Latar belakang
Pada tahun 1980-an untuk pertama kalinya
WHO mengembangkan “Pendekatan Kota
Sehat” di Eropa. Konsep Kabupaten / Kota
Sehat yang fokus pada “Seluruh Aspek
Kesehatan” yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat, secara jasmani maupun rohani.
“Konsep Kota Sehat” di seluruh dunia, yakni
dengan Filosofi; “Dari Masyarakat, Oleh
Masyarakat, Untuk Masyarakat.” Peran
Pemerintah di sini hanyalah sebagai
“fasilitator."
Pengertian kota sehat
Pengertian kota sehat atau kabupaten
sehat sendiri adalah suatu kondisi kota atau
kabupaten yang bersih, nyaman, aman, dan
sehat untuk dihuni penduduk yang dicapai
melalui terselenggaranya penerapan beberapa
tatanan dan kegiatan yang terintegrasi yang
disepakati oleh masyarakat dan pemerintah
daerahnya, yang dalam hal ini menyangkut
pemerintah propinsi dan pemerintah
kabupaten atau kota.
indikator kabupaten dan kota sehat seseuai Peraturan
Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan
Nomor : 34 Tahun 2005 Nomor :
1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan
Kabupaten/Kota sehat Dasar Penyelenggaran Kabupaten /
Kota Sehat :
UU Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
UU Nomor: 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
UU Nomor : 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Kesehatan Nomor : 34 Tahun 2005 Nomor :
1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan
Kabupaten/Kota sehat.
Sasaran kota / kabupaten sehat
Terlaksananya program kesehatan dan sektor
terkait yang sinkron dengan kebutuhan
masyarakat, melalui perberdayaan forum
yang disepakati masyarakat.
Terbentuknya forum masyarakat yang
mampu menjalin kerjasama antar masyarakat,
pemerintah kabupaten dan pihak swasta,
serta dapat menampung aspirasi masyarakat
dan kebijakan pemerintah secara seimbang
dan berkelanjutan dalam mewujutkan sinergi
pembangunan yang baik.
Terselenggaranya upaya peningkatan
lingkungan fisik, sosial dan budaya serta
perilaku dan pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan secara adil, merata dan
terjangkau dengan memaksimalkan seluruh
potensi sumber daya di kabupaten tersebut
secara mandiri.
Terwujutnya kondisi yang kondusif bagi
masyarakat untuk menigkatkan produktifitas
dan ekonomi wilayah dan masyarakatnya
sehingga mampu meningkatkan kehidupan
dan penghidupan masyarakat menjadi lebih
baik.
Tatanan Kab./Kota sehat
Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana
Umum
Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib & Pelayanan
Transportasi
Kawasan Industri & Perkantoran yang Sehat
Kawasan Kawasan Pariwisata Sehat
Kawasan Pertambangan Sehat
Kawasan Hutan Sehat
Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri
Ketahanan Pangan dan Gizi
Kehidupan Sosial yang Sehat
Ciri-Ciri Kota Sehat
Pendekatan tergantung permasalahan yang dihadapi
Berasal dari kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masayarakat,
sedangkan pemerintah sebagai fasilitator
Mengutamakan pendekatan proses daripada target, tidak
mempunyai batas waktu, berkembang sesuai sasaran yang
diinginkan masyarakat yang dicapai secara bertahap.
Penyelenggaraan kegiatan didasarkan kesepakatan dari
masyarakat (Toma, LSM setempat) bersama Pemkab
Pendekatannya juga merupakan master plan Kota.
Pemkab merupakan partner kunci yang melaksanakan kegiatan
Kegiatan tersebut dicapai melalui proses dan komitmen
pimpinan daerah, kegiatan inovatif dari berbagai sektor yang
dilakukan melalui partisipasi masyarakat dan kerjasama
Dalam pelaksanaan kegiatan harus terintegrasi kondisi fisik,
ekonomi, dan budaya setempat
Tatanan Kabupaten/Kota Sehat
Terdapat 9 tatanan Kabupaten/Kota Sehat. Tatanan tersebut
terdiri dari:
1. Kawasan Pemukiman, Sarana dan Prasarana Umum
Kehidupan
Ketahanan Pangan Kehidupan Sosial
Masyarakat Sehat
dan Gizi yang sehat
yang mandiri
• Ketersediaan • PHBS • Angka Kemiskinan
• Distribusi • Tempat-tempat • Pengemis dan
• Konsumsi Umum Gelandangan Di
• • Pemukiman, Sarana Umum
Kewaspadaan
Perumahan, dan • Pemakai Narkoba
• Kemasyarakatan bangunan Sehat. • Tuna Susila
• Penyediaan Air • Rumah Singgah Bagi
Bersih. Anak Jalanan
• Kesehatan Keluarga • Progrogam
dan Reproduksi KB pendidikan dan
fasilitas bagi
penderita kecacatan
Penghargaan Swasti Saba
Penghargaan Swasti Saba adalah penghargaan yang
diberikan kepada Kabupaten/Kota Sehat yang telah
memenuhi kriteria Kota Sehat. Terdapat 3 kategori
Kabupaten/Kota Sehat, yaitu:
1. Padapa (Taraf Pemantapan), meliputi 2 tatanan sesuai
dengan potensi dan sumberdaya yang ada
2. Wiwerda (Taraf Pembinaan), meliputi pemilihan 3
sampai 4 tatanan sesuai dengan potensi dan
sumberdaya yang ada
3. Wistara (Taraf Pengembangan), meliputi pemilihan 5
tatanan sesuai dengan potensi dan sumberdaya yang
ada
CONTOH KOTA SEHAT
Kota Semarang memperoleh penghargaan Swastisaba Wiwerda.
Penghargaan itu diberikan kepada kabupaten/kota yang
menyelenggarakan Kota Sehat Tahun 2017 untuk klasifikasi pembinaan.
Dari 178 kabupaten/kota yang mengirimkan dokumen kota sehat, pada
akhirnya tim verifikasi pusat memilih 122 kabupaten kota yang terdiri
dari 61 kabupaten/kota sehat untuk klasifikasi pengembangan, 42
kabupaten/kota sehat untuk klasifikasi pembinaan, dan 19
kabupaten/kota sehat untuk klasifikasi pemantapan. Terdapat 9 tatanan
yang menjadi penilaian tim verifikasi Kementerian Kesehatan di
antaranya, kawasan pemukiman, sarana dan prasarana umum, sarana
lalu lintas, tertib dan pelayanan transportasi, kawasan pariwisata,
ketahanan pangan dan gizi, masyarakat sehat dan mandiri, kehidupan
sosial yang sehat, tatanan pertambangan dan kehutanan.
Kota Semarang mengajukan empat tatanan untuk memperoleh
penghargaan ini yaitu permukiman dan sarana prasarana sehat, sehat
mandiri, pariwisata sehat, serta ketahanan pangan dan perbaikan gizi.
Untuk mendukung hal tersebut, Pemerintah Kota Semarang melakukan
sejumlah upaya di antaranya melalui perencanaan yang sangat
mendukung Kota Sehat, yaitu memiliki target Kota Sehat di RPJMD,
Program Si Centik (Siswa Cari Jentik ), Kampung Tematik menuju Kota
Sehat, serta Ambulan Hebat Si Cepat.