Anda di halaman 1dari 15

Psikologi

Hukum
By: Nor Fatmah, S.Psi.,M.Si
Perilaku Menyimpang
Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan Kekerasaan dalam rumah tangga, bukanlah
segala bentuk tindak kekerasan yang berbasis persoalan privat yang tidak boleh diketahui
gender yang mengakibatkan atau akan oleh orang lain. KDRT merupakan
mengakibatkan rasa sakit dan penderitaan pelanggaran hak asasi manusia dan
bagi perempuan. Baik secara fisik, mental, kejahatan terhadap martabat kemanusiaan
seksual, ancaman, maupun paksaan. serta bentuk diskriminasi yang harus
dihapuskan.
01 Faktor Terjadinya Kekerasan terhadap Perempuan

• Budaya Patriarki yang menempatkan posisi laki-laki lebih unggul dari perempuan.
• Interpretasi agama yang tidak sesuai dengan universal agama
• Kekerasan menjadi budaya, keluarga, negara yang menjadi bagian kehidupan.
• Kondisi fisik perempuan yang sedang lemah
• Kekuasaan yang berlindung di bawah kekuatan jabatan
• Sistem ekonomi kapitalis

Adapun faktor internal terjadinya KDRT diantaranya: sakit mental, pecandu alkohol,
masyarakat menerima kekerasan, kurangnya komunikasi, penyelewengan seks,citra diri
rendah, frustasi, perubahan situasi dan kondisi.
02 Dampak Kekerasan terhadap Perempuan

Umumnya dampak kekerasan yang dialami oleh istri adalah masalah pada
kejiwaannya seperti cemas, murung, stres, minder, kehilangan
kepercayaan pada suami, bahkan sering menyalahkan diri sendiri.

KDRT tidak hanya berdampak terhadap istri tetapi juga pada anak-
anak. Anak-anak akan mengalami penganiyaan yang mana secara
langsung akan merasakan penderitaan terhadap ibunya. Akibatnya
anak pun akan sering diam dan terpaku ketakutan.
03 Konsep Kekerasan dalam Rumah Tangga menurut Hukum Islam.

“…perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan


Pertama , kekerasan fisik nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka,
tercantum pada QS. An-Nisa tinggalkan lah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan
ayat 34 yang artinya: (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu,
maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk
menyusahkannya.

Dari pemahaman surat tersebut memiliki maka pointnya adalah


• Pemukulan tidak boleh diarahkan ke wajah
• Pemukulan tidak boleh sampai melukai, maka dari itu pakai benda yang ringan seperti
sapu tangan
• Pemukulan dilakukan dalam rangka mendidik
• Pemukulan dilakukan dalam rangka sepanjang memberikan efek manfaat bagi keutuhan
dan keharmonisan kembali relasi suami istri
Kedua, kekerasan psikis
tercantum pada QS. Mujadilah
ayat 1-6 tentang nasihat untuk
para suami agar tidak mudah
menzihar istrinya.
Artinya bahwa islam mengajarkan ketika suami meng-illa
(sumpah) istri selama empat bulan berturut-turut ia tidak boleh
menjima nya. Kalau mau kembali maka suami harus membayar
kifarat memerdekakan budak, puasa dua bulan berurut-turut,
atau memberi makan orang miskin 60 orang.

Semua aturan tersebut berlaku karena Islam sangat peduli


dengan keadaan psikis perempuan
Ketiga, kekerasan seksual. Dikatakan kekerasan jika dalam hal ini suami
memaksa istri melakukan aktivitas seksual tanpa mempertimbangkan
kondisi kesehatan istri. Atau bisa juga disertai dengan ancaman dan
kekerasan yang mengakibatkan luka berat maupun ringan.

Sebagaimana yang tercantum dalam QS. Al Baqarah ayat 187 yang


bermakna bahwa suami harus menggauli istrinya dengan makruf. Tidak
boleh memaksa dengan melakukan kekerasan dan penganiayaan. Jika
suami tetap memaksa, maka ia telah berbuat aniaya.
Keempat, kekerasan ekonomis adalah apabila suami tidak memberi
nafkah, perawatan, atau pemeliharaan sesuai dengan perjanjian yang
berlaku antara suami istri.

Islam menetapkan kewajiban bahwa suami wajib menafkahi istri dalam


hal makaan, minum, pakaian, pengobatan, dan pemeliharaan kesehatan.
Kemudian ketika terjadi perceraian, Islam memberikan perhatian
terhadap perempuan dengan adanya Iddah, dan larangan mengambil
kembali sesuatu yang telah diberikan kepadanya.
03 Faktor-faktor Terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Istri melakukan nusyuz sehingga suami boleh memukul kecuali wajah istri
Istri tidak mengindahkan kehendak suami
Istri keluar rumah tanpa izin suami
Istri berbincang-bincang dengan laki-laki lain yang bukan mahramnya
Istri tidak mandi suci ketika selesai haid, sehingga suami tidak dapat
menggaulinya.

Istri menghina suami dengan kata-kata yang tidak baik


04 Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Adanya
Situasi
Hilangnya Tidak
Kemampuan Berdaya
untuk
Rasa Tidak Bertindak
Percaya Diri

Ketakutan
Kepatuhan/ Ketaatan Terhadap Hukum

Norma merupakan pedoman nilai-nilai yang ditetapkan


dalam kelompok pergaulan tertentu . Dengan adanya norma
setiap kelompok akan berusaha menunjukkan perbuatan yang
baik dan buruk dalam bertingkah laku. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa norma adalah patokan, ukuran, pedoman
yang memiliki bobot dan ciri sebagai hukum.

Kepatuhan terhadap norma artinya seseorang percaya bahwa dia menghayati perilaku yaang di
harapkan dari pihak-pihak lain. Hukum pada dasarnya harus di patuhi oleh setiap warga dimana
tempat hukum itu berlaku.
1. Teori tentang Kepatuhan Hukum

Teori Pertama dari Wallace Teori dari Hovland, Janle & Kelly
Kerangka kognitif yang terbentuk dalam Bahwa keinginan untuk tetap menjadi
pikiran warga masyarakat didasarkan bagian dari kelompok merupakan
pada pengalamannya dalam proses motivasi dasar dari individu agar secara
interaksi sosial yang dinamis. Proses pribadi taat pada hukum. Kepatuhan
kepatuhan hukum terlihat jelas apabila terhadap hukum tidak hanya akan
diamati dari kebutuhan masyarakat. memerika penilaian positif, tetapi adanya
Kemudian adanya sistem nilai akan dorongan kekuatan yang menahan
merumuskan kebutuhan utama seseorang meninggalkan kelompoknya.
masyarakat dan merupakan kriteria
untuk mematui kaidah hukum tertentu.
2. Perasaan dalam Proses Kepatuhan

Imbalan dan Sanksi


Rasa patuh pada dasarnya mengharapkan sebuah imbalan dan upaya untuk
menghindarkan diri dari hukuman yang mungkin dijatuhkan. Ini berarti kepatuhan
bergantung pada peranan pengendalian diri pemegang kekuasaan.

Interaksi Sosial dan Identifikasi


Daya tarik untuk bersikap patuh merupakan keuntungan yang diperoleh dari proses
interaksi sosial. Walau pada awalnya seseorang tidak menyukai penegak hukum, namun
proses identifikasi terhadapnya berjalan terus, sampai berkembanglah perasaan positif
pada tugas penegak hukum.

Internalisasi Norma
Dalam proses ini seseorang mematuhi kaidah hukum karena secara intrinsik, kepatuhan
tersebut mendatangkan imbalan dan hukuman. Atau bisa juga kepatuhan terjadi karena
faktor interakssi individu dan penegak hukum serta dari faktor bobot kaidah hukum.
3. Teori Paksaan

Menurut Max Weber mengemukakan asumsi bahwa penguasa mempunyai monopoli


terhadap sarana-sarana paksaan secara fisik yang merupakan dasar bagi tujuan hukum
untuk mencapai tata tertib atau ketertiban.

Paksaan terseut hanya dapat dilakukan oleh kelompok orang yang mempunyai
wewenang untuk bberuat demikian. Paksaan dalam hukum modern didasarkan
pada wewenang rational legal. Walau begitu penggunaan paksaan tentunya
akan mengurangi kewibawaan sebuah wewenang.
4. Tingkat Kepatuhan pada Hukum
Tingkat kepatuhan hukum menurut kriminalog Belanda Hoefnagels terbagi sebagai berikut:

• Seseorang berperilaku sebagaimana yang diharapkan oleh hukum dan


a menyetujuinya

• Seseorang yang diharapkan oleh hukum namun tidak menyetujui penilaian


b yang diberikan

• Seseorang mematuhi tetapi tidak setuju dengan kaidah dan nilai dari penguasa
c
• Seseorang yang tidak patuh dengan hukum tetapi dia menyetujui hukum dan
d nilai-nilai

• Seseorang yang sama sekali tidak menyetujui semuanya dan dia pun tidak
e patuh pada hukum

Anda mungkin juga menyukai