Anda di halaman 1dari 21

Catur Sepriani, Amd.

Kep
Kebutuhan dasar manusia secara fisiologis
yaitu kebutuhan oksigen dan pertukaran gas,
kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan
makanan, kebutuhan eliminasi urin dan alvi,
kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan
aktivitas, kebutuhan kesehatan temperatur
tubuh, dan kebutuhan sosial.
Pemenuhan kebutuhan akan cairan dan Pada kondisi tertentu di saat tubuh
elektrolit merupakan salah satu hal manusia mengalami kekurangan
yang penting dalam kehidupan cairan atau dehidrasi, pemberian
manusia. Agar dapat mempertahankan cairan intravena diperlukan untuk
kesehatan dan kehidupannya, manusia memenuhi kebutuhan cairan
membutuhkan cairan dan elektrolit tubuh. Pemberian cairan intravena
dalam jumlah dan proporsi yang tepat ini dilakukan dengan cara
di berbagai jaringan tubuh. Hal pemasangan infus.
tersebut dapat dicapai dengan
serangkaian manuver fisika-kimia
yang kompleks.
Infus adalah pemasukan obat dan sebagainya (berupa cairan)
tanpa tekanan istimewa melalui pembuluh darah atau rongga badan.
Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan cairan pada klien
yang tidak mampu mengonsumsi cairan oral secara adekuat,
menambah asupan elektrolit untuk menjaga keseimbangan elektrolit,
menyediakan glukosa untuk kebutuhan energi dalam proses
metabolisme, memenuhi kebutuhan vitamin larut air, serta menjadi
media untuk pemberian obat melalui vena.
Lebih khusus, terapi intravena diberikan pada pasien yang
mengalami syok, intoksikasi berat, pasien pra dan pasca-bedah, atau
pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu
1) Perdarahan dalam jumlah banyak.
2) Trauma abdomen.
3) Fraktur tulang, khususnya di pelvis dan paha.
4) Kehilangan cairan tubuh atau dehidrasi.
5) Diare dan demam.
6) Luka bakar yang luas.
7) Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung
1) Larutan nutrien 2) Larutan elektrolit
Larutan ini berisi beberapa jenis Larutan elektrolit meliputi
karbohidrat (dekstrosa dan larutan saline (isotonik, hipotonik
glukosa) dan air. Larutan nutrien atau hipertonik). Jenis larutan
yang umum digunakan adalah elektrolit yang paling banyak
5% dekstrosa dalam air (D5W), digunakan adalah normal salin
3,3% glukosa dalam 0,3% NaCl, (isotonik), yaitu NaCl 0,9%.
dan 5% glukosa dalam 0,45% Contoh larutan elektrolit lainnya
NaCl. Setiap 1 liter cairan adalah laktat ringer (Na+, K+, Cl‾,
dextrose 5% mengandung 170- Ca2+) dan cairan butler (Na+, K+,
200 kalori,asam amino (amigen, Mg2+, Cl‾, HCO3‾).
anunosol, dan travamin) atau
lemak (lipomul dan lyposyn).
3) Cairan asam basa
Jenis cairan yang termasuk 4) Volume ekspander
cairan asam basa adalah Jenis larutan ini berfungsi
natrium laktat dan natrium meningkatkan volume
bikarbonat. Laktat pembuluh darah atau
merupakan sejenis garam plasma, misalnya pada kasus
yang dapat mengikat ion H+ hemoragi atau kombustio
dari cairan sehingga berat. Volume ekspander
mengurangi keasaman yang umum digunakan
lingkungan. antara lain dekstran, plasma,
dan albumin serum. Cara
kerjanya adalah dengan
meningkatkan tekanan
osmotik darah.
Penginfusan dapat dilakukan pada beberapa
tempat sebagai berikut:
1) Vena lengan yaitu vena sefalika, basilika
atau mediana kubiti
2) Vena tungkai atau vena safena
3) Vena di daerah kepala atau vena
temporalis frontalis
1) Siapkan peralatan g. Bethadine
yang diperlukan, h. Pengalas atau perlak
meliputi: i. Torniket
a. Standar infus
j. Plester
b. Set infus k. Gunting plester
c. Cairan infus l. Sarung tangan bersih
d. Kapas alkohol
e. Alkohol
f. Kassa steril
2) Persiapakan klien. Minta
persetujuan klien setelah memberikan
penjelasan mengenai tujuan dan jenis 7) Letakkan pengalas di bawah
prosedur. area (vena) yang akan dipasang infus.
3) Cuci tangan 8) Cari lokasi pemasangan.
4) Siapkan cairan dan set infus. Usahakan pada area paling distal pada
Pertahankan teknik aseptik ketika ekstremitas yang tidak dominan.
membuka cairan dan pack infus. 9) Bendung vena dengan
5) Hubungkan cairan ke set infus memasang torniket 10-12 cm di atas area
dengan menusukkan ujung slang pada penusukan dan anjurkan klien untuk
bagian karet botol infus. menggenggam (bila sadar).
6) Isi cairan ke dalam set infus 10) Kenakan sarung tangan bersih
dengan menekan ruang tetesan 11) Bersihkan area penusukan
(reservoir) sampai terisi sebagian dan dengan kapas alkohol 70% memutar dari
buka klem slang sampai cairan dalam ke luar atau dari atas ke bawah.
memenuhi slang dan udara di dalam 12) Lakukan penusukan vena
slang keluar. dengan meletakkan ibu jari di bawah
vena dan posisi jarum (abbocath)
mengarah ke atas.
13) Perhatikan keluarnya darah melalui
jarum (abbocath atau surflo). Apabila terlihat
ada darah dalam jarum (abbocath atau surflo),
tarik keluar bagian dalam jarum sambil 19) Bila tidak ada tanda-tanda infiltrasi,
menyusupkan bagian luarnya lebih jauh ke tutupi area penusukan dengan kasa steril dan
dalam vena. fiksasikan dengan plester.
14) Setelah jarum bagian dalam 20) Tuliskan tanggal dan waktu
dilepaskan, tekan bagian atas vena dengan pemasangan infus serta ukuran jarum.
menggunakan jari tangan agar darah tidak
21) Lepaskan sarung tangan dan cuci
keluar.
tangan.
15) Hubungkan abbocath ke slang infus
22) Catat jenis cairan, lokasi infus,
secara cepat dan cermat.
kecepatan aliran, dan jenis jarum infus yang
16) Lepaskan torniket dan lemaskan digunakan.
kepalan tangan klien.
17) Buka klem dan atur kecepatan
sesuai instruksi yang telah diberikan.
18) Periksa daerah sekitar tempat
penusukan untuk melihat adanya tanda-tanda
infiltrasi.
Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung jumlah
tetesan, yakni:
1) Jumlah millimeter perjam
Jumlah tetesan dihitung dengan membandingkan volume
cairan yang harus diberikan (ml) dengan lamanya pemberian
(jam).
Contoh: 3000 ml cairan RL harus diberikan dalam 24 jam.
Dengan demikian
Jumlah tetesan = (3000 ml)/(24 jam) = 125 ml/jam
Tetesan permenit
Jumlah tetesan dihitung dengan mengalikan jumlah cairan yang dibutuhkan
(ml) dengan faktor tetes, kemudian membaginya dengan lama pemberian
(menit). Faktor tetes ditentukan berdasarkan alat yang digunakan. Rumus
pemberian cairan :
Tetes = (Σ cairan yang dibutuhkan x faktor tetes (makro atau mikro))/(Total
waktu (jam x 60 menit))
Pedoman:
Faktor tetes makro : 20 tetes
Faktor tetes mikro : 60 tetes
1 kolf : 500 ml
Contoh: Seorang klien datang dengan keluhan mual dan muntah yang
terus-menerus. Dari pengkajian ditemukan tanda-tanda dehidrasi sedang.
Berdasarkan pemeriksaan, klien harus mendapatkan terapi cairan
intravena. Dokter menginstruksikan pemberian 3 kolf RL dalam 24 jam.
Dengan demikian, jumlah tetesan infus/menit untuk klien tersebut
adalah:
Tetes/menit = ((3 x 500 ml)x 20 tetes)/(24 x 60 menit)
= (30.000 tetes)/(1.440 menit)
= 20,8 tetes/menit
= 21 tetes/menit
1) Posisi tangan atau area
pemasangan infus
2) Posisi dan ketepatan slang
3) Tinggi botol infus
4) Kemungkinan infiltrasi atau cairan
terhambat
3) Melakukan observasi
Hal yang harus diperhatikan baik terhadap komplikasi yang mungkin
oleh perawat atau klien agar muncul, seperti:
pemberian infus dapat berjalan
a. Infiltrasi, yaitu masuknya
dengan lancar, yaitu:
cairan ke jaringan subkutan yang
1) Mempertahankan ditandai dengan bengkak, dingin, nyeri,
kepatenan infus intravena dan terhambatnya tetesan infus.
2) Memenuhi kebutuhan rasa b. Flebitis, yaitu trauma
nyaman klien dalam melakukan mekanik atau iritasi kimiawi pada vena
aktivitas sehari-hari dengan yang ditandai dengan nyeri, panas, dan
memenuhi kebutuhan personal kemerahan pada vena tempat
higiene klien dan membantu pemasangan infus.
mobilisasi, misalnya turun dari
c. Kelebihan cairan akibat
tempat tidur, berjalan, makan,
tetesan infus yang terlalu cepat, yang
minum, dan lain-lain.
ditandai dengan perasaan kedinginan,
adanya cairan pada paru yang teramati
pada foto toraks, dan lain-lain.
5) Memberikan penjelasan kepada klien.
Hal-hal yang perlu dijelaskan antara lain:
a. Segera melapor apabila ada bengkak
pada area pemasangan
4) Mengatur tetesan infus secara
b. Menghindari gerakan tiba-tiba pada
tepat. Hal-hal yang harus diperhatikan ekstremitas yang terpasang infus atau menekuk
perawat, antara lain: sendi ekstremitas yang terpasang infus
a. Tetesan yang terlalu cepat c. Tidak menekan tabung infus
dapat menyebabkan gagal jantung dan d. Menjaga agar botol infus selalu lebih
tinggi dari lokasi pemasangan
edema paru.
e. Segera melapor apabila aliran infus
b. Tetesan yang terlalu lambat berhenti atau berubah
menyebabkan asupan cairan dan f. Segera melapor apabila botol infus
elektrolit yang tidak adekuat. hampir kosong
g. Melaporkan kepada petugas apabila
terdapat darah dalam slang infus
h. Segera melaporkan adanya nyeri pada
lokasi pemasangan infus
7) Mengganti slang infus.
Prosedur ini dilakukan paling
lambat setelah 3x24 jam, dan
Centers for Disease Control (CDC)
6) Mengganti botol infus. Penggantian botol menganjurkan agar tidak lebih dari
dilakukan apabila cairan sudah berada di leher botol 2x24 jam. Langkah-langkahnya
dan tetesan masih berjalan. Sebaliknya, prosedur ini adalah sebagai berikut:
dilakukan dalam 24 jam untuk mencegah flebitis dan a. Siapkan set infus yang
pembentukan trombus. Secara umum, prosedur baru, termasuk botol cairan infus
penggantian botol infus adalah sebagai berikut: yang diresepkan.
a. Siapkan botol baru yang akan digunakan. b. Alirkan cairan sepanjang
b. Klem slang infus agar tidak terjadi slang, gantungkan botol cairan,
penghentian tetesan atau pembuntuan darah. dan tutup klem pada standar infus.
c. Tarik jarum dari botol lama dan segera c. Pegang poros jarum
tusukkan pada botol baru yang sebelumnya sudah dengan satu tangan dan tangan
didesinfektan dengan kapas alkohol 70%. yang lain melepaskan slang.
d. Gantungkan botol kembali. d. Sambungkan slang yang
e. Buka klem dan hitung kembali tetesan baru ke poros jarum.
secara benar. e. Langkah selanjutnya
f. Pasang label. sama dengan prosedur
pemasangan infus baru.
g. Catat tindakan yang dilakukan pada
lembar observasi atau prosedur tindakan.
8) Menghentikan terapi intravena. Prosedur ini dilakukan apabila
program terapi sudah selesai jika hendak dilakukan penusukan yang baru.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Tutup klem infus.
b. Buka slang pada area penusukan sambil memegang jarum.
c. Tarik jarum secepatnya dan beri penekanan pada area bekas
tusukan dengan kapas alkohol selama 2-3 menit untuk mencegah perdarahan.
d. Tutup area bekas tusukan dengan menggunakan kasa steril.
e. Catat waktu penghentian infus dan jumlah cairan yang masuk dan
yang tersisa di botol.
Kerugian yang mungkin didapat
Keuntungan yang didapat dari pemasangan infus dari pemasangan infus antara
antara lain: lain:
1) Efek terapeutik segera dapat tercapai 1) Tidak bisa dilakukan
karena penghantaran obat ke tempat target “drug recall” dan mengubah aksi
berlangsung cepat obat tersebut sehingga resiko
toksisitas dan sensitivitas tinggi
2) Absorsi total memungkinkan dosis obat
lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan 2) Kontrol pemberian
yang tidak baik bisa
3) Kecepatan pemberian dapat dikontrol
menyebabkan “speeed shock”
sehingga efek terapeutik dapat dipertahankan
maupun dimodifikasi 3) Kontaminasi mikroba
melalui titik akses ke sirkulasi
4) Rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu
dalam periode tertentu
jika diberikan intramuskular atau subkutan dapat
dihindari 4) Iritasi Vaskular,
misalnya phlebitis kimia
5) Sesuai untuk obat yang tidak dapat
diabsorbsi dengan rute lain karena molekul yang 5) Inkompabilitas obat
besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus dan interaksi dari berbagai obat
gastrointestinalis tambahan

Anda mungkin juga menyukai