MENELAN)
Oleh : dr. Virginia Ainurridlo Nugroho
Pembimbing : dr. M. Barlian Nugroho, Sp. KFR
PENDAHULUAN
Menelan :
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
ANATOMY
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
RONGGA MULUT
3 fungsi :
-produksi
artikulasi saat
berbicara
-Mengolah
makanan
- jalan napas
alternatif
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
OTOT- OTOT RONGGA MULUT
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
LIDAH
Lidah : komponen
yang mudah
bergerak
Berfungsi untuk
membantu
menelan
Ada 2 bagian
-Oral : aktif saat
berbicara &
menelan fase oral
-Faring : bergerak
aktif saat menelan
fase faring
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
OTOT-OTOT LIDAH
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
OTOT –OTOT MANDIBULA
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
OTOT –OTOT PALATUM
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
FARING
Penghubung antara traktus respirasi dan digestif
Koana nasal -
palatum mole
palatum mole
posisi elevasi -
valekula
Epiglotis – sfingter
krikofaring
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
KONSTRIKTOR FARING
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018. Read Octopus.
LARING
Katup untuk mencegah masuknya udara terutama saat menelan dan mempertahankan
patensi jalan napas
OTOT-OTOT LARING
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
ESOFAGUS
Saluran tubuler tipis yang dapat berdistensi ketika bolus makanan
masuk ke dalamnya dengan gerakan peristaltik. Esofagus dapat
mengempis + 23 – 25 cm dengan sebuah sfingter pada tiap ujungnya
(UES & LES)
Sfingter terbuka
selama fase
menelan
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
FISIOLOGI MENELAN
Fase Menelan
●
Fase prepasari oral→ Manipulasi dan mastikasi
Fase Oral ●
makanan mjd konsistensi yang bisa ditelan (bolus)
Fase propulsif oral→lidah mendorong bolus ke
posterior trigger pharyngeal swallow
Fase ●
Pharyngeal swallow timbul bolus
masuk ke faring → bolus terdorong ke
faringeal esofagus
Fase ●
Peristaltik esofagus membawa bolus ke
lambung
esofageal
19
Oral Phase
FASE ORAL
Oral Preparatory Stage
1. Otot Eksternal
(m Buccinator,
Orbicularis oris,
Risorius) inn: n VII
2. Bibir
a. Upper lip n V.2
(maxillary nerve)
b. Lower lip n V.3
(mandibular nerve)
Patologi:
Parese N VII lip
closure (-)
makanan/minuman
keluar
FASE ORAL
Oral Preparatory Stage
2. INITIAL TRANSPORT
Patologi:
Proses mastikasi terganggu
Makanan terkumpul di labial folds
FASE ORAL : Oral Preparatory Stage
Initial Transport
Otot Lidah
Genioglossus – gerakan
depresi lidah; bag posterior
protrusi lidah
Hyoglossus – depresi dan
retraksi lidah
Styloglossus – retraksi lidah
Palatoglossus – elevasi bag
posterior lidah
Otot intrinsik lidah
FASE ORAL : Oral Preparatory Stage
Initial Transport
Sensoris : N V, VII, IX
lingual branch of N V for the anterior two-thirds
special sensory (taste) from the chorda tympani nerve, a branch
of N VII
The posterior one-third of the tongue receives both general
sensory and special sensory from N IX innervation
Motoris : N XII
FASE ORAL
Oral Preparatory Stage
3. REDUCTION PHASE
Cricopharyng
eal sphincter
N IX
Hard palate
Soft palate
Gambar 1 dan 2
Makanan menyentuh anterior pillar of fauces (anterior
faucial arch) refleks menelan elevasi dan retraksi
soft palate penutupan dari velopharyngeal port
mencegah makanan masuk ke hidung
…Fase faringeal
Gambar 3
Kerja peristaltis dari otot konstriktor faring
melalui sfingter cricopharyngeal pada tepi atas
esophagus
…Fase faringeal
Gambar 4
Elevasi dan penutupan laring pada 3 tempat
epiglottis/aryepiglottic folds – N IX
false vocal folds
Tampilan pasien
Postur
Status respiratorik
Kognitif
Pemeriksaan fungsi oral
Abnormalitas kepala/leher (massa, curvatura abnormal)
Palpasi leher, tulang hyoid, tiroid, cricoid)
Inspeksi cavum oris (abnormalitas struktur, keadaan gigi,
lesi)
An introduction to dysphagia
Helpful positioning
1
PEMERIKSAAN FISIK..
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
Water swallow
- banyak di tes pada penderita stroke (kesulitan menelan
air)
- Pasien diminta duduk di kursi , diberi gelas isi air 30ml
temperature normal. Diminta minum seperti biasa.
Waktu menghabiskan 1 gelas air dihitung dan drinking
profile serta drinking episode dinilai.
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
Drinking profil :
1. Pasien dapat minum seluruh air dalam 1 tegukan tanpa
tersedak
2. Pasien dapat minum seluruh air dalam 2 atau lebih
tegukan tanpa tersedak
3. Pasien dapat minum seluruh air dalam 1 tegukan tetapi
dengan tersedak beberapa kali
4. Pasien dapat minum seluruh air dalam 2 atau lebih
tegukan dengan tersedak beberapa kali
5. Pasien sering tersedak dan memiliki kesulitan minum
air
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
Drinking episodes
Menyeruput, mempertahankan air di dalam mulut selama
minum, air keluar dari mulut merupakan tendensi pasien
untuk mencoba terus minum meskipun tersedak dan
minum air dengan hati-hati. Diagnosis :
1. Fungsi menelan normal : menyelesaikan drinking profil
#1 dalam waktu 5 detik
2. Susp. gangguan menelan: menyelesaikan drinking
profil #1 dalam waktu > 5 detik, atau profil #2
3. Abnormal / gangguan menelan : profil #3 s/d 5
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
Modifikasi water swallow test
Diberi 3 ml air dingin pada rongga oral instruksikan menelan.
Jika mungkin , berikan lebih banyak air dan minta untuk menelan
2 x.
Jika pasien menunjukkan kriteria #1 s/d 4 dgn maksimum 2x
percobaan tambahan (total 3 x), & penilaian terburuk merupakan
hasil akhir. Kriteria penilaianny:
1) gagal menelan dengan tersedak dan atau perubahan pola napas
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
Palpasi tulang hyoid dan laring
evaluasi waktu menelan,
adanya laryngeal elevation
Auskultasi cervical suara
menelan
Stetoskop diletakkan di leher
bagian anterior
Karakteristik respirasi
sebelum dan sesudah
menelan
Timing menelan dan
hubungannya dengan fase
pernafasan
Koordinasi menelan
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi. 2018. Read Octopus.
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
Wahyuni, L K., Disfagia Tatalaksana Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. 2018.
Read Octopus.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. X-ray thoraks
2. Videofluoroscopic swallowing study (VFSS) dan
modified barium swallow (MBS)
Sering digunakan bergantian
Gold standar untuk mengetahui potensi pneumonia & dx aspirasi
3. Fiberoptic endoscopic examination of swallowing
(FEES)
Transnasal laryngoscope pharyngeal swallowing
Sensitif untuk deteksi bolus prematur, penetrasi laringeal,
aspirasi tracheal, residu faringeal
Mengukur kuantitas makanan
Dilakukan jika VFSS tidak memungkinkan (px tidak stabil)
PEMERIKSAAN PENUNJANG..
4. Scintigraphy
Menilai aspirasi subglottis, esofageal motility disorder,
gastroesofageal refluks (kuantitatif dan kualitatif)
Dapat diukur oropharyngeal transit time
5. Reflex cough test
20% solution of L-tartaric acid dilarutkan dengan 2 mL of
PZ steril nasal nebulizer inspirasi stimulasi reseptor
batuk refleks batuk laringeal
Refleks batuk laringeal melindungi laring dari aspirasi
mengurangi pneumonia
Sering terganggu pada pasien stroke
PEMERIKSAAN PENUNJANG..
6. Swallowing electromyography
Diperiksa gerakan laring ke atas dan bawah, saat dry dan wet
swallowing
Merekam aktivitas otot cricofaringeal, upper esofageal
sfingter
Pasien dengan muscular disorder : gangguan elevator laring,
sfingter cricofaringeal intak
Pasien dengan gangguan corticobulbar : diskoordinasi paretic
laryngeal elevators dan hyperreflexic cricopharyngeal
sphincter
EMG dapat digunakan untuk panduan injeksi botulinum.
7. Laryngeal EMG
- Membantu diagnosa oropharyngeal dysphagia karena lesi
saraf perifer (cth : laryngeal or superior laryngeal nerve
PEMERIKSAAN PENUNJANG..
9. Manometry
Memeriksa motor function
esofagus
Penggunaannya secara klinis
dibatasi
10. Esophageal pH monitoring
- Gold standar gg. refluks
11. Endoscopy
Pemeriksaan mukosa esofagus
Deteksi infeksi dan erosi
Biopsi
ALGORITMA PEMERIKSAAN
PENUNJANG
70
ALGORITMA PEMERIKSAAN
PENUNJANG..
71
TATALAKSANA DISFAGIA
Modifikasi diet
Swallowing maneuver
Postural adjusment
75