Anda di halaman 1dari 7

KDRT

KEKERASAN DALAM RUMAH


TANGGA

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah kekerasan yang terjadi


dalam kehidupan rumah tangga, entah berada dalam keadaan
sudah kawin maupun hanya sebatas kumpul kebo. KDRT umumnya
dilakukan di antara orang yang sudah memiliki hubungan kekeluargaan
dan umumnya terjadi pada suami-istri sah atau pasangan serumah.
Kekerasan ini juga dapat menimpa anak, orang tua, atau lanjut usia, dapat
berupa kekerasan fisik maupun verbal serta dilatarbelakangi oleh emosi,
masalah ekonomi, pertentangan agama, atau seks. Kekerasan dapat
memiliki tingkatan mulai dari yang ringan hingga berat seperti pemukulan,
pencekikan, atau bahkan berujung kematian.
Secara global, korban KDRT umumnya perempuan, dan umumnya perempuan banyak
mengalami kekerasan sepanjang hidupnya. Perkiraan Organisasi Kesehatan
Dunia menyatakan bahwa 1 dari 3 perempuan di dunia mengalami kekerasan
sepanjang hidupnya. Hal ini juga didukung bahwa laki-laki sering menggunakan
kekerasan untuk membela diri. KDRT adalah salah satu kejahatan yang jarang
dilaporkan baik dari laki-laki maupun perempuan.
 Banyak orang tidak mengaku sebagai pelaku kekerasan atau korban, karena mereka
beranggapan itu adalah konflik keluarga yang tidak terkendali.  Kesadaran, persepsi,
pengertian, dan dokumentasi KDRT sangat berbeda dari satu negara ke negara lain.
Selain itu, KDRT sering terjadi dalam konteks perkawinan paksa atau perkawinan anak.
Penyebab KDRT adalah:

 Laki-laki dan perempuan tidak dalam posisi yang setara


 Masyarakat menganggap laki-laki dengan menanamkan anggapan bahwa
laki-laki harus kuat, berani serta tanpa ampun
 KDRT dianggap bukan sebagai permasalahan sosial, tetapi persoalan pribadi
terhadap relasi suami istri
 Pemahaman keliru terhadap ajaran agama, sehingga timbul anggapan
bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan
 Upaya pemenuhan hak-hak korban KDRT[]
 Upaya dalam memenuhi hak-hak Korban kekerasan dalam rumah tangga harus
Diakui keberadaannya. Undang-Undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga
membuka jalan bagi pengungkapan kekerasan dalam rumah tangga dan
melindungi hak-hak Korban. Di mana, pada awalnya kekerasan dalam rumah
tangga dianggap sebagai area pribadi yang tidak bisa dimasuki siapa pun di luar
lingkungan rumah. Kira-kira empat tahun sejak diratifikasi pada 2004,dalam
perjalanannya undang-undang ini masih beberapa pasal tidak menguntungkan
bagi perempuan Korban kekerasan. PP 4 tahun 2006 tentang Pemulihan adalah
peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini, yang diharapkan dapat memfasilitasi
proses pelaksanaan Undang-Undang sebagaimana diatur dalam mandat UU ini.
 Selain itu, walaupun undang-undang ini dimaksudkan memberikan efek jera bagi
pelaku KDRT, ancaman hukuman yang tidak mencantumkan hukuman minimal
dan hanya hukuman maksimal sehingga berupa ancaman hukuman alternatif
kurungan atau denda terasa terlalu ringan bila dibandingkan dengan dampak
yang diterima korban, bahkan lebih menguntungkan bila menggunakan
ketentuan hukum sebagaimana yang diatur dalam KUHP. Apalagi jika korban
mengalami cacat fisik, psikis, atau bahkan korban meninggal. Sebagai UU yang
memfokuskan pada proses penanganan hukum pidana dan penghukuman dari
korban, untuk itu, perlu upaya strategis di luar diri korban guna mendukung dan
memberikan perlindungan bagi korban dalam rangka mengungkapkan kasus
KDRT yang menimpa.
Salah satu penyebab pertengkaran yang berujung KDRT yaitu kesalahpahaman di
antara pasutri. Perbedaan pandangan yang terlalu ekstrem juga bisa menimbulkan
perselisihan yang berujung pada kekerasan fisik dan mental. Upaya menghindari
letupan masalah yang berujung kekerasan dapat ditempuh dengan memahami
adab-adab perilaku kepada pasangan.

Adab tersebut tertera dalam "Al-Adab fid Din" dalam Majmu'ah Rasail Al-Imam
Al-Ghazali (2011) karya Imam Al Ghazali seperti berikut:
1. Bergaul dengan baik
Bergaul dengan istri secara baik artinya suami menjadi pelindung istrinya. Meski
suami memiliki kedudukan lebih tinggi dari istrinya, namun suami tidak
mengambil jarak padanya.
2. Bertutur kata secara lembut
Kelembutan dalam berbicara akan menimbulkan hati yang tenang dan
menyenangkan. Hal ini berbeda hasilnya jika suami sering berkata kasar dan
mencaci maki.
3. Mengungkapkan cinta kasih
Rasa cinta suami pada istrinya harus senantiasa ditunjukkan. Suami mungkin tidak
pandai mengungkapkannya lewat kata-kata. Namun, umumnya seorang suami
lebih jago menampakkan cinta dan sayangnya melalui tindakan nyata.
4. Bersikap lapang ketika sendiri
Ada kalanya dalam berumah tangga, muncul waktu tertentu yang membuat suami
harus melakukan semua urusan rumah tangga sendiri karena istri memiliki
keperluan di luar rumah. Saat demikian, maka hendaknya suami berlapang dada.
5. Tidak terlalu memperbesar masalah
Ketika istri melakukan kesalahan yang bisa disikapi dengan bijak, tidak perlu bagi
suami untuk memperuncingnya. Suami dapat memberikan nasehat lembut untuk
sang istri.
6. Mudah memaafkan kesalahan istri
Sikap memaafkan sangat dianjurkan dalam Islam, termasuk, bila istri melakukan
kesalahan, suami sebaiknya memaafkannya.
7. Menjaga harta istri
Sebagaimana istri wajib menjaga harta suami, suami pun perlu menjaga harta istri
seperti mahar atau hasil dari pekerjaannya. Apabila bermaksud menggunakan harta
itu, ia perlu meminta izin dari sang istri.
8. Tidak mudah mengajak debat
Pasutri sebaiknya duduk bersama untuk menyelesaikan masalah dengan kepala
dingin, tidak perlu diakhiri dengan banyak berdebat. Debat kusir justru membuat
hati menjadi keras dan emosi yang dirasakan akan kian meluap.
9. Tidak pelit terhadap istri
Suami memiliki kewajiban untuk mencukupi kebutuhan hidup istri dan anak-
anaknya. Oleh sebab itu, suami tidak selayaknya bersikap bakhil mengeluarkan
hartanya demi kebaikan keluarga.
10. Memuliakan keluarga istri
Pasutri sama-sama mesti memuliakan keluarga dari suami atau istri. Bersikap
menyepelekan keluarga dari istri, atau sebaliknya, dapat melukai perasaan.
11. Senantiasa memberi janji yang baik
Dalam menjanjikan sesuatu pada istri, sebaiknya untuk mendorong pada hasil atau
perilaku yang baik. Sebaliknya, jika janji itu berupa ancaman dapat menumbuhkan
ketakutan pada istri.
12. Menjadikan istri sebagai sumber semangat dan motivasi
Suami perlu selalu menjadikan istrinya sumber semangat. Dengan demikian, dia
akan memperlakukan istri secara baik sesuai dengan nilai-nilai Islam.

KESIMPULAN
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah kekerasan yang terjadi
dalam kehidupan rumah tangga, entah berada dalam keadaan
sudah kawin maupun hanya sebatas kumpul kebo.

Penyebab KDRT adalah:

 Laki-laki dan perempuan tidak dalam posisi yang setara


 Masyarakat menganggap laki-laki dengan menanamkan anggapan bahwa
laki-laki harus kuat, berani serta tanpa ampun
 KDRT dianggap bukan sebagai permasalahan sosial, tetapi persoalan pribadi
terhadap relasi suami istri
 Pemahaman keliru terhadap ajaran agama, sehingga timbul anggapan
bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan

Cara menghindari KDRT adalah:


1. Bergaul dengan baik
2. Bertutur kata secara lembut
3. Mengungkapkan cinta kasih
4. Bersikap lapang ketika sendiri
5. Tidak terlalu memperbesar masalah
6. Mudah memaafkan kesalahan istri
7. Menjaga harta istri
8. Tidak mudah mengajak debat
9. Tidak pelit terhadap istri
10. Memuliakan keluarga istri
11. Senantiasa memberi janji yang baik
12. Menjadikan istri sebagai sumber semangat dan motivasi
KELOMPOK 2
DI
S
U
S
U
N
OLEH
NURUL MUTMAINNA
LUTFIANA LEYLI
JUMRAWATI
NIAR RAMADANI
ARDI
NURFADLI

Anda mungkin juga menyukai