Disampaikan pada:
Pertemuan Penguatan Kapasitas Tim Gerak Cepat bagi Petugas
BAHASAN
GAMBARAN UMUM PENYAKIT INFEM DAN
PENYAKIT POTENSIAL KLB
BIOLOGI
Bencana
Radiasi
Alam
Ancaman
Kimia Trauma
TANTANGAN GLOBAL
Vector Borne
Disease Food Borne
Disease
Air Borne
Disease
Health Care
Associated disease
1
PENYAKIT INFEKSI EMERGING
DAN
PENYAKIT POTENSIAL KLB
Penyakit Menyerang suatu populasi
Infeksi untuk
Sudahpertama kali
ada sebelumnya
Emerging namun meningkat cepat
Menyebar New Emerging - Jumlah Kasus
dengan cepat Re-emerging - Geografis
Penyakit lama muncul
pada suatu dengan gejala klinis baru
populasi (lebih fatal)
Disebabkan
virus, bakteri,
atau parasit
10
PENYAKIT INFEKSI EMERGING
Penyakit Parasitik
Penyakit Virus Emerging Penyakit Bakteri Emerging Emerging
• Avian Flu • Leptospirosis • Trikinosis
• Chikungunya • Pes • Taeniasis atau sistiserkosis
• Japanese Enchepalitis
• Antraks • Toksoplasmosis
• Rabies
• Demam berdarah dengue • Salmonellosis • Penyakit parasit baru
• Penyakit virus Hepatitis • Botulisme
• Penyakit virus Zika • Bruselosis
• Penyakit virus Ebola • Listeriosis
• Penyakit virus Hanta • Melioidosis
• Penyakit kaki, tangan, dan mulut
• Demam semak
• Penyakit virus Nipah
• Penyakit virus MERS • Tularemia
• Demam Kongo • Penyakit bakteri baru
• Demam Rift Valley
• Penyakit virus baru
BERBASIS SINDROM
Sindrom Lumpuh Sindrom Pernafasan Sindrom Demam Sindrom Kuning Sindrom Diare Cair Sindrom Ensefalitis
Layuh Akut Akut Berat Berdarah Akut dengan Demam dengan Dehidrasi Akut
• Penyakit kaki, • Penyakit MERS • Penyakit virus Ebola • Demam Kuning • Kolera • Japanese Ensefalitis
tangan, dan mulut • Penyakit virus • Demam berdarah • Hepatitis A • Meningitis
EV71 (HFMD EV71) Nipah Crimean-Congo • Hepatitis E Meningokokus
• Botulisme • Penyakit virus • Demam Lassa • Leptospirosis
• Poliomielitis Hanta • Demam Rift Valley
• GBS-Zika • Flu burung • Marburg
• Penyakit • Legionellosis • Bruselosis
enterovirus lainnya • Difteri • Demam semak
(scrub thypus)
• Tularemia
Arah Pembangunan Kesehatan
RPJMN I RPJMN RPJMN RPJMN IV
2005-2009 2010-2014 2015-2019 2020-2025
KURATIF-
REHABILITASI Masyarakat
Sehat Yang
Mandiri dan
PROMOTIF- Berkeadilan
PREVENTIF
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
Permenkes No. 64 Tahun 2015
TUGAS
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang surveilans dan karantina kesehatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
Pelaksanaan kegiatan Bimbingan teknis & Pemantauan, evaluasi,
Penyusunan NSPK
teknis kerjasama kemitraan penyusunan laporan
POKOK KEGIATAN
1 Peningkatan dan pengembangan di bidang kewaspadaan dini dan respon kejadian luar biasa
dan wabah
2 Peningkatan di bidang deteksi dan intervensi penyakit infeksi emerging
3 Peningkatan di bidang karantina kesehatan pelabuhan dan bandar udara dan karantina
kesehatan wilayah dan pos lintas batas darat negara
4 Peningkatan di bidang imunisasi dasar serta imunisasi lanjutan dan khusus 15
OPERASIONAL PARADIGMA SEHAT
GERAKAN
MASYARAKAT
SEHAT
AREA KUNCI
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
DETECT DETECT
FAKTOR PENCEGA
PENGEN
RESPONSE RISIKO HAN KEJADIAN RESPONSE
DALIAN PENYAKIT
PENYAKIT PENYAKIT
PENYAKIT
PREVENT PREVENT
• SKDR
• STP
• SPD3I
• SURVEILAN
Surveilans Berbasis KEKARANTINAAN
Surveilans Indikator
Kasus • Pengawasan pelaku
Surveilans Berbasis Perjalanan
Kejadian • Kewaspadaan dini PIE di
Vektor RS, dll
Kelompok Berisiko
• Mapping organisme
• DINAS
Surveilans
Faktor Risiko Lingkungan penyebab PIE di vector KESEHATAN
•
DETEKSI
Iklim •
Mapping vector
Survei KAP
• RUMAH SAKIT
Perilaku • Mapping kelompok • PUSKESMAS
Pola transmisi
rentan • PUSAT
Studi/
Penelitian (KKP, BTKL,
Vaksinasi • Sero survei
• Studi obat dan vaksin
LITBANGKES)
Pengobatan
Penilaian Hazard
• Mapping risiko PIE
Risiko menurut Kab/Kota
Kerentanan
• Rekomendasi P2 PIE
Kapasitas sesuai hasil penilian
risiko
• PENGUATAN SUMBER DAYA
• PENGEMBANGAN SISTEM • Jabfung Epidkes
Surveilans Berbasis Indikator • Pengelola program P2 (epid-based)
Surveilans Berbasis Kejadian • Diklat: TGC, FETP, PAEL, Kekarantinaan
Penyusunan Rencana Kontinjensi Kesehatan
• Pembiayaan (APBN, APBD, HLN, DAK)
Pelaksanaan simulasi P2PIE
• Sarana dan Prasarana
Pembentukan EOC STRATEGI P2
Interkoneksi dengan SIZE PENYAKIT INFEM
• PENGUATAN JEJARING
PENGUATAN LEGISLASI/ KEBIJAKAN
• Nasional: One Health. PMK, Universitas,,
Komite Ahli dan Profesi, Swasta LP, LS,
• NSPK jejaring lab, dll
• Peraturan perundangan • Regional: FETP, SAFETYNET, TEPHINET,
ASEAN PLUS3 on EID
• Global: WHO, CDC
RESPON
PENANGAN
PENYELIDI PENCEGAH PEMUSNAH
TATA AN
KAN AN DAN AN KOMUNIK
LAKSANA JENAZAH
EPIDEMIOL PENGEBAL PENYEBAB SI RISIKO
PENDERITA AKIBAT
OGI AN PENYAKIT
WABAH
2017 : 280
2020 : 514
2018 : 300
2016 : 200
Kabupaten/Kota Yang Mampu Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Infeksi Emerging Hingga Juni 2018 (Capaian = 93,3%)
JawaKalimantan Tengah
Barat : 13 dari 8 dari
16 Kako 14 Kab/Kota
Target (57%)
2018 (Total Kako 27)
514
300 280
24
2
KEBIJAKAN DAN KESIAPSIAGAAN
PENANGGULANGAN PENYAKIT POTENSIAL
KLB DAN PIE
MENGHADAPI ASIAN GAMES 2018
2
LATAR BELAKANG 6
Tujuan Umum:
Terselenggaranya event olahraga yang sukses melalui penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang optimal dan pencegahan, deteksi dini dan pengendalian penyakit
potensial KLB.
Tujuan Khusus:
• Terlaksananya upaya kesehatan promotif, preventif, dalam pencegahan dan
pengendalian penyakit potensial KLB agar peserta event olahraga tetap dalam
keadaan sehat yang optimal.
• Terdeteksi dininya ancaman penyakit potensial KLB
• Terkendalinya ancaman penyakit potensial KLB selama kegiatan Asian Games
berlangsung.
171008 ERT
Kegiatan Surveilans
1. Mengidentifikasi faktor risiko /potensial ancaman (Risk Assessment)
2. Menentukan Prioritas penyakit untuk dilakukan Surveilans dan mitigasi risiko
3. Mengidentifikasi rencana mitigasi dan implementasi dgn / oleh LP/LS
4. Mengidentifikasi sumber daya yg dibutuhkan dan sumber daya yg tersedia
5. Mengembangkan/ penguatan sistem deteksi dini surveilans dan respon penyakit
potensial KLB di lokasi penyelenggaraan dan wilayah sekitarnya
6. Menyusun pedoman pelaksanaan surveilans dan Respon KLB pada Asian Games &
Paragames
7. Melakukan ujicoba dan evaluasi sistem dgn LP/LS di semua lokasi penyelenggaraan
8. Periode Pelaksanaan dari 1 minggu sebelum dan sampai 1 minggu setelah Asian
Games
9. Bersama WHO menyiapkan bahan Health Adviser untuk traveller
Identifikasi Potensial Ancaman
Pada Asian Games & Paragames
Indigenous Importasi
Upaya Mitigasi
• Untuk menjaring kasus demam dengue, zika, Diare cair akut dengan dehidrasi
chikungunya, campak, rubella
• Untuk menjaring kasus kolera
Demam disertai gangguan pernapasan
berat dan akut
Diare berdarah akut
• Untuk menjaring kasus influenza pandemic dan atau
MERS-Cov • Untuk menjaring kasus disentri
• Untuk menjaring kasus hepatitis A dan E, leptospirosis, • Untuk menjaring kasus difteri
malaria berat
Demam, dengan sakit kepala kuduk
Demam, menggigil dan riwayat dari
endemis malaria
• Untuk menjaring kasus meningitis, JE
• Untuk menjaring kasus malaria
Upaya Deteksi Dini Potensi Ancaman KLB
Dinkes Provinsi
PHEOC
Dinkes Provinsi Dinkes Provinsi Dinkes Provinsi
Sumsel DKI Jawa Barat Banten
Basis Data
SKDR Asian
Games
Kementerian
Kesehatan
Investigasi
Analisis, verifikasi, (TGC)
validasi, diseminasi dan
informasi Penanggulangan
Upaya Penanggulangan (Respon) Kasus Dugaan KLB
2. Logistik
- ADS
- logistik pengendalian penyakit yg berasal dari
program terkait.
a. Rumah Sakit Rujukan untuk pelaksanaan di DKI Jakarta
RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Berpotensi disalahgunakan
dalam bioterorisme
POLIOMIELITIS
Satu-satunya
penyakit yang
masih berstatus
PHEIC
Endemis di
Afghanistan,
Pakistan, dan
Nigeria
3 Sept 2017- 3
Juni 2018:
Nigeria 46
confirm dg 10
kematian
Madagaskar:
2.417 kasus dengan 209
kematian (CFR 9 %)
Positif vektor
SITUASI ZIKA DI INDONESIA (2/2)
SEROSURVEY EIJKMAN 2017
Sumatera
Utara
Kalimantan
Sumatera Timur
Barat
Jambi
Sulawesi
Tenggara
Lampung
DKI
Jakarta Jawa
Banten
Timur
Jawa Barat Jawa
Tengah
Prevalensi zika di Indonesia jauh lebih
rendah dibandingkan dengan dengue
Kasus Hantavirus pada Manusia di Indonesia Distribusi Vektor Hantavirus di Indonesia
(berdasarkan hasil beberapa penelitian) (berdasarkan hasil Rikhus Vektora)
P a c i f i c O c e a n
Aceh
Kalimantan Utara
Sumatera Utara
2014:
Kalimantan Tengah 2004: Serolo Papua Barat
Sumatera BaratJambi Serolo
Sulawesi Tengah gi
Sulawesi Barat
gi
1994:
Bangka Belitung
Bengkulu Maluku
Serolo
Sumatera Selatan Sulawesi Selatan
gi 2002: Kalimantan Selatan
Papua
Lampung Serolo
I
Sulawesi Tenggara
gi
n
DKI Jakarta
d
Banten Maluku
ia
Jawa Tengah
n
Antibo
c
P a c i f i c O c e a n
Aceh
Kalimantan Utara
Sumatera Utara
Bangka Belitung
Bengkulu Maluku
Sumatera Selatan Sulawesi Selatan
Kalimantan Selatan
Papua
Lampung
Sulawesi Tenggara
I
n
DKI Jakarta
d
Banten Maluku
i
a
Jawa Tengah
n
Risiko:
- Importasi: Cukup
tinggi
- Penyebaran lokal
kasus import:
Cukup tinggi
SITUASI KASUS SUSPEK MERS DI INDONESIA
kasus suspek MERS berdasarkan
provinsi Hingga saat ini
di Indonesia 2013 - 25 Maret 2018 belum ada kasus
suspek yang
69 68
terkonfirmasi
42
34
29 28
23 22
17 16 15
13 12 12 11 11
8 8 7 7 7 6 6 511 kasus suspek :
3 2 1 1 1
Ba
t
k
a e
a
n B
t
k i
r
B
t
B
a Ba a T ra an ra a U n T
t
i
r l i
l
Se ng Se
l a
J m Te
i
p n A l
Se el
i i
r
ra art gah ara arta nten mu ara Riau ara tara mu Ba Riau atan kulu atan mb ung gah ceh atan tung tara mu gah tara ara
n
U T Te i U a B
t
507 kasus negative
wa I J T an gy r
aw ate ulau gga ate anta si Be era La an n a B ntan gara esi wes apu
Ja DK awa ant I Yo
J im D
al
J
Sum Kep Ten Sum lim ul
aw
e
m
at
m
an
t
m
ta k
an ang lima eng ulaw Sul
T
a P 4 kasus tidak dapat
K a a S S u li li B a
K sa S
Nu
s K Ka Ka
Nu diambil
spesimennya
DEFINISI KASUS
1. Seseorang dg ISPA dengan 3 di bawah ini :
Kasus b. Batuk
(Under a. Riwayat perjalanan dari negara terjangkit (14 hr sblm onset) kecuali ditemukan
Case)/Suspek b. Petugas Kesehatan Sakit => setelah merawat pasien SARI tanpa memperhatikan
tempat tinggal/riw bepergian, kecuali ditemukan etiologi penyakit lain