Tujuan Penatalaksanaan KFR pada Disfagia Mencegah aspirasi Memastikan intake nutrisi yang adekuat Memastikan proses intake oral pada tingkat keamanan yang optimal Memperbaiki motor kontrol pada setiap fase menelan melalui normalisasi tonus dan fasilitasi gerakan Terapi Strategi langsung (direct strategies) Stimulasi sensoris Modulasi reflek menelan Terapi latihan Compensatory swallowing maneuvers Strategi tidak langsung (indirect strategies) Stimulasi kognitif Modifikasi feeding Stimulasi Sensoris Banyak kontroversi, terutama pada efikasi jangka panjang 1. Stimulasi dingin Kaca laring / batang besi dingin ditekan/digesekkan pada faucial arch 5- 8 x → pasien diminta menelan Bagus pada kasus delayed initiation pharyngeal swallow 2. Stimulasi tekanan dan taktil Penekanan sendok kosong atau tongue depressor pada 1/3 anterior lidah Menggosokkan swab lemon glycerin pada bibir, gigi, gusi dan lidah → stimulasi dry pharyngeal swallow Tapping/quick stretch pada otot-otot facial → pada pasien dengan facial weakness / facial sensory loss Modulasi Refleks Menelan 1. Modulasi refleks muntah Fasilitasi pada hypoactive gag → quick tap atau stretch pada arch soft palate dengan arah ke atas dan keluar Menekan lidah dengan tongue depresor secara perlahan ke arah belakang lidah 2. Inhibisi refleks menggigit Memberikan tekanan yang lama pada lidah dengan padded stick dan memposisikan kepala pada posisi upright dan chin-tucked 3. Inhibisi refleks tongue-thrust Penekanan di bawah dagu pada otot-otot retractor lidah Vibrasi manual di bawah lidah Quick stretch lidah ke arah protrusi → memfasilitasi retrusi Terapi Latihan Untuk memfasilitasi kekuatan oral motor, ROM, dan koordinasi. Dilakukan 5-10 kali per hari Pasien harus bisa mengikuti perintah Efikasi masih perlu pembuktian ilmiah lebih lanjut 1. Latihan ROM aktif a. AROM rahang → mempertahankan bolus dalam rongga mulut b. AROM bibir → mencegah makanan/cairan supaya tidak mengalir keluar dari rongga mulut c. AROM lidah → memfasilitasi kontrol bolus dan pergerakannya dalam rongga mulut serta membantu pharyngeal swallowing 2. Strengthening → untuk pasien yang nonprogresif atau dalam pemulihan dengan kelamahan otot-otot rongga mulut, faring, dan laring a. Strengthening bibir b. Strengthening lidah c. Strengthening palatum → menutup belakang lidah → mencegah premature spillage ke faring d. Strengthening pernafasan → menahan nafas untuk menelan dan membersihkan aspirasi dari jalan nafas e. Latihan aduksi vocal cord → mencegah aspirasi 3. Latihan koordinasi Dilakukan dengan meningkatkan kecepatan latihan AROM dan strengthening. Motor planning skills Terapi latihan Terapi latihan Terapi latihan Compensatory Swallowing Maneuvers Meningkatkan proteksi jalan nafas dan efisiensi pasase bolus melalui aerodigestive tract 1. Double swallow / dry swallow → menelan dua kali per bolus 2. Effortful swallow / hard swallow → menelan dengan gerakan keras (forceful) dari lidah 3. Supraglottic swallow → menutup jalan nafas secara volunter sebelum dan saat menelan 4. Mendelsohn maneuver → memperpanjang relaksasi cricopharynx secara volunter → pada saat dry swallow pasien diminta untuk menahan menelan selama 3-5 detik, lalu menyelesaikan menelannya dan rileks 5. Alternating liquid and solid swallowing → pada kasus penurunan perilstastik faring
Terapi lain: terapi biofeedback dan prostetik
Stimulasi Kognitif 1. Edukasi disfagia → diberikan kepada pasien, keluarga/caregiver, dan anggota tim interdisiplin 2. Verbal cueing → meminta pasien untuk “berpikir” menelan akan lebih efektif daripada memerintahakan pasien untuk menelan bolus di mulutnya (pada pasien dengan gangguan kognitif) Modifikasi Feeding 1. Food placement alteration → meletakkan bolus di berbagai tempat dalam rongga mulut → meningkatkan efisiensi dan keamanan menelan 2. Modifikasi karakteristik bolus a. Modifikasi tekstur/konsistensi bolus → NPO, puree, semisolid, thick liquids, thin liquids, regular diet. b. Modifikasi volume bolus → volume ditingkatkan perlahan (2-5-10-20 mL), minimal delay 30 detik antar bolus. c. Modifikasi suhu bolus → dingin akan memfasilitasi gerakan lidah ke posterior dan merangsang pharyngeal swallow lebih cepat d. Modifikasi rasa, aroma, dan tampilan bolus → disesuaikan dengan kesukaan pasien. e. Salivary enhancement → swab, udara yang dilembabkan, obat → melembabkan bolus dan memfasilitasi menelan 3. Feeding adaptations → menggunakan alat makan khusus, strategi feeding (misal pada penurunan fungsi AGA atau PPOK) 4. Feeding environment adaptations → lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi 5. Rute feeding → oral dan extra-oral 6. Degree of feeding supervision 7. Feeding Positions / Postures A. Sitting position 1. Duduk 90° → Posisi feeding optimal dengan proteksi jalan nafas maksimum pada pasien dengan disfagia neurogenik 2. Duduk 45° → Drainase residu dari vallecullae turun ke faring posterior. Posisi untuk extra oral feeding. Volume bolus minimal (2-5 mL) B. Head position 1. Chin tuck → Mengurangi ruang dasar lidah dg dinding posterior faring, menyempitkan jalan nafas & melebarkan vallekulae, menurunkan resiko aspirasi 2. Head-rotation position → ke arah sisi faring yang lemah → meningkatkan pharyingeal clearance dengan mengarahkan bolus pada sisi yang kuat 3. Head-tilt position → ke arah sisi faring yang kuat → mengarahkan bolus ke sisi yang kuat C. Side lying position → Menurunkan hypopharingeal pooling