Anda di halaman 1dari 16

ICRA TERAPI IV

Apa itu Terapi Intravena?

 Terapi intravena merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan


dengan cara memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan infus set yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh
(Tamsuri,2008)
Efek samping menggunakan intravena

 Infeksi pada area suntikan.


 Merusak pembuluh darah pada area suntikan.
 Emboli udara (terbentuknya gelembung udara pada jantung dan paru-paru yang dapat
menghambat aliran darah.
 Pembekuan darah.
INFEKSI AREA SUNTIKAN

terjadinya infeksi pada tempat


pemasangan dan risiko infeksi akan meningkat bila membran mukosa dan kulit
tidak utuh. Risiko infeksi menjadi sangat meningkat bila kontak dengan
mikroorganisme sehingga dapat menyebabkan penyakit. (Ditjen. Yanmed, 2007
;http://intermed.med.uottawa.ca/procedures/iv/ diunduh pada tanggal 11-Februari -2008)
Proses dalam pemberian terapi intravena yang tidak steril dapat menjadi penyebab terjadinya
infeksi, mulai dari prosedur pemasangan infus, proses pemberian terapi, hingga balutan yang
digunakan sebagai penutup insersi canul intravena
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Infeksi

 Resevoir
 Pathogen
 Host
 Portal of entry and exit
 Transmisi
Tindakan untuk mencegah terjadinya infeksi
pada terapi iv

 Cuci tangan sebelum tindakan


 Pelaksanaan tehnik aseptik
 Dressing
 Penggantian set infus
Prosedur pelaksanaan

 TAHAP PERSIAPAN
 a.
 Persiapan Alat
 Alat-alat yang dibutuhkan adalah cairan infus yang diperlukan, infus set
 makro atau mikro sesuai kebutuhan, jarum infus (abbocath) sesuai ukuran,
 alkohol swab, transparant dressing (tegaderm), plester, gunting, tourniquet,
 hand scoen, dan standar infus untuk menggantung infus agar posisinya lebih
 tinggi dari jantung.

b.Persiapan Pasien
 Sebelum dilakukan pemasangan infus, pastikan kembali identitas pasien
 yang akan dipasang infus. Informed consent dan beri penjelasan pada pasien
 dan keluarga mengenai tindakan pemasangan infus yang akan dilakukan.
 Pasien diposisikan senyaman mungkin selama pemasangan infus.
b.Persiapan Pasien
 Sebelum dilakukan pemasangan infus, pastikan kembali identitas pasien
 yang akan dipasang infus. Informed consent dan beri penjelasan pada pasien
 dan keluarga mengenai tindakan pemasangan infus yang akan dilakukan.
 Pasien diposisikan senyaman mungkin selama pemasangan infus.
c. Persiapan Lingkungan
 Pencahayaan di sekitar tempat pemasangan infus harus memadai untuk
 mengurangi kejadian kegagalan pemasangan infus. Peralatan di lingkungan
 sekitar diposisikan agar tidak mengganggu proses pemasangan infus.
 Peralatan yang sudah disiapkan diletakkan pada posisi yang terjangkau.
d. Persiapan Petugas
 Petugas yang memasang infus harus petugas yang berkompeten dalam teknik
 pemasangan infus (dokter, perawat, bidan). Petugas harus sudah mengerti
 prosedur pemasangan infus sesuai pedoman dan mampu menjelaskan pada
 pasien dan keluarga. Petugas harus mencuci tangan sebelum dan sesudah
 pemasangan infus serta menggunakan APD yang sesuai (sarung tangan bersih)
Tahap pelaksanaan

Prosedur Pemasangan Infus

a. Petugas harus mencuci tangan sesuai pedoman kebersihan tangan.

b. Perlak dipasang di bawah anggota tubuh yang akan dipasang infus.

c. Cairan infus yang sudah terpasang infus set digantung pada standar infus.

d. Cairan dialirkan sampai ujung selang menetes dan tidak ada udara di

sepanjang selang infus.

e. Petugas memakai handscoen, mencari vena yang paling sesuai untuk

pemasangan infus, lalu membendung bagian atas vena yang dipilih kurang

ebih 10 cm.

f. Area vena didisinfeksi menggunakan alkohol swab 70% dengan gerakan

melingkar dari dalam ke luar membentuk diameter 3 cm.


g. Tusuk vena menggunakan jarum abbocath dengan posisi lubang menghadap
ke atas dan sudut 30 derajat. Bila jarum sudah masuk ke dalam vena, darah
akan keluar dan terlihat pada ujung abbocath. Mandrain dicabut sambil
menekan kulit di atas ujung jarum agar darah tidak menetes keluar, lalu
disambungkan dengan ujung selang infus.
h. Bila tetesan lancar, abbocath difiksasi dengan plester dan tegaderm,
kemudian tetesan infus disesuaikan dengan kebutuhan.
i. Bila tetesan tidak lancar, perbaiki posisi abbocath dan vena, abbocath harus
lebih rendah daripada cairan infus dan tidak terlipat.
j. Perhatikan tanda-tanda phlebitis pada tempat pemasangan infus. Bila ada
segera lepas dan pindahkan infusan ke vena yang lain.
k. Peralatan yang sudah digunakan dibersihkan dan dibuang ke tempat sampah
non-infeksius, kecuali yang terkena darah dibuang ke tempat sampah
nfeksius.
l. Petugas harus mencuci tangan setelah membuang sarung tangan ke tempat
sampah infeksius.
m. Catat waktu pemasangan infus dan ditempel pada infus agar memudahkan
penentuan waktu penggantian infus.
Kelancaran cairan dan jumlah cairan harus tepat sesuai dengan program
pengobatan. Bila terjadi hematom, bengkak, kemerahan dan nyeri pada tempat
pemasangan jarum, maka infus harus dihentikan dan dipindahkan pemasangan ke
bagian tubuh yang lain. Perhatikan reaksi selama 15 menit pertama, bila timbul reaksi
alergi (misalnya: menggigil, urtikaria atau syok) maka infus juga harus diperlambat
tetesannya jika perlu dihentikan, segera lapor ke penanggung jawab ruangan atau
dokter yang merawat
 TAHAP OBSERVASI DAN EVALUASI
 Observasi, monitoring dan evaluasi tempat penusukan (insersi) dan
 melaporkan abnormalitas adalah tugas perawat untuk mengatasi beberapa masalah
 selama pemberian terapi intravena. Salah satu masalah yang muncul dalam pemberian
 terapi adalah phlebitis. Untuk mengatasi phlebitis, perawat harus menilai dan
 mendeteksi adanya phlebitis. Dengan cara aseptic dressing, selain itu aseptic
 perawatan/ dressing bertujuan juga untuk mencegah terjadinya infeksi dari kuman
 Aseptik perawatan infus adalah perawatan pada tempat pemasangan infus
 terhadap tiap 48 jam sekali guna mendeteksi dan menilai tanda awal infeksi sehingga
infeksi kuman dapat dicegah dan diatasi secara
dini. Daerah insersi pada pemasangan infus merupakan jalan masuk kuman yang
potensial kedalam tubuh, dengan perawatan infus tiap 48 jam sekali dapat memutus
perkembangbiakan daripada kuman. infeksi bisa disebabkan karena timbulnya
kontaminasi mikroba melalui titik akses kesirkulasi dalam periode tertentu.
Sebelum melakukan tindakan aseptik perawatan infus, petugas harus
memberikan penjelasan dulu kepada pasien dan keluarga dan mendapatkan informed
consent. Petugas harus mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan dekat dengan
tempat tindakan untuk memudahkan petugas mengambil barang. Pencahayaan harus
baik agar petugas dapat melihat dengan jelas

Anda mungkin juga menyukai