Anda di halaman 1dari 59

Kebijakan Kesiapsiagaan dan

Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging


dan Penyakit Potensial KLB

Disampaikan pada:
Pertemuan Penguatan Kapasitas Tim Gerak Cepat bagi Petugas
BAHASAN
GAMBARAN UMUM PENYAKIT INFEM DAN
PENYAKIT POTENSIAL KLB

KEBIJAKAN DAN KESIAPSIAGAAN


PENANGGULANGAN PENYAKIT POTENSIAL KLB
DAN PIE MENGHADAPI ASIAN GAMES 2018

SITUASI EPIDEMIOLOGI GLOBAL PENYAKIT


INFEKSI EMERGING
Ancaman Kesehatan Masyarakat

BIOLOGI

Bencana
Radiasi
Alam
Ancaman

Kimia Trauma
TANTANGAN GLOBAL

Mobilitas Penduduk Dunia


Communicable Disease Threat

MDR Associated Zoonotic Disease


Disease

Vector Borne
Disease Food Borne
Disease
Air Borne
Disease
Health Care
Associated disease

Sexually Transmitted Vaccine Preventable Water Borne


Disease Disease Disease
Kerentanan
• Intensifikasi produksi pangan
• Perdagangan global
• Migrasi antar negara
• Mobilitas manusia
• Climate change
• Pertumbuhan populasi
• Belum optimalnya implementasi
IHR 2005
GAMBARAN UMUM

1
PENYAKIT INFEKSI EMERGING
DAN
PENYAKIT POTENSIAL KLB
Penyakit Menyerang suatu populasi
Infeksi untuk
Sudahpertama kali
ada sebelumnya
Emerging namun meningkat cepat
Menyebar New Emerging - Jumlah Kasus
dengan cepat Re-emerging - Geografis
Penyakit lama muncul
pada suatu dengan gejala klinis baru
populasi (lebih fatal)
Disebabkan
virus, bakteri,
atau parasit
10
PENYAKIT INFEKSI EMERGING

Penyakit Parasitik
Penyakit Virus Emerging Penyakit Bakteri Emerging Emerging
• Avian Flu • Leptospirosis • Trikinosis
• Chikungunya • Pes • Taeniasis atau sistiserkosis
• Japanese Enchepalitis
• Antraks • Toksoplasmosis
• Rabies
• Demam berdarah dengue • Salmonellosis • Penyakit parasit baru
• Penyakit virus Hepatitis • Botulisme
• Penyakit virus Zika • Bruselosis
• Penyakit virus Ebola • Listeriosis
• Penyakit virus Hanta • Melioidosis
• Penyakit kaki, tangan, dan mulut
• Demam semak
• Penyakit virus Nipah
• Penyakit virus MERS • Tularemia
• Demam Kongo • Penyakit bakteri baru
• Demam Rift Valley
• Penyakit virus baru
BERBASIS SINDROM

Sindrom Lumpuh Sindrom Pernafasan Sindrom Demam Sindrom Kuning Sindrom Diare Cair Sindrom Ensefalitis
Layuh Akut Akut Berat Berdarah Akut dengan Demam dengan Dehidrasi Akut
• Penyakit kaki, • Penyakit MERS • Penyakit virus Ebola • Demam Kuning • Kolera • Japanese Ensefalitis
tangan, dan mulut • Penyakit virus • Demam berdarah • Hepatitis A • Meningitis
EV71 (HFMD EV71) Nipah Crimean-Congo • Hepatitis E Meningokokus
• Botulisme • Penyakit virus • Demam Lassa • Leptospirosis
• Poliomielitis Hanta • Demam Rift Valley
• GBS-Zika • Flu burung • Marburg
• Penyakit • Legionellosis • Bruselosis
enterovirus lainnya • Difteri • Demam semak
(scrub thypus)
• Tularemia
Arah Pembangunan Kesehatan
RPJMN I RPJMN RPJMN RPJMN IV
2005-2009 2010-2014 2015-2019 2020-2025

KURATIF-
REHABILITASI Masyarakat
Sehat Yang
Mandiri dan
PROMOTIF- Berkeadilan
PREVENTIF
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
Permenkes No. 64 Tahun 2015
TUGAS
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang surveilans dan karantina kesehatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
Pelaksanaan kegiatan Bimbingan teknis & Pemantauan, evaluasi,
Penyusunan NSPK
teknis kerjasama kemitraan penyusunan laporan

POKOK KEGIATAN
1 Peningkatan dan pengembangan di bidang kewaspadaan dini dan respon kejadian luar biasa
dan wabah
2 Peningkatan di bidang deteksi dan intervensi penyakit infeksi emerging
3 Peningkatan di bidang karantina kesehatan pelabuhan dan bandar udara dan karantina
kesehatan wilayah dan pos lintas batas darat negara
4 Peningkatan di bidang imunisasi dasar serta imunisasi lanjutan dan khusus 15
OPERASIONAL PARADIGMA SEHAT

GERAKAN
MASYARAKAT
SEHAT
AREA KUNCI
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

DETECT DETECT

FAKTOR PENCEGA
PENGEN
RESPONSE RISIKO HAN KEJADIAN RESPONSE
DALIAN PENYAKIT
PENYAKIT PENYAKIT
PENYAKIT

PREVENT PREVENT
• SKDR
• STP
• SPD3I
• SURVEILAN
Surveilans Berbasis KEKARANTINAAN
Surveilans Indikator
Kasus • Pengawasan pelaku
Surveilans Berbasis Perjalanan
Kejadian • Kewaspadaan dini PIE di
Vektor RS, dll
Kelompok Berisiko
• Mapping organisme
• DINAS
Surveilans
Faktor Risiko Lingkungan penyebab PIE di vector KESEHATAN

DETEKSI
Iklim •
Mapping vector
Survei KAP
• RUMAH SAKIT
Perilaku • Mapping kelompok • PUSKESMAS
Pola transmisi
rentan • PUSAT
Studi/
Penelitian (KKP, BTKL,
Vaksinasi • Sero survei
• Studi obat dan vaksin
LITBANGKES)
Pengobatan

Penilaian Hazard
• Mapping risiko PIE
Risiko menurut Kab/Kota
Kerentanan
• Rekomendasi P2 PIE
Kapasitas sesuai hasil penilian
risiko
• PENGUATAN SUMBER DAYA
• PENGEMBANGAN SISTEM • Jabfung Epidkes
Surveilans Berbasis Indikator • Pengelola program P2 (epid-based)
Surveilans Berbasis Kejadian • Diklat: TGC, FETP, PAEL, Kekarantinaan
Penyusunan Rencana Kontinjensi Kesehatan
• Pembiayaan (APBN, APBD, HLN, DAK)
Pelaksanaan simulasi P2PIE
• Sarana dan Prasarana
Pembentukan EOC STRATEGI P2
Interkoneksi dengan SIZE PENYAKIT INFEM
• PENGUATAN JEJARING
PENGUATAN LEGISLASI/ KEBIJAKAN
• Nasional: One Health. PMK, Universitas,,
Komite Ahli dan Profesi, Swasta LP, LS,
• NSPK jejaring lab, dll
• Peraturan perundangan • Regional: FETP, SAFETYNET, TEPHINET,
ASEAN PLUS3 on EID
• Global: WHO, CDC
RESPON

PENANGAN
PENYELIDI PENCEGAH PEMUSNAH
TATA AN
KAN AN DAN AN KOMUNIK
LAKSANA JENAZAH
EPIDEMIOL PENGEBAL PENYEBAB SI RISIKO
PENDERITA AKIBAT
OGI AN PENYAKIT
WABAH

KOLABORASI LINTAS SEKTOR


KOORDINASI, SINERGI, DAN KOLABORASI
Sektor
Swasta/B
UMN
Indikator Kinerja
Kabupaten/Kota Mampu Melaksanakan P2 PIE
(Jumlah kabupaten/kota yang mampu melaksanakan P2 PIE)
Melakukan WAJIB
Memiliki WAJIB
Memiliki NSPK pengamatan
pembiayaan
penanggulangan Memiliki TGC aktif mingguan dan/atau
penanggulangan
PIE penilaian risiko
PIE
2019: 400 berkala

2017 : 280

2020 : 514
2018 : 300
2016 : 200
Kabupaten/Kota Yang Mampu Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Infeksi Emerging Hingga Juni 2018 (Capaian = 93,3%)
JawaKalimantan Tengah
Barat : 13 dari 8 dari
16 Kako 14 Kab/Kota
Target (57%)
2018 (Total Kako 27)
514

300 280

Jumlah Seluruh Target Kab/Kota yang Jumlah Kab/Kota Yang


Kab/Kota harus mampu P2PIE Sudah Mampu P2PIE
2018
Daftar Kab/Kota Yang Sudah Mampu dan
Belum Mampu P2PIE Tahun 2018

24
2
KEBIJAKAN DAN KESIAPSIAGAAN
PENANGGULANGAN PENYAKIT POTENSIAL
KLB DAN PIE
MENGHADAPI ASIAN GAMES 2018
2

LATAR BELAKANG 6

• Asian Games XVIII akan diselenggarakan tanggal 18 Agustus-2


September 2018, di Jakarta dan Palembang serta beberapa tempat
pendukung spt Lampung, Jawa Barat dan Banten.
• Sedangkan Asian Para Games dilaksanakan tgl 6 – 13 October 2018
(7 hari) di Jakarta.
• Diikuti oleh 45 negara peserta.
• Risiko Kesehatan masyarakat : Penyebaran penyakit menular,
kejadian masalah kesehatan lainnya
• Perlu direncana upaya kesehatan masyarakat pada Asian Games dan
Paragames 2018 dalam upaya meningkatkan perlindungan
kesehatan, rencana kesiapsiagaan, pencegahan, deteksi dini, dan
pengendalian ancaman kesehatan
• Membangun mekanisme koordinasi – komunikasi – kerjasama tim
lintas program dan sektor dalam upaya pencegahan, deteksi dan
pengendalian risiko ancaman Kedaruratan Kesehatan masyarakat
171008 ERT
Daftar 45 Negara Peserta ASIAN GAMES 2018

• Afghanistan • Iran • Maladewa • Saudi Arabia


• Bahrain • Iraq • Mongolia • Singapura
• Bangladesh • Japan • Myanmar • Sri Lanka

• Bhutan • Jordan • Nepal • Syria


• Tajikistan
• Brunei • Kazakhstan • Korea Utara
• Thailand
• Cambodia • Kuwait • Korea Selatan
• Timor Leste
• China • Kyrgystan • Oman
• Turkmenistan
• Taipei • Lao PDR • Pakistan
• Uni Emirat Arab
• Hong Kong • Lebanon • Palestina
• Uzbekistan
• India • Macau • Philipina • Vietnam
• Indonesia • Malaysia • Qatar • Yaman
2
8
Tujuan Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pada Asian Games dan Paragames

Tujuan Umum:
Terselenggaranya event olahraga yang sukses melalui penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang optimal dan pencegahan, deteksi dini dan pengendalian penyakit
potensial KLB.

Tujuan Khusus:
• Terlaksananya upaya kesehatan promotif, preventif, dalam pencegahan dan
pengendalian penyakit potensial KLB agar peserta event olahraga tetap dalam
keadaan sehat yang optimal.
• Terdeteksi dininya ancaman penyakit potensial KLB
• Terkendalinya ancaman penyakit potensial KLB selama kegiatan Asian Games
berlangsung.
171008 ERT
Kegiatan Surveilans
1. Mengidentifikasi faktor risiko /potensial ancaman (Risk Assessment)
2. Menentukan Prioritas penyakit untuk dilakukan Surveilans dan mitigasi risiko
3. Mengidentifikasi rencana mitigasi dan implementasi dgn / oleh LP/LS
4. Mengidentifikasi sumber daya yg dibutuhkan dan sumber daya yg tersedia
5. Mengembangkan/ penguatan sistem deteksi dini surveilans dan respon penyakit
potensial KLB di lokasi penyelenggaraan dan wilayah sekitarnya
6. Menyusun pedoman pelaksanaan surveilans dan Respon KLB pada Asian Games &
Paragames
7. Melakukan ujicoba dan evaluasi sistem dgn LP/LS di semua lokasi penyelenggaraan
8. Periode Pelaksanaan dari 1 minggu sebelum dan sampai 1 minggu setelah Asian
Games
9. Bersama WHO menyiapkan bahan Health Adviser untuk traveller
Identifikasi Potensial Ancaman
Pada Asian Games & Paragames
Indigenous Importasi

1. PD3I (Campak, Difteri) 1. PD3I


2. Food Borne Diseases (Diare akut, Typhoid, 2. Meningitis
Hepatitis-A, keracunan pangan) 3. Mers-cov
4. Malaria
3. Vector Borne Diseases (DBD-Chikungunya) 5. Influenza Pandemi
6. Nipah

Upaya Mitigasi

Pencegahan : imunisasi, pengendalian vektor, pengendalian lingkungan, food safety,


upaya cegah tangkal

Promosi : PHBS, travel health advice


Surveilans Sindroma Penyakit Potensial KLB
Pada Asian Games & Paragames
Demam disertai perdarahan di bawah
kulit, mimisan, dan atau renjatan Diare akut, mual, muntah, dan gejala
lainnya setelah konsumsi jenis makanan
• Untuk menjaring kasus DBD, demam dengue, ebola
• Untuk menjaring kasus keracunan pangan, indikasi tidak
higienis sumber makanan dan minuman
Demam disertai rash (ruam)

• Untuk menjaring kasus demam dengue, zika, Diare cair akut dengan dehidrasi
chikungunya, campak, rubella
• Untuk menjaring kasus kolera
Demam disertai gangguan pernapasan
berat dan akut
Diare berdarah akut
• Untuk menjaring kasus influenza pandemic dan atau
MERS-Cov • Untuk menjaring kasus disentri

Demam akut disertai ikterik/jaundis Nyeri menelan, pseudomembran

• Untuk menjaring kasus hepatitis A dan E, leptospirosis, • Untuk menjaring kasus difteri
malaria berat
Demam, dengan sakit kepala kuduk
Demam, menggigil dan riwayat dari
endemis malaria
• Untuk menjaring kasus meningitis, JE
• Untuk menjaring kasus malaria
Upaya Deteksi Dini Potensi Ancaman KLB

Laporan harian penyakit potensial Laporan real time dugaan KLB


KLB (SKDR) (Event Based Surveillance)
• Berbasis website : • Dilaporkan segera - melalui
http://skdr-ag2018.surveilans.org, telepon/ whatapp
• Oleh Petugas kesehatan dari
• Dientri oleh petugas kesehatan di medical center, poliklinik dan RS
medical center, poliklinik dan RS rujukan  Dinkes Prov dan
rujukan  registered PHEOC
• Data entry : agregat sindroma • Laporan akan diverifikasi awal via
penyakit tertentu telp oleh petugas jaga di dinkes
• Dianalisis harian oleh petugas dan PHEOC
dinkes provinsi dan Kemkes • Bila laporan potensial KLB , akan
(PHEOC-surveilans) dilakukan verifikasi lanjutan,
diinvestigasi dan pengambilan
spesimen laboratorium oleh
petugas gerak cepat (TGC)
terpadu Dinkes provinsi
SKEMA ALUR PELAPORAN HARIAN SKDR DAN
PELAPORAN KEJADIAN DUGAAN KLB

Skema Alur Laporan Surveilans


KEMKES (PHEOC) INASGOC

Dinkes Provinsi
PHEOC
Dinkes Provinsi Dinkes Provinsi Dinkes Provinsi
Sumsel DKI Jawa Barat Banten

Telp. 021- 4257125


WA: 0878-0678-3906 Medical Referal
Policlinic
poskoklb@yahoo.com Center Hospital Policlinic Medical Referal
Center Hospital
Polikcinic Medical Referal
Center Hospital
Halaman Log In SKDR Asian Games
• Hanya pengguna terdaftar yang dapat mengakses web SKDR
Asian Games
http://skdr-ag2018.surveilans.org
Format laporan
Sumber Data Lokasi Provinsi
Medical centre ....... ......
Poliklinik ....... .......
Rumah Sakit ...... .......
     
Gejala (Syndrom Penyakit) Jumlah Kasus Asal Negara
1. Demam disertai ....... ......
perdarahan dibawah
kulit, mimisan atau
renjatan
 

1. Demam disertai rash ....... .......


(ruam)
 
Dst.....
Mekanisme Sistem Kewaspadaan Dini Dan Respon
Penyakit Potensial KLB
Sumber Laporan: Kementerian Kesehatan
Medical Station, Dinas Kesehatan Provinsi
Medical Center, Dinas Kesehatan Kab/Kota
RS Rujukan ALERT

Basis Data
SKDR Asian
Games
Kementerian
Kesehatan

Investigasi
Analisis, verifikasi, (TGC)
validasi, diseminasi dan
informasi Penanggulangan
Upaya Penanggulangan (Respon) Kasus Dugaan KLB

• Bila ditemukan kasus dugaan penyakit menular potensial KLB


– Tata laksana kasus sesuai protap, rujukan ke RS rujukan, rawat di ruang isolasi.
– Investigasi dan contact tracing
– Pengambilan dan pemeriksaan spesimen
– Risk communication
– Upaya Pencegahan dan pengebalan bagi yang berisiko
• Bila ditemukan kasus keracunan pangan
- Tata laksana kasus sesuai protap
- Pengamanan bahan pangan diduga sumber keracunan pangan
- Pengambilan dan pemeriksaan spesimen
- Investigasi untuk mengetahui sumber penyebab kerpang
- Risk communication
Resources
1. SDM
- TGC Pusat, TGC Provinsi, TGC Kab/Kota
- BBTKLPP, Litbangkes, Lab. BPOM

2. Logistik
- ADS
- logistik pengendalian penyakit yg berasal dari
program terkait.
a. Rumah Sakit Rujukan untuk pelaksanaan di DKI Jakarta
 RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM)

DAFTAR RS RUJUKAN  RSUP Persahabatan.


 RSUP Fatmawati.

ASIAN GAMES/PARA  RSUP Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.


 RSUP Penyakit Infeksi Prof. Dr Sulianti Saroso.

GAMES 28 RS  RSUP Pusat Otak Nasional.


 RSK Sintanala.
 RSPAD Gatot Subroto.
 RSAL Dr Mintoharjo.
 RS Bhayangkara Tkt I R. Said Sukanto.
 RS Olah Raga Nasional.
 RSUD Tarakan.
 RSUD Pasar Rebo.
 RS Pusat Pertamina.
 RS Mitra Kemayoran.
 RS MMC
b. Rumah Sakit Rujukan untuk pelaksanaan di Palembang Provinsi
Sumatera Selatan.
 RSUP Mohammad Hoesin Palembang.
 RSU Charitas.
 RSU Siti Khadijah.
 RSU Siloam
 RSUD Bari Palembang
c. Rumah Sakit Rujukan untuk pelaksanaan di Provinsi Jawa Barat.
 RSUP Hasan Sadikin Bandung
 RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
 RSUD Ciawi
 RSUD Cibinong
 RSU Santosa Kopo Bandung
Rujukan:  RSU Mitra Keluarga Bekasi Barat.
Sehat Negeriku - 28 RS Rujukan Utama Asian Games  RSU Hermina Grand Wisata Bekasi
3 SITUASI EPIDEMIOLOGI GLOBALKIT INFEKSI
EMERGING
SITUASI GLOBAL PENYAKIT INFEKSI
Berpotensi menimbulkan
EMERGING
KLB, Pandemi dan PHEIC.
Contoh PHEIC: Ebola, Zika,
Polio

75% Penyakit Infeksi


emerging adalah zoonosis

Berpotensi disalahgunakan
dalam bioterorisme
POLIOMIELITIS
Satu-satunya
penyakit yang
masih berstatus
PHEIC

Endemis di
Afghanistan,
Pakistan, dan
Nigeria

2018 dilaporkan di negara


Risiko Afghanistan, Pakistan, Nigeria, DRC,
importasi: Somalia, Papua New Guinea dengan
cukup tinggi polio jenis WPV1, cVDPV1, cVDPV2,
cVDPV3, dan cVDPV kombinasi 2 dan 3
Demam Kuning
1 Juli 2017 –
13 Maret 2018;
Brazil 920 kasus
dan 300
kematian

3 Sept 2017- 3
Juni 2018:
Nigeria 46
confirm dg 10
kematian

Daerah yang paling sering terjadi


Risiko importasi
• Afrika (33 negara) sedang
• Amerika Selatan (13 negara)
Demam Lassa
Di Nigeria:
454 kasus (Konfirmasi
& probable) dengan
kematian 121
(CFR 26,6%)
Risiko importasi
tinggi
PES

Madagaskar:
2.417 kasus dengan 209
kematian (CFR 9 %)

Risiko importasi rendah


SITUASI ZIKA DI INDONESIA (1/2)
SURVEY TERPADU ZIKA 2016
18 November 2016
BATAM STATUS PHEIC
PALU DICABUT
BALIKPAPAN

• Survey terpadu (manusia dan


SEMARANG vector) 2017 di 7 Provinsi
JAMBI
DENPASAR • Pada manusia  hasil negatif ZIKV
• Pada vektor  positif nyamuk di
Semarang, Denpasar, Balikpapan ,
JATIM Batam, Jatim

Positif vektor
SITUASI ZIKA DI INDONESIA (2/2)
SEROSURVEY EIJKMAN 2017

Sumatera
Utara

Kalimantan
Sumatera Timur
Barat
Jambi

Sulawesi
Tenggara
Lampung
DKI
Jakarta Jawa
Banten
Timur
Jawa Barat Jawa
Tengah
Prevalensi zika di Indonesia jauh lebih
rendah dibandingkan dengan dengue
Kasus Hantavirus pada Manusia di Indonesia Distribusi Vektor Hantavirus di Indonesia
(berdasarkan hasil beberapa penelitian) (berdasarkan hasil Rikhus Vektora)

P a c i f i c O c e a n

Aceh

Kalimantan Utara
Sumatera Utara

Riau Kalimantan Timur Gorontalo Sulawesi Utara Maluku Utara


Kepulauan Riau
Kalimantan Barat

2014:
Kalimantan Tengah 2004: Serolo Papua Barat
Sumatera BaratJambi Serolo
Sulawesi Tengah gi
Sulawesi Barat
gi
1994:
Bangka Belitung
Bengkulu Maluku
Serolo
Sumatera Selatan Sulawesi Selatan
gi 2002: Kalimantan Selatan
Papua
Lampung Serolo
I

Sulawesi Tenggara
gi
n

DKI Jakarta
d

Banten Maluku
ia

Jawa Tengah
n

Jawa Barat Bali


Jawa Timur
2005: DI Yogyakarta Maluku
O

Antibo
c

Nusa Tenggara Timur


e

Nusa Tenggara Barat


di
a
n
DISTRIBUSI Vektor Penyakit
(Hasil RIKHUS VEKTORA 2015 - 2017;)

P a c i f i c O c e a n

Aceh

Kalimantan Utara
Sumatera Utara

Riau Kalimantan Timur Gorontalo


Kepulauan Riau Sulawesi Utara Maluku Utara
Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah Papua Barat


Sumatera Barat Jambi Sulawesi Tengah
Sulawesi Barat

Bangka Belitung
Bengkulu Maluku
Sumatera Selatan Sulawesi Selatan
Kalimantan Selatan
Papua
Lampung
Sulawesi Tenggara
I
n

DKI Jakarta
d

Banten Maluku
i
a

Jawa Tengah
n

Jawa Barat Bali


Jawa Timur
DI Yogyakarta Maluku
O
c

Nusa Tenggara Timur


e

Nusa Tenggara Barat


a
n

Malaria DBD Leptospirosis Hanta


Filariasis Chikungunya JE Lyssa
Nipah Virus

Masa inkubasi antara 4 - 14 hari


CFR diperkirakan mencapai 40 – 75%.
Pada wabah yang terjadi di Bangladesh dan India tahun
Pteropus sp. 2001 hingga 2008 CFR mencapai 52%.
50
Penyakit MERS
Jumlah Kasus: 2.220
News Update : http://www.who.int/emergencies/mers-cov/en/ Jumlah Kematian: 790
CFR: 35,6%
Jumlah Negara: 27
negara
(Data per 15 Juni 2018)

Risiko:
- Importasi: Cukup
tinggi
- Penyebaran lokal
kasus import:
Cukup tinggi
SITUASI KASUS SUSPEK MERS DI INDONESIA
kasus suspek MERS berdasarkan
provinsi Hingga saat ini
di Indonesia 2013 - 25 Maret 2018 belum ada kasus
suspek yang
69 68
terkonfirmasi

42
34
29 28
23 22
17 16 15
13 12 12 11 11
8 8 7 7 7 6 6 511 kasus suspek :
3 2 1 1 1
Ba
t
k
a e
a
n B
t
k i
r
B
t
B
a Ba a T ra an ra a U n T
t
i
r l i
l
Se ng Se
l a
J m Te
i
p n A l
Se el
i i
r
ra art gah ara arta nten mu ara Riau ara tara mu Ba Riau atan kulu atan mb ung gah ceh atan tung tara mu gah tara ara
n
U T Te i U a B
t
507 kasus negative
wa I J T an gy r
aw ate ulau gga ate anta si Be era La an n a B ntan gara esi wes apu
Ja DK awa ant I Yo
J im D
al
J
Sum Kep Ten Sum lim ul
aw
e
m
at
m
an
t
m
ta k
an ang lima eng ulaw Sul
T
a P 4 kasus tidak dapat
K a a S S u li li B a
K sa S
Nu
s K Ka Ka
Nu diambil
spesimennya
DEFINISI KASUS
1. Seseorang dg ISPA dengan 3 di bawah ini :

a. Demam (> 38℃) atau ada riwayat demam

Kasus b. Batuk

c Pneumonia (Klinis/Radiologi butuh perawaran RS )


Dalam DAN
Penyelidikan Salah satu kriteria berikut :

(Under a. Riwayat perjalanan dari negara terjangkit (14 hr sblm onset) kecuali ditemukan

Investigation etiologi penyakit lain

Case)/Suspek b. Petugas Kesehatan Sakit => setelah merawat pasien SARI tanpa memperhatikan
tempat tinggal/riw bepergian, kecuali ditemukan etiologi penyakit lain

c. Kluster pneumonia dalam periode 14 hr tanpa memperhatikan TT/Riw bepergian,


kecuali ada etiologi penyakit lain

d. Perburukan klinis yg mendadak dg pengobatan yang tepat tanpa memperhatikan


TT/riw perjalanan, kecuali ditemukan etiologi penyakit lain

2. Seseorang dg ISPA ringan-berat dan memiliki kontak dg kasus konfirmasi/probabel MERS


dalam waktu 14 hr sblm sakit
DEFINISI KASUS
1. Sesorang dg Pneumonia/ARDS => Klinis,Radiologi/histopatologis
DAN
Hubungan epidemiologi langsung dg kasus Konfirmasi MERS-CoV
DAN
Tidak adanya pemeriksaan Lab/hasil negatif pada spesimen yg tdk adekuat

Probabel 2. Sesorang dg Pneumonia/ARDS => Klinis,Radiologi/histopatologis


DAN
Hubungan epidemiologi langsung dg kasus Konfirmasi MERS-CoV
dan/atau memiliki riw tinggal/bepergian ke negara terjangkit sejak 14 hr
terakhir
DAN
Laboratorium inkonklusif (pemeriksaan skrening positif tanpa
konfirmasi lebih lanjut )
DEFINISI KASUS

• Seseorang yang terinfeksi MERS-CoV dengan hasil


Konfirmasi Pemeriksaan Laboratorium Positif

• Terdapat 2/lebih memiliki penyakit yang sama dan


mempunyai riw kontak yang sama dalam waktu 14 hari.
Kluster • Kontak dapat terjadi pada RT dan berbagai tempat lain (RS,
Ruang Kelas, Tempat Kerja dll )

• Dalam 14 hari sebelum timbul sakit :


• Kontak Fisik erat (bercakap2 dg radius 1m) dg kasus
Hubungan Epidemiologi Konfirmasi atau Probabel MERS-CoV
Langsung • Bekerja sama dlm jarak dekat/di dalam satu ruangan
• Bepergian bersama dg segala jenis alat angkut/kendaraan
Pengambilan Spesimen
1. Sal Pernafasan bagian bawah Pengambilan spesimen dilakukan hanya 1x untuk
dilakukan pemeriksaan dengan ketentuan sbb :
a. Dahak Wajib
a. Pengambilan < 72 jam simpan di suhu 2 – 8 C
b. Aspirat Trachea Harus b. Pengambilan > 72 jam dibekukan pada suhu -70 C
c. Bilasan Bronchoaveolar bila c. Bila hanya serum tunggal yang didapat maka
memungkinkan pengambilan setidaknya 14 hari setelah onset (paling
efektif 10 -12 hr setelah onset)
d. Biopsi jaringan paru
2. Sal Pernafasan bagian atas d. Untuk serum konfirmasi diambil serum awal pada
minggu pertama dan serum kedua pada 2-3 minggu
a. Nasofaringeal (NP) Wajib kemudian.
b. Orofaringeal ( OP ) e. Bila pengujian awal dari swab NP dan OP negatif dari
pasien yang diduga kuat terinfeksi MERS-CoV maka
3. Serum wajib spesimen harus diperiksa ulang dg spesimen baru dari
sal pernafasan bawah atau NP dan OP.
4. Spesimen darah Bila memungkinkan
f. Pengiriman lewat Kurir (Hari Kerja) atau Port to Port
(Hari Libur)
KRITERIA RUJUKAN
Kasus dalam investigasi dengan gejala Kasus dalam investigasi dengan gejala ringan, cukup
dilakukan isolasi rumah dg memperhatikan :
sesak nafas a.Hindari atau batasi tamu/pengunjung dan tidak keluar
a. RR > 30x/mnt (Dewasa) rumah
b. Menerapkan kewaspadaan standar dan droplet
b. Takipneu, RR > 60x/mnt (bayi < 2
c. Tutup hidung dan mulut saat bersin/batuk
bulan)
d. Pantau gejala (demam dan pernafasan/RR)
c. RR > 50x/mnt (2 – 11 bl) e. Bila berat => Rujuk
d. RR > 40x/mnt ( 1- 5 tahun) f. Disinfeksi daerah terkontaminasi di ruangan isolasi
rumah
e. Foto Thorak terdapat gambaran
g. Isolasi rumah selama masa inkubasi
pneumonia
f. Menggunakan ambulans dg
menerapkan standar PPI berbasis Bila ditemukan kasus RT-PCR Positif dan tidak
transmisi droplet ada gejala, maka
a. Isolasi rumah
g.Rujuk ke RS Rujukan
b. Dapat kembali bekerja apabila RT-PCR
Regional/Provinsi/Nasional
negatif dalam 2x pengambilan berturut2
dengan jarak waktu minimal 24 jam
58
TERIMA KASIH
HATUR NUHUN

Mari sukseskan ASIAN GAMES 2018

Anda mungkin juga menyukai