KODE BIRU
(CODE BLUE)
RSUD DR.PIRNGADI
MEDAN
2016
Daftar Isi
KATA SAMBUTAN
Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayahNya kita dapat menyusun Buku Panduan Kode Biru (Code Blue) untuk RSUD
Dr.Pirngadi Medan.
Buku Panduan ini diharapkan menjadi usaha untuk memberikan pelayanan yang
terbaik buat pasien dalam kondisi gawat darurat dilingkungan RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Upaya berbagai pihak untuk terwujudnya buku panduan ini menjadi hal yang sangat
saya hargai. Harapan saya agar dapat diimplementasikan oleh seluruh pegawai RSUD
Dr.Pirngadi Medan di tempat bertugas masing-masing.
Akhirnya, marilah kita gunakan upaya ini untuk lebih mempertebal rasa optimisme
kita bahwa RSUD Dr.Pirngadi Medan bisa lebih baik di kemudian hari.
Direktur
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Pendahuluan
Pelayanan kesehatan gawat darurat sehari-hari merupakan hak azasi manusia
merupakan kewajiban yang harus dimiliki oleh rumah sakit sebagai penyelanggara kesehatan.
Keadaan gawat darurat medik merupakan peristiwa yang dapat menimpa sesorang
sekelompok orang dengan tiba-tiba yang dapat membahayakan jiwa sehingga memerlukan
tindakan yang cepat dan tepat agar dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah
terjadinya kecacatan yang tidak perlu.
Konsep ini disebut dengan KODE BIRU merupakan suatu konsep Penanganan
Gawat Darurat yang dapat diterapkan secara terpadu dengan pengaturan dalam satu sistem
kontinum.
Pelayanan Resusitasi tersedia di RSUD dr. Pirngadi Medan untuk seluruh pasien
dalam 24 jam sehari, setiap hari di seluruh area rumah sakit. Resusitasi jantung paru-
paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti napas
dan henti jantung. CPR bertujuan untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit atau
tertutup sama sekali. CPR sangat dibutuhkan bagi orang tenggelam, terkena serangan
jantung, sesak napas karena syok akibat kecelakaan, terjatuh, dan sebagainya.
Penyebab tersering dari henti jantung (cardiac arrest) diluar dan dalam rumah sakit adalah
penyakit jantung koroner. WHO menerangkan bahwa penyakit jantung, bersama-sama dengan
penyakit infeksi (sepsis) dan kanker masih tetap mendominasi peringkat teratas penyebab utama
kematian di dunia. Demikian halnya di Indonesia, berdasarkan survei kesehatan nasional tahun 1986 dan
1991, penyakit jantung koroner bersama dengan penyakit infeksi merupakan penyebab kematian
utama di Indonesia. cardiac arrest dapat dipulihkan jika tertangani segera dengan cardiopulmonary
resuscitation dan defibrilasi untuk mengembalikan denyut jantung normal. Kesempatan pasien
untuk bisa bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persen pada tiap menit yang berjalan
tanpa Cardiopulmonary Resuscitation (RJP) dan defibrilasi. Inti dari penanganan cardiac arrest
adalah kemampuan untuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera
mungkin mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal untuk mencegah terjadinya kematian
otak dan kematian permanen.
Penanganan secara cepat dapat diwujudkan jika terdapat tenaga yang memiliki kemampuan
dalam melakukan chain of survival saat cardiac arrest terjadi. Keberadaan tenaga inilah yang
2
selama ini menjadi masalah/pertanyaan besar, bahkan di rumah sakit yang notabene banyak terdapat
tenaga medis dan paramedis.tenaga medis dan paramedis di rumah sakit sebenarnya sudah memiliki
kemampuan dasar dalam melakukan life saving, akan tetapi belum semuanya dapat
mengaplikasikannya secara maksimal. dan seringkali belum terdapat pengorganisian yang baik dalam
pelaksanaannya. Keberhasilan resusitasi pasien yang mengalami henti napas dan henti jantung
bergantung pada Intervensi kritis, seperti defribrilasi dini dan implementasi bantuan hidup
lanjutan secara akurat. Untuk dapat memberikan intervensi kritis tersebut, teknologi medis
yang terstandarisasi, obat-obat resusitasi dan staf yang telah terlatih resusitasi dengan baik
harus tersedia dengan cepat.
1.2 Definisi :
1. Code Blue merupakan suatu tim yang dibentuk rumah sakit dan memiliki tugas
menangani pasien dalam kondisi gawat darurat dirumah sakit.
2. Pelayanan Code Blue adalah Pelayanan yang memberikan pertolongan segera pada
pasien dengan kegawatdaruratan sebelum dan seat henti nafas dan atau henti jantung
(pre –arrest dan arrest) dengan resusitasi seragam melalui sistem pemenggilan
kegawatdaruratan di lingkungan RSUD dr. Pingadi Medan melalui operator dengan
kode 500.
3. Tim Code Blue adalah tim reaksi cepat yang terdiri dari dokter spesialis anestesi,
dokter residen anestesi, dokter jaga IGD dan ruangan serta perawat yang terlatih
yang melakukan resusitasi yang seragam di lingkungan RSUD dr. Pirngadi Medan,
bila terjadi kondisi gawat darurat pada pasien anak maupun dewasa.
4. Pasien Gawat adalah pasien yang terancam jiwanya (anak dan dewasa) tetapi belum
memerlukan pertolongan RJP
5. Pasien Gawat Darurat adalah pasien anak maupun dewasa yang berada dalam
ancaman kematian dan memerlukan resusitasi jantung paru (RJP) segera.
6. Kode Biru adalah kata sandi yang digunakan untuk menyatakan bahwa pasien dalam
keadaan gawat darurat
7. Triage adalah pemilahan kondisi pasien melalui penilaian klinis pasien
8. Perawat terlatih adalah Perawat yang telah mendapatkan pelatihan RJP/ Code Blue
9. Intervensi klinis untuk penanganan pasien yang mengalami kejadian kritis yang
mengancam jiwa, seperti henti jantung atau nafas.
10. Resusitasi jantung paru adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang
mengalami henti napas atau pun henti jantung oleh karena sebab-sebab tertentu.
3
11. Resusitasi jantung paru (RJP) ini mengandung arti harfiah "Menghidupkan
Kembali" tentunya dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah
suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Pertolongan ini
dilakukan untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung. Sehingga bisa diambil
kesimpulan bahwa RJP merupakan gabungan penyelamatan pernapasan ( bantuan
napas ) dengan kompresi dada eksternal. Resusitasi digunakan ketika seorang korban
mengalami henti jantung dan juga henti napas.
Bantuan hidup dasar harus diterapkan sesegera mungkin setelah dikenali adanya
henti jantung atau nafas, dan harus ada proses yang dilakukan untuk memberikan bantuan
hidup lanjutan dalam waktu kurang dari 5 menit. Hal ini mencakup peninjauan resusitasi
yang secara aktual dilakukan dirumah sakit, dan juga pelatihan respon simulasi henti jantung.
Pelayanan resusitasi yang tersedia dalam rumah sakit, termasuk troly emergensi dan obat-
obatan yang digunakan dan staf yang terlatih harus didasarkan pada bukti klinis dan populasi
dan peralatan resusitasi tersedia untuk semua populasi yang dilayani (Dewasa, Anak, dan
Bayi).
Ada beberapa penyebab henti nafas dan juga penyebab henti jantung. Beberapa hal
yang bisa menyebabkan henti jantung dan henti nafas diantaranya yaitu :
4
1. Infark miokard akut, dengan komplikasi fibrilasi ventrikel, cardiac standstill, aritmia
lain, renjatan dan edema paru.
2. Emboli paru, karena adanya penyumbatan aliran darah paru.
3. Aneurisma disekans, karena kehilangan darah intravaskular.
4. Hipoksia, asidosis, karena adanya gagal jantung atau kegagalan paru berat,
tenggelam, aspirasi, penyumbatan trakea, pneumothoraks, kelebihan dosis obat,
kelainan susunan saraf pusat.
5. Gagal ginjal, karena hyperkalemia
Resusitasi Jantung Paru ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan
atau sirkulasi, dan penanganan akibat henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung
(cardiac arrest), yang mana fungsi tersebut gagal total oleh sebab yang memungkinkan untuk
hidup normal.
Komponen penting dalam Resusitasi Jantung Paru atau dikenal dengan ABC
adalah :
1. Airway (Jalan Nafas)
2. Breathing (Pernafasan)
3. Circulation (Sirkulasi)
5
3. Memberikan pedoman baku bagi anggota code blue dalam melaksanakan kegiatan
penanganan pasien gawat darurat
4. Membangun respons petugas rumah sakit pada pelayanan kesehatan dalam keadaan
gawat darurat
5. Mempercepat respon time kegawatdaruratan di rumah sakit untuk menghindari kematian
dan kecacatan yang seharusnya tidak perlu terjadi.
6
1 Landasan Hukum :
1. Undang – Undang Republik Indonesia no 29, tahun 2009 tentang Praktek
Kedokteran;
2. Undang – Undang Republik Indonesia no 36, tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang – Undang Republik Indonesia no 44, Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, Bab VIII, Pasal 32 tentang Hak Pasien;
4. Keputusan Direktur RSUD dr. Pirngadi Nomor ................tentang
Kebijakan Pelayanan RSUD dr. Pirngadi Medan ;
5. Keputusan Direktur RSUD dr. Pirngadi Nomor ................tentang Pelayanan
Resusitasi ( Code Blue);
7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Dalam satu shift harus ada 2-3 orang perawat yang terlatih yang bertugas di masing-
masing ruangan. Perencanaan sumber daya manusia ditentukan berdasarkan kondisi
kegawatdaruratan pasien, dala, melakukan penanggulangan paasien gawat di ruang
perawatan:
a. Dokter jaga ruangan
b. Perawat terlatih 3 (tiga) orang
C. Pengaturan Jaga
Dalam setiap tugas jaga tenaga perawat di setiap ruangan harus ada 2-3 orang perawat
terlatih yang bertugas sebagai Code Blue Lokal dan apabila diperlukan sebagai Code
Blue Pusat atau inti
D. Logo
Makna Logo:
1. Warna biru bermakna trustfulness / kepercayaan, dimana pasian percaya
adanya Tim Code Blue di RSUP. H. Adam Malik akan memberikan
pertolongan pada situasi darurat bila terjadi gagal jantung dan napas.
2. Irama EKG menunjukkan bahwa jantung berfungsi kembali setelah diberi
pertolongan oleh Tim Code Blue
3. Orang berlari menunjukkan tim code blue yang siap siaga dan sigap
untuk melakukan pertolongan saat terjadi gagal jantung dan nafas.
4. Tulisan CODE BLUE bermakna bahwa pertolongan awal pada pasien
yang mengalami kondisi kritis menentukan nasib pasien (hidup atau mati,
hidup kembali normal atau hidup cacat). Siapa saja dapat memberikan
pertolongan awal, sambil menunggu Tim Code Blue datang ke lokasi.
3. Kode Darurat
Kode darurat disebut dengan Code Blue, yaitu situasi gawat darurat yang
mengancam nyawa sehingga memerlukan respon yang cepat dari Tim Code
Blue. Respon cepat untuk menangani kondisi gawat darurat tersebut
ditandai dengan stempel seperti di bawah ini :
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
(terlampir)
B. Standar Fasilitas
Kebutuhan Peralatan Code Blue
1. Trolley emergency
Berada di tiap-tiap lokasi code blue lokal yang sudah ditetapkan, yang dilengkapi
dengan :
a. Monitor portable
b. DC Shock portable (Defibrilator)
c. Sumber oksigen (O2 tank/ sentral)
d. Bag Valve Mask dengan selang Oksigen
e. Masker beberapa macam ukuran + selang Oksigen
f. Jalan napas oropharyng / nasopharyng beberapa ukuran
g. CPR board
h. Semprit beberapa ukuran
i. Infusion set (dewasa/pediatrik)
j. IV Catheter beberapa ukuran
k. Obat-obat emergency utama : Adrenalin, Sulfat Atropin, Lidocain,
dan tambahan : Dopamine, Dobutamine, Norepinephrine, BicNat
l. Cairan infus dasar: RL/Asering/NaCl 0.9%
m. Suction Manual + kateter suction beberapa ukuran
n. Gunting
o. Kasa
p. Alkohol swab
q. Plester/tegaderm
(Roadmap dan susunan Trolley Emergency di masing lokasi terlampir )
2. Resuscitation bag
Berada di lokasi /posko code blue sentral, yang dilengkapi dengan :
a. Laryngoskop blade + handle untuk dewasa dan anak
b. ETT beberapa ukuran
c. Stylet beberapa ukuran
d. Spuit 10 cc untuk mengembangkan cuff
e. Stetoskop
f. Senter
i. Stetoskop
j. Senter
k. Magil Forcep
ISI TROLLEY EMERGENCY RSUP H. ADAM MALIK
Operator
Selesai
BAB IV
DOKUMENTASI
A. Dokumentasi
Dalam kegiatan pengelolaan RESUSITASI di RSUP H Adam Malik, Tim
Code Blue harus melakukan dokumentasi pada :
1. Catatan Perkembangan Terintegrasi (RM 7.1/Integ Rev 1/2015)
2. Kegiatan pengelolaan resusitasi dan code blue harus sesuai dengan
panduan dan SPO
3. Semua hasil tindakan resusitasi, harus dicatat pada rekam medis pasien
Selama menunggu Tim Code Blue Pusat, Tim Code Blue Lokal :
1. Pelapor memastikan keamanan lokasi untuk menolong pasien/korban
2. Pelapor memanggil bantuan
3. Pelapor dan atau penolong lain melakukan Bantuan Hidup Dasar
4. Pelapor dan atau penolong lain mengambil trolley emergensi dilokasi
terdekat dan memberikan suplementasi oksigen
B. Evaluasi
1. Rapat rutin diselenggarakan tiap bulan untuk membahas:
a. Evaluasi kinerja
b. Masalah dan pemecahannya
c. Evaluasi dan rekomendasi
2. Rapat insidensial diselenggarakan sewaktu – waktu bila ada masalah
atau sesuatu hal yang harus diputuskan segera
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI CODE BLUE RSUP H. ADAM MALIK
Direktur Utama
Dr. dr. Yusirwan, SpB, SpBA (K), MARS
KETUA TIM
dr. Dadik Wahyu Wijaya, SpAn
SEKRETARIS
Berliana Sinaga, S.Kep,Ners
Anggota
16.
17.
Tim CODE BLUE RSUP H Adam Malik berada langsung dibawah Direktur Pelayanan
Medik dan Keperawatan dan seluruh anggota tim terdiri dari integrasi dan kolaborasi
beberapa SMF/Instalasi terkait.
DIREKTUR
RSUP H.Adam
Malik
Upaya untuk menjaga kendali mutu terhadap tindakan resusitasi dan code blue
di RSUP H. Adam Malik diperlukan standarisasi dalam hal pengelolaan. Untuk itu
diperlukan adanya Tim Code Blue yang bertujuan memberikan penanganan resusitasi
secara komprehensif kepada pasien, keluarga maupun pengunjung rumah sakit
dengan cepat sebagai upaya untuk menghindari (preventable) kematian.
Adapun untuk mencapainya diperlukan :
1. Membuat pedoman dan panduan (manual) resusitasi dan code blue
2. Membuat SPO penanganan resusitasi
3. Sosialisasi pedoman dan panduan (manual) resusitasi dan code blue di
lingkungan RSUP H. Adam Malik
4. Monitoring dan evaluasi berkala tiap bulan
5. Evaluasi pedoman panduan dan SPO tiap tahun
Direktur Utama