Anda di halaman 1dari 51

KEBIJAKAN NASIONAL

PENYELENGARAAN KEKARANTINAAN KESEHATAN


&
IMPLEMENTASI IHR (2005)

KASUBDIT KEKARANTINAAN KESEHATAN


DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
LETAK GEOGRAFIS INDONESIA
Secara geografis Indonesia
berbatasan dengan 10
negara tetangga, darat
berbatasan dengan 3
negara (Malaysia, PNG,
Timor Leste), laut
berbatasan dengan 10
negara (India, Thailand,
Malaysia, Singapura,
Vietnam, Filipina, Palau,
PNG, Timor Leste dan
Australia), perbatasan
darat tersebar di 3 Pulau
(Papua, Timor dan
Kalimantan).
ARUS PERDAGANGAN DI ASIA TIMUR – EFEK CHINDIA
Vigorous trade flows in East Asia, anchored by China and Japan

3
ALUR PERPINDAHAN PENDUDUK

Major Migration Flows: 1960-75 Major Migration Flows: 1990s

4 x increase in volume as compared to 1960-75


Source: Population Action International 1994 1 Source: Populati on Acti on Int ernati onal 1994 2

Pada 2006: Jumlah penumpang pesawat sebanyak 2 Milyar orang


A Health Threat Anywhere is
a Health Threat Everywhere

• Source: The Lancet 380:9857, 1-7 Dec 2012, pp. 1946-55. www.sciencedirect.com/science/article/pii/S01406736126115
Global Emerging Diseases

ZIKA
1 Febr 2016
Wild Poliovirus*, 04 May 2004 to 03 May 2005
AFGAN

EGYPT SAUDI ARABIA


(Nov & Dec 04) PAKISTAN
INDIA
MALI NIGER
CHAD
YEMEN (11April 05)
SUDAN
GUINEA NIGERIA

PANTAI GADING BENIN


BUKINA

INDONESIA
(13April 05)

Wild virus type 1


Wild virus type 3
Wild virus type 1 & 3

Endemic countries *Excludes viruses detected from environmental Data in WHO HQ as of 03 May 2005
surveillance and vaccine derived polio viruses.
Re-established transmission countries
Case or outbreak following importation
PUBLIC HEALTH THREATS
DASAR HUKUM
a. UU No 1 Tahun 1962 tentang Karantina Udara : Bab III Pasal 18,
("International Sanitary Regulations 1951“ IHR 1969  IHR 2005)
b. UU No 2 Tahun 1962 tentang Karantina Laut : Penjelasan Pasal demi Pasal
– Pasal 3, ("International Sanitary Regulations 1951“ IHR 1969  IHR
2005)
c. UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular: Pasal 5 Upaya
penanggulangan wabah
d. UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
e. PP No 40 Tahun 1990 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular:
Pasal 7; 8; dan 9: PJ Penanggulangan Wabah
f. Peraturan Menteri Kesehatan di bidang Penanggulangan dan
Pemberantasan Penyakit .
LATAR BELAKANG
 Indonesia negara kepulauan (17.504 pulau) memiliki posisi sangat strategis (jalur lalu-lintas &
perdagangan Internasional) & banyak pintu masuk ke wilayah Indonesia
 peluang, tetapi faktor risiko terjadinya penyebaran penyakit & gangguan kesehatan
 Globalisasi melancarkan perjalanan penyakit antar negara

 peningkatan frekuensi dan jumlah perjalanan antar negara.


 Risiko masuk-keluar penyakit menular (new emerging infectious diseases, emerging infectious
diseases, re-emerging infectious diseases )
 menjadi lebih besar
 Pelaksanakan amanat International Health Regulation (IHR) 2005
 diperlukan perumusan kebijakan teknis, prosedur & pedoman peningkatan
pelaksanaan tindakan kekarantinaan di pintu masuk negara & wilayah
 Upaya penanggulangan kondisi PHEIC harus dalam kendali kuat dari pemerintah

 (koordinasi dan kerjasama) berbagai pihak terkait di seluruh tingkat administrasi dan
di tingkat internasional
New Emerging, Re-Emerging Infectious Diseases
 Lebih dari 1.100 epidemik terjadi dalam 5 th terakhir
 Sejak dekade 70an, ≥ 1 penyakit baru teridentifikasi setiap
tahunnya
 Lebih dari 40 penyakit baru, tidak pernah diketahui pada 20 tahun
yang lalu
 Kecepatan bertumbuh (emerging) semakin cepat & luas dlm
dekade terakhir
 Wabah dan epidemi di suatu tempat hanya berbeda sdkt
waktunya dengan tempat lain

Courtesy: Prof. Adang bahctiar-UI


KEJADIAN DI DUNIA TERKAIT KESEHATAN: 1980-2009

DAMPAK KESEHATAN, EKONOMI DAN KEMANANAN


INTERNATIONAL HEALTH REGULATION (IHR)

• Kesepakatan global yang secara resmi mengikat, untuk melindungi kesehatan


masyarakat.
• Komitmen internasional sebagai tanggung jawab & upaya bersama dalam
mencegah penyebaran penyakit.
• IHR 1969 telah direvisi menjadi IHR 2005
International Health Regulations

Pergeseran paradigma

IHR 1969 IHR 2005

Pengawasan perbatasan  Penanggulangan pada sumber

Tiga penyakit (Kholera,Pes,Yellow Fever)  Semua jenis ancaman (PHEIC)

Tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya Respons yang disesuaikan


Ancaman Masalah Kesehatan Global
– Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Biological:
Infectious
Zoonotic
Chemical
Radio Nuklir
Keamanan Pangan
Konsep Pemahaman IHR (2005)
IHR (2005) merupakan jaringan sistem surveilans yang bersifat
antar negara, di dalamnya meliputi :
1.Detect and Response  komponen deteksi dini dan respon
cepat
2.National Surveillance System  dibangun pada sistem
surveilans nasional yang sudah ada (bukan sistem baru)
3.Unusual Event  yang ditangkap/dilaporkan bukan hanya
penyakit, tetapi juga kejadian yang berpotensi menimbulkan
PHEIC
4.Containment at Source  penanggulangan segera di tempat
kejadian/pemutusan rantai penularan
8
Kapasitas Inti Yang Disyaratkan
KAPASITAS IHR (2005)
INTI
• Kebijakan
dan KEJADIAN DI
Legislasi WILAYAH (3
• Koordinasi Level)
• Surveillanc • Nasional
e • Propinsi /
• Respon Kabupaten /
• +Kesiapsiaga Kota
BAHAYA • Puskesmas/
an
POTENSIAL
•• Komunikasi Masyarakat
Biological KEJADIAN
Risiko
• Infectiou DI
• SDMs PINTU
• Laboratoriu
• Zoonosis MASUK
m
• Food NEGARA /
safety POINT OF
• Chemical ENTRY (PoE)
• Radio
nuclear
Indonesia telah Implementasi Penuh IHR (2005) sejak tahun
2014

Pencapaian ini merupakan kerja bersama sejak IHR (2005)


diberlakukan (2007)

Indonesia dan Thailand di kawasan SEAR yang menyatakan


implementasi penuh IHR (2005)

Untuk terus mempertahankan dan meningkatkan pencapaian


ini sebagai bagian dari perlindungan Indonesia dan Dunia
terhadap risiko Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Public Health Emergency Of International Concern (PHEIC)
= Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKM-MD)

“ suatu peristiwa tidak lazim yang merupakan risiko


bagi kesehatan masyarakat negara lain melalui
penyebaran internasional dan memerlukan suatu
koordinasi respon internasional “

Peristiwa tidak lazim : “peristiwa - peristiwa lebih


luas diluar dari penyakit – penyakit menular yang
dapat timbul dari sumber atau asal apa saja”. Dan
menjadi perhatian internasional serta harus
dilaporkan kepada WHO
= Kejadian luar biasa yang berisiko mengancam
negara lain (ditetapkan oleh WHO setelah melalui
proses konsultasi), serta membutuhkan respon
internasional yang terkoordinasi. Negara anggota
19
diharapkan melaporkan setiap kejadian yang
kemungkinan menjadi PHEIC
PENETAPAN PHEIC

Adanya PHEIC ditetapkan oleh:


Direktur Jenderal WHO
berdasarkan informasi yang diterima dari
suatu negara dengan mempertimbangkan :
Saran komite kesehatan
Algoritma utk kejadian yang mungkin
PHEIC
Bukti ilmiah
Penilaian Risiko
KEDARURATAN KESEHATAN
MASYARAKAT (KKM)

Kejadian kesehatan masyarakat yang


bersifat luar biasa dengan ditandai
penyebaran penyakit menular dan /
atau kejadian yang disebabkan
kejadian oleh radiasi nuklir,
pencemaran biologi, dan kontaminasi
kimia (NUBIKA), dan pangan yang
menimbulkan bahaya kesehatan dan
berpotensi menyebar lintas wilayah
atau lintas negara.
1. Kontek nasional ( Indonesia )
a. KLB ( Kejadian Luar Biasa ) , ditetapkan oleh Bupati /walikota , dasar
penetapan ada aturannya UU no 4 th 1984 ttg Wabah peny. menular dan PP
40 th 1991 ttg Penanggulangan Wabah dan Peny. Menular
b. Wabah , ditetapkan oleh Menkes , dasar penetapan merupakan kebijakan
Menkes karena adanya ekskalasi dari suatu KLB

2. Kontek internasional :
a. PHEIC ( Public Health of International Concern ) adalah KLB yang
berpotensi menyebar lintas negara , penetapan oleh Dirjen WHO dasar
penetapan ada aturannya dalam IHR 2005
b. Pandemi , penetapan oleh Dirjen WHO dasar penetapan bila
penyebarannya sudah mencapai 2 regional WHO
ALUR PENILAIAN KEJADIAN BERPOTENSI
KEDARURATAN KESEHATAN
MASYARAKAT
Apakah ada dampak kesehatan Apakah memenuhi
masyarakat yang serius? Tidak kriteria KLB?

Ya Ya Tidak

Apakah memenuhi
Apakah sudah ada penularan ke Apakah sudah ada penularan ke
kriteria KLB? Tidak
luar wilayah kab/kota? luar wilayah kab/kota?

Ya Tidak Ya Tidak
Ya
Apakah ada kemungkinan
berdampak kepada aspek social
Ya dan ekonomi masyarakat ?

1. Kejadian berpotensi KKM


2. Kejadian harus dilaporkan ke Kemenkes BUKAN KKM
(melalui ditjen PP dan PL selaku IHR National Evaluasi kembali bila
focal point) Tidak ada informasi yang
3. Diaktifkan Rencana Operasional melaui Posko
KKM lebih lengkap
IMPLIKASI DARI PHEIC

Dampak negatif ekonomi yang hebat terhadap turisme,


perdagangan, dan perjalanan
Implikasi sosial, penderitaan manusia baik secara fisik
maupun psikologis.
Gangguan terhadap kehidupan normal.
Ancaman terhadap kesehatan dan sistim kesejahteraan
masyarakat.
IMPLIKASI ADANYA PHEIC....
Trends Penumpang di
Airport Hong Kong, Mar-Jun 2003
Screening of exit passengers WHO travel recommendations WHO travel recommendations removed
27 March 2 April 25 May

120000
SARS: an unknown coronavirus
102 165 • 8098 cases, 774 deaths, 26 countries affected
100000 • Trends in airline passenger movement drop
• Economic loss: US$ 60 billion
• For the first time WHO releases a global alert and
80000 recommends measures to limit the international
Number of passenger

spread of an emerging disease (i.e. Exit screening


for international travellers departing certain areas;
60000 Traveller to consider postponing all but essential
travel to certain areas)

40000
36 116

20000

14 670
13 May
0

6/2
6/5
6/8
5/21

5/27
5/30

6/14
6/17
5/24
5/18

6/11
5/6
5/9

5/15
5/3
4/3
4/6
4/9

4/15
4/18
4/21
4/24
4/27
4/30

5/12
3/16
3/19
3/22
3/25
3/28
3/31

4/12
Akibat adanya PHEIC....
Akibat adanya PHEIC....
Akibat adanya PHEIC
(sekitar 11.301 orang meninggal akibat ebola)
Akibat adanya PHEIC....
Akibat adanya PHEIC....
Kesiapan…?
PENCEGAHAN MASUK DAN
KELUARNYA PENYAKIT, PENYAKIT
POTENSIAL WABAH
Penyakit yang menjadi
To Prevent perhatian Internasional
(IHR-2005) – 13 penyakit Review
Existing,
Ident.
To Detect Penyakit Potensial Regulasi, Kebutuhan,
Wabah (SKDR) - 24 Mekanisme Penyesuaian
Penyakit Instrumen, dgn regulasi
dan SDM lainnya,
Lesson Learned
To Report Penyakit Prioritas implementasi di
Nasional (RPJMN) lapangan

Nuklir, Kimia,
To Response Pangan

Kapasitas
KONSEP KEKARANTINAAN
KESEHATAN
PINTU MASUK DAN WILAYAH TUJUAN
NKRI
• SDM KEKARANTINAAN KESEHATAN BEBAS DARI KKM
• PEMBIAYAAN (UPAYA CEGAH TANGKAL)
DAN TIDAK
• SARANA 1. DETEKSI DINI SURV. KES
MENYEBARKAN
PRASARANA 2. RESPON : TINDAKAN
PENYEHATAN,
PENGAWAS
AN FAKTOR KKM
• REGULASI PENGAMANAN DAN RISIKO

PENGENDALIAN
• NSPK (DERATISASI, DESINSEKSI,
• DUKUNGAN LAIN DESINFEKSI,
DEKONTAMINASI,
PELAYANAN
KESEHATAN
KEKARANTI  UU No.1/1962
PENGAMATAN MEDIA NAAN
LINGKUNGAN), tentang Karantina
PEMBATASAN SOSIAL, Laut dan UU
KARANTINA, ISOLASI, No.2/1962
KKM MD VAKSINASI / PROFILAKSIS, PENGENDAL
IAN FAKTOR
tentang Karantina
RUJUKAN DAN Udara
KKM :
RISIKO
LINGK.
DISEMINASI INFORMASI
 Permenkes
• PENYAKIT (NOTIFIKASI)
356/2008 
• FAKTOR RISIKO SASARAN/MEDIA : 2348/2011
• ORANG tentang OTK KKP
(BIOTERORISME • BARANG  IHR (2005)
DAN NUBIKA) • ALAT ANGKUT
RUANG LINGKUP DAN SASARAN KEKARANTINAAN
KESEHATAN
Ruang Lingkup Penyeleggaraan Kekarantinaan
Kesehatan meliputi :
• Kekarantinaan Kesehatan di Pintu Masuk
(Pelabuhan, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas
Darat Negara)
• Kekarantinaan Kesehatan di Wilayah

Kekarantinaan Kesehatan dilakukan melalui


kegiatan surveilans epidemiologi penyakit dan
faktor risiko kesehatan masyarakat serta respon,
dengan sasaran:
• Alat angkut (Kapal, Pesawat Udara dan
Kendaraan Darat)
• Orang
• Barang
• Lingkungan
KEBIJAKAN OPERASIONAL

a. Integrasi kegiatan dalam Kerangka Regulasi dan Kebijakan Nasional


b. Pendekatan lintas sektoral baik di pusat maupun di daerah.
c. Pengembangan kapasitas secara bertahap dan berjenjang
d. Membangun komitmen, tanggung jawab dan upaya bersama dalam
mencegah penyebaran penyakit.
e. Upaya pencegahan dalam rangka perlindungan Indonesia dan dunia dari
risiko Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Internasional
f. Penguatan pelaksanaan fungsi surveilans, laboratorium dan rujukan
secara berjenjang
g. Penguatan pencegahan, deteksi dan respond di wilayah dan pintu masuk
negara
ASAS DAN TUJUAN PENYELENGGARAAN
KEKARANTINAAN KESEHATAN

•ASAS :
Kekarantinaan Kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan
perikemanusiaan, manfaat, perlindungan, keadilan, non diskriminatif,
kepentingan umum, keterpaduan, kesadaran hukum, dan kedaulatan negara.

•TUJUAN :
a) melindungi masyarakat dari penyakit dan/atau Faktor Risiko Kesehatan
Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat;
b) mencegah dan menangkal penyakit dan/atau Faktor Risiko Kesehatan
Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat;
c) meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan masyarakat; dan
d) memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dan
petugas kesehatan.
PENCEGAHAN KELUAR MASUKNYA PENYAKIT
DI PINTU MASUK NEGARA
(Maximum protection, Minimum restriction)

• Orang Darat
Dari seluruh
• Barang Laut
dunia • Alat Angkut Biologi
Udara
Kimia
Pencegahan
Fisika
keluar masuknya Deteksi
penyakit di Pintu Kantor
Kesehatan Dini
Masuk Negara
dilakukan oleh 8 Pelabuhan (49)
KKP di 354 Kapasita
Pelabuhan, s
Pintu Masuk Negara :
Bandara dan Wilker 1. Pelabuhan laut
inti
PLBDN (305) 2. Bandara udara
3. Pos batas lintas
batas negara

RS RUJUKAN Karantina/Isolasi/Tindakan Lainnya


38

Mencegah kejadian luar biasa/wabah/kedaruratan kesehatan


yang meresahkan dunia
PENYELENGGARAAN KEKARANTINAAN KESEHATAN
di PINTU MASUK NEGARA

 Pengawasan di Pelabuhan Laut (kedatangan dan keberangkatan


kapal)
 Pengawasan di Bandar Udara (kedatangan dan keberangkatan
pesawat udara)
 Pengawasan di Pos Lintas Batas Darat Negara (kedatangan dan
keberangkatan kendaraan darat)
 Pengawasan Awak/Personel dan Penumpang
 Pengawasan Barang
 Sanksi Administratif
TINDAKAN KEKARANTINAN :
1) tindakan isolasi terhadap orang dan barang,
2) tindakan karantina terhadap orang, barang, alat angkut dan lingkungan,
3) tindakan vaksinasi terhadap orang dan barang,
4) tindakan deratisasi terhadap alat angkut dan lingkungan
5) tindakan desinseksi terhadap alat angkut, lingkungan dan media lingkungan
6) tindakan desinfeksi terhadap orang, barang, alat angkut, dan media
lingkungan
7) tindakan dekontaminasi terhadap orang, barang, alat angkut, dan media
lingkungan dan
8) tindakan kekarantinaan kesehatan lain berdasarkan situasi dan
kecenderungan epidemiologi
PENYELENGGARAAN
KEKARANTINAAN KESEHATAN DI WILAYAH

 Dalam rangka melakukan tindakan mitigasi faktor risiko di wilayah pada situasi Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat dapat dilakukan karantina rumah, karantina wilayah, karantina rumah
sakit, dan pembatasan sosial berskala besar oleh pejabat karantina kesehatan.
 Karantina wilayah dan pembatasan sosial berskala besar ditetapkan oleh Menteri.
 Kekarantinaan Kesehatan di Wilayah harus didasarkan pada pertimbangan epidemiologis,
besarnya ancaman, efektifitas, dukungan sumber daya, teknis operasional, pertimbangan
ekonomi, sosial, budaya dan keamanan.
 Karantina Rumah  Berdasarkan Pertimbangan Epidemiologis
 Karantina Wilayah  Berdasarkan Pertimbangan Laboratorium
 Karantina Rumah Sakit
 Pembatasan Sosial Skala Besar  Penutupan Sekolah, Pasar dll
 Risiko pembatasan ditanggung oleh pemerintah
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
DAN PEMERINTAH DAERAH

Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab melindungi


kesehatan masyarakat dari penyakit dan/atau Faktor Risiko Kesehatan
Masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan
masyarakat melalui penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan.
Pemerintah bertanggung jawab menyelenggarakan Kekarantinaan Kesehatan
di Pintu Masuk dan di wilayah secara terpadu dengan melibatkan Pemerintah
Daerah.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap
ketersediaan sumber daya yang diperlukan dalam penyelenggaraan
kekarantinaan kesehatan.
DUKUNGAN & KEGIATAN DI
DAERAH
 Adanya dukungan legislasi dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
 Adanya Forum dan mekanisme koordinasi
 Adanya Pelaksanaan dan penguatan fungsi:
• Kesiapsiagaan : Penyusunan rencana kontijensi KKM
• Deteksi: Surveilans - Penguatan Sistem Kewaspadaan Dini dan Response serta
dukungan laboratorium
• Response: Koordinasi, penanggulangan, rujukan, komunikasi risiko, sumber daya

KEGIATAN :
1. Mapping dan Penilaian potensi KKM diwilayah kerja
2. Rencana kontijensi
• Penyusunan
• Uji rencana (Table top dan atau lapangan)
3. Pengembangan kapasitas
4. Tim Gerak Cepat
5. Koordinasi
6. Dukungan lainnya
SISTEM SURVEILANS KESEHATAN
Kesiapan Menghadapi KKM Potensial Wabah

Kementerian Verifikasi/Analisis
Kesehatan
lik
pan Ba
Lap.Rutin Um
Laporan KLB
<24 Jam Dinas Kesehatan Verifikasi/Analisis Kebijakan/
Provinsi Situasi Kes Tindakan/
KLB Penanggulangan
alik
m pan B Wabah
Lap.Rutin U
Diseminasi
Dinas Kesehatan Verifikasi/Analisis Informasi ke LS & Masy
Kab/Kota
k
Bali
pa n
Um
Lap.Rutin
Verifikasi/Analisis Kebijakan/
Puskesmas Tindakan
B alik
pan
Lap.Rutin Um

KKP Poskesdes
Posyandu
Sistem surveilans yang ada
menjamin deteksi dini & respon
Laporan/ cepat dalam menyikapi
Rumor peningkatan kejadian penyakit
44
menular & keracunan pangan
Masyarakat
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DASAR DAN RUJUKAN
Kesiapan Menghadapi KKM Potensial Wabah

RS RUJUKAN NASIONAL (1)


Pelayanan Upaya
kesehatan & sistem Kesehatan
rujukan
komprehensif & RS PROVINSI (14) & Perorangan
RUJUKAN REGIONAL (110)
terjangkau telah (UKP)
tersedia untuk
JKN :
menghadapi
penyakit
Pola INA
RS KAB/KOTA (561) CBG

Pintu Masuk Negara PUSKESMAS (9.729) Upaya


KKP & WILKER Kesehatan
(355) Masyarakat &
PUSTU (1.450) UKP
JKN :
Pola
Kapitasi
45
POLINDES/POSKESDES (17.605)
SISTEM PELAYANAN LABORATORIUM
Kesiapan Menghadapi KKM Potensial Wabah
Konfirmasi
LAB. RUJUKAN NASIONAL (1) diagnosis utk
tindak lanjut
Pintu Masuk Negara
KKP & WILKER
LAB. RUJUKAN REGIONAL (8)
(355)

BALAI LAB. KES . PROVINSI


LAB. RS PROVINSI (34)
(34)

Sistem rujukan LAB. RS KAB/KOTA


laboratorium
komprehensif &
terjangkau Telah Langkah
tersedia untuk LAB. PUSKESMAS kesiapsiagaan
menghadapi
peningkatan
penyakit
MASYARAKAT
SISTEM DETEKSI DINI FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN UNTUK
MENCEGAH MASALAH KESEHATAN
Kesiapan Menghadapi KKM Potensial Wabah

Deteksi
10 Regional : Dini
1.Sumatera Bag. Utara Faktor
2.Sumatera Bag. Selatan risiko
3.Sumatera Bag. Tengah Balai Besar/Balai
lingkungan
4.Jawa Bag. Barat & Kalbar Teknik Kesehatan
5.Jateng& DIY Lingkungan &
6.Jatim & Nusa Tenggara Pengendalian
7.Kalimantan Penyakit (10)
8.Sulawesi Bag. Selatan Deteksi dini FR
9.Sulawesi Bag. Utara lingkungan dapat
mencegah
10.Maluku & Papua masalah
kesehatan &
Pem. Kab/Kota memperkuat
Pem. Pusat Pem.
Provinsi sistem keamanan
nasional

Pengendalian faktor risiko lingkungan yang berdampak masalah kesehatan

Mencegah masalah kesehatan akibat faktor risiko lingkungan


Selalu

Waspada !
Detect

Respon !

Lapor !
KORDINASI !!!
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai