Anda di halaman 1dari 51

SKRINING HIPOTIROID

KONGENITAL

DINAS KESEHATAN KABUPATEN SOLOK


SAUNG BATUPANG
17 NOVEMBER 2022
ANALISA SITUASI
• Secara nasional angka kelahiran 5 juta bayi/ tahun, bila mengikuti
kejadian 1:3000 lebih dari 1.600 bayi dengan Hipotiroid
Kongenital (HK)/tahun terakumulasi tiap tahun
• Sasaran bayi baru lahir di Provinisi Sumatera Barat menurut
Pusdatin setiap tahun berkisar : 104.121, jika prevalensi
kejadian HK 1:3000, maka diperkirakan ada 34 bayi dengan
HK setiap tahun nya di sumatera Barat
• Sasaran BBL di Kab Solok berkisar 7.167, diperkirakan
SLIDESMANIA.CO

kemungkinan ada 2 sd 3 bayi HK setiap tahunnya di Kab.


Solok
Manifestasi Klinis
95% tidak bergejala pada bulan pertama
Karena ada transfer hormon tiroid ibu melalui
plasenta • Perut Cembung
• Konstipasi

• Penurunan aktivitas fisik activity


• Hipotonia, poor feeding
• Reflek ↓, Letargis • Kulit pucat, kering, dingin
• Rambut kasar
• Sutura lebar, UUB lambat menutup
• Makroglosia, puffy face
• wajah khas
• Perawakan pendek, lambat tumbuh gigi kuku
• Pseudo hypertelorism
• Global delayed development
• Disabilitas Intelektual, IQ rendah

• Prolonged Jaundice
• Hernia Umbilikalis
• mottling Behl T, et al. Congenital hypothyroidism: An updated review of its pathogenesis . Int J of Research in Pharmacy and
Science .2014
Seorang anak ♀, usia 2 th Seorang anak ♀, usia 10 tahun Seorang anak ♂, usia 11 th
- Keluhan : lahir NORMAL, - Keluhan : badan pendek, -Keluhan : Lebih pendek dari
saat ini belum bisa duduk, keterlambatan perkembangan
saudara kembarnya, lahir
berjalan & bicara di semua aspek, riwayat hamil
dan kelahiran normal normal
- Panjang badan: 58 cm - Gangguan belajar, IQ ⬇
- TB : 95 cm  (setinggi 4
- Berat Badan. : 9 kg thn) - TB : 110,5 cm BB : 24 kg
- BB. : 15 kg
Setelah diperiksa

Kasus 1 Hipotiroid Kongenital karena tidak punya kelenjar tiroid


Kasus 2 Hipotiroid Kongenital karena kelenjar tiroid berpindah tempat
Kasus 3 Hipotiroid Kongenital karena HK ?

Gangguan
Saat bayi Tumbuh
Persamaan ketiga kasus tampak normal Kembang

Keterlambata Keterlambata
n Diagnosis n Terapi
Pengaruh Terapi HK dini terhadap IQ

• Meta analisis: Klein R (1996)


• Bila diobati pada usia 0-3 bulan:IQ-nya normal bisa=78%
• Bila diobati pada usia 3-6 bulan: yang IQ-nya normal= 19%
• Bila diobati pada usia > 6 bulan : yang IQ-nya normal = 0%

Semakin terlambat diobati penyakit HK ini maka IQ akan semakin


turun
Terapi pada usia < 2 minggu  IQ bisa normal

Penemuan kasus HK akan cepat diketahui dan diobati pada usia < 2
minggu bisa dilakukan bila dilakukan SKRINING HIPOTIROID
PADA BAYI BARU LAHIR
Fungsi Hormon Tiroid

Fungsi secara umum adalah:


Produksi energi

Mengontrol suhu tubuh

Pertumbuhan tulang & perkembangan pubertas Stimulasi migrasi dan maturasi sel neuron,
serta dendrit & sinaps
Perkembangan SSP (susunan syaraf pusat)
Meningkatkan mielogenesis, sintesis
neurotransmitter dan pertumbuhan akson

Alyson Weiner, Sharon Oberfield and Patricia Vuguin. NeoReviews.


2020 Molina PE & Ashmand R. Endocrine Physiology. 4th Ed. McGraw-Hill
Kelenjar Penghasil Hormon Tiroid

Hipotalamus
TRH Kelenjar yang terletak di dalam leher
Hipofisis
bagian bawah, depan, melekat pada
tulang laring

Terdiri dari dua lobus (lobus


TSH dekstra dan lobus sinistra), saling
T4
berhubungan, masing masing lobus
T3
T4 tebalnya 2 cm, panjang 4cm, dan lebar
T3
2,5cm
T3
T4

Despopoulos. Color Atlas of Physiology. 4th Ed. Thieme. Cooper DS. Thyroid Gland. Greenspan's Basic & Clinical Endocrinology, 9th
Penyebab HK
Hipotiroid Kongenital

Transien/
Permanen
sementara

Primer Sekunder Primer Sekunder

Dysgenesis (Agenesis,
hypoplastic, ectopic, Defek di otak Ibu minum antitiroid Ibu hipertiroid
hemiagenesis)

Isolated (mutasi gen Defisiensi


Dishormonogenesis Prematur & BBLSR
TSH) iodium/endemis

TSH resistes Gangguan Transport Pemakaian Iodin >> Steroid & Dopamin

Gen DUOX 2 mutation,


Transient
Resistesi horm tiroid isolated
hyperthyrotropinemia hyperthyroxinemi
a
Maternal TSH
Konversi Antibodies Receptor
rendah T4 Blocking
--> T3
Mondal S, Mukhopadhyay P, Ghosh S. Clinical approach to congenital hypothyroidism. Thyroid Res
Kendala Diagnosis dan Terapi HK

• Umumnya penderita tampak normal ketika lahir hingga


1- 2 bulan pertama, sekalipun otak sudah mulai terganggu
karena kekurangan hormon tiroid
• Jika menunggu munculnya gejala maka HK akan diketahui
secara terlambat, dan kerusakan otak bersifat irreversibel
• Semakin lambat memulai pengobatan  IQ semakin
menurun, gejala semakin jelas dan pertumbuhan juga
terhambat
• Perlu SKRINING HK
REGULASI SHK
SKRINING BAYI BARU LAHIR
DASAR HUKUM

Pelayanan kesehatan Bayi Baru Lahir dilaksanakan melalui: 


a. pelayanan kesehatan neonatal esensial; 
b. skrining Bayi Baru Lahir; dan 
PERMENKES 25 c. pemberian komunikasi, informasi, edukasi kepada ibu dan keluarganya. 
TAHUN 2014 TENTANG
UPAYA KESEHATAN
ANAK Skrining Bayi Baru lahir:
 Dilakukan terhadap setiap bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan. 
 Paling sedikit meliputi skrining hipotiroid kongenital. 
 Skrining hipotiroid kongenital dilakukan melalui pengambilan sampel darah
pada bayi usia 48 (empat puluh delapan) sampai 72 (tujuh puluh dua) jam. 
 Apabila positif, pengobatan diberikan sebelum usia 1 bulan

12
SKRINING BAYI BARU LAHIR
DASAR HUKUM

 SHK ditujukan untuk mencegah terjadinya hambatan pertumbuhan


dan retardasi mental 
 SHK dilakukan pada bayi usia48 s.d.72 jam.
 SHK harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
PERMENKES 78
 Pelaksanaan:
TAHUN 2014 TENTANG  Praskrining: sosialisasi, advokasi, dan evaluasi termasuk pelatihan.
SKRINING HIPOTIROID  Proses skrining.
KONGENITAL  Pasca skrining: tes konfirmasi terhadap bayi yang telah dilakukan
skrining untuk menegakkan diagnosis HK pada bayi dengan hasil
skrining tidak normal.
 Setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan SHK
wajib melakukan pencatatan dan pelaporan secara berjenjang

13
PRINSIP PELAKSANAAN SHK
Kebijakan PERMENKES 78 TAHUN 2014
1. Meningkatkan akses
dan cakupan SHK Strategi Operasional
dalam rangka
meningkatkan 1. Menyediakan regulasi
kualitas hidup anak. 2. Melakukan advokasi dan sosialisasi
2. Menjaga kualitas 3. Mendorong peningkatan akses dan cakupan melalui peran serta
penyelenggaraan masyarakat, fasilitas pelayanan Kesehatan, pemerintah dan
SHK swasta, organisasi profesi, asosiasi serta penjaminan Kesehatan.
3. Menjaga agar biaya 4. Melakukan koordinasi dan kerjasama jejaring SHK
pemeriksaan SHK
5. Menyelenggarakan pelatihan/orientasi program SHK bagi tenaga
tetap cost effective.
kesehatan
4. Mendorong peran
6. Meningkatkan peran tenaga Kesehatan melakukan KIE SHK
serta masyarakat,
pemerintah daerah 7. Melaksanakan monitoring dan evaluasi program SHK. 
dan pemerintah
dalam
penyelenggaraan
SHK.
14
PELAKSANAAN SHK TAHUN 2022
SE DIRJEN KESEHATAN MASYARAKAT

• Seluruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas


Pelayanan Kesehatan tingkat Lanjut (FKTL), baik pemerintah dan swasta agar
melaksanakan pemeriksaan SHK sebagai bagian dari standar operasional
prosedur pelayanan bayi baru lahir pada tahun 2022. 

• Tata laksana pemeriksaan SHK sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor 78 Tahun 2014 tentang Skrinning Hipotiroid Kongenital 

15
Yth.
1. Kepala Dinas Kesehatan Daerah Provinsi seluruh Indonesia
2. Kepala Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota seluruh Indonesia
3. Direktur/Kepala Rumah Sakit, seluruh Indonesia
4. Kepala Puskesmas, seluruh Indonesia
5. Pimpinan Klinik seluruh Indonesia
6. Dokter Praktik Mandiri seluruh Indonesia
7. Bidan Praktik Mandiri, seluruh Indonesia
8. Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
9. Ketua Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia
10. Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)

SURAT EDARAN
NOMOR : HK.02.02/II/3398/2022
TENTANG
KEWAJIBAN PELAKSANAAN SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL PADA BAYI BARU
LAHIR DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PENYELENGGARA PERTOLONGAN
PERSALINAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS ANAK INDONESIA

Dalam rangka melaksanakan visi dan misi pemerintahan Presiden Joko Widodo yaitu Bangsa
Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian yang berlandaskan gotong royong, maka
keberadaan SDM yang unggul menjadi hal yang utama. Untuk menciptakan SDM yang unggul salah
satunya dilakukan melalui peningkatan kualitas anak Indonesia. Skrining atau uji saring pada bayi baru
lahir (Neonatal Screening) merupakan salah satu kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas anak yaitu
melalui tes yang dilakukan pada saat bayi berumur beberapa hari untuk memilah bayi yang menderita
kelainan kongenital dari bayi yang sehat. Skrining bayi baru lahir dapat mendeteksi adanya gangguan
kongenital sedini mungkin, sehingga bila ditemukan dapat segera dilakukan intervensi secepatnya.
Dengan demikian Neonatal Screening merupakan salah satu pelayanan preventif untuk meningkatkan
kualitas anak-anak di Indonesia.
Hipotiroid Kongenital (HK) adalah keadaan menurun atau tidak berfungsinya kelenjar tiroid yang
didapat sejak bayi baru lahir akibat dari kelainan anatomi atau gangguan metabolisme pembentukan
hormon tiroid atau defisiensi iodium. HK sendiri sangat jarang memperlihatkan gejala klinis pada awal
kehidupan, akan tetapi pada kasus yang terlambat dideteksi dan pengobatannya, anak akan mengalami
gangguan pertumbungan dan perkembangan serta keterbelakangan mental. Hal ini akan berdampak serius
pada masalah sosial anak, anak tidak
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 825);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78 Tahun 2014 tentang Skrinning Hipotiroid Kongenital
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1751);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan
Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan Seksual (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 853).

Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini disampaikan bahwa dalam upaya percepatan
pelaksanaan dan peningkatan SHK, dalam rangka peningkatan kualitas hidup anak Indonesia pemerintah
pusat, pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, dan pemangku kepentingan terkait untuk
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
8. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan baik milik pemerintah, pemerintah daerah, dan swasta yang
menyelenggarakan pertolongan persalinan wajib melakukan SHK pada bayi baru lahir sebagai salah
satu kegiatan pelayanan kesehatan neonatal esensial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
9. SHK yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
persalinan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan melalui 2 (dua) kegiatan, yaitu:
a. Pengambilan sampel darah tumit bayi baru lahir idealnya pada usia 48 (empat puluh delapan)
sampai dengan 72 (tujuh puluh dua) jam terhitung sejak waktu bayi dilahirkan dan
b. Mengirim sampel darah ke laboratorium rujukan SHK.
c. Apabila terdapat kondisi dimana pengambilan sampel darah tumit tidak dapat dilaksanakan
pada waktu ideal, maka sampel dapat diambil pada usia bayi > 24 (dua puluh empat) jam
sampai dengan 14 (empat belas) hari.
10. Pengambilan sampel SHK pada angka 2 huruf a dilakukan oleh tenaga Kesehatan terlatih di fasilitas
pelayanan Kesehatan berupa Puskesmas, Klinik, Praktik Mandiri Bidan, rumah sakit, dan fasilitas
pelayanan kesehatan lain penyelenggara pertolongan persalinan.
11. Pemeriksaan sampel SHK pada angka 2 huruf b dilakukan di laboratorium rujukan SHK yang
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.
12. Langkah-langkah percepatan pelaksanaan SHK oleh fasilitas pelayanan kesehatan:
a. Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota melakukan pemetaan data fasilitas pelayanan
kesehatan pemberi pertolongan persalinan di wilayahnya.
b. Berdasarkan hasil estimasi sasaran persalinan di wilayahnya, Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota dengan melibatkan organisasi profesi terkait menyelenggarakan sosialisasi
dan pelatihan pengambilan sampel SHK termasuk
pendampingan dalam pencatatan dan pelaporan online melalui aplikasi e-kohort kepada:
1) seluruh Puskesmas
2) semua Rumah Sakit, klinik, praktik mandiri bidan serta fasilitas pelayanan kesehatan lain
pemberi pertolongan persalinan
3) pemangku kepentingan terkait yang mendukung pelaksanaan SHK, seperti BPJS
Kesehatan dan asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota membangun komitmen bersama dengan seluruh
puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lain jejaring Puskesmas termasuk Rumah Sakit
di wilayah kerja masing-masing Puskesmas yang

memberikan pertolongan persalinan, untuk melakukan strategi pemenuhan


pemeriksaan SHK sesuai sasaran bayi baru lahir.
d. Fasilitas pelayanan kesehatan harus menyusun Standar Prosedur Operasional dan ditetapkan
oleh pimpinan fasilitas pelayanan Kesehatan mengenai pemeriksaan SHK dengan mengacu
pada PNPK dan/atau PPK bagi dokter di FKTP, meliputi pemberian informasi kepada
ibu/keluarga mengenai kewajiban pemeriksaan SHK pada bayi baru lahir dalam jangka waktu
48-72 jam sejak jam persalinan, dan tata laksana pemeriksaan SHK.
e. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Puskesmas dapat melakukan pelatihan
pemeriksaan SHK baik secara luring atau daring untuk meningkatkan kemampuan tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan pelaksana pemeriksaan SHK, serta menyampaikan
nama dan nomor kontak laboratorium rujukan untuk memeriksa sampel darah sesuai dengan
regionalisasi.
f. Dalam hal fasilitas pelayanan Kesehatan penyelenggara pertolongan persalinan belum
memiliki akun e-kohort, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuatkan akun e-kohort dan
melakukan pendampingan dalam penggunaan aplikasi tersebut.
g. Puskesmas mengundang FKTP lain jejaring pelayanan di wilayah kerjanya

melakukan evaluasi secara berkala setiap minggu mengenai pelaksanaan


pemeriksaan SHK khususnya target capaian pemeriksaan SHK.
h. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat membentuk tim untuk melakukan monitoring dan
evaluasi penyelenggaraan SHK secara berkala setiap 1 (satu) bulan sekali dalam rangka
pemenuhan target pelaksanaan SHK oleh fasilitas pelayanan Kesehatan termasuk oleh rumah
sakit yang menyelenggarakan pertolongan persalinan.
i. Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pertolongan persalinan harus
menginput data sampel darah SHK secara lengkap pada e-kohort dan mengirim sampel ke
lab rujukan sesuai regionalisasi paling lambat 3 hari setelah sampel darah tumit bayi diambil.
j. Data sampel yang diinput oleh Fasyankes melalui e-kohort akan terkoneksi ke laboratorium
rujukan dan laboratorium rujukan akan memberi umpan balik hasil pemeriksaan SHK kepada
Fasyankes.
k. Dalam hal terdapat hasil pemeriksaan sampel darah dari laboratorium rujukan positif, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
penatalaksanaan lebih lanjut dengan mengambil sampel darah serum bayi untuk dilakukan tes
konfirmasi (FT4 dan TSH) di RS setempat atau di laboratorium rujukan SHK terdekat
l. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan fasilitas pelayanan memastikan bayi
dengan hasil SHK tinggi mendapat pelayanan Kesehatan rujukan dari dokter spesialis anak
dan/atau konsultan endokrin di rumah sakit setempat untuk diberi pengobatan sulih hormon
tiroid sebelum bayi berusia 1 (satu) bulan dan monitoring secara teratur.
6. Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Daerah Provinsi, dan Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan SHK
berdasarkan kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
7. Pembiayaan pelaksanaan SHK untuk tahun 2022 mengacu kepada SE Direktur Jenderal Kesehatan
Masyarakat No. HK.02.02/B/628/2022 tentang Pelaksanaan Skrining Hipotiroid Kongenital pada
Bayi Baru Lahir Tahun Anggaran 2022.

Demikian Surat Edaran ini disampaikan untuk dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 13 Oktober 2022
Plt. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan,

drg. Murti Utami, MPH, QGIA, CGCAE


NIP 196605081992032003

Tembusan:
1. Menteri Kesehatan
2. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri
Skrining (Uji Saring)

Memisahkan kelompok yang kemungkinan besar menderita


suatu kelainan dari yang normal

Skrining neonatal : Skrining yang dilakukan pada hari-hari


pertama setelah lahir

Skrining Neonatal  menggambarkan berbagai cara tes yang


dilakukan pada beberapa hari pertama kehidupan bayi yang
dapat memisahkan dengan cepat bayi-bayi yang mungkin
menderita kelainan tertentu
Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak. Pedoman SHK. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2018.
Skrining (Uji Saring)

Tujuan
Kenapa Penting ?
skrining
Mengetahui kelainan sedini mungkin,
Saat lahir tampak normal atau gejala tidak
khas sebelum gejala klinis muncul

Secepatnya intervensi utk mencegah


Bila terlambat didiagnosis, telah terjadi
keterlambatan perkembangan mental kecacatan/ kematian bayi

Masa bayi adalah periode kritis Mengoptimalkan potensi tumbuh


perkembangan otak, gangguan SSP bersifat kembang
irreversibel

Allyson Kayton Newborn screening: a literature review. Neonatal Netw.


Cakupan Skrining Bayi Baru Lahir di Negara ASEAN (2015)

Cakupan Skrining
Negara Keterangan Metode pelaksanaan Pembiayaan
Neonatus
*Indonesia HK < 2% (pemeriksaan di Regionalisasi Pemerintah
fasyankes dan
laboratorium swasta
under reported)
Thailand HK, G6PD, CAH, MSUD, PKU, 94,1% Lab sentral (QA) dan Pemerintah
Homosisteinemia regional, ada lembaga
khusus skrining Cakupan skrining
Vietnam HK, G6PD, CAH <1% Regionalisasi Pemerintah bayi baru lahir di
Kamboja
Filipina
HK, G6PD
HK, G6PD, CAH, MSUD, PKU,
<3%
65%
Data tidak ditemukan
Fasilitas pemeriksaan
Data tidak ditemukan
Keluarga/ asuransi
Indonesia masih
Galaktosemia, Homosisteinemia,
CF
>1000 sangat rendah
Malaysia HK, PKU, G6PD, MSUD, 95% RS Pusat dan distrik Pemerintah/ swasta dibandingkan
Homosisteinemia
Singapura HK, G6PD, MSUD, PKU, >99% Lab tersentral Keluarga 40%
dengan negara
Myanmar
Homosisteinemia
HK (uji coba) Tidak ada data Data tidak ditemukan
ASEAN lainnya
Pemerintah
Laos HK (uji coba) Tidak ada data Data tidak ditemukan Data tidak ditemukan
Brunei Tidak ada data Tidak ada data Data tidak ditemukan Data tidak ditemukan
Darussalam

24
Therr ell B, Padil laC , Loeber J , K neiss er I, Saadallah A, B or rajo G et al. C u rrent st atu s of n ew bo rn s creen in gw or ld w ide: 2 01 5 [In tern et ].

Semin ar s i n Per inato lo gy. 20 1 7 [ cit ed 8 Ju ne 20 1 7] . *Lapo ran Lab R uju kan SHK, 20 20
Pelayanan persalinan dan

Alur pelayanan bayi baru lahir di


FKTP/FKRTL

skrining positif Tatalaksana

hipotiroid Pengambilan sampel SHK


dengan kertas saring di
Pengobatan SHK
di FKRTL

kongenital
FKTP/FKRTL

Tes Konfirmasi di
TSH tinggi Laboratorium
Pengiriman sampel SHK Tatalaksana SHK terstandar di
ke laboratorium rujukan di FKRTL oleh Kab/Kota/Lab
SHK Dokter Sp Anak) Rujukan

Pemeriksaan sampel Hasil


SHK di Laboratorium Skrining Pemantauan
Rujukan SHK tumbuh
negatif kembang di FKTP
TSH normal
FKTP
FKRTL
Pemantauan
Lab Rujukan SHK tumbuh
kembang di FKTP

25
Periode pemeriksaan SHK

Golden Period
Terapi

Usia Usia Usia Usia Usia Usia Usia


Usia
2-3 Hari 8 Hari 11 Hari 15 Hari 16 Hari 23 Hari 30 Hari
0 Hari

Maksimal Maksimal Maksimal Maksimal 7


48-72 Jam 3-4 Jam 24 Jam 7 Hari
4 Hari 3 Hari 3-4 Hari Hari

Hasil Bayi hasil Tes konfirmasi


Pemeriksaan
Bayi lahir Pengeringan SHK Positif skrining TSH & Diagnosis
Penyimpanan Pengiriman Sampel
Pengambilan Diinformasikan tinggi, Hipotiroid
Sampel Sampel Sampel Di Lab
Sampel Ke Konsul Sp.A Kongenital
Darah Untuk Dari Rujukan
Darah Pengirim dan Mendapat
Di Atas Pengiriman Fasyankes 2x Seminggu
Tumit Bayi Sampel Tes Konfirmasi Terapi
Kertas Kolektif Ke Lab
Saring Rujukan
Fasyankes Puskesmas
Tanggung Laboratorium Rujukan SHK RSUD
Domisili Bayi
jawab

Mekasnisme Feedback hasil dari Lab


Identifikasi
Rujukan
masalah
• Bayi pulang sebelum 48 jam Kesiapan tatalaksana dan
• Orang tua belum teredukasi SHK Fasyankes belum memiliki SOP SHK
monitoring bayi dengan HK

FKTP
FKRTL
Lab Rujukan
SHK
Tatalaksana Hipotiroid Kongenital

Re- Pemeri
anamn ksaan
esis Pemeri Fisik
ksaan
Pemberian
Levotiroksi
n
Pema
Hasil Tes •Serum FT4 di
Penunj
ang •Sesuai klinis
dan
ntau
TSH Konfi
bawah normal
•FT4 normal, TSH >
20µU/ml (2 kali
biokimia
serum
an
Tinggi
rmasi
pemeriksaan) tiroksin dan
TSH
berka
menurut
umur la
Pengobatan dan pemantauan berkala
dilakukan di bawah pengawasan dokter
Spesialis Anak
Pengobatan Hipotiroid Kongenital harus diberikan
sebelum usia 1 bulan untuk dapat mencegah
kecacatan
RENCANA PELAKSANAAN SHK TA 2023
REGIONALISASI PEMERIKSAAN

4 Laboratorium Rujukan 11 Laboratorium Rujukan

• RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo


• RSUP Dr. Hasan Sadikin
• RSUP Dr. Sardjito
• RSUD Dr. Soetomo
• RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo
RSUP Dr. Hasan Sadikin • RSUP H. Adam Malik
• RSUP Dr. M Djamil
• RSUP Dr. Sardjito •
RSUD Dr. Soetomo • RSUP Dr. M Hoesin
• RSUP Dr. Kariadi

• RSUP Prof. IGNG Ngoerah
• RSUP Dr. Wahidin
• RSUP Prof. Dr. Kandou

28
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
KEMENTERIAN KESEHATAN • Melakukan pembayaran klaim
• Membentuk tim verifikator
• Menyediakan fasilitas pencatatan dan pelaporan
• Melakukan perluasan laboratorium rujukan

DINAS KESEHATAN • Memastikan pelaksanaan SHK di wilayah kerja


• Mengampanyekan manfaat SHK
• Mengoordinasikan target jumlah sampel dan ketersediaan BMHP
• Mengoordinasikan pengiriman sampel
• Menfasilitasi pencatatan dan pelaporan
• Menindaklanjuti hasil skrining

LABORATORIUM RUJUKAN • Mengoordinasikan pelaksanaan SHK sesuai regionalisasi


• Melakukan pemeriksaan sampel
• Mencatatkan hasil pemeriksaan
• Memberikan umpan balik hasil pemeriksaan
• Mengajukan klaim pembayaran

FASYANKES • Membuat SOP pemeriksaan SHK


• Melakukan informed consent
• Memastikan ketersediaan BMHP
• Mengirimkan sampel
• Mencatatkan pelayanan
• Melakukan tindak lanjut hasil skrining termasuk memberikan feedback hasil tindak lanjut ke
Laboratorium Rujukan
29
0 24 48 72 14 30
ja ja ja Hari Hari
m m m
• kadar • Keadaan • Wakt • Usia • Diluar
TSH tertentu u masih Prog
masih • Beri ideal dalam SHK
tinggi catata prog SHK • Tes
 Positif n Diagnosti
Palsu k
• Tangan bersih dan kering
• Gunakan sarung tangan
tidak menyentuh bulatan
pada kertas saring
• Hindari kertas saring:
• air, cairan antiseptik,
bedak atau kotoran lain
• Isi data pasien dengan ballpoint
warna hitam/biru yang tidak luntur
• Tuliskan seluruh data dengan jelas
dan lengkap.
• Gunakan HURUF KAPITAL.
• Pastikan data ditulis lengkap dan
hindari kesalahan menulis data:
• Tidak lengkap:
• kesalahan interpretasi
• menghambat info hasil
• Menghambat tindak lanjut
• Kertas Saring

• Depan:
• isi identitas , demografi
bayi/ orang tua dan
status bayi
• Kertas saring 3 lingkaran isi
2 atau 3
• Belakang:
• Informasi Langkah-2
pengambilan specimen darah
dengan cara tusuk tumit 11
Metode dan Tempat
Pengambilan Darah

• Metode /teknik pengambilan


darah: heelprick/ tusuk
tumit
• Lokasi: sisi lateral atau
sisi medial tumit kaki

12
Prosedur

13
Lanjutan
prosedur
PEMILIHAN LOKASI
TUSUKAN

• Tentukan area untuk


tusukan lancet

• Pilih area dengan


tanda merah: lateral
atau medial tumit

14
Lanjutan
prosedur
• Hangatkan suhu
kurang dari 42’C
selama 3 hingga 5
menit. washlap
• Cara lain dengan
menggosok-gosok
tumit
• Pilih area yang
akan ditusuk.
• Jangan gunakan
bekas tusukan
lanjuta
n • •Bersihkan area tusukan dg
Pilih lancet ujung pipih
(pisau) alkohol 70%
•Tusuk kedalaman 2 mm

16
lanjuta
n
• Tetesan pertama
dibuang diusap dg kasa
steril

• Tetesan berikutnya-
> linkaran kertas
saring

17
Tatacara
•Tetesakan pada lingkaran
dg penuh
•Isi dua lingkaran, boleh
tiga
•Bekas tusukan
diplester/ dibalut
•Kaki diangkat

18
Tatalaksana
Spesimen
• Metode Pengeringan Spesimen:
• Rak/ tempat datar
kering nonabsorben
• Biarkan kering
• Jangan menyimpan dilaci,
sinar matahari
langsung, pengering
• Jangan letakkan dekat
bahan bahan yang
mengeluarkan uap seperti
alkohol, reagen dll
20
lanjutan

• Pengiriman:
• masukkan ke dalam kantong
plastik zip lock Satu
• satu plastik beberapa
menyusun kertas saring secara
berselang–seling
• Masukkan amplop bungkus
plastik
• Kirim ke lab rujukan
• Pengiriman tidak boleh lebih dari
7 (tujuh) hari sejak spesimen
diambil.
• Perjalanan pengiriman tidak 21
• kategori khusus:
• bayi prematur, bayi umur
kehamilan kurang dari 34
minggu atau berat lahir kurang
dari 2500 gram
• bayi berat lahir rendah dan
bayi berat lahir sangat
rendah,
• bayi sakit yang dirawat di
N ICU 22
• Pengambilan spesiemen: 2 atau 3 kali tergantung umur kehamilan dan
berat ringannya penyakit.
• Spesimen pertama:
• Diambil cara rutin (pengambilan spesimen rutin) atau pada
saat pengambilan darah untuk maksud lain (Infus, terapi IV
dll)
• Spesimen kedua:
• Diambil pada saat bayi berusia 2 minggu atau 2 minggu
setelah pengambilan spesimen pertama.
• Bila diperlukan spesimen ketiga:
• Diambil pada umur 28 hari atau sebelum bayi dipulangkan.
• Kadar TSH < 20 µU/mL
• Hasil ditetapkan dalam batas normal
• Laporan hasil pemeriksaan akan dilaporkan segera,
selambat2nya dalam waktu 7 hari.

25
• Kadar TSH antara ≥ 20 µU/mL
• Pemeriksaan duplo (specimen sama, atau re-sample)
kemudian diambil nilai rata-rata).

• Bila pada hasil pengambilan ulang  Kadar TSH


< 20 µU/mLnormal.

• Kadar TSH ≥ 20 µU/mL harus dilakukan pemeriksaan


TSH dan FT4 serum, melalui tes konfirmasi.
• Dilakukan di Laboratorium rujukan
• Bila hal ini tidak memungkinkan, dapat
dilakukan di Laboratorium setempat dengan
catatan:
• Pemeriksaan TSH atau FT4 serum dengan
metode ELISA/FEIA kuantitatif.
• Hasil pemeriksaan dilaporkan ke Laboratorium
rujukan
Hasil tinggi (TSH
≥ 20 µU/mL

Faskes

Hubungi orang tua Klinik Tumbuh


Kembang Anak

Tes Konfirmasi
(TSH dan FT4) Hasil Positif
darah vena

28
• Program SHK pada bayi usia 48-72 jam, selambat-2nya
usia
14 hari
• 3 tahap program SHK: praskrining, skrining dan pasca
skrining
• Pengambilan Sample: tusuk tumit / heel prick
• Kertas saring diisi 2 lingkaran, kirim ke lab rujukan < 7
hari,
lama perjalan < 3 hari.
• SHK positif dilakukan tes konfirmasi dengan sampel darah
vena
• Tes konfirmasi positif, bayi dirujuk ke poli tumbuh
kembang
30

Anda mungkin juga menyukai