Anda di halaman 1dari 13

Kelompok III:

keselamatan kerja dan


penanggulangan kebakaran
Tugas : Bahaya Mekanik (Jatuh dari Ketinggian sama dan bdan dari ketinggian berbeda).

Ns. Ismaildin, S.Kep.


Sekilas mengenai Berkerja pada Ketinggian

Berkerja pada ketinggian sendiri terbagi menjadi 2 macam. Pembagian tenaga kerja di
ketinggiansendiri terbagi menjadi dua, yaitu Tenaga Kerja Pada Ketinggian (TKPK) dan Tenaga Kerja
Bangunan Tinggi (TKBT) dengan beberapa pekerjaan yang diklasifikasikan seperti berikut,
1. Panjat tower dan pohon
2. Perawatan gedung tinggi
3. Pengendalian burung di ketinggian
4. Pembersihan gedung menggunakan gondola
5. Mengerjakan konstruksi bangunan menggunakan scaffolding
6. Pemasangan atau perbaikan AC dengan menggunakan scaffolding, tangga, dan lain sebagainya.
Prosedur Berkerja di Ketinggian

Dalam meminimalisir kecelakaan saat bekerja pada ketinggian, pemerintah melalui Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI, Nomor 9 Tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan pada Ketinggian telah mengatur bahwa setiap perusahaan atau pengusaha harus memiliki prosedur
kerja yang meliputi:
1. Teknik dan cara perlindungan jatuh;
2. Cara pengelolaan peralatan;
3. Teknik dan cara melakukan pengawasan pekerjaan;
4. Pengamanan Tempat Kerja; dan 
5. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat.

Prosedur kerja tersebut haruslah dipahami oleh setiap pekerja yang bekerja di ketinggian agar potensi bahayanya dapat di minimalisirkan sebaik
mungkin sehingga tidak menimbulkan kerugian materiil maupun nonmaterial. Selain itu, bekerja di ketinggian pastinya memiliki daerah berbahaya agar
tidak ada masuknya orang yang tidak berkepentingan sehingga diperlukannya border pembagian wilayah dengan 3 kategori, yaitu 
6. Wilayah bahaya, merupakan daerah pergerakan Tenaga Kerja dan barang untuk bergerak vertikal, bergerak horizontal, dan titik penambatan;
7. Wilayah waspada, merupakan daerah antara wilayah bahaya dan wilayah aman yang luasnya diperhitungkan sedemikian rupa agar benda yang
terjatuh tidak masuk ke wilayah aman;
8. Wilayah aman, merupakan daerah yang terhindar dari kemungkinan kejatuhan benda dan tidak mengganggu aktivitas Tenaga Kerja;

Pembagian wilayah atau daerah berbahaya tersebut tentunya wajib dibuatkan denah horizontal dan denah vertikal di lokasi kerja sebagai pedoman bagi
Tenaga Kerja, penanggung jawab lokasi, dan Pengawas Ketenagakerjaan.
Bahaya Mekanik

 Bahaya mekanik ini merupakan salah satu dari potensi bahaya bila berkerja diketinggian. Bahaya
mekanis sendiri merupakan bahaya yang bersumber dari peralatan mekanis atau benda yang
bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak.
Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti mengebor, memotong, menempa,
menjepit, menekan dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera
atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong dan terkelupas.
DAFTAR JENIS TEMPAT KERJA BERDASARKAN
KLASIFIKASI POTENSI BAHAYA
DAFTAR JENIS TEMPAT KERJA BERDASARKAN
KLASIFIKASI POTENSI BAHAYA
DAFTAR JENIS TEMPAT KERJA BERDASARKAN
KLASIFIKASI POTENSI BAHAYA
DAFTAR JENIS TEMPAT KERJA BERDASARKAN
KLASIFIKASI POTENSI BAHAYA
DAFTAR JENIS TEMPAT KERJA BERDASARKAN
KLASIFIKASI POTENSI BAHAYA
Fungsi : Membatasi gerak pekerja masuk tempat
potensi Jatuh/ menjaga posisi kerja diinginkan
kondisi miring, tergantung,menahan, dan
membatasi pekerja jatuh sehingga tidak
membentur lantai dasar.

Ada pula Alat yang Jenis Alat Pelindung:


a. Sabuk Pengaman Tubuh (Harness)
harus disiapakan untuk b. Karabiner / Tali Koneksi (Lanyard)
c. Tali Pengaman (Safety Rope)
jatuh perorangan d. Alat Penjepit Tali (Rope Clamp)
e. Alat Penurun (Decender)
f. Alat Penahan Jatuh Bergerak (Mobile Fall
Arrester)
g. Dll
Adapun pelampung sebagai alat pelindung diri bila bekerja di
ketinggian yang permukaannya air, pelampung ini juga memiliki
fungsi seperti melindungi / mengatur keterapungan (Buayancy).
Jenis pelampung ini sendiri beragam disesuaikan dengan
Pelampung fungsinya seperti,
a. Jaket keselamatan (Lifejacket)
b. Rompi Keselamatan (Lifevest)
c. Rompi Pengatur Keterapungan (Bouyancy Control Device)
Adapun resiko kerja di ketinggian seperti terjatuh,
terperosok dari ketinggian karena faktor runtuhnya
bangunan dapat menjadikan pekerja mengalami patah
tulang, cedera kepala maupun cedera punggung. Pekerja
juga seringkali jatuh dari ketinggian ketika berusaha naik
ke bagian atas bangunan atap maupun Menara. Petugas
jatuh dari atap dikarenakan atap tidak kuat menopang
berat petugas sehingga atap rubuh dan petugas terjatuh.

Kesimpulan Strategi pertama dalam pengendalian bahaya adalah


dengan menekan kemungkinan terjadinya kejadian.
Pengurangan kemungkinan ini dapat dilakukan dengan
berbagai pendekatan yaitu secara teknis, administratif,
dan pendekatan manusia. Strategi selanjutnya untuk
mengendalikan risiko adalah dengan menekan keparahan
atau konsekuensi yang ditimbulkan, pendekatan yang
dilakukan untuk mengurangi konsekuensi antara lain
dengan perencanaan tanggap darurat, menyediakan sistem
pelindung dan alat pelindung diri.
Daftar Referensi

 Aini, Alfi Nur . 2016. Analisis Risiko Kerja Dan Upaya Pengendalian Bahaya Pada Petugas Pemadam
Kebakaran Di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Semarang. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Journal) Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm ,
di akses 16 November 2022 Pukul 22.13 WIB
 --. 2021. Modul Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi Paramedis Perusahaan. Balai Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. D.I Yogyakarta.
 --. 2021. Formasi Training. https://www.formasitraining.com/blog/potensi-bahaya-bekerja-di-ketinggian , di
akses 16 November 2022 Pukul 21.51 WIB

Anda mungkin juga menyukai