila lingkar kepala <30
cm perlu dicurigai adanya prematur.
3) Panjang badan
Panjang badan yang diukur dari puncak kepala sampai tumit,
pada bayi cukup bulan normalnya adalah 45-55 cm. Bila
panjang badan <45 cm atau >55 cm perlu dicermati adanya
penyimpangan kromosom.
4) Berat badan
Berat badan pada bayi cukup bulan normalnya 2500-4000
gram.
2. Pengukuran tanda-tanda vital
1) Suhu/temperatur
Sebaiknya mengukur temperatur melalui aksila, karena
mengukur temperatur melalui rektum dapat menyebabkan
perforasi pada mukosa. Temperatur normal adalah 36,5-
37,2°C.
2) Pernafasan
Pernafasan biasanya dimulai beberapa detik dari kelahiran,
Pernafasan yang normal pada bayi baru lahir adalah berkisar
30-60 x/menit, pengukuran dilakukan selama 60 detik (1
menit). Pengukuran dilakukan dengan menghitung 60 detik
penuh untuk mendeteksi ketidakteraturan dalam kecepatan.
Kecepatan pernafasan dipengaruhi seperti menangis. Bila tidak
terjadi pernafasan yang teratur menunjukan suatu kelainan
yaitu asfiksia.
3) Nadi
Denyut nadi normal pada bayi baru lahir adalah 110-160
x/menit. Pengukuran juga dilakukan dengan menghitung
selama 60 detik.
3. Kondisi Umum
Yang perlu diperhatikan dalam kondisi umum meliputi:
1) Keadaan umum : kesadaran dan keaktifan
2) Kulit : pada bayi baru lahir kulit tampak berwarna merah.
Observasi warna kulit bayi dalam hubungannya dengan
perubahan aktifitas, posisi dan temperatur. Pada umumnya
bayi akan memerah jika dia menangis , penurunan temperatur
dapat meningkatkan derajat sianosis karena vasokontriksi
(Maryunani dkk,2008; h.74)
4. Pemeriksaan bagian tubuh (pemeriksaan fisik)
1) Kepala
Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, moulase, caput
succedaneum, cephal hematome, hidrosepalus.
2) Mata
Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran efikantus),
kesimetrisan, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva.
3) Telinga
Kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala serta
adanya gangguan pendengaran
4) Hidung
Bentuk hidung, pola pernafasan, kebersihan
5) Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah, lidah,
palatum, bercak putih pada gusi, refleks menghisap, ada
labio/palatoskisi.
6) Leher
Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan benjolan,
kelainan tiroid.
7) Klavikula dan lengan tangan
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari.
8) Dada
Bentuk dan kelainan bentuk dada, puting susu, gangguan
pernafasan, auskultasi bunyi jantung, dan pernafasan.
9) Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan
tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan, gastroskisis,
omfalokel, bentuk simetris/tidak, palpasi hati, ginjal.
10) Genetalia
Kelamin laki-laki: skrotum sudah turun, urifisium uretra
diujung penis (fimosis, hipospadia/epispadia). Kelamin
perempuan: labia mayora, labia minora, orifisium vagina,
orifisium uretra, sekret dan lain-lain.
11) Tungkai dan kaki
Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah jari (sindaktili,
polidaktili)
12) Anus
Berlubang/tidak, posisi, fungsi sfingter ani, adanya atresia ani.
13) Punggung
Bayi tengkurap, raba kurvatura kolumna vertebralis,
pembengkakan, spina bifida.
14) Pemeriksaan kulit
Verniks caseosa, lanugo, warna, udema, bercak tanda lahir,
memar. Muslihatun (2010; h.53)
5. Refleks pada bayi baru lahir
Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan
spontan tanpa disadari pada bayi normal.
F. Etiologi dan Masalah Keperawatan
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. Proses persalinan Gangguan
DS: Pertukaran Gas
Mengeluh sesak
DO: Bayi baru lahir
PCO2 meningkat/menurun
PO2 menurun
Terjadi perubahan
pH arteri meningkat/menurun
Takikardia Pernafasan
Adanya bunyi napas tambahan (mis.
wheezing, rales) Diafragma dan
otot abdomen

Kelemahan otot
pernapasan

Gangguan
pertukaran gas

2. Faktor risiko : Proses persalinan Resiko


ketidakseimbangan
1. Prosedur pembedahan mayor
cairan
Bayi baru lahir
2. Trauma/perdarahan
3. Luka bakar
Terjadi perubahan
4. Aferesis
5. Asites Fungsi ginjal
6. Obstruksi intestinal
7. Peradangan pancreas Keseimbangan
kimia dari
8. Penyakit ginjal dan kelenjar keamanan minim
9. Disfungsi intestinal
Reabsorbsi tubuh
rendah dan kadar
hormon anti
diuretik rendah

Ekskresi elektrolit
lambat

Akumulasi ion
hidrogen dan
kalsium

Dehidrasi

Risiko
ketidakseimbanga
n cairan
3. Faktor risiko : Proses persalinan Risiko Defisit
Nutrisi
1. Ketidakmampuan menelan
Bayi baru lahir
makanan
2. Ketidakmampuan
Terjadi perubahan
mencerna makanan
3. Ketidakmampuan Gastrointestinal
mengabsorbsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan Spingter kardia
dan kontrol sakit
metabolisme perut belum matur
5. Faktor ekonomi (mis:
finansial tidak mencukupi) Kekenyangan
6. Faktor psikologis (mis:
Regurgitas
stres, keengganan untuk
makan)
Muntah

Risiko Defisit
Nutrisi

4. Faktor risiko : Proses persalinan Risiko Gangguan


1. Perubahan sirkulasi integritas
2. Perubahan status nutrisi (kelebihan kulit/jaringan
Bayi baru lahir
atau kekurangan)
3. Kekurangan/kelebihan volume
cairan Terjadi perubahan
4. Penurunan mobilitas
5. Bahan kimia iritatif
6. Suhu lingkungan yang ekstrem Integumen
7. Faktor mekanis (mis: penekanan,
gesekan) atau faktor elektris Struktur kulit
(elektrodiatermi, energi listrik belum matur
bertegangan tinggi)
8. Terapi radiasi
9. Kelembaban Ekskresi, iritasi
10. Proses penuaan kimia atau bahan
11. Neuropati perifer popok, faktor
12. Perubahan pigmentasi mekanis
13. Perubahan hormonal
14. Penekanan pada tonjolan tulang Risiko Gangguan
15. Kurang terpapar informasi tentang integritas
upaya
mempertahankan/melindungi kulit/jaringan
integritas jaringan
5 Faktor risiko : Proses persalinan Risiko Infeksi
1. Penyakit kronis (mis: diabetes
melitus)
Bayi baru lahir
2. Efek prosedur invasif
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme Terjadi perubahan
patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer (gangguan Sistem imun
peristaltik; kerusakan integritas
kulit; perubahan sekresi pH; Pada neonatus
penurunan kerja siliaris; ketuban hanya terdapat
pecah lama; ketuban pecah imunoglobulin G
sebelum waktunya; merokok;
statis cairan tubuh)
6. Ketidakadekuatan pertahanan Ketidakadekuatan
tubuh sekunder (penurunan imun yang didapat
hemoglobin; imunosupresi;
leukopenia; supresi respon Risiko Infeksi
inflamasi; vaksinasi tidak adekuat)

6 Faktor risiko : Proses persalinan Risiko


1. Cedera otak akut Termoregulasi
2. Dehidrasi tidak efektif
Bayi baru lahir
3. Pakaian yang tidak sesuai untuk
suhu lingkungan
4. Peningkatan area permukaan Terjadi perubahan
tubuh terhadap rasio berat badan
5. Kebutuhan oksigen meningkat
6. Perubahan laju metabolisme Pengaturan panas
7. Proses penyakit (mis: infeksi)
8. Suhu lingkungan ekstrem Perubahan
9. Suplai lemak subkutan tidak temperatur
memadai lingkungan intra
10. Proses penuaan dan ekstra uterin
11. Berat badan ekstrem
12. Efek agen farmakologis (mis:
sedasi) Suhu tubuh perifer
sangat mudah
terpengaruh suhu
lingkungan

Risiko
termoregulasi
tidak efektif
G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. diagnosis
keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu diagnosis negatif dan
diagnosis positif. Diagnosis negatif menunjukkan bahwa pasien dalam
kondisi sakit atau beresiko mengalami sakit sehingga penegakan diagnosis
ini akan mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang bersifat
penyembuhan, pemulihan dan pencegahan. Diagnosis ini terdiri atas
Diagnosis Aktual dan Diagnosis Resiko. Sedangkan diagnosis positif
menunjukkan bahwa pasien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai
kondisi yang lebih sehat dan optimal. Diagnosis ini disebut juga dengan
Diagnosis Promosi Kesehatan (ICNP, 2015)
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien.
Kemungkinan diagnosa keperawatan dari Blighted Ovum adalah sebagai
berikut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) :
a. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
b. Risiko Ketidakseimbangan airan (D.0036)
c. Risiko Defisit Nutrisi (D.0032)
d. Risiko Gangguan Integritas kulit/jaringan (D.0139)
e. Risiko Infeksi (D.0142)
f. Risiko termoregulasi tidak efektif (D.0148)
H. Nursing Care Plan
Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat, pasien,
keluarga, dan orang terdekat pasien untuk merumuskan rencana tindakan
keperawatan guna mengatasi masalah yang dialami pasien. Tahap
perencanaan ini memiliki beberapa tujuan penting, diantaranya sebagai
alat komunikasi antar sesama perawat dan tim kesehatan lainnya,
meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan bagi pasien, serta
mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang
ingin dicapai. Unsur terpenting dalam tahap perencanaan ini adalah
membuat orioritas urutan diagnoa keperawatan, merumuskan tujuan,
merumuskan kriteria evaluasi, dan merumuskan intervensi keperawatan
(Asmadi, 2008).

Diagnosa Luaran dan Kriteria Hasil


N
Kode Diagnosa Kode Luaran dan Intervensi
o
Kriteria Hasil
1. D.000 Gangguan L.0100 Setelah Pemantauan
3 Pertukaran 3 dilakukan Respirasi (I.01014)
gas tindakan
Observasi
keperawatan
selama 3x24 jam 1. Monitor
maka pertukaran frekuensi,
gas meningkat
irama,
dengan kriteria
hasil : kedalaman dan
1. Dispnea upaya napas
menurun
2. Monitor pola
2. Bunyi
napas napas (seperti
tambaha bradypnea,
n takipnea,
menurun
3. Takikard hiperventilasi,
ia kussmaul,
menurun Cheyne-stokes,
4. PCO2
biot, ataksik)
membaik
5. PO2 3. Monitor
membaik kemampuan
6. pH arteri
batuk efektif
membaik
4. Monitor
adanya
produksi
sputum
5. Monitor
adanya
sumbatan jalan
napas
6. Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi
bunyi napas
8. Monitor
saturasi
oksigen
9. Monitor nilai
analisa gas
darah
10. Monitor hasil
x-ray thoraks
Terapeutik
1. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasik
an hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan
hasil
pemantauan,
jika perlu.
2. D.003 Risiko L.0302 Setelah Manajemen cairan
6 Ketidak 0 dilakukan (I.03098)
seimbangan tindakan Observasi
cairan keperawatan  Monitor status
selama 3x24 jam hidrasi (mis:
maka frekuensi nadi,
keseimbangan
kekuatan nadi,
cairan
meningkat akral,
dengan kriteria pengisian
hasil : kapiler,
1. Asupan kelembaban
cairan mukosa, turgor
meningk kulit, tekanan
at
darah)
2. Output
 Monitor berat
urin
meningk badan harian
at  Monitor berat
3. Membra badan sebelum
ne dan sesudah
mukosa dialisis
lembab
 Monitor hasil
meningk
at pemeriksaan
4. Edema laboratorium
menurun (mis:
5. Dehidras hematokrit,
i Na, K, Cl,
menurun berat jenis
6. Tekanan
urin, BUN)
darah
membaik  Monitor status
7. Frekuens hemodinamik
i nadi (mis: MAP,
membaik CVP, PAP,
8. Kekuatan PCWP, jika
nadi
tersedia)
membaik
9. Tekanan Terapeutik
arteri  Catat intake-
rata-rata output dan
membaik hitung balans
10. Mata cairan 24 jam
cekung  Berikan
membaik
asupan cairan,
11. Turgor
kulit sesuai
membaik kebutuhan
 Berikan cairan
intravena, jika
perlu
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
diuretik, jika
perlu
3. D.003 Risiko L.0303 Setelah Manajemen Nutrisi
2 Defisit 0 dilakukan (I.03119)
Nutrisi intervensi Observasi
keperawatan
 Identifikasi
selama 3x24 jam
maka status status nutrisi
nutrisi membaik  Identifikasi
dengan kriteria alergi dan
hasil : intoleransi
1. Porsi makanan
makan  Identifikasi
yang
makanan yang
dihabiska
n disukai
meningk  Identifikasi
at kebutuhan
2. Berat kalori dan jenis
badan nutrien
membaik  Identifikasi
3. Indeks
perlunya
massa
tubuh penggunaan
(IMT) selang
membaik nasogastrik
 Monitor
asupan
makanan
 Monitor berat
badan
 Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral
hygiene
sebelum
makan, jika
perlu
 Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
(mis: piramida
makanan)
 Sajikan
makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
 Berikan
makanan
tinggi serat
untuk
mencegah
konstipasi
 Berikan
makanan
tinggi kalori
dan tinggi
protein
 Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
 Hentikan
pemberian
makan melalui
selang
nasogastik jika
asupan oral
dapat
ditoleransi
Edukasi
 Ajarkan posisi
duduk, jika
mampu
 Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum
makan (mis:
Pereda nyeri,
antiemetik),
jika perlu
 Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan,
jika perlu
4. D.013 Risiko L. Setelah Perawatan Integritas
9 gangguan dilakukan Kulit (I.11353)
integritas ntervensi Observasi
kulit/jaringa keperawatan
 Identifikasi
n selama 3x24 jam
maka integritas penyebab
kulit meningkat gangguan
dengan kriteria integritas kulit
hasil : (mis:
1. Kerusaka perubahan
n sirkulasi,
jaringan
perubahan
menurun
2. Kerusaka status nutrisi,
n lapisan penurunan
kulit kelembaban,
menurun suhu
lingkungan
ekstrim,
penurunan
mobilitas)
Terapeutik
 Ubah posisi
setiap 2 jam
jika tirah
baring
 Lakukan
pemijatan pada
area
penonjolan
tulang, jika
perlu
 Bersihkan
perineal
dengan air
hangat,
terutama
selama periode
diare
 Gunakan
produk
berbahan
petroleum atau
minyak pada
kulit kering
 Gunakan
produk
berbahan
ringan/alami
dan
hipoalergik
pada kulit
sensitive
 Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada
kulit kering
Edukasi
 Anjurkan
menggunakan
pelembab
(mis: lotion,
serum)
 Anjurkan
minum air
yang cukup
 Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan
meningkatkan
asupan buah
dan sayur
 Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrim
 Anjurkan
menggunakan
tabir surya SPF
minimal 30
saat berada
diluar rumah
 Anjurkan
mandi dan
menggunakan
sabun
secukupnya
5. D.014 Risiko L.1413 Pencegahan Infeksi
2 Infeksi 7 Setelah (I.14539)
dilakukan a. Observasi
intervensi 1. Monitor tanda dan
keperawatan gejala infeksi lokal
selama 3 x 24 dan sistemik
jam, maka b. Terapeutik
tingkat infeksi 2. Batasi jumlah
menurun, pengunjung
dengan kriteria 3. Berikan perawatan
hasil: kulit pada area edema
1. Demam 4. Cuci tangan
menurun sebelum dan sesudah
2. Kemerahan kontak dengan pasien
menurun dan lingkungan pasien
3. Nyeri 5. Pertahankan teknik
menurun aseptic pada pasien
4. Bengkak berisiko tinggi
menurun c. Edukasi
5. Kadar sel 6. Jelaskan tanda dan
darah putih gejala infeksi
membaik 7. Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
8. Ajarkan etika batuk
9. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
10. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
11. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
d. Kolaborasi
12. Kolaborasi
pemberian imunisasi,
jika perlu
6. D.014 Risiko L.1413 Setelah Edukasi Pengukuran
8 termoregula 4
dilakukan Suhu Tubuh
si tidak
efektif tindakan ( I.12414)
keperawatan Observasi
selama 3x24 jam  Identifikasi
maka diharapkan kesiapan dan
termoregulasi kemampuan
membaik dengan menerima
kriteria hasil : informasi
1. Menggig Terapeutik
il
 Sediakan
menurun
2. Suhu materi dan
tubuh
media
membaik
3. Suhu Pendidikan
kulit
Kesehatan
membaik
 Jadwalkan
Pendidikan
Kesehatan
sesuai
kesepakatan
 Berikan
kesempatan
untuk bertanya
 Dokumentasik
an hasil
pengukuran
suhu
Edukasi
 Jelaskan
prosedur
pengukuran
suhu tubuh
 Anjurkan terus
memegang
bahu dan
menahan dada
saat
pengukuran
aksila
 Ajarkan
memilih lokasi
pengukuran
suhu oral atau
aksila
 Ajarkan cara
meletakkan
ujung
thermometer di
bawah blidah
atau di bagian
tengah aksila
 Ajarkan cara
membaca hasil
thermometer
raksa dan/atau
elektronik
DAFTAR PUSTAKA

Nania, Rizki. 2021. Laporan Pendahuluan Bayi Baru Lahir. Dari :


https://id.scribd.com/document/518764097/LP-BBL
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai