Anda di halaman 1dari 14

NARKOTIKA

Penyalahgunaan dan
kegunaan narkoba
• Penyalahgunaan narkotika sebagai bentuk tindakan yang melanggar
hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika yang menjelaskan bahwa Narkotika Golongan I
dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi, kecuali
dalam jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (Pasal 12 ayat 1).

• Pengawasan produksi Narkotika Golongan I untuk kepentingan


pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara ketat oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan (Pasal 12 ayat 2).
.

20XX presentation title 2


Sanksi pidana
o Pelaku Tindak Pidana Narkotika dapat dikenai sanksi pidana yang terdapat pada
ketentuan pidana Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika tercantum
dalam pasal 111-117, bagi pengedar.
o Produsen, tercantum dalam Pasal 113, Pasal 118, dan Pasal 123 UU Narkotika.
Penyalahguna, Penerapan sanksi pidana bagi Penyalahguna diatur dalam Pasal 127 Ayat
(1) UU Narkotika.
o Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menentukan beberapa tindak
pidana narkotika, yakni dalam Pasal 111 sampai Pasal 148 Undang-undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika.
o Dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ditentukan bahwa
pidana yang dapat dijatuhkan berupa pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan dan
pidana denda. Pidana juga dapat dijatuhkan pada korporasi yakni berupa pencabutan izin
usaha; dan/atau. pencabutan status badan hukum.

20XX presentation title 3


Tindakan melawan hukum
menurut UU
Dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, terdapat 4 (empat)
kategori tindakan melawan hukum yang dilarang oleh
undang-undang dan dapat diancam dengan sanksi pidana, yakni :

1. perbuatan-perbuatan berupa memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan


narkotika dan prekusor narkotika.
2. perbuatan-perbuatan berupa memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau
menyalurkan narkotika dan prekusor narkotika.
3. perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima,
menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika dan
prekusornarkotika.
4. yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransit
nerkotika dan prekusor narkotika.
Unsur - unsur
• Unsur – unsur tindak pidana narkotika dalam undang –
undang nomor 35 tahun 2009 terdiri dari :
1. Unsur setiap orang.
2. Unsur tanpa hak atau melawan hukum, terbagi 2 yaitu
melawan hukum formal dan melawan hukum materil.
3. Unsur memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan.
4. Unsur narkotika golongan I berbentuk tanaman, golongan I
bukan tanaman, golongan II dan golongan III.

20XX presentation title 5


Rehabilitasi
• Dalam pasal 56 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika di sebutkan bahwa pada ayat (1) “ Rehabilitasi medis
Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk oleh
Menteri”, pada ayat (2) “ Lembaga rehabilitasi tertentu yang
diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat dapat
melakukan rehabilitasi medis Pecandu Narkoba setelah
mendapat persetujuan Menteri”.

• Pada prakteknya pasal 56 ini para pengguna narkotika yang


ingin di rehabilitasi tidak perlu menunggu persetujuan dari
Menteri karena keputusan pengadilan yang berhak memutuskan
apakah pengguna narkotika itu dapat ditempatkan pada
rehabilitasi narkotika atau ditempatkan pada lembaga
pemasyarakatan. Pengguna narkotika yang dalam proses
peradilanpun dapat ditempatkan dalam lembaga rehabilitasi
medis atau lembaga rehabilitasi sosial.

20XX presentation title 6


KDRT

20XX presentation title 7


Pengertian
o Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.

o Definisi Kekerasan dalam Rumah Tangga atau KDRT, sebagaimana dikemukakan


 dalam Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga (UU PKDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga

20XX presentation title 8


Perbedaan dengan KUHAP
• Pasal 55 :
Sebagai salah satu alat bukti yang sah, keterangan seorang saksi korban
saja sudah cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah, apabila
disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya. Sedangkan dalam
KUHAP Keterangan Seorang Saksi Tidak Cukup Untuk Membuktikan
Terdakwa Bersalah.

20XX presentation title 9


Faktor – faktor penyebab KDRT
1. Pembelaan atas kekuasaan laki – laki, Laki-laki dianggap
sebagai superioritas sumber daya dibandingkan dengan
wanita, sehingga mampu mengatur dan mengendalikan
wanita.
2. Diskriminasi dan pembatasan dibidang ekonomi,
Diskriminasi dan pembatasan kesempatan bagi wanita untuk
bekerja mengakibatkan wanita (istri) ketergantungan terhadap
suami, dan ketika suami kehilangan pekerjaan maka istri
mengalami tindakan kekerasan.
3. Beban pengasuhan anak, istri yang tidak bekerja,
menjadikannya menanggung beban sebagai pengasuh anak.
Ketika terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap anak, maka
suami akan menyalah-kan istri sehingga terjadi kekerasan
dalam rumah tangga.

20XX presentation title 10


Lanjutan
4. Wanita sebagai anak – anak, Konsep wanita sebagai hak milik
bagi laki-laki menurut hukum, mengakibatkan keleluasaan laki-
laki untuk mengatur dan mengendalikan segala hak dan
kewajiban wanita. Laki-laki merasa punya hak untuk melakukan
kekerasan sebagai seorang bapak melakukan kekerasan terhadap
anaknya agar menjadi tertib.
5. Orientasi peradilan pidana pada laki – laki, Posisi wanita
sebagai istri di dalam rumah tangga yang mengalami kekerasan
oleh suaminya, diterima sebagai pelanggaran hukum, sehingga
penyelesaian kasusnya sering ditunda atau ditutup. Alasan yang
lazim dikemukakan oleh penegak hukum yaitu adanya
legitimasi hukum bagi suami melakukan kekerasan sepanjang
bertindak dalam konteks harmoni keluarga.

20XX presentation title 11


Ancaman hukuman ANCAMAN HUKUMAN BAGI
PELAKU KEKERASAN PSIKIS
DALAM RUMAH TANGGA
ANCAMAN HUKUMAN BAGI
PELAKU KEKERASAN FISIK
DALAM RUMAH TANGGA

ANCAMAN HUKUMAN BAGI


PELAKU KEKERASAN SEKSUAL
DALAM RUMAH TANGGA

ANCAMAN HUKUMAN BAGI PIDANA TAMBAHAN YANG


PELAKU PENELANTARAN DAPAT DIJATUHKAN OLEH
RUMAH TANGGA HAKIM KEPADA PELAKU KDRT
Cara penanggulangan KDRT
• Perlunya keimanan yang kuat dan akhlak yang baik dan
berpegang teguh pada agamanya.
• Harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah
keluarga.
• Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri.
• Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan
sebagainya antar anggota keluarga.
• Seorang istri harus mampu mengkoordinir berapa pun keuangan
yang ada dalam keluarga.

20XX presentation title 13


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai