Anda di halaman 1dari 49

KEBIJAKAN PELAYANAN MEDIS

RUMAH SAKIT DI ERA PANDEMI COVID-19


Dr. drg. Rossi Suparman, M.Kes., M.H
Curiculum Vitae
Dr. drg. ROSSI SUPARMAN, M.Kes.,M.H.
Kuningan, 07 Juni 1984

PENDIDIKAN
Sarjana Kedokteran Gigi, UNPAD 2006;
Profesi Dokter Gigi, UNPAD 2008;
Magister Kesehatan Masyarakat, UNPAD 2008;
Magister Ilmu Hukum, UNISBA 2018;
Doktor Ilmu Hukum, UNISBA 2017;

JABATAN
Kepala Bidang Pelayanan Medis RSUD Linggajati Kuningan,
Dosen Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat STIKes Kuningan (STIKKU)
Ketua IAKMI Cabang Kuningan Tahun 2017
Ketua PDGI Cabang Kuningan Tahun 2017

PRESTASI
Peringkat I PNS Berprestasi Tingkat Kabupaten Kuningan Kategori
Pejabat Eselon IV Tahun 2018;
Nominasi PNS Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2019;
Contact : 08112126161
E-mail : rossisuparman@gmail.com
Sejarah Covid-19
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office
01 melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina.

Pada tanggal 7 Januari 2020, China mengidentifikasi


02 kasus tersebut sebagai jenis baru coronavirus.

Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan


03 kejadian tersebut sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang Meresahkan Dunia

pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah


04 menetapkan COVID-19 sebagai pandemic
Peningkatan Jumlah Kasus Sangat Cepat

Per tanggal 22 Positif 951.651 WHO menyatakan


Januari 2021  98 (+11.703) COVID-19 sebagai
Juta Kasus; 2,09 Sembuh 772.790 Global Pandemic
Juta Orang (+9.087) tanggal 11 Maret
Meninggal; Amerika 2020
Meninggal 27.203
terbanyak; Indonesia
(+346)
Indonesia Peringkat melaporkan kasus
19 Terbanyak pertama pada 2
951.651 Jiwa (21-01-2021) Maret 2020.
OUTBREAK COVID-19 SEJAK 31 DESEMBER 2020

Penyebaran ke seluruh Dunia dan KKMMD(PHEIC)

Penunjukan RS Rujukan PIE

•1. Kesiapsiagaan RS Rujukan PIE


•2. Mutu Pelayanan RS Rujukan Penyakit
Infeksi Emerging
PRESETATION

Penyakit Infeksi Emerging (PIE) Penyakit Infeksi Emerging Tertentu


Definisi : Dibagi atas : Adalah penyakit baru/penyakit infeksi yang berpotensi
• Penyakit infeksi yg bersifat • New Emerging Infectious menjadi pandemi
Disease dan Re-emerging a. poliomielitis; g. demam kuning;
cepat menyebar pd suatu
Infectious Disease b. penyakit virusebola; h. demamlassa;
populasi manusia, dpt c. penyakit virusMERS; i. demamcongo;
berasal dari virus, bakteri, d. influensa A j. meningitismeningokokus; dan
atau parasit (H5N1)/Flu burung;
k. penyakit infeksiemerging baru
e. penyakit virushanta; (ditetapkanMenkes).
f. penyakit virusnipah;
Dasar Hukum Pencegahan & Pengendalian Covid - 19

1.Keppres No. 11 Tahun 2020  Penetapan Kedaruratan


Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019.
2.Keppres No 12 Tahun 2020  Penetapan Bencana Non-alam
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 Sbg Bencana Nasional.
(13 April 2020)
3.Dan seterusnya...
4.Sudah ada sekitar 60 peraturan perundang-undangan terkait
penanganan dan pencegahan penyebaran kasus Covid-19

CON
TEN
T
TATA KELOLA RUMAH SAKIT MENURUT UNDANG-UNDANG RS

PENERAPAN
PASAL 36 “SETIAP GOOD FUNGSI-FUNGSI
RUMAH SAKIT CORPORATE MANAJEMEN
HARUS GOVERNANCE RUMAH SAKIT
MENYELENGGARAKAN
TATA KELOLA
RUMAH SAKIT DAN
TATA KELOLA KLINIS
YANG BAIK”
PENERAPAN
GOOD FUNGSI-FUNGSI
CLINICAL MANAJEMEN
GOVERNANCE KLINIS
PERAN PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN (RS)
DALAM PELAYANAN PENYAKIT INFEKSI

Pelayanan Rujukan
Penyakit Infeksi
Melaksanakan dengan Gold
Quick Respon Standar dan High
bila terjadi
Ancaman
Technology
Kejadian Luar
Biasa penyakit
Infeksi (MERS
CoV, SARS,
Avian
Influenza)

Melaksanakan
Infectious
Diseases Scientific
Research
SISTEM JENIS KEBIJAKAN SISTEM
RUJUKAN RUJUKAN RUJUKAN PIE
• Suatu sistem • Rujukan Medis • Memperkuat RS rujukan di
penyelenggaraan (meliputi Rujukan wilayah pintu masuk Negara
pelayanan Pasien & Rujukan • Memperkuat sistem rujukan,
kesehatan dimana Spesimen/Lab) penetapan RS rujukan Nasional,
terjadi pelimpahan Regional & Provinsi
tanggung jawab • Rujukan Kesehatan • Peningkatan sarana & prasarana
timbal balik atas (Meliputi Rujukan Iptek RS misalnya ruangan Isolasi
kasus atau masalah & Rujukan Sumber bertekanan Negatif sesuai
kesehatan yg timbul Daya (SDM) standar WHO
baik secara vertikal • Kebijakan Pencegahan
maupun horizontal Pengendalian Infeksi (PPI),
Pengendalian Resistensi Anti
Mikroba (PPRA)
PENGUATAN STANDARISASI PELAYANAN RUMAH SAKIT
DALAM MENGHADAPI PENYAKIT INFEKSI EMERGING

KOMPETENSI RUMAH SAKIT

Sistem Rujukan

Sarana Prasarana
Alat Kesehatan Sistem Pelayanan

Sumber Daya Manusia


Distribusi
KOMPETENSI
KOMPETENSI KOMPETENSI INTERPROFESIONAL
PROFESIONAL MANAJERIAL
•Tanggung Jawab Ganda Rumah Sakit

Melindungi
Merawat
tenaga
pasien
Kesehatan
suspect atau
agar tidak
terkonfirmasi
terinfeksi
(sekaligus
(termasuk
tracing)
keluarga)
Tantangan Rumah Sakit

Kekurangan sumber daya


medis, kapasitas RS, dan
kompetensi staff

Memperkuat
kesadaran semua staf
serta pemahaman yg Tidak ada yang kebal
jelas tentang terhadap covid-19
pengendalian &
pencegahan penyakit
Alur Pasien PIE
Pasien
STANDARISASI
TATALAKSANA PASIEN
KKP, RS Rujukan
Poli/IGD • Transportasi Rujukan
Infeksi
Puskesmas/
Emerging • Tatalaksana di
Rumah Sakit Poliklinik
• Tatalaksana di IGD
• Tatalaksana Rawat
Poli/IGD/Isolasi Isolasi
• Tatalaksana di ICU
• Pemulasaran Jenazah

Kamar
Isolasi ICU Rawat Isolasi Jenazah
DPJP UTAMA
DETECT RESPONSE DPJP PENDAMPING
ALUR TINDAK LANJUT HASIL SELF ASSESSMENT RISIKO COVID-19
Pemeriksaan Kriteria Skor
Demam
Batuk/Pilek/Nyeri Tenggorokan 0 = tidak ada
Anamnesa & Nyeri otot 1 = ada salah satu
Riwayat (14
Kontak erat /Kasus konfirmasi 2 = ada > 1
hari SMRS)
Riwayat pemeriksaan
3 = jika kontak (+), swab(+)
Swab test (PCR)
Suhu > 38 oC Sesak 0 = tidak ada
Gejala Klinis 1 = jika hipertermia
Nafas
3 = jika sesak
Total Skor
• Petugas boleh melanjutkan ke area kerja di Rumah Sakit
SKOR = 0 • Memakai masker, cuci tangan dengan sabun dan air • Pasien diarahkan ke triase khusus COVID-19 (IGD/Rawat
mengalir serta penerapan jarak fisik >1m Jalan) untuk evaluasi lebih lanjut.
SKOR = 1-3 • Petugas yang memiliki skor 1-3 ditetapkan sebagai
pasien dan diterapkan sistem penanganan pasien gejala
COVID-19
PENGATURAN ALUR LAYANAN
1. ALUR PASIEN
AWESOME Pasien masuk ke Rumah Sakit melalui pintu utama yakni dapat
a.
SLIDE melalui IGD atau melalui area rawat jalan. Proses masuknya pasien
melalui pintu utama tersebut dapat melalui tiga cara yaitu :

a. Langsung ke Rumah Sakit (atas permintaan pasien


sendiri dan tanpa perjanjian).
Pasien yang masuk ke Rumah Sakit melalui mekanisme ini harus
melalui proses skrining. Bila dari hasil skrining dicurigai COVID-19
maka pasien diarahkan menuju triase IGD atau rawat jalan khusus
COVID-19. Sebaliknya bila dari skrining tidak dicurigai COVID-19
maka pasien diarahkan menuju triase IGDatau rawat jalan non
COVID-19 sesuai kebutuhan pasien
PENGATURAN ALUR LAYANAN
b. Melalui rujukan (dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) atau (Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut
AWESOME (FKRTL) ).

1. Rujukan pasien suspek atau konfirmasi COVID-19 tidak perlu

SLIDE dilakukan skrining dan langsung diarahkan ke triase COVID-19.

2. Rujukan pasien kasus non COVID-19 yang dengan hasil


pemeriksaan COVID-19 negatif atau yang belum dilakukan
pemeriksaan COVID-19 tetap harus melewati proses skrining.

c. Melalui registrasi online

PasienyangmasukkeRumahSakitmelaluiregistrasionlinediharuskan
mengisi kajian mandiri terkait COVID-19, bila terindikasi gejala
COVID-19 langsung diarahkan ke triase rawat jalan COVID-19.
Sedangkan pasien dengan hasil assessment tidak terkait COVID-19
tetap melalui proses skrining (Isian kajian mandiri terlampir
PENGATURAN ALUR LAYANAN
B. PEMBAGIAN ZONA RISIKO PENULARAN COVID-19 DI RUMAH SAKIT
 Pada prinsipnya proses triase adalah untuk
mengidentifikasi pasien yang memerlukan intervensi
medis segera, pasien yang dapat menunggu, atau pasien
yang mungkin perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan tertentu
berdasarkan kondisi klinis pasien.
 Triase dilakukan di pintu masuk pasien yaitu di IGD dan
rawat jalan.
Zona Zona non  Tindakan yang dilakukan pada triase IGD khusus COVID-
COVID-19 COVID-19 19 selain untuk penanganan kegawatdaruratan pasien
adalah untuk menentukan derajat infeksi COVID-19 yang
dideritanya, melalui anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik
maupun pemeriksaan penunjang pasien, sesuai Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian COVID-19.
 Tindakan triase rawat jalan khusus COVID-19 dilakukan
untuk menentukan derajat infeksi COVID-19 yang
dideritanya, melalui anamnesis lengkap dan pemeriksaan
fisik maupun pemeriksaan penunjang pasien, sesuai tata
PENGATURAN ALUR LAYANAN
Zona COVID-19

Merupakan area/ruangan yg tingkat risiko terjadinya penularan COVID-19 tinggi karena


berhubungan scr langsung maupun tdk langsung dng pelayanan pasien COVID-19.
Zona ini diperuntukan bagi pasien kontak erat, suspek, probable & konfirmasi COVID-19.
Yang termasuk dalam zona COVID-19 meliputi:
Zona COVID-19

 Area pelayanan khusus COVID-19


 Area penunjang khusus COVID-19

Opsinya seandainya ada keterbatasan adalah :


 Dalam satu instalasi yg perlu dipisahkan antara zona non COVID-19 & zona COVID-19 dpt dibatasi
dng pembatas sementara atau permanen yg ditandai dng penanda (sign) khusus yg jelas &
menganut sistem jalur satu arah.
PENGATURAN ALUR LAYANAN
Zona COVID-19
Zona COVID-19

 Bagi Rumah Sakit yang mempunyai jumlah SDM memadai dapat dibagi menjadi petugas di
Zona Pelayanan COVID-19 dan Non COVID-19. Bagi Rumah Sakit yg tdk memiliki SDM yg cukup
dpt membuat jadwal / pembagian jam shift layanan maupun hari layanan antara layanan biasa
maupun layanan khusus COVID-19.

 Bilaketersediaan ruangan tdk memungkinkan sama sekali utk pemisahan zona, maka utk
mengurangi risiko penyebaran COVID-19 dpt dilakukan dlm bentuk pengaturan jadwal
pelayanan, pembagian jam shift layanan ataupun hari layanan yg diikuti dng tindakan
dekontaminasi & sterilisasi baik ruangan maupun alat kesehatan setelah pemberian pelayanan
kpd pasien COVID-19 sesuai aturan yg berlaku.
PENGATURAN ALUR LAYANAN
Zona Non-COVID-19

Merupakan area/ruangan yg tingkat risiko terjadinya penularan COVID-19 rendah krn tdk
berhubungan langsung dng pelayanan pasien COVID-19.
Yang termasuk dlm zona non COVID-19 meliputi:
 AreaZona
Administrasi:
COVID-19 ruangan manajemen Rumah Sakit, ruang pertemuan, ruang pendaftaran,
gudang logistik, ruang rekam medik, administrasi dll.
 Area Pelayanan : area rawat jalan dan IGD non COVID-19, instalasi rawat inap non COVID-19,
area rawat intensif (ICU/HCU) non COVID-19, area ruang bersalin non COVID-19, Ruang
Operasi non COVID-19,
 Area penunjang : area laboratorium non COVID, area radiologi non COVID-19, area bagian
gizi non COVID-19, laundri, area farmasi dan layanan non COVID-19 lainnya.
Zona Paparan Primer/ Paparan Tinggi
1. Perawatan Isolasi (Isolation Room)
a. udara masuk dengan Open CirculationSystem
b. udara keluar melalui Vaccum Luminar Air Suction System
c. Air Sterilizer System dengan Burning & Filter
e. Modular minimal = 3 x 3 m2

Zona Paparan Sekunder / Paparan Sedang


1. Ruang Kamar Mandi / WC Perawatan Isolasi (Isolation Rest Room)
a. udara masuk dengan Open Circulation System
b. udara keluar melalui Vaccum Luminar Air Suction System
c. Modular minimal = 1,50 x 2,50 m2
2. Ruang Bersih Dalam (Ante Room / Foyer Air Lock)
a. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
b. Pengkondisian udara keluar ke arah inlet saluran buang ruang rawat isolasi
c. Modular minimal = 3 x 2,50 m2

Zona Paparan Tersier / Paparan Rendah / Tidak Terpapar


1. Area Sirkulasi(Circulation Corridor)
a. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar dengan sistem exhauster
d. Modular minimal lebar = 2,40 m
2. Ruang Stasi Perawat (Nurse Station)
a. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System

c. Pengkondisian udara keluar dengan sistem exhauster


d. Modular minimal = 2 x 1,5 m2 / petugas (termasuk alat)
Tata Udara Pada Kelas N (Tekanan Negatif)

Untuk menciptakan ruangan


isolasi tekanan negatif harus
mengikuti parameter :
Suhu dan Kelembaban,
Aliran Udara,
Tekanan udara,
Ventilasi Udara,
Kualitas Udara sekitar ,
Jalur Penyebaran Infeksi,
Kontaminasi partikel dan
mikroba.
Alur APD dan Sampah Infeksius

Sampah
Infeksius

Single use:
Re use : Re use :
Nurse Cap, Hazmat,
Face Shield, Google, Gaun, Sprei, Sarung
Apron, Hands scoen Plastik, Kertas, Tisu dll
Sepatu boots Bantal, Selimut
steril & non steril (Plastik kuning)
(Plastik kuning) (Plastik kuning)
(Plastik kuning)

CSSD LAUNDRY KESLING


Alur Desinfektan

Alur
Desinfektan

Pasien Pulang atau Kamar mandi disemprot


meninggal Desinfektan setiap Shift

Tempat tidur di semprot


Desinfektan
KRITERIA PASIEN
PASIEN RAWAT JALAN ODP PASIEN RAWAT INAP
a. ODP usia ≥60 (enam puluh) tahun dengan atau tanpa
komorbid/penyakit penyerta.
Pasien ODP/PDP dengan atau tanpa
komorbid/penyakit penyerta
01 b. ODP usia kurang dari 60 (enam puluh) tahun dengan

Dengan melampirkan bukti pemeriksaan


01 komorbid/penyakit penyerta.

laboratorium darah rutin dan X-ray foto


thorax. PDP dengan atau tanpa komorbid/penyakit
02 penyerta

Option B

Pasien konfirmasi COVID-19 dengan atau tanpa


03 komorbid/penyakit penyerta.
Pasien konfirmasi COVID-19 dengan atau
tanpa komorbid/penyakit penyerta Pasien dengan kondisi tertentu
Dengan melampirkan bukti hasil pemeriksaan 02 04 a. PDP/pasien konfirmasi dengan komplikasi
laboratorium RT-PCR dari Rumah Sakit atau b. ODP/PDP/pasien konfirmasi dengan Co-insidens
dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya. Dibuktikan dengan diagnosis klinis (pemeriksaan fisik,
dan/atau pemeriksaan penunjang). Setelah masuk rumah
sakit, pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium
RT-PCR/Rapid Test dilakukan dalam 1 x 24 jam. Selanjutnya
pada masa perawatan dibuktikan dengan hasil pemeriksaan
laboratorium RT-PCR positif atau Rapid Test reaktif.
Apa nilai CT Potongan cDNA hasil perlekatan
primer, akan mengalami penggandaan
itu?
(amplifikasi) secara eksponensial.

Jumlah dari berapa kali terjadi


amplifikasi ini disebut Cycles Times
(CT) atau Cycle Number.

Nilai CT TIDAK secara langsung


menunjukkan JUMLAH VIRUS, hanya
secara relatif menunjukkan seberapa
banyaknya virus covid pada sampel
yang diperiksa.
Setiap kali terjadi amplifikasi dan menghasilkan potongan baru, Semakin tinggi nilai ct, semakin sedikit
probe kembali melekat dan memancarkan flouerensi. virus covid pada sampel
Sensor terus menangkap dan menghitungnya. Terhitunglah nilai CT-
nya, sampai melewati suatu ambang batas.
https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/real-time-polymerase-chain-reaction
Kok bisa
menyebut
positif?

Setiap terjadi penggandaan, jumlah cDNA


berlipat, nilai ct bertambah.
Sampai dapat terjadi, jumlah penggandaan
melewati ambang batas tertentu.
Saat itu, nilai ct juga mencapai angka tertentu.
Bila hasil amplifikasi bisa melewati ambang,
berarti ada RNA virus covid dalam jumlah yang
cDNA
cukup pada sampel. Disebutlah POSITIF.
Kemudian dicatat juga bahwa ambang batas
terlewati pada nilai ct tertentu.

https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/real-time-polymerase-chain-reaction
Kok bisa
menyebut
negatif?

Bila sejak awal memang tidak ada RNA covid,


maka tidak terbentuk cDNA Covid.
Walau sudah digandakan berapa kali pun,
tetap saja tidak ada hasilnya, tidak bisa melewati
ambang batas.
Maka disebut hasilnya NEGATIF
cDNA

https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/real-time-polymerase-chain-reaction
Gejala? Dimana? Cek PCR? Sampai kapan? Yakin
aman?
10 hari tanpa gejala SELESAI

10 sejak timbul gejala + 3 SELESAI


hari bebas gejala

10 sejak timbul gejala + 3 SELESAI


hari bebas gejala

1x PCR negatif + minimal Lanjut Isolasi Mandiri


3 hari bebas gejala 7 hari

SEBELUMNYAPedoman
SEKARANG : Selesai isolasi apabila
Kemenkes (13hasil
Julipemeriksaan
2020) : Rekomendasi WHO 26 Mei 2020 (penjelasan Risiko
Real
1. Time-Polymerase
Tanpa Chain Reaction
gejala: isolasi mandiri sampai (RT-PCR)
10 hari dua kali pada 17 Juni 2020) dalam hal keterbatasan
berturut-turut (jeda minimal 24 jam) menunjukkan hasil
2. Ringan-sedang: minimal 10 hari sejak timbul gejala + 3
negatif (sampai Pedoman Edisi ke 4).
kapasitas pemeriksaan PCR atau waktu tunggu minimal
hari bebas gejala terlalu lama. Bila memungkinkan, tetap lebih
Tanpa Evaluasi PCR
3. Berat/kritis: 1x PCR negatif + minimal 3 hari bebas gejala baik dengan evaluasi pemeriksaan PCR
METODE PEMBAYARAN
Pelayanan yg diberikan & maksimal lama perawatan ditentukan dng menggunakan tarif INA-CBG & tarif per
hari (cost per day) yg efektif & efisien

NORMA TARIF
Perhitungan Tarif Rawat Jalan Perhitungan Tarif Rawat Inap
Menggunakan Tarif INA-CBG, dng ketentuan :
Tarif Klaim Pasien = a+ ((n.b)-a)-c
a. Rumah sakit dpt mengajukan penggantian
biaya pelayanan COVID-19 berupa jaminan
pelayanan COVID-19 utk pelayanan rajal. Tarif klaim pasien adalah tarif INA-CBG ditambah jumlah LOS (Length of Stay) pasien
b. Besaran jaminan pelayanan COVID-19 utk dikalikan cost per hari
pelayanan rawat jalan sesuai dng tarif INA- a = Tarif INA-CBG
CBG rajal rumah sakit kelas A regional 1 n = Jumlah LOS
c. Rumah sakit yg memberikan pelayanan b = Tarif per Hari (Cost per Day)
rajal tdk sesuai tata kelola pelayanan, c = APD & obat-obatan dari bantuan (bantuan pemerintah melalui APBN akan
maka tdk akan diberikan penggantian menjadi pengurang dari besaran klaim yg diajukan rumah sakit)
biaya pelayanan COVID-19.
pengurang layanan penunjang
untuk perhitungan tarif rawat
inap belum diberlakukan
Pemulasaran Administrasi Pelayanan &
jenazah (kantong Pelayanan
jenazah, peti perawatan di
jenazah, IGD, ruang
transportasi & isolasi, ruang
penguburan ICU & jasa
dokter
KOMPONEN
YG DAPAT
DIKLAIM
Pemeriksaan
penunjang
diagnostik (lab Rujukan
& radiologi Obat,
sesuai indikasi
alkes
dan BHP
TARIF PER HARI (COST PER DAY)
NO KRITERIA TARIF PER HARI TARIF PENGURANG:

ODP/PDP/KONFIRMASI TANPA KOMORBID DAN/ATAU KOMPLIKASI


APD HARGA
1 ICU dengan ventilator 15.500.000
Alat Pelindung Diri (APD) Rp. 400.000/satuan
2 ICU tanpa ventilator 12.000.000
3 Isolasi tekanan negatif dengan ventilator 10.500.000
No. OBAT HARGA
4 Isolasi tekanan negatif tanpa ventilator 7.500.000
Rp.
5 Isolasi non tekanan negatif dengan ventilator 10.500.000 1 Azitromisin tab sal selaput 500 mg 1.778/tablet

6 Isolasi non tekanan negatif tanpa ventilator 7.500.000 2 Azitromisin serb inj 500 mg Rp. 110.000/vial
ODP/PDP/KONFIRMASI DENGAN KOMORBID DAN/ATAU KOMPLIKASI Rp.
3 Levofloksasin inf 5 mg/ml 19.206/vial
1 ICU dengan ventilator 16.500.000 Rp.
4 Levofloksasin tab sal selaput 500 mg 528/tablet
2 ICU tanpa ventilator 12.500.000
5 Klorokuin tab 250 mg Rp. 850/tablet
3 Isolasi tekanan negatif dengan ventilator 14.500.000
6 Oseltamivir 75 mg Rp. 10.010/kapsul
4 Isolasi tekanan negatif tanpa ventilator 9.500.000
5 Isolasi non tekanan negatif dengan ventilator 14.500.000
6 Isolasi non tekanan negatif tanpa ventilator 9.500.000 Faktor Pengurang hanya Faktor pengurang untuk co-
untuk APD dan Obat, tdk insiden juga belum
termasuk layanan penunjang diberlakukan
 Cost per day untuk rumah sakit rumah sakit lapangan/darurat adalah 60% dari cost per day.
NORMA TARIF
 Rumah sakit yg merujuk pasien COVID-19 ke rumah sakit rujukan & rumah sakit lain yg memiliki fasilitas utk melakukan penatalaksanaan & pelayanan
Covid-19, maka diberlakukan norma pembayaran sbb:

TARIF UNTUK RUJUKAN

a. a.Merawat ≤ 6 jam, dibayar tarif INA-CBG rawat jalan.

NO KRITERIA BESARAN
a.Merawat > 6 jam-2 hari, dibayar 70 % dari tarif klaim.
b. 1. Pemulasaraan Jenazah 550,000
b.Merawat > 2-5 hari, dibayar 80 % dari tarif klaim.
2. Kantong Jenazah 100,000
3. Peti Jenazah 1,750,000
c. a.Merawat > 2-5 hari, dibayar 80 % dari tarif klaim.
4. Plastik Erat 260,000
5. Desinfektan Jenazah 100,000
6. Transport mobil jenazah 500,000
d. a.Merawat > 5 hari, dibayar 100% dari tarif klaim.
7. Desinfektan mobil jenazah 100,000

a.Bila pasien PDP/konfirmasi Covid-19 datang ke rumah sakit dng kondisi berat, kemudian pasien tsb
e. meninggal, maka dibayar 100% dari tarif klaim. Dibuktikan dng resume medis yg telah dilakukan tindakan
resusitasi.
NORMA TARIF PASIEN DENGAN KONDISI TERTENTU

PASIEN PASIEN PASIEN


DENGAN DENGAN DENGAN CO-
KOMORBID KOMPLIKASI INSIDENS

Penggantian biaya pelayanan utk perawatan lanjutan terkait komorbid/penyakit penyerta & komplikasi,
serta penggantian biaya pelayanan co-insidens, utk pasien yg mulai dirawat sejak tgl 28 Januari 2020 s/d
14 Agustus 2020 dibebankan pd jaminan COVID-19.
LANGKAH ANTISIPATIF YANG DISIAPKAN

•Optimalisasi tempat tidur milik RSUD dan RS swasta. •Penambahan 740 tempat tidur baru untuk di
ruang ICU dan isolasi di RS vertikal Kemenkes.

dalam waktu dekat, sebesar 30% sd 40% dari kapasitas •Penataan kembali sistem rujukan pelayanan
yang ada. kesehatan COVID-19

Penambahan tempat tidur khusus COVID-19 di RS non •Penguatan implementasi protokol tata laksana
RSUD COVID-19 di fasyankes

Skenario lain :
Penambahan RS rujukan baru • Mengubah ruang perawatan umum menjadi
ruang perawatan COVID-19
• Mendirikan tenda darurat di RS untuk perawatan
pasien COVID-19
Penambahan tenaga Kesehatan kurang lebih 7.901 dari • Mendirikan RS lapangan/ darurat COVID-19 di
141 fasilitas Kesehatan, paling daerah
MENTERI
KESEHATAN

Surveilans
Penurunan terintegrasi Kolaborasi
Koordinasi penelitian
faktor risiko dan sharing
informasi

MEKANISME KOORDINASI LINTAS SEKTOR

Koordinasi, sinergi, kolaborasi, dan dukungan masyarakat menentukan


kesuksesan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi emerging
Apakah segera merubah
RBA/Rencana anggaran tahun
2021 dalam konteks
memperkuat business
continuity? dan apakah akan
merubah rencana strategis
bisnis RS utk menyesuaikan dng
situasi COVID-19 menuju the
01 new normal ?

Perubahan yg sedemikian cepat 02


dimasa pandemi COVID19
menuntut respon yg cepat dari
manager puncak mengenai arah
kelangsungan usaha RS agar tidak
Perubahan yg cepat
kolaps ditengah pendemi. memerlukan respon
yg cepat pula
Rumah Sakit Merespon Tatanan Kehidupan Baru
(New Normal)

01 02 03 04
Perlu strategi Mengidentifikasi Menjadwal
Penataan yg tepat layanan yg ulang
ulang menguntungkan
pembayaran
Pelayanan 06
pd pihak
Rumah ketiga
sakit Pemanfaatan
TIK untuk 05
sosialisasi &
Menghitung ulang
promosi pembiayaan yg
membebani
Learning Process Yang Dapat Dijalankan Oleh RS Untuk Dapat
Bertahan Dimasa COVID-19 Menuju New Normal

Identifikasi Mensintesis Melakukan Mereview Mengkomunikasikan


masalah hasil inovasi rencana- perubahan RAB &
pembelajaran rencana rencana strategi
perorangan
STRATEGI PENGENDALIAN

Test Memakai
masker
VAKSINASI
Pemerintah Masyarakat
(3T) (3M)
Treat Trace Menjaga Mencuci
jarak tangan
STRATEGI PENGENDALIAN

Test Memakai
masker
VAKSINASI
Pemerintah Masyarakat
(3T) (3M)
Treat Trace Menjaga Mencuci
jarak tangan
Thank you
Dr. drg. Rossi Suparman, M.Kes.,
M.H.

Anda mungkin juga menyukai