Anda di halaman 1dari 20

GERONT

OLOGI
Kesehatan Keselamatan Kerja

Nama Kelompok
• Anggita
• Meylinda
• Nur Halisyah
• Restu
• Rahayu
• Salaisha
• Siti romelah
Latar belakang

• Usia dapat memengaruhi kerentanan seseorang terhadap berbagai bahaya


fisik yang dapat menimbulkan risiko cedera terkait pekerjaan.
• Pekerja lanjut usia tidak hanya berisiko mengalami cedera terkait
pekerjaan, tetapi juga berisiko lebih tinggi terhadap konsekuensi kesehatan
dan konsekuensi terkait pekerjaan yang lebih parah.
• Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara faktor-faktor
yang berhubungan dengan pekerjaan fisik dan cedera di kalangan pekerja
Amerika Serikat (AS), dan kemudian membandingkan pekerja yang cedera
dan tidak cedera sehubungan dengan konsekuensi termasuk, keterbatasan
fungsional, dan pengurangan jam kerja pasca cedera. Sebuah kelompok yang
terdiri dari 7212 pekerja AS berusia 50 tahun ke atas dari Studi Kesehatan
dan Pensiun AS diikuti secara retrospektif dari tahun 2004 hingga 2014.
Tujuan

• untuk menganalisis hubungan potensial antara


faktor kebutuhan kerja fisik dan cedera.
• untuk mengeksplorasi kesehatan, dan
konsekuensi terkait pekerjaan dari cedera
tersebut di antara kohort pekerja AS berusia
50 tahun dan di atas sambil memperhitungkan
karakteristik sosial-demografis, dan kesehatan.
Pendahuluan
• K3 merupakan kebijakan dan aturan terpenting bagi
karyawan.
• K3 bertujuan untuk mengurangi resiko kecelakaan dan luka
fisik di tempat kerja.
• Pembahasan ini membandingkan hubungan antara penuaan
karyawan yang terluka dan tidak serta pengurangan jam kerja
akibat kecelakaan.
• Pekerja yang cedera lebih cenderung memiliki keterbatasan
fungsional di tempat kerja daripada mereka yang tidak.
• Pekerja yang lebih tua juga memiliki risiko cedera yang lebih
tinggi karena harus melakukan pekerjaan berat yang
membutuhkan tenaga lebih.
DAMPAK
• mereka yang berusia 65 tahun ke atas memiliki tingkat cedera fatal
empat kali lipat dari pekerja dalam kelompok usia 25 hingga 34
tahun.
• Cedera cenderung terjadi dalam kondisi di mana ada
ketidaksesuaian antara kemampuan karyawan dan persyaratan
kerja ini,
• Ada bukti bahwa
• pekerjaan fisik yang berat, gerakan mengangkat dan kuat,
membungkuk dan memutar, getaran seluruh tubuh, dan postur
kerja statis berhubungan dengan cedera punggung.
• Cedera dan penyakit terkait pekerjaan selanjutnya dapat
menyebabkan kehidupan pribadi yang merugikan dan hasil terkait
pekerjaan.
DEFI
NISI
• Pengertian K3 Menurut Keilmuan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan
Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran,
peledakan dan pencemaran lingkungan.
Peranan K3

• tujuan K3 tidak hanya untuk memberikan


perlindungan terhadap tenaga kerja dan orang lain
yang berada di tempat kerja agar terjamin
keselamatannya
• tetapi juga untuk mengendalikan resiko terhadap
peralatan,
• Aset,
• sumber produksi.
Syarat penerapan K3
tertuang dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pasal 3 (tiga). Pada pasal tersebut disebutkan
18 (delapan belas) syarat penerapan keselamatan kerja di tempat
kerja

• Mencegah & mengurangi kecelakaan kerja.


• Mencegah, mengurangi & memadamkan kebakaran.
• Mencegah & mengurangi bahaya peledakan.
• Memberi jalur evakuasi keadaan darurat.
• Memberi P3K Kecelakaan Kerja.
• Memberi APD (Alat Pelindung Diri) pada tenaga kerja.
• Mencegah & mengendalikan timbulnya penyebaran suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, radiasi, kebisingan &
getaran.
• Mencegah dan mengendalikan Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dan keracunan.
• Penerangan yang cukup dan sesuai.
• Suhu dan kelembaban udara yang baik.
• Menyediakan ventilasi yang cukup.
• Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban.
• Keserasian tenaga kerja, peralatan, lingkungan, cara
& proses kerja.
• Mengamankan & memperlancar pengangkutan
manusia, binatang, tanaman & barang.
• Mengamankan & memelihara segala jenis bangunan.
• Mengamankan & memperlancar bongkar muat,
perlakuan & penyimpanan barang
• Mencegah tekena aliran listrik berbahaya.
• Menyesuaikan & menyempurnakan keselamatan
pekerjaan yang resikonya bertambah tinggi.
JUMLAH
KASUS
• Data ini disampaikan oleh Menteri Ketenagakerjaan
Republik Indonesia, Ida Fauziyah. Ia mengatakan,
sepanjang 2021, dari 82 ribu kasus, kecelakaan kerja
paling banyak dialami oleh kelompok usia 20 hingga 25
tahun. Berdasar data ini dapat dilihat, sekalipun secara
fisik lebih unggul, nyatanya pekerja muda lebih rawan
mengalami kecelakaan kerja.
Faktor penyebab

• Pekerjaan fisik yang berat


Aktivitas fisik berat adalah kegiatan yang terus menerus
dilakukan minimal selama 10 menit sampai denyut nadi dan
napas meningkat lebih dari biasanya, contohnya ialah menimba
air, mendaki gunung, lari cepat.
• Mengangkat barang yang berat
Pekerja melakukan kegiatan yang membutuhkan tenaga lebih seperti
mendorong atau menarik benda yang besar selama terus menerus. Hal ini
menyebabkan barang yang diangkat melebihi kapasitas ketahanan tubuh
seseorang sehingga kecelakaan di tempat kerja sering terjadi.
• Membungkuk dan memutar
Sikap tubuh yang tidak kodrati dan dipaksakan atau postur ragu,
seperti badan memeluk, memutar, jongkok, atau ayak. Kemudian
gerakan berulang , seperti sering menjangkau, mengangkat, dan
membawa objek kerja.
• Posisi kerja statis
Postur statis merupakan postur yang tetap atau sama hampir
disepanjang waktu. Pada postur statis hampir tidak terjadi
pergerakan otot dan sendi,
sehingga beban yang ada adalah beban statis. Dalam kondisi
ini suplai darah yang membawa nutrisi dan oksigen akan
terganggu sehingga akan mengganggu proses metabolisme
tubuh. Permasalahan dalam pekerjaan statis adalah postur
yang sama dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat
menyebabkan stress/ tekanan pada bagian tubuh tertentu.
• Usia
Usia memengaruhi kerentanan atau ketahanan pekerja
terhadap berbagai bahaya yang mereka hadapi di tempat
kerja Dengan penuaan populasi AS secara keseluruhan,
pekerja yang menua meningkat dan pekerja berusia 55 tahun
ke atas Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk mengatasi
potensi risiko cedera di kalangan pekerja lanjut usia.
Sementara pekerja berusia 55 tahun ke atas mengalami
konsekuensi yang lebih parah akibat cedera daripada rekan
mereka yang lebih muda, tingkat cedera terkait pekerjaan
yang tidak fatal lebih rendah di antara yang lebih tua,
dibandingkan dengan kelompok yang lebih muda.
Faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja pada lansia
• Lansia memiliki risiko dua kali lebih banyak mengalami cedera dan kecelakaan
akibat kerja dikarena lansia secara fisiologis mengalami penurunan beberapa
fungsi tubuh,seperti gangguan kesimbangan,penurunan fisik,dll

• Beberapa lansia mengalami depresi akut karena penurunan fungsi


tubuh,merasa tidak berguna,dan tidak mendapat dukungan dari
orang sekitar,diabaikan dan dianggap menjadi beban.

• Penurunan fungsi tubuh,dan kelemahan fisik yang dialami oleh


lansia mempengaruhi kinerja lansia dalam bekerja.beberapa
kategori pekerjaan yang membutuhkan tenaga ekstra,posisi
membungkuk ,berdiri terus ,mengamenerus rentan membuat
lansia cidera
• Beberapa lansia mengalami multimorbiditas yaitu kondisi
dimana seseorang mengalami dua atau lebih penyakit
kronis.lansia dengan riwayat hipertensi,diabetes ataupun
stroke rentan mengalami cedera disebabkan oleh bebrapa
fungsi tubuh tidak bisa berfungsi dengan maksimal.seperti
kelemahan otot dll.
• Lansia dengan riwayat cedera pada pekerjaan sebelumnya
yang tidak diobati secara tuntas,akan mengakibatkan cedera
berulang pada pekerjaan selanjutnya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai