Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ACHSANATYA UBUDINA

NIM : 031924253034
NAMA MATA KULIAH : HUKUM HARTA KEKAYAAN
KELAS : MKn B MALAM

A. SOAL A
1. Jelaskan bahwa dengan timbulnya sepakat diantara para pihak, lahirlah
perikatan. Uraikan pendapat saudara dengan menyertakan ketentuan-
ketentuan yang dapat dipergunakan sebagai contoh kongkrit !
Jawaban :
Definisi perjanjian atau kontrak sebagai sumber utama perikatan yang
terangkum dalam ketentuan awal yaitu dalam Pasal 1313 BW yang menyatakan
bahwa “ suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan nama satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Dalam definisi
tersebut lebih terfokus pada suatu pihak saja. Pada hal dalam suatu kontrak atau
perjanjian yang selalu dipakai untuk membingkai bisnis, kedua belah pihak
menunjukkan sikap aktif dalam rangka untuk mencapai sebuah kesepakatan agar
profit yang dituju sama-sama dapat diperoleh. Definisi perjanjian dalam Pasal
1313 BW kalau dilihat pada pendapat subekti , Perjanjian adalah “ suatu peristiwa
dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling
berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.”. Dengan mencermati definisi yang
dikemukakan oleh subekti atau yang tertera dalam Pasal 1313 BW, sebenarnya
semua itu merupakan suatu upaya, untuk menyederhanakan terjadinya suatu
hubungan para pihak, berdasarkan janji-janji yang memiliki daya paksa selaku
ciri khas hukum sebagai norma. Perjanjian atau kontrak secara umum dapat
digariskan sebagai “ suatu pertukaran kewajiban (prestasi) yang dilakukan oleh
para pihak atas dasar kata sepakat untuk membangun perikatan di antara mereka”.
Dilihat dari beebagai macam definisi dari perjanjian atau kontrak bahwasannya
memberikan definisi pada suatu obyek itu tidak mudah.
Pasal 1233 BW, bahwa perikatan yang terjadi dalam kehidupan sosial,
sumbernya ada 2 (dua) yaitu perjanjian dan undang-undang. Sebuah perikatan
bersumber pada perjanjian atau kontrak dapat ditebak bahwa hakekat perjanjian
itu merupakan perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pihak secara sadar dan
sengaja, supaya dengan ditutupnya kontrak, akibat hukumnya lahir perikatan
diantara mereka. Kelahiran perikatan mengandung makna bahwa di pundak
masing-masing pihak akan terpikul kewajiban sebagaimana telah dipertukarkan
oleh para pihak lewat janji-janji yang diikrakan. Hakikat janji tentu saja harus

1
NAMA : ACHSANATYA UBUDINA
NIM : 031924253034
NAMA MATA KULIAH : HUKUM HARTA KEKAYAAN
KELAS : MKn B MALAM

ditepati atau dilaksanakan sesuai dengan prinsip pacta sunt servanda. Prestasi
sebagai suatu kewajiban harus dipenuhi, lebih konkrit antara Pasal 1235 BW,
menjelaskan bahwa debitor wajib menyerahkan benda yang bersangkutan dan
memeliharanya dengan baik sebelum dilakukan penyerahan. Apabila prestasi
tidak dipenuhi berarti yang bersangkutan melakukan wanprestasi dan ini
merupakan suatu perbuatan yang salah sesuai dengan adagium hukum bahwa
siapa salah harus memikul resiko, maka resiko ditegaskan dalam Pasal 1236 BW,
menyatakan bahwa “harus membayar ganti rugi, biaya, dan bunga”. Dapat diambil
kesimpulan bahwa dari Pasal 1313 berujung lahirnya perikatan.
Terdapat syarat sah perjanjian terdapat di dalam Pasal 1320 BW dimana dalam
pasal tersebut menyebutkan bahwa” untuk syarat sah perjanjian terdapat 4 (empat)
syarat, 1) sepakat mereka yang mengikat dirinya, 2) kecakapan untuk membuat
suatu perikatan, 3) suatu hal tertentu, dan 4) suatu sebab halal. Contohnya Ani dan
Budi merundingkan penjualan mobil milik si Ani kepada si Budi. Setelah si Budi
mengecek mobil tersebut dari mesinnya dan lain-lain dan pada akhirnya si Budi
menyukai mobil tersebut. Disini muncul kesepakatan yang diisyaratkan lahirnya
perjanjian. Mereka sepakat dengan harga yang telah ditentukan juga.

2. A seorang anak berusia 15 tahun membeli sebuah sepeda senilai Rp 600.000,-


kepada Babah Liem yang sudah setengah abad mengelola toko bagus yang
sangat dikenal masyarakat menjual jenis-jenis sepeda yang bermutu. Selang
2 minggu kemudian Babah Liem mohon ke pengadilan untuk membatalkan
perjanjian jual beli sepeda yang dilakukannya dengan A atas dasar alasan
bahwa yang bersangkutan belum dewasa sesuai aturan dalam Pasal 1320
BW. Andai kata saudara hakimnya, bagaimana menyelesaikan kasus
tersebut? Jelaskan secara rinci merujuk dasar hukum yang relevan.
Jawaban :
Syarat sah perjanjian dalam Pasal 1320 BW , menyebutkan bahwa :
1. sepakat mereka yang mengikat dirinya (Subyektif)
2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan (Subyektif)
3. suatu hal tertentu (obyektif)
4. suatu sebab halal (obyektif)

2
NAMA : ACHSANATYA UBUDINA
NIM : 031924253034
NAMA MATA KULIAH : HUKUM HARTA KEKAYAAN
KELAS : MKn B MALAM

Dalam kasus yang terjadi diatas, bahwa dalam kasus ini telah melanggar
ketentuan dalam Pasal 1320 BW. “kecapakapan untuk membuat suatu perikatan”.
Dan dalam Pasal 1330 BW sudah diatur mengenai pihak-pihak yang dianggap
cakap untuk membuat perjanjian, yaitu sebagai berikut :
“Tak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah :
1. orang orang yang belum dewasa
2. mereka yang ditaruh dalam pengampuan
3. orang-orang perempuan dalam hal hal yang ditetapkan oleh undang-
undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang
telah melarang membuat perjanjian2 tertuntu”.
Sedangkan untuk mengetahui dewasa dapat dilihat dalam Pasal 330
BW yang menyatakan bahwa “ belum dewasa adalah mereka yang belum
mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin” dalam
kasus ini si A berumur 15 tahun sedangkan di katakan cakap berusia 21 tahun,
menurut saya ini bisa menjadi batal perjanjian karena belum mencapai umur
dewasa. Dalam Pasal 1331 menyebutkan bahwa “ karena itu orang-orang yang
didalam pasal yang lalu dinyatakan tak cakap, boleh menuntut pembatalan
perikatan-perikatan yang mereka telah perbuat dalam hal-hal dimana
kekuasaan itu tidak dikecualikan oleh undang-undang”. Jadi menurut pendapat
saya dalam kasus ini si A masih berusia 15 tahun maka tidak memenuhi syarat
kedua, jika syarat tidak dipenuhi maka salah satu pihak dapat meminta
pembatalan atas perjanjian tersebut melalui Pengadilan. Gugatan voidable
putusan hakim konstitutif. ( Pasal 1266 BW).

3
NAMA : ACHSANATYA UBUDINA
NIM : 031924253034
NAMA MATA KULIAH : HUKUM HARTA KEKAYAAN
KELAS : MKn B MALAM

B. SOAL B
1. Karakteristik 3 konstruksi hukum pergantian posisi kreditur yang berlaku
dalam sistem kita?
Jawaban :
a. Subrogasi
Dalam Pasal 1400 BW, menyebutkan bahwa “Penggantian hak-hak si
berpiutang oleh seorang pihak ketiga, yang membayar kepada si berpiutang
itu, terjadi baik dengan persetujuan maupun demi undang-undang”.
Subrogasi harus dinyatakan secara tegas karena subrogasi berbeda degan
pembebasan utang. Tujuan pihak ketiga melakukan pembayaran kepada kreditur
adalah untuk menggantikan kreditur lama bukan membebaskan debitur dari
kewajiban membayar utang kepada kreditur.
b. Cessie
Cessie terdpat dalam Pasal Pasal 613 sampai dengan 624 Buku II BW.
Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh
lainnya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau dibawah
tangan dengan mana hak-hak atas kebendaan dilimpahkan kepada orang lain.
Penyerahan ini tidak ada akibatnya, melainkan setelah penyerahan itu
diberitahukan kepadanya atau secara tertulis disetujui dan diakuinya.
c. Novasi
Novasi terdapat dalam Pasal Pasal 1413 sampai dengan Pasal
1424,Buku III BW. Pembaharuan utang yang dilakukan berdasarkan
kesepakatam kedua belah pihak dimana pihak kreditur dan debitur bersepakat
untuk menghapuskan perikatan lama dan menggantinya dengan perikatan
baru.
2. Urgensi pengaturan klausula keadaan memaksa (foje majeur) dalam suatu
kontrak?
Jawaban :
Klausul dalam Force majeur dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
 Force majeur bersifat absolut artinya suatu keadaan dimana sama sekali tidak
mungkin suatu perjanjian dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam
keadaan normal. Para pihak tidak mungkin melaksanakan hak dan

4
NAMA : ACHSANATYA UBUDINA
NIM : 031924253034
NAMA MATA KULIAH : HUKUM HARTA KEKAYAAN
KELAS : MKn B MALAM

kewajibannya. Terjadinya bencana alam yang tidak bisa diperkirakan kapan


akan terjadinya dan menyebabkan objek perjanjian menjadi musnah sama
sekali.
 Force majeur bersifat relatif yaitu suatu keadaan tertentu yang menyulitkan
debitur untuk melaksanakan perjanjian. Kalau hendak dilaksanakan debitur
harus melakukan pengorbanan yang demikian besar sehingga malah menjadi
tidak praktis lagi, apabila tetap dilaksanakan. bahwa para pihak masih
dimungkinkan untuk melaksanakan hak dan kewajibannya. Risiko yang
diakibatkan oleh keadaan memaksa dapat diperjanjikan oleh para pihak, antara
lain melalui lembaga pertanggungan (asuransi). Dengan demikian
menyebabkan kontrak menjadi tertunda.

Anda mungkin juga menyukai