Tugas Makul s2 Kelompok 1
Tugas Makul s2 Kelompok 1
• Pengertian Administrasi
• Administrasi menurut asal katanya (etimologis) yaitu berasal dari Bahasa
Latin, administrare. Ad berarti intensif, sedangkan
• ministrare berarti melayani, membantu, dan memenuhi. Jadi,
• tugas utama administrator adalah memberi pelayanan prima (nyata,
pantas, ahli, sopan, ramah, mudah, dan empati).
• Administrasi dalam Bahasa Inggris yaitu administration ;
• Bahasa Belanda administratie dalam arti sempit, yaitu pekerjaan yang
berhubungan dengan ketatausahaan (surat-menyurat), pembukuan ringan,
ketik-mengetik yang berkaitan dengan masalah teknis ketatausahaan.
Dalam lingkungan Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan, administrasi dimaknai dalam
arti sempit yaitu administrasi sekolah
meliputi:
administrasi
kurikulum,
administrasi hubungan
administrasi
sekolah dengan
kepegawaian,
masyarakat (humas),
Perencanaan,
Administrasi dalam arti luas ialah suatu
proses meliputi : Pengorganisasian,
Pengarahan
Pengendalian Sumber Daya
Organisasi
Dalam Bahasa Inggris, kata administration dan management dipahami dan digunakan
dalam berbagai variasi. Namun dalam beberapa konteks keduanya mempunyai persamaan
arti dengan kandungan makna to control yang artinya mengatur dan/atau mengurus.
Sutisna (1987) bahwa dalam pemakaian umum administrasi diartikan sama dengan
manajemen, dan administrator sama dengan manajer. Namun sebagian ahli lainya
berpendapat bahwa administrasi berbeda dengan manajemen. Administrasi lebih cocok
digunakan untuk lembaga-lembaga pemerintah yang lebih mengutamakan kepentingan
sosial dan pelaksanaannya disebut administrator, sedangkan manajemen lebih cocok
untuk lembaga-lembaga swasta yang cenderung mengutamakan kepentingan komersial
dan pimpinannya disebut manajer.
Mantja (2000) lebih cenderung menggunakan kedua istilah itu dalam makna yang sama
dan/atau digunakan secara bergantian, karena keduanya tidak terdapat perbedaan
mendasar secara substansial atau disiplin ilmu.
• Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, istilah administrasi hanya muncul satu kali,
yaitu pada Pasal 39 ayat (1), mengatakan bahwa tenaga kependidikan bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Demikian juga istilah
manajemen muncul satu kali pula dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 pada Pasal
51 ayat (1) mengatakan bahwa pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal
dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Mencermati kedua Pasal dalam Undang-Undang Sisdiknas di atas, jelaslah bahwa tenaga
kependidikan bertugas melaksanakan administrasi dll, dan pengelola satuan pendidikan
mengacu pada prinsip-prinsip manajemen dst…. Jadi, tenaga kependidikan dan/atau pengelola
satuan pendidikan melaksanakan administrasi/ manajemen.
• Berdasarkan beberapa pemikiran di atas, maka dengan kata lain administrasi lebih
terfokus kepada pelaksanaan aspek-aspek substantif di sekolah seperti ketatausahaan,
kurikulum, perlengkapan, keuangan sekolah, kebijakan sekolah, dan aktivitas rutin
lainnya, sementara manajemen lebih memusatkan perhatian kepada upaya penggerakan
dan pemberdayaan SDM.
Dalam lembaga swasta, manajer berada pada level atas, sementara administrasi berada
pada level operasional / melaksanakan apa yang diinstruksikan manajer. Tegasnya,
manajemen dapat diartikan sebagai tindakan untuk mencapai tujuan melalui usaha-usaha
orang lain. Misalnya seorang kepala sekolah berupaya mengatur guru-guru dan karyawan,
mendayagunakan dan melakukan pembinaan terhadap mereka sehingga mereka dapat
berpartisipasi dalam berbagai aktivitas di sekolah. Agar supaya manajer dapat menjalankan
tugas dan fungsinya untuk menggerakkan berbagai sumber daya, maka diperlukan
sejumlah aturan dan/atau kebijakan-kebijakan (administrasi) agar semua kegiatan dan
upaya manajer mencapai tujuan.
• Berdasarkan kajian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa persamaan administrasi dan manajemen ada pada
objek/sumber daya dan fungsinya. Objek/sumber daya administrasi/manajemen, yaitu Man, Moey, Materials, Method,
Machines, Market, dan Minutes Information (7M +1 I). Sedangkan fungsi administrasi / manajemen, yaitu fungsi
Planning, Organizing, Leading, dan Controlling (POLC) atau sebutan lainnya, baik adminitrasi dan manajemen memiliki
fungsi dan makna yang relatif sama. Objek dan/atau sumber daya kajiannya sama yaitu dikenal dengan “7M + 1 I ”,
seperti yang telah dikemukakan sebelumnya dan dapat dijelaskan berikut ini.
• 1. Man (manusia): berperan sebagai man power dalam organisasi atau perusahaan, diperlukan untuk memimpin,
menggerakkan karyawan / bawahan, serta memberikan tenaga dan pikiran untuk kemajuan dan kontinuitas perusahaan.
• 2. Money (modal/uang): modal tanah, gedung / bangunan, mesin dan pengelola pendanaan atau pembiayaan secara
efektif dan efisien memperkecil pemborosan modal / keuangan sekolah.
• 3. Materials (bahan-bahan): diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi perlu diatur dengan baik untuk mendukung
tercapaianya tujuan organisasi;
• 4. Methods (metode): manajer menggunakan berbagai macam cara dalam upaya mencapai tujuan; 5. Machines (mesin-
mesin/alat-alat): sebagai pendukung yang diperlukan/dipergunakan untuk mencapai tujuan.
• 6. Market (pasar), tempat pertemuan untuk menjual barang dan jasa-jasa yang dihasilkan diharapkan berdaya saing,
sehingga menarik masyarakat luas terlebih untuk kepuasan pelanggan pendidikan
• 7. Minutes (waktu): waktu yang dibutuhkan untuk terselesainnya kegiatan, perlu dikelola dengan baik untuk
memperoleh hasil yang optimal dengan prinsip efisiensi dan efektivitas kegiatan organisasi.
• I. Information (informasi): data atau berita yang harus sampai ke seluruh stakeholders.
• Upaya memahami dan mengimplementasi fungsifungsi manajemen dalam organisasi
(perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian) berikut ini akan
dipaparkan dalam tiga bentuk kajian/pertanyaan, yaitu pengertiannya, urgensinya, dan
cara-cara mengimplementasi masing-masing fungsi tersebut dalam mengelola
institusi/organisasi.
• 1. FUNGSI PERENCANAAN (PLENNING)
a. Pengertian perencanaan.
Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan serangkaian keputusan untuk mengambil
tindakan di masa yang akan datang dalam mencapai tujuan.
b. Mengapa perlu perencanaan ?
1. Manajer Memiliki Kerangka Kerja Dan Adanya Pedoman Penyelesaian,
2. Mencegah Pemborosan Uang, Tenaga Dan Waktu,
3. Mencegah Hambatan Dalam Pekerjaan, Efisiensi Dan Efektivitas Pekerjaan,
4. Memungkinkan Terjadinya Pemanfaatan Semua Sumberdaya Sehingga Ada Efisiensi Biaya,
Tenaga, Dan Waktu, Dan
5. Agar Tidak Terjadi Duplikasi Pelaksanaan.
C. Bagaimana cara melakukan perencanaan ?
1. perencanaan harus dijabarkan dari tujuan yang ditetapkan dan dirumuskan
secara jelas,
2. perencanaan tidak muluk-muluk, tetapi sederhana, realistik, praktis yang dapat
dilaksanakan,
3. dijabarkan secara terperinci, memuat uraian kegiatan dan urutan dan rangkaian
tindakan,
4. memiliki fleksibilitas, sehingga memungkinkan untuk dimodifikasi,
5. ada petunjuk mengenai urgensi dan/atau tingkat kepentingan untuk bagian
bidanag atau kegiatan,
6. Disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya pemanfaatan
semua sumberdaya sehingga ada efisiensi biaya, tenaga, dan waktu, dan
7. Diusahakan agar tidak terjadi duplikasi pelaksanaa
2. FUNGSI PENGORGANISASIAN (ORGANIZING)
a. Pengertian pengorganisasian
Pengorganisasian adalah suatu usaha bersama oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya, dengan mendayagunakan sumber-sumber untuk capai tujuan efektif dan
efisien.
b. Mengapaa perlu pengorganisasian ?
1. untuk diketahuinya batas-batas bidang yang satu dengan bidang yang lain
2. adanya singkronisasi program/kegiatan,
3. masing-masing orang mengetahui wewenang dan kewajibannya,
4. diketahui hubungan dan tata kerja yang bersifat vertikal dan horizontal,
5. memperkokoh kebersamaan dalam tugas dan fungsi masing-masing
c. Bagaimana cara pengorganisasian ?
Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan cara melakukan pengorganisasian, yaitu
6. Organisasi perlu memiliki tujuan yang jelas, dipahami dan diterima seluruh anggota serta hanya
terdapat satu kesatuan arah,
7. Memiliki struktur organisasi menggambarkan adanya satu perintah, keseimbangan tugas, bagi
habis tugas, dan tidak menangani rangkap tugas.
• 3. FUNGSI PENGARAHAN (LEADING)
a. Pengertian pengarahan
Suatu usaha yang dilakukan oleh pimpinan untuk memberikan penjelasan, petunjuk serta bimbingan kepada
orang-orang yang menjadi bawahannya sebelum dan selama melaksanakan tugas.
b. Mengapa perlu pengarahan ?
Alasan pentingnya pengarahan, yaitu,
1. agar supaya pekerjaan dapat dilaksanakan secara baik sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) diperlukan
adanya penjelasan, petunjuk dan pembimbingan terhadap para petugas yang terlibat agar kegiatan berjalan lancar
(berupa mengingatkan dan meluruskan bila terjadi penyimpangan)
c. Bagaimana cara pengarahan ?
Cara-cara yang dilakukan manajer dalam upaya pengarahan, yaitu
2. Mengadakan orientasi sebelum seseorang memulai melaksanakan tugas untuk mengenal tempat, situasi, alat-alat
kerja, dan teman sejawat,
3. Memberikan petunjuk pekerjaan yang akan dilakukan secara lisan dan tertulis (aturan dan tata kerja),
4. Memberi kesempatan untuk berpartisipasi berupa pemberian sumbangan pikiran dan peningkatan mutu,
5. Memberi kesempatan untuk berpartisipasi berupa pemberian sumbangan pikiran dan peningkatan mutu,
6. Mengikutsertakan pegawai dalam membuat perencanaan, dan
• 4. FUNGSI PENGENDALIAN (CONTROLLING)
a. Pengertian Pengendalian
Usaha pimpinan untuk mengetahui semua hal yang menyangkut pelaksanaan kerja, khususnya untuk mengetahui
kelancaran kerja para pegawai dalam melakukan tugas mencapai tujuan. Fungsi pengendalian sering juga disebut fungsi
evaluasi dan controlling.
b. Mengapa perlu ada pengendalian ?
1. Beberapa alasan pentingnya seorang manajer melakukan pengawasan, yaitu Untuk mengetahui jalannya kegiatan dan
tingkat keberhasilan, tidak terjadi penyimpangan dan kalau ada masalah tidak berlarut-larut diselesaikan dan/atau
dikendalikan;
2. untuk mengetahui strategi metode dan teknik yang telah ditetapkan cocok dengan risiko sekecil-kecilnya.
c. Bagaimana cara pengendalian ?
Beberapa cara yang dapat dilakukan manajer dalam upaya pengawasan, yaitu
3. Pekerjaan pengawasan dilakukan terbuka dan terang-terangan, dilakukan terhadap semua bawahan, tidak pilih kasih,
objektif, tidak disertai dengan sentimen pribadi,
4. Menggunakan pengamatan melalui mata dan alat indra lainnya,
5. Dilakukan di segala tempat dan waktu,
6. Menggunakan catatan secermat mungkin agar data yang terkumpul lengkap untuk menghindari subjektivitas,
Kajian dan pemikiran tentang pendidikan, dikenal andanya dua istilah yang
hampir sama bentuknya yaitu : kata paedagogie dan paedagogiek. Purwanto, (1995)
mengatakan Paedagogie bermakna “pendidikan”, sedangkan paedagogiek bermakna
“ilmu pendidikan,” Pedagogik berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti
“pergaulan dengan anak-anak.” Sedangkan Paedagogos berasal dari kata paedos
(anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin) yaitu seorang pelayan atau
bujang pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput
anak-anak ke sekolah. Juga di rumahnya, anak-anak tersebut selalu dalam
pengawasan dan penjagaan dari para paedagogos itu. Jadi, paedagoog (pendidik
atau ahli didik) ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak dalam
pertumbuhan agar dapat berdiri sendiri (mandiri).
• George F. Kneller (Suwarno 2006) mengatakan pendidikan memiliki arti luas dan sempit.
Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi
perkembangan jiwa, watak, ataupun kemauan fisik individu. Sedangkan pendidian dalam arti
sepit, yaitu suatu proses mentranspormasikan pengetahuan, nilainilai, dan keterampilan dari
genderasi ke genderasi, yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga-lembaga
pendidikan seperti satuan pendidikan/sekolah dan pendidikan tinggi.
• John S. Brubacher (Suwarno 2006) berpendapat pendidikan adalah proses pengembangan
potensi, kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan,
kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat
(media) yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk
menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
• Ditinjau dari aspek regulasi secara nasional, batasan pendidikan telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya
sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan batasan-batasan pendidikan yang telah dikemukakan di atas, maka pada dasarnya setiap ahli
memiliki sudat pandangan yang berbeda-beda tetapi maksud dan tujuannya sama dan atau mirip, yakni makna
pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan baik
jasmani maupun rohani sesuai dengan nilainilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Mengacu dari kerakteristik pendidikan yang telah dipaparkan di atas, maka berikut ini dikemukakan
batasan pendidikan berdasarkan fungsinya, yaitu:
pendidikan sebagai proses transformasi budaya,
pembentukan pribadi,
penyiapan warga negara,
penyiapan tenaga kerja, dan
pengembangan potensi diri
pendidikan sebagai proses transformasi budaya,
Pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu genderasi ke genderasi lain. Ketika bayi lahir, ia sudah
berada di dalam suatu lingkungan budaya dan kebiasaan tertentu seperti larangan-larangan yang dikehendaki masyarakat,
cara menerima tamu, dan tata cara perkawinan. Kesemuanya ini akan mengalami proses transformasi dari genderasih tua
ke genderasi muda. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan peserta didik dengan mentrasformasikan nilai-nilai yang
masih cocok dikembangkan, seperti nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, gotong royong, kesopanan, dan kepekaan
sosial. Perlu diperhatikan terkait dalam transformasi nilai-nilai adalah bahwa tidak semua nilai yang ada dan berkembang
dalam masyarakat perlu ditransformasikan dari genderasih ke genderasih, misalnya pendidikan seks yang dahulu
ditabukan diganti dengan pendidikan seks melalui pendidikan formal.
pembentukan pribadi,
Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik yang diarahkan kepada pembentukan
kepribadian peserta didik. Dikatakan sistematis oleh karena proses pendidikan berlangsung melalui tahap-tahap
(prosudural) yang berkesinambungan. Sementara dikatakan suatu kegiatan sistemik olah karena berlangsung dalam semua
situasi kondisi, di semua lingkungan yang saling mengisi dan bersinergis antara lingkungan pendidikan informal, formal,
dan non formal. Bayi yang baru lahir kepribadiannya belum terbentuk, belum mempunyai warna dan corak kepribadian
tertentu. Ia baru merupakan individu, belum suatu pribadi. Untuk menjadi suatu pribadi perlu upaya dari berbagai pihak,
berupa bimbingan, latihan-latihan, dan pengalaman melalui bergaul dengan lingkungan di mana anak itu berada. Upaya
pembentukan pribadi diarahkan pada pembentukan cipta, rasa, dan karsa (kognitif, afektif, dan psikomotor). Tentunya
untuk mencapai hal tersebut bukan hanya diperoleh dalam waktu sesaat tetapi perlu waktu yang lama.
penyiapan warga negara,
Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana
untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara
yang baik. Warga negara yang baik dapat dilihat sebagai suatu
pribadi yang mengetahui hak dan kewajiban sebagai warga
negara, hal ini ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 27 mengatakan bahwa segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tak ada
kecualinya. Pendidikan mempunyai tanggungjawab untuk
menyiapkan peserta didik menjadi warga negara yang akan
memberi kontribusi terhadap pembangunan bangsa dan
penyiapan tenaga kerja, dan
Pendidikan diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal
dasar untuk bekerja. Bekal dasar yang dimaksud berupa bekal pengetahuan, sikap, dan
keterampilan secara seimbang. Dikatakan seimbang karena kunci keberhasilan dalam
bekerja tidak semata-mata hanya ditentukan salah satu dari bekal tersebut di atas, misalnya
IQ saja, tetapi merupakan kompilasi dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Bahkan
Daniel Goleman mengatakan bahwa keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 %
dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 % ditentukan oleh kecerdasan otak
Intelligence Quotien (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan
emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya.
Anakanak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak
ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Dikatakan Wijaya, (2007) bahwa Intelligence
Quotien (IQ) tinggi bukan jaminan seseorang sukses dalam pekerjaan, melainkan harus pula
didukung dengan Emotional Quotient (EQ), bahkan orang yang memiliki EQ tinggi mampu
mengatasi konflik yang sedang dihadapi. Berdasarkan kajian ini, menunjukkan bahwa
sekolah diharapkan mampu menyiapkan peserta didik yang memiliki kompetensi dan/atau
kemampuan ganda
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 mengatakan bahwa
tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusian. Pasal ini menunjukkan bahwa peserta didik
perlu dipersiapkan agar dikemudian hari mereka mendapatkan pekerjaan
dan kehidupan yang layak. Untuk mencapai maksud tersebut, peserta
didik perlu disiapkan sedemikian rupa melalui berbagai program-
program pendidikan dengan melibatkan berbagai pihak, sebagaimana
dikatakan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa
pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara sekolah, masyarakat
dan pemerintah. Itu berarti dalam upaya memajukan pendidikan, semua
komponen bagsa mestinya dilibatkan. Salah satu contoh bentuk
perhatian bersama akan pendidikan, ialah terbentuknya Komite Sekolah
di tingkat satuan pendidikan, dan Dewan Pendidikan di tingkat
Kabupaten/Kota.
pengembangan potensi diri
Pendidikan diartikan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi
peserta didik, yang dilakukan secara terencana dan penuh kesadaran.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa pendidikan pada dasarnya
adalah mengembangkan potensi dan karakteristik peserta didik. Potensi yang
dimaksud antara lain kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Upaya mengembangkan potensi
peserta didik, lingkungan pendidikan (non formal, formal maupun in formal)
perlu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan peserta didik.
Karena dengan kondisi demikianlah akan memungkinkan potensi peserta
didik berkembang secara maksimal. Peserta didik akan menggunakan
potensinya untuk kehidupan pribadinya dan memberi kontribusi bagi
kehidupan orang lain.
E. Konsep Manajemen Pendidikan