Anda di halaman 1dari 24

Tatalaksana KFR pada Disfagia

Modul Semester III


Tujuan Penatalaksanaan KFR pada
Disfagia
Mencegah aspirasi
Memastikan intake nutrisi yang adekuat
Memastikan proses intake oral pada
tingkat keamanan yang optimal
Memperbaiki motor kontrol pada setiap
fase menelan melalui normalisasi tonus
dan fasilitasi gerakan
Terapi
Strategi langsung (direct strategies)
Stimulasi sensoris
Modulasi reflek menelan
Terapi latihan
Compensatory swallowing maneuvers
Strategi tidak langsung (indirect strategies)
Stimulasi kognitif
Modifikasi feeding
Stimulasi Sensoris
Banyak kontroversi, terutama pada efikasi
jangka panjang
1. Stimulasi dingin
 Kaca laring / batang besi dingin
ditekan/digesekkan pada faucial arch 5-
8 x → pasien diminta menelan
 Bagus pada kasus delayed initiation
pharyngeal swallow
2. Stimulasi tekanan dan taktil
 Penekanan sendok kosong atau tongue
depressor pada 1/3 anterior lidah
 Menggosokkan swab lemon glycerin pada
bibir, gigi, gusi dan lidah → stimulasi dry
pharyngeal swallow
 Tapping/quick stretch pada otot-otot facial
→ pada pasien dengan facial weakness /
facial sensory loss
Modulasi Refleks Menelan
1. Modulasi refleks muntah
 Fasilitasi pada hypoactive gag → quick tap
atau stretch pada arch soft palate dengan
arah ke atas dan keluar
 Menekan lidah dengan tongue depresor
secara perlahan ke arah belakang lidah
2. Inhibisi refleks menggigit
 Memberikan tekanan yang lama pada lidah
dengan padded stick dan memposisikan
kepala pada posisi upright dan chin-tucked
3. Inhibisi refleks tongue-thrust
 Penekanan di bawah dagu pada otot-otot
retractor lidah
 Vibrasi manual di bawah lidah
 Quick stretch lidah ke arah protrusi →
memfasilitasi retrusi
Terapi Latihan
Untuk memfasilitasi kekuatan oral motor,
ROM, dan koordinasi.
Dilakukan 5-10 kali per hari
Pasien harus bisa mengikuti perintah
Efikasi masih perlu pembuktian ilmiah
lebih lanjut
1. Latihan ROM aktif
a. AROM rahang → mempertahankan bolus
dalam rongga mulut
b. AROM bibir → mencegah makanan/cairan
supaya tidak mengalir keluar dari rongga
mulut
c. AROM lidah → memfasilitasi kontrol
bolus dan pergerakannya dalam rongga
mulut serta membantu pharyngeal
swallowing
2. Strengthening → untuk pasien yang nonprogresif
atau dalam pemulihan dengan kelamahan otot-otot
rongga mulut, faring, dan laring
a. Strengthening bibir
b. Strengthening lidah
c. Strengthening palatum → menutup belakang
lidah → mencegah premature spillage ke faring
d. Strengthening pernafasan → menahan nafas
untuk menelan dan membersihkan aspirasi dari
jalan nafas
e. Latihan aduksi vocal cord → mencegah aspirasi
3. Latihan koordinasi
 Dilakukan dengan meningkatkan kecepatan
latihan AROM dan strengthening.
 Motor planning skills
Terapi latihan
Terapi latihan
Terapi latihan
Compensatory Swallowing Maneuvers
Meningkatkan proteksi jalan nafas dan
efisiensi pasase bolus melalui aerodigestive
tract
1. Double swallow / dry swallow → menelan
dua kali per bolus
2. Effortful swallow / hard swallow → menelan
dengan gerakan keras (forceful) dari lidah
3. Supraglottic swallow → menutup jalan nafas
secara volunter sebelum dan saat menelan
4. Mendelsohn maneuver → memperpanjang
relaksasi cricopharynx secara volunter → pada
saat dry swallow pasien diminta untuk
menahan menelan selama 3-5 detik, lalu
menyelesaikan menelannya dan rileks
5. Alternating liquid and solid swallowing →
pada kasus penurunan perilstastik faring

Terapi lain: terapi biofeedback dan prostetik


Stimulasi Kognitif
1. Edukasi disfagia → diberikan kepada pasien,
keluarga/caregiver, dan anggota tim
interdisiplin
2. Verbal cueing → meminta pasien untuk
“berpikir” menelan akan lebih efektif
daripada memerintahakan pasien untuk
menelan bolus di mulutnya (pada pasien
dengan gangguan kognitif)
Modifikasi Feeding
1. Food placement alteration → meletakkan
bolus di berbagai tempat dalam rongga
mulut → meningkatkan efisiensi dan
keamanan menelan
2. Modifikasi karakteristik bolus
a. Modifikasi tekstur/konsistensi bolus
→ NPO, puree, semisolid, thick
liquids, thin liquids, regular diet.
b. Modifikasi volume bolus → volume
ditingkatkan perlahan (2-5-10-20 mL),
minimal delay 30 detik antar bolus.
c. Modifikasi suhu bolus → dingin akan
memfasilitasi gerakan lidah ke posterior dan
merangsang pharyngeal swallow lebih cepat
d. Modifikasi rasa, aroma, dan tampilan bolus
→ disesuaikan dengan kesukaan pasien.
e. Salivary enhancement → swab, udara yang
dilembabkan, obat → melembabkan bolus
dan memfasilitasi menelan
3. Feeding adaptations → menggunakan alat
makan khusus, strategi feeding (misal pada
penurunan fungsi AGA atau PPOK)
4. Feeding environment adaptations →
lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi
5. Rute feeding → oral dan extra-oral
6. Degree of feeding supervision
7. Feeding Positions / Postures
A. Sitting position
1. Duduk 90° → Posisi feeding optimal
dengan proteksi jalan nafas
maksimum pada pasien dengan
disfagia neurogenik
2. Duduk 45° → Drainase residu dari
vallecullae turun ke faring posterior.
Posisi untuk extra oral feeding.
Volume bolus minimal (2-5 mL)
B. Head position
1. Chin tuck →
Mengurangi ruang
dasar lidah dg dinding
posterior faring,
menyempitkan jalan
nafas & melebarkan
vallekulae,
menurunkan resiko
aspirasi
2. Head-rotation position → ke arah sisi faring
yang lemah → meningkatkan pharyingeal
clearance dengan mengarahkan bolus pada
sisi yang kuat
3. Head-tilt position → ke arah sisi faring yang
kuat → mengarahkan bolus ke sisi yang kuat
C. Side lying position → Menurunkan
hypopharingeal pooling

8. Secretion management → oral or tracheal


suctioning
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai