Anda di halaman 1dari 17

BAB 3

PERIKATAN YANG
LAHIR DARI UNDANG-
UNDANG
⦿ Buku III Bab III KUH Perdata megatur tentang
perikatan-perikatan yang lahir dari undang-undang
Mengenai perikatan perikatan ini berbeda dengan
perikatan perikatan yang lahir dari perjanjian atau
persetujuan, di mana yang disebutkan belakangan
ini, pembentuk undang-undang memberikan aturan
umumnya, antara lain seperti yang disebutkan
dalam Pasal 1320 KUH Perdata testing garat
sahnya perikatan.
⦿ Perikatan yang lahir dari undang-undang saja
ialah perikatan-perikatan yang timbul
berdasarkan hukum kekeluargaan yang diatur
dalam Buku I KUHPerd tentang Orang.
C. PERIKATAN LAHIR dARI AKIBAT PERBUATAN
HALAL
D. PERBUATAN MELANGGAR HUKUM
BAB 4

HAPUSNYA
PERIKATAN
A. SEKILASNYA TENTANG HAPUSNYA
PERIKATAN
⦿ Perincian tentang hapusnya perikatan disebutkan dalam
Pasal 1381 KUHPerd yaitu karena pembayaran,
penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan
barang yang hendak dibayarkan itu di suatu tempat,
perubahan utang, kompensasi atau perhitungan utang
timbal balik, pencampuran utang, pembebasan utang,
hapusnya barang yang dimaksud dalam perjanjian,
akibat berlakuknya suatu syarat dan lewat waktu.
B. PEMBAYARAN

⦿ Apabila suatu perjanjian sudah dilaksanakan, maka


tercapailah tujuan kedua belah pihak, dan hapuslah
perjanjian itu. Artinya terhentilah adanya hubungan
hukum antara mereka yang membuat janji
itu.

⦿ Pelaksanaan perjanjian yang dilakukan tepat seperti


yang disebutkan pada waktu membuat perjanjian
itu dalam Burgerlijke Wetboek disebut “betaling”
atau pembayaran (Wirjono Prodjodikoro,
2011 : 117
C. PENAWARAN PEMBAYARAN TUNAI
DIIKUTI DENGAN PENITIPAN
(CONSIGNATE)
⦿ Jenis pembayaran seperti ini diatur dalam Pasal 1404 –
1412 KUHPerd. Pasal 1404 KUHPerd menyatakan
bahwa:
“Jika siberpiutang menolak, maka siberutang dapat
melakukan penawaran pembayaran tunai apa yang
diutangnya, dan jika siberpiutang menolaknya,
penitipan uang atau barangnya kepada pengadilan.
Penawaran yang demikian, diikuti dengan penitipan,
membebaskan siberutang, dan berlaku baginya sebagai
pembayaran, asal pembayaran itu telah dilakukan
dengan cara menurut undang-undang sedangkan apa
yang dititipkan secara itu tetap atas tanggungan
siberpiutang”.
D. PEMBAHARUAN UTANG (NOVASI)

⦿ Pembaharuan utang atau Novasi adalah suatu perbuatan


perjanjian baru yang menghapuskan suatu perikatan
lama, sambil meletakkan suatu perikatan baru (Subekti,
2010: 156). Sedangkan menurut Mariam Darus
Badrulzaman (1996: 176) menyatakan bahwa
pembaharuan utang suatu perjanjian dengan mana
perikatan yang sudah ada dihapuskan dan sekaligus
diadakan suatu perikatan baru.
E. PERJUMPAAN UTANG (KOMPENSASI)

⦿ pabila seorang berutang, mempunyai juga utang kepada


siberpiutang, sehingga kedua orang itu sama-sama
berhak untuk menagih piutang satu kepada yang
lainnya, maka utang piutang kedua
⦿ orang itu dapat diperhitungkan untuk suatu jumlah yang
sama (Subekti, 2010:157). Bisa juga yang mengatakan
bahwa Kompensasi terjadi apabila dua orang saling
berutang satu pasda yang lain dengan mana utang-
utang antra kedua orang tersebut dihapuskan, oleh
undang- undang ditentukan bahwa diantara kedua
mereka itu telah terjadi suatu perhitungan
menghapuskan perikatannya (Mariam Darus
Badrulzaman, 1996: 182
BAB 5
⚫BEBERAPA
PERJANJIAN
BERNAMA
A. PERJANJIAN JUAL BELI

⦿ Berdasarkan ketentuan Pasal 1457 KUHPerd, jual beli


ditegaskan sebagai suatu perjanjian, dengan mana pihak
yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar
harga yang telah dijanjikan.

⦿ Menurut Subekti (1989: 79), jual beli dikatakan suatu


perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikat
dirinya untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang
dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah
dijanjikan.
B. PERJANJIAN TUKAR-MENUKAR

⦿ Tukar menukar adalah suatu perjanjian, dengan mana


kedua belah pihak mengikatkan dirinya untuk saling
memberikan suatu barang secara bertimbal balik,
sebagai gantinya suatu barang lain (Pasal 1541
KUHPerd). Dalam dunia bisnis perjanjian ini
dinamakan “barter”.

⦿ Berdasarkan definisi tersebut di atas, tukar menukar


merupakan perjanjian yang bersifat konsensual, artinya
pihak-pihak telah terikat pada saat mereka sepakat
tentang barang yang menjadi obyek perjanjian
C. PERJANJIAN SEWA-MENYEWA

⦿ Sewa menyewa adalah suatu perjanjian, dengan mana


pihak yang satu mengikat dirinya untuk memberikan
kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu
barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran
suatu harga, yang pihak tersebut belakangan itu
disanggupi pembayarannya (Pasal 1548 KUHPerd).

⦿ Sebagaimana halnya dengan perjanjian jual beli dan


perjanjian-perjanjian lainnya, sewa menyewa
merupakan suatu perjanjian konsensual, artinya
perjanjian itu telah sah mengikat para pihak setelah
mereka telah mencapai kata sepakat tentang dua hal
yaitu barang dan harga
D. PERJANJIAN UNTUK MELAKUKAN
PEKERJAAN

⦿ Dalam undang- undang perjanjian jenis ini dibagi


menjadi 3 macam, yaitu perjanjian untuk melakukan
jasa-jasa tertentu; perjanjian pemborongan pekerjaan;
perjanjian kerja/perburuha
E. PERJANJIAN PEMBORONGAN
PEKERJAAN

⦿ Suatu perjanjian antara pihak yang memborongka n


pekerjaan dengan pihak yang memborong pekerjaan,
dimana pihak pertama menghendaki suatu hasil
pekerjaan yang disanggupi oleh pihak lawan, atas
pembayaran suatu jumlah uang sebagai harga
pemborongan.

⦿ Bagaimana cara pemborong mengerjakannya, tidakla h


penting bagi pihak pertama, karena yang dikehendaki
adalah hasilnya yang akan diserahkan kepadanya dalam
keadaan baik dan dalam suatu jangka waktu yang telah
ditetapkan dalam perjanjian.

Anda mungkin juga menyukai