Anda di halaman 1dari 46

Lost and Link

SOP Lost and Link

10 Oktober 2022
Lost and Link merupakan strategi
inovatif dan sistematis untuk
mendorong capaian 95 kedua yaitu
ODHIV yang mengetahui status HIV
dan telah mendapatkan terapi ARV
dapat bertahan dalam pengobatan
Konteks dan
Kebutuhan
Dasar Kebijakan terbaru:
Surat Edaran Dirjen P2P No. PR.01.05/I/1822/2019
tentang Akselerasi ART pada tahun 2019-2020
Dasar Kebijakan

Surat Edaran No. PR.01.05/I/1822/2019 Dirjen P2P Kemkes RI tentang


Akselerasi ART pada tahun 2019-2020 [Nomor 8C]
Lost and Link
• Definisi: Sebuah strategi untuk memastikan setiap pasien
yang tidak akses ke layanan PDP mendapatkan intervensi.
• Tujuan:​
1. Memastikan terdapat pertemuan rutin antara layanan dan
LSM terkait retensi pasien di tingkat Faskes
2. Memastikan setiap pasien yang tidak berkunjung ke
layanan ditelusuri
3. Memastikan terdapat pencatatan dan pelaporan yang
sistematis terkait penelusuran
4. Memperbaiki angka retensi perawatan dan pengobatan
HIV.
Terminologi
• Missed appointment (MA) adalah melewatkan jadwal
kunjungan pengambilan ARV sejak 1 hari s/d 28 hari sejak
kunjungan yang dijadwalkan. 
• Pra-LFU adalah keadaan dimana pasien tidak
mengunjungi layanan PDP 1-2 bulan sejak jadwal *Definisi LTFU berbeda
dengan yang selama ini
kunjungan pengambilan obat terakhir di layanan. diketahui, untuk
menyederhanakan istilah
pasien lost oleh karena di
• Lost to follow up (LTFU) adalah pasien yang tidak ARK menu Penelusuran,
mengunjungi layanan PDP 3 bulan atau lebih sejak analisa pasien alpa dan
LTFU tidak dibedakan.
kunjungan terakhir pengambilan obat terakhir di layanan. **Kategori pasien prioritas
digunakan hanya bila
• Pasien prioritas adalah pasien yang belum jumlah pasien yang harus
ditelusuri sangat banyak
inisiasi/memulai ART, pasien yang hasil VL terakhir tidak melebih kapasitas dan
kemampuan layanan dan
tersupresi, Ibu hamil dan anak-anak.** LSM.
Terminologi
• Petugas pendamping adalah petugas LSM dan/atau
kader Faskes yang berperan mendampingi pasien
dalam perawatan dan pengobatan yang sudah
disetujui oleh pasien dan layanan PDP.
• Petugas penelusur adalah petugas yang ditugaskan
oleh Faskes untuk melakukan penelusuran pasien,
dapat berasal dari LSM atau layanan.
• Pasien eligible atau memenuhi syarat untuk
ditelusur adalah pasien yang tercatat nomor telepon
ATAU alamat domisili lengkap di register pra-ART
dan ART.**Bila alamat domisili (Jabodetabek) tidak lengkap, sebaiknya kolom alamat di register dikosongkan
setelah petugas layanan memastikan tidak ada data alamat domisili di rekam medis pasien.
Komponen Strategi Lost and Link

SOP
Lost
SOP
Pertemuan
bulanan
and Penelusuran

Link
SOP Pertemuan Bulanan
LOST & LINK
Overview
• Penyelenggara utama adalah Faskes
• Tim Lost and Link:
– Tim PDP/POKJA HIV (PJ HIV, dokter, perawat, konselor,
dan RR)
– Petugas pendamping & penelusur LSM/Kader Faskes
• Bertujuan memberikan wadah diskusi antara Faskes
dan LSM terkait pasien yang tidak berkunjung
• Alat bantu utama:
– ARK
‐ Dashboard TnT dan Penelusuran
‐ List Penelusuran
– Pencatatan hasil penelusuran oleh LSM dan pelaporan ke
Faskes
• Dinkes Kab/Kota dapat terlibat sebagai pengawas
Prosedur
1.1 Persiapan
1. PJ HIV membuat jadwal pertemuan bulanan
setiap bulan yang bertempat di Faskes.
Koordinasi antara layanan PDP dan LSM dapat
dilakukan melalui grup WA Lost and Link.
2. PJ HIV membuat undangan dengan mengundang
Tim PDP, petugas pendamping dan petugas
penelusur, dan Dinkes kab/kota.
Prosedur
3. H-1 sebelum pertemuan bulanan berlangsung, * Saat ini, pencatatan
dan pelaporan agar
petugas RR menggunakan ARK untuk menu Penelusuran di
menghasilkan: ARK dapat digunakan,
sedang dalam proses
1. Daftar pasien yang belum inisiasi ART, pasien yang update data yang akan
melewatkan jadwal kunjungan, pasien LTFU selama 1- dibantu oleh tim M&E
2 tahun terakhir, melalui fitur List Penelusuran.* Epic dan Data Entry di
tingkat Faskes, sehingga
2. RR memastikan daftar pasien yang akan ditelusuri List Penelusuran yang
sudah sesuai dengan yang tercatat di rekam medis akan digunakan dalam
pasien dengan mencocokkan kelengkapan nomor beberapa pertemuan
pertama adalah List LFU
telepon dan alamat. yang sudah divalidasi
3. Dashboard Penelusuran dan Dashboard Test and oleh Dinkes Kab/Kota.
Treat melalui ARK dan diekspor ke PPT untuk
dipresentasikan saat pertemuan bulanan.
Prosedur
1.2 Pelaksanaan
1. Minimal peserta pertemuan bulanan Lost and Link
yang hadir adalah:
1. Petugas Layanan (PJ HIV dan RR)
2. Petugas Penelusur
2. Petugas penelusur memaparkan hasil penelusuran
3. PJ HIV memberikan paparan:
1. PPT Dashboard Test and Treat bulan sebelumnya
2. PPT Dashboard Penelusuran
Prosedur
4. RR memaparkan daftar pasien List Penelusuran
yang perlu ditelusuri
5. Peserta berdiskusi terkait kendala dan rencana
penelusuran
6. PJ HIV membagi daftar pasien untuk ditelusuri ke
petugas penelusur dengan mempertimbangkan
apakah pasien sudah pernah didampingi atau
belum.
Contoh DKI Jakarta:
Pertemuan Bulanan SeHATI di Layanan

Pertemuan Perdana di tingkat layanan melibatkan LSM pendamping dan telah dilakukan sosialisasi SOP Penelusuran dan SOP
Pertemuan bulanan disertai pembagian list pasien yang harus ditelusuri.
Adaptasi Pandemi:
Pertemuan Bulanan SeHATI secara Virtual

Sejak Maret 2020 pertemuan bulanan secara virtual dilakukan hingga sekarang
Peran JIP (Jaringan Indonesia Positif) dan
Female Plus.

• JIP berperan sebagai fasilitator dan jembatan


komunikasi antara Faskes dan petugas
penelusur LSM mitra saat pertemuan bulanan
SeHATI maupun koordinasi Whatsapp Group
SeHATI di setiap Faskes.
• Kerjasama Layanan Kesehatan dengan Female
Plus: PS (peer support/pendamping sebaya)
sebagai Tim Penelusuran & Monitoring Retensi
SOP Penelusuran Lost and Link
1. Sebelum Kunjungan
1. Petugas RR melihat daftar pasien yang akan
berkunjung 3 hari mendatang melalui ARK dan
menginformasikan daftar tersebut kepada
perawat atau konselor yang bertugas
menghubungi pasien
2. Perawat/Konselor menghubungi pasien melalui
pesan teks 3 hari sebelum tanggal pasien
berkunjung, untuk mengingatkan pasien agar
datang sesuai jadwal yang disepakati dan
membawa sisa obat ARV
– Pesan teks dipastikan tidak memuat informasi yang
dapat membuka status pasien
2. Setiap Kunjungan Pasien
1. Dokter/Perawat/Konselor:
1. Menghitung sisa obat ARV agar jadwal kunjungan
selanjutnya dapat disesuaikan dengan memastikan minimal
obat ARV tersisa untuk 2 hari dosis
2. Meminta nomor telepon dan alamat rumah pasien di setiap
kunjungan pasien ke layanan, dan pastikan nomor telepon
Keterangan:
aktif dengan missed call. Strategi di atas
3. Meminta persetujuan pendampingan dan penelusuran untuk antisipasi bila
pasien tersebut
kepada pasien baru dan pasien aktif atau yang datang melewatkan jadwal
berkunjung. (Lihat Draft formulir Persetujuan) kunjungan di waktu
mendatang.
2. RR memperbaharui inputan kelengkapan data telepon
dan alamat pasien di register ART dan mengisi jumlah
sisa obat di buku kunjungan tambahan di ARK.
• Lembar Persetujuan dapat
diadopsi dan diadaptasi sesuai
konteks layanan masing-
masing.
– Dapat digabungkan dengan
formulir informed consent yang
ada

• Lembar Persetujuan bertujuan


agar pasien mendapatkan
informasi terkait mekanisme
penelusuran yang akan
dilakukan oleh tim layanan
termasuk LSM bila pasien
melewatkan jadwal kunjungan
tanpa informasi.

Merujuk pada :
1. Surat Edaran No. PR.01.05/I/1822/2019 Dirjen P2P Kemkes RI tentang Akselerasi ART pada tahun 2019
2. Permenkes No 23 Tahun 2022 tentang Penanggulangan HIV, AIDS, dan IMS 🡪
3. Proses
Penelusuran

• Layanan pesan singkat 1x,


tunggu balasan pada hari itu.
SMS/Whatsapp • Pastikan nomor aktif.

• Bila SMS gagal, lanjut Telepon


maksimal keesokan harinya.
• Maksimal 3x di hari dan waktu
Telepon yang berbeda dalam waktu 3
hari.

• Maksimal 2x di hari dan


Kunjungan waktu yang berbeda
Catatan: • Petugas diberi waktu 3x24
Penelusuran dilakukan s/d tahap maksimal yaitu rumah jam hari kerja untuk
kunjungan rumah. Bila data kontak pasien hanya kunjungan
berupa nomor telpon, maka penelusuran maksimal
adalah melalui telpon.
4. Tata cara telepon dan kunjungan rumah bagi
petugas penelusur:
1.Pelajari data pasien
2.Selalu pastikan hanya membuka informasi kepada pasien, bukan
keluarga/tetangga/orang lain.
3.Petugas memperkenalkan diri sebagai petugas dari Puskesmas/RS,
tanpa bilang Poli HIV. (Faskes membuatkan surat tugas untuk LSM).
4.Pastikan meminta ijin kepada pasien sebelum berdiskusi terkait
pengobatan.
5.Berikan informasi:
1. Pasien melewatkan jadwal kunjungan
2. Tanyakan kendala pasien untuk berobat
3. Berikan informasi manfaat minum obat segera dan kepatuhan pengobatan
4. Tawarkan pendampingan untuk kembali mengakses layanan
5. Buat jadwal ke layanan maksimal dalam waktu 3 hari kerja
6. Menginformasikan terkait prosedur rujuk keluar bila pasien pindah layanan
pengobatan.
Contoh Surat Tugas LSM

Catatan:
•Surat tugas dapat digunakan
LSM untuk menunjukkan
bukti penugasannya sebagai
bagian dari tim PDP kepada
pasien.
•Surat tugas tidak memuat
informasi apapun tentang
HIV.
Siapa yang menelusuri?

• PJ HIV yang memegang


otoritas dalam menentukan
petugas penelusuran
Petugas Layanan PDP
• Petugas penelusur ditentukan
dengan mempertimbangkan
PJ HIV

petugas yang sedang/pernah


Petugas penelusur mendampingi pasien.
Kategori pasien yang ditelusuri
• Penelusuran dilakukan bagi pasien yang eligible yaitu tercatat
nomor telepon ATAU alamat domisili lengkap di register pra-
ART dan ART.
1. Bagi pasien yang belum inisiasi, penelusuran dimulai
segera mungkin. Dorong pasien memulai ART <7 hari
setelah diagnosis.
2. Pasien yang melewatkan jadwal kunjungan (MA/missed
appointments), penelusuran dimulai sejak hari ke-8
melewatkan kunjungan.
3. Pasien LTFU, pasien segera ditelusuri saat terdapat
namanya di list penelusuran.
Hasil Penelusuran
1. Tidak Ditemukan (HP Tidak aktif, pasien tidak
ditemukan di alamat domisili tercatat)
Tujuan dilakukan penelusuran
2. Ditemukan: bukan hanya membawa
a. Hidup (Penawaran Pendampingan): pasien Kembali ke pengobatan
ARV, tetapi mengidentifikasi
a. Bersedia kembali ke layanan dan terapi kembali
sejumlah pasien yang
b. Bersedia kembali tetapi tidak kunjung datang ke layanan meninggal, rujuk keluar,
c. Menolak/belum bersedia terapi kembali menolak dan tidak lagi bisa
ditemukan.
b. Meninggal
c. Sudah atau ingin pindah pengobatan di Faskes lain
Catatan! Petugas penelusur harus selalu menyertakan bukti penelusuran berupa pesan
teks/WA, foto bersama pasien, foto/share location lokasi/rumah yang dikunjungi, foto kartu
berobat ditempat lain, foto/salinan surat kematian 🡪 SEMUA HARUS DENGAN IJIN TANPA
MEMBUKA STATUS HIV PASIEN KEPADA ORANG LAIN
Tindak Lanjut Penelusuran *Surat Penolakan
disediakan oleh Faskes.
1. Pasien yang menolak/belum bersedia:
1. Tidak menjadi prioritas dilakukan penelusuran kembali bila sudah maksimal 2 kali ditelusuri
2. Bila menolak: dapat ditawarkan menandatangani surat penolakan* baik oleh petugas penelusur LSM ataupun
petugas Faskes, minimal setelah 2 kali ditelusuri dan diedukasi kembali manfaat pengobatan ARV.
3. Bila belum bersedia: diperlukan strategi khusus untuk mendorong pasien kembali ke layanan (cth. Petugas
penelusur dikembalikan ke petugas layanan untuk konseling dll

2. Bila pasien bersedia kembali, LSM mendorong pasien berkunjung ke layanan dalam 3x24 jam kerja
setelah pasien memberikan konfirmasi. Bila pasien tidak berhasil datang, lanjutkan ke tahapan
penelusuran selanjutnya (contoh. Telepon 🡪 Kunjungan Rumah).
– Petugas LSM perlu berkoordinasi dengan petugas layanan terkait rencana pasien berkunjung kembali untuk akses
ART di Faskes.

3. Pasien yang ditelusuri dan tidak ditemukan setelah upaya penelusuran maksimal dilakukan tidak lagi
ditelusuri dan akan tetap terdapat namanya di list penelusuran ARK dengan keterangan ‘tidak ditemukan’.

4. Pasien yang ditemukan pindah layanan atau ingin RK: petugas layanan melakukan prosedur rujuk keluar
secara administratif dan berkoordinasi dengan Faskes rujukan.

5. Pasien Inaktif: pasien yang ditelusuri maksimal 2 kali dengan hasil penelusuran terakhir adalah tidak
ditemukan dan bulan selanjutnya tidak ditelusuri, maka dinyatakan inaktif.
Proses Penelusuran

Kunjungan rumah dilakukan bila tahapan


menggunakan pesan teks dan panggilan
telepon tidak berhasil.
Dokumentasi kunjungan rumah beserta
hasilnya dilaporkan oleh petugas
penelusur ke petugas layanan PDP sebagai
bukti penelusuran.
Pencatatan dan Pelaporan
• Petugas penelusur:
– Mencatat hasil penelusuran di excel list penelusuran
melalui Lost and Link Database
– Segera melaporkan hasil penelusuran ke layanan dalam
waktu maksimal 1x24 jam hari kerja setelah ditelusuri

• Petugas RR Faskes:
– Segera mengisi hasil penelusuran dari petugas
penelusur maksimal 3x24 jam setelah mendapatkan
hasil
Menu Penelusuran di ARK
Kode Penelusuran
A0: Pasien Tidak Ditemukan
Setelah Dilakukan Penelusuran
A1: Pasien Belum
Bersedia/Menolak Terapi Kembali
Setelah Dilakukan Penelusuran
A2: Pasien Bersedia tetapi Tidak
Kunjung Datang ke Layanan
M1: Pasien diketahui Meninggal
Setelah Dilakukan Penelusuran
RK1: Pasien Rujuk Keluar Setelah
Dilakukan Penelusuran
T1: Pasien Terapi Kembali Setelah
Dilakukan Penelusuran
Utilisasi Lost and Link Database

Lost and Link database merupakan sistem pencatatan dan pelaporan hasil penelusuran secara cepat
dan terkoordinir oleh petugas penelusur yang dapat langsung dipantau oleh petugas layanan PDP
sehingga mempermudah proses pertukaran data penelusuran antara layanan PDP dan petugas
penelusur LSM mitra.
MANFAAT ARK DALAM
PENELUSURAN
3 MANFAAT ARK DALAM
PENELUSURAN

List Pasien Jadwal Analisa


Penelusuran Kunjungan Penelusuran

List Pasien Jadwal Kunjungan Analisa Penelusuran


Daftar pasien untuk ditelusur. Mencegah terjadinya alpa/LFU Evaluasi bulanan kegiatan
penelusuran.
Evaluasi semua Pasien yg
masuk perawatan.
Evaluasi status pasien setelah
ditelusur.

www.wordsoftheday.com | hello@wordoftheday.com | +017 637 5587 | my and your street 12345, my and your city, your country
List Pasien
Penelusur
an
Jadw
al
Kunju
ngan
Analisa
Penelusuran
2

7
10

3 2
14
1
*Syarat & ketentuan berlaku:

Disiplin input Di fasilitasi Jadwal Kunjungan


Adanya
di SIHA 1.7 Komputer yg List Penelusuran
Sumber data
& 2.1 memadai Analisa
EpiC is a global cooperative agreement dedicated to achieving and maintaining
HIV epidemic control. It is led by FHI 360 with core partners Right to Care,
Palladium, Population Services International (PSI), and Gobee Group.

Anda mungkin juga menyukai