Anda di halaman 1dari 10

NAMA : MUHARIS

NIM : 200701149
TUGAS : HUKUM PERIKATAN

SOAL !!

1. Apa yang membedakan antara Perikatan dengan Perjanjian ? Apakan justru


Perikatan dan Perjanjian sama ? 
2. Sebutkan dasar Hukum Perikatan dan Dasar Hukum Perjanjian 
3. Jika diklasifikasikan lebih lanjut Perikatan terbagi atas berapa klasifikasi ? 
4. Unsur Subjekti dalam suatu Syarat sah kontrak, unsur apa saja ? dan apa akibat dari
unsur tersebut? serta sebutkan dasar hukum syarat sah kontrak serta unsur-unsur
lainnya 
5. Dalam Perjanjia Jual Beli, adanya Unsur esentialia atau unsur yang harus ada dalam
suatu perjanjian da tidak dapat dikesampingkan, unsur apa yang dimaksud
penjelasan tersebut? 
6. Perikatan dan Perjanjian diatur lebih lanjut dalam Buku III KUHPerdata, menurut
sepenangkapan saya bahwa Buku Ke III KUHPerdata bersifat menambah, mengatur,
pelengkap, apa maksud dari Buku ke III KUHPerdata sebenarnya ? jelaskan 
7. Sumber Perikatan terbagi atas berapa ? buatlah diagramnya agar lebih rinci 
8. Pasal 321 KUHPerdata menjelaskan adanya "kewajiban seorang anak untuk
memberikan nafkah kepada orangtuanya dan keluarganya sedarah dalam garis ke
atas apabila mereka dalam keadaan miskin" maksud dari pasal ini jika diaitkan
dalam Hukum Perikatan masuk dalam Perikatan apa ? 
9. Nyonya Della ingin melakukan Peminjaman Uang di Bank BNI Sudirman, pada saat
melakukan peminjaman uang dibank dibuatkan perjanjian kredit terhadap hutang
pokok (uang yang dipinjam Ny. Della di bank) dan terhadap jaminan ke bank
tersebut dibuatkan lagi dalam Perjanjian APHT (akta pembebanan hak
tanggungan) yang dibuat oleh Notaris. dari paparan persitiwa diatas bedakan
mana yang termasuk perjanjian pokok dan mana yang termasuk perjanjian
tambahan/accesoir. serta apa yang membedakan antara perjanjian pokok dengan
perjanjian tambahan 
10. Tuan Dimas melakukan pembelian Komputer untuk sekolahannya sebanyak 100 Unit
Komputer, yang akan dilakukan pengiriman dengan 4 tahapan masing2 komputer
akan dikirim sebanyak 50 Unit Komputer. Tuan Dimas sudah menerima keseluruhan
Unit Komputer yang ia pesan pada hari Senin, tanggal 17 Desember 2021 lalu. Maka
dari Peristiwa ini tergolong dalam perjanjian apa ? jelaskan 
Selamat Mengerjakan!!!

1. Perikatan merupakan suatu hubungan hukum yang timbul dari adanya peristiwa hukum
yang dapat berupa perbuatan, kejadian, atau keadaan. Sedangkan Perjanjian
merupakan suatu perbuatan hukum yang menimbulkan suatu perikatan.

2. Sumber perikatan (diatur dalam pasal 1233 Kubperdata) : 


untuk sumber perikatan terbagi atas : 
1. Perjanjian 
2. perundang undangan, terbagi atas 2 : 

1. Perundang undangan semata 


2. perundang undangan karna perbuatan manusia, untuk perbuatan manusia terbagi
lebih lanjut lagi : 
 perbuatan manusia sesuai UU 
 pernuatan manusia tidak sesuai UU

Dasar Hukum Perjanjian Adalah Kitab UndangUndang Hukum Perdata (KUHP)

3. Jenis-Jenis Perikatan

Klasifikasi jenis perikatan apabila mengacu pada rumusan sistematika Buku III
Burgerlijk Wetboek (BW) dapat dibagi menjadi 8 jenis, yaitu: 

1. Perikatan berdasarkan sumbernya


Merujuk pada ketentuan dalam Pasal 1233 Burgerlijk Wetboek (BW) perikatan
berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi 2, yakni:
– Perikatan yang bersumber dari perjanjian
– Perikatan yang bersumber dari undang-undang
2. Berdasarkan wujud prestasinya
Merujuk pada ketentuan dalam 1234 Burgerlijk Wetboek (BW) perikatan
berdasarkan wujud prestasinya dibedakan menjadi 3, yakni:
 Perikatan Memberi Sesuatu
 Perikatan Berbuat sesuatu
 Perikatan Tidak Berbuat Sesuatu

3. Perikatan bersyarat;

Perikatan bersyarat diatur dalam pasal 1253 Burgerlijk Wetboek (BW) sampai
dengan Pasal 1267 Burgerlijk Wetboek (BW). Yang dimaksud dengan perikatan
bersyarat adalah perikatan yang ditanggungkan pada suatu peristiwa yang masih
akan datang dan yang belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan
perikatan hingga terjadinya peristiwa semacam itu, maupun secara membatalkan
perikatan menurut terjadinya atau tidak terjadinya peristiwa tersebut (Pasal 1253
Burgerlijk Wetboek (BW)

4. Perikatan berdasarkan ketetapan waktu;


Perikatan dengan ketetapan waktu diatur dalam Pasal 1268 Burgerlijk Wetboek
(BW) sampai dengan pasal 1271 Burgerlijk Wetboek (BW). Yang disebut dengan
perikatan dengan ketetapan waktu adalah suatu perikatan yang ditangguhkan
pelaksanaanya sampai pada waktu yang ditentukan.

5. Perikatan alternatif;
Perikatan mana suka atau alternatif diatur dalam Pasal 1272 Burgerlijk Wetboek
(BW) sampai dengan Pasal 1277 Burgerlijk Wetboek (BW). Dalam perikatan
alternatif, debitor dalam memenuhi kewajibannya dapat memilih salah satu
diantara prestasi yang telah ditentukan. Di sini alternatif didasarkan pada segi sisi
dan maksud perjanjian.
6. Perikatan tanggung renteng;
Perikatan tanggung renteng diatur dalam Pasal 1278 Burgerlijk Wetboek (BW) s.d
Pasal 1295 Burgerlijk Wetboek (BW). Perikatan tanggung renteng adalah suatu
perikatan dimana beberapa orang bersama-sama sebagai pihak yang berutang
berhadapan dengan satu orang kreditor, dimana salah satu dari debitor itu telah
membayar utangnya pada kreditor, maka pembayaran itu akan membebaskan
teman-teman yang lain dari utang.

7. Perikatan dapat dibagi-bagi dan tak dapat dibagi-bagi;


Perikatan dapat dibagi dan tak dapat dibagi diatur dalam Pasal 1296 Burgerlijk
Wetboek (BW) s.d. Pasal 1303 Burgerlijk Wetboek (BW). Perikatan dapat dibagi
adalah suatu perikatan dimana setiap debitor hanya bertanggung jawab sebesar
bagiannya terhadap pemenuhan prestasinya. Dengan demikian dia pun terbebas
dari kewajiban pemenuhan prestasi selebihnya. Masing-masing kreditor hanya
berhak menagih sebesar bagiannya saja. Jadi, disini, jika barang atau harga yang
menjadi objek prestasi memang sesuai untuk dibagi-bagi.
8. Perikatan dengan ancaman hukuman (pasal 1253 Burgerlijk Wetboek (BW) s.d.
Pasal 1312 Burgerlijk Wetboek (BW).
Perikatan dengan ancaman hukuman diatur dalam pasal 1304 Burgerlijk Wetboek
(BW) s.d. Pasal 1312 Burgerlijk Wetboek (BW). Perikatan dengan ancaman
hukuman adalah suatu perikatan di mana seseorang untuk jaminan pelaksanaan
suatu perikatan diwajibkan melakukan sesuatu manakala perikatan itu tidak
dipenuhi.
Dalam kajian hukum perdata selain jenis perikatan sebagaimana mengacu dalam
rumusan buku III Burgerlijk Wetboek (BW), terdapat perikatan yang objeknya lebih
dari satu, di antaranya ialah:

 Perikatan Alternatif 

Perikatan Alternatif adalah perikatan yang memberikan pilihan kepada debitor atau
kreditor atau debitor untuk memilih satu dari dua atau lebih kewajiban atas prestasi
tersebut. Sifat pilihan prestasi tersebut mempunyai kualitas yang sama atau sejajar –
sejajar. Misalkan saja debitor dapat memilih untuk melakukan kewajiban A atau B.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 1272 – 1277 Burgerlijk Wetboek (BW) Pasal 1272
Burgerlijk Wetboek (BW) mengatur:

“Dalam perikatan-perikatan manasuka, si berutang (debitor) dibebaskan jika ia


menyerahkan salah satu dari dua barang yang disebutkan dalam perikatan, tetapi ia
tidak memaksa si berpiutang (kreditor) untuk menerima sebagian dari barang yang
satu dan sebagian dari barang yang lain.”

Namun, perikatan alternatif dapat berubah menjadi perikatan bersahaja atau murni,
sebagaimana diatur dalam Pasal 1275 Burgerlijk Wetboek (BW) pergeseran sifat
dapat terjadi apabila terjadi di beberapa kondisi yaitu:

a. Salah satu barang dalam perikatan alternatif hilang;


b. Barang tidak lagi dapat diserahkan karena kesalahan debitor;
c. Debitor tidak dapat menawarkan penggantian harga barang yang hilang sebagai
alternatif pemenuhan perikatan;
d. Jika kedua barang hilang, dan salah satu barang hilang karena kesalahan
debitor;
e. Debitor wajib membayar harga barang yang hilang paling akhir.

 Perikatan Generik
Perikatan Generik adalah perikatan yang objeknya ditentukan menurut jumlah dan
jenis. Pada perikatan generik, kreditor akan menerima prestasi dengan standar
umum karena mempunyai konsekuensi sesuai dengan jenis prestasi yang disepakati
dalam rumpun atau kelompok obyek tersebut. Salah satu sumber utama perikatan
generik terdapat dalam ketentuan Pasal 1333 Burgerlijk Wetboek (BW):

“(1) Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling
sedikit dapat ditentukan jenisnya

(2) Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu asal saja jumlah itu
terkemudian dapat ditentukan atau dihitung” 
ketentuan “…dapat ditentukan jenisnya…” dan “…dapat ditentukan atau
dihitung…” merupakan pengakuan terhadap perikatan generik.

 Perikatan Fakultatif
Perikatan fakultatif adalah perikatan yang membebaskan debitor untuk memenuhi
kewajiban yang lain jika ia tidak dapat memenuhi kewajiban yang pokok. Sifat
pemenuhan prestasi dalam perikatan fakultatif berdasarkan gradasi atau tingkatan
pemenuhan prestasi artinya apabila objek perikatan yang pokok tidak dapat
dilaksanakan (prestasi primer), maka debitor boleh melakukan prestasi lain (prestasi
sekunder). Misalkan saja Debitor dapat menyerahkan sapi (sekunder) jika tidak
menyerahkan kuda (primer).

4. Syarat sah nya suatu perjanjian


Pasal 1320 KUHPerdata
Dalam penjelasan Pasal 1230 KUH Perdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)
dapat ditemukan syarat sah nya sebuah perjanjian secara umum yang dapat diketahui
sebagai berikut:
Empat syarat sah nya suatu perjanjian meliputi:
1. Kesepakatan yang mengikat kedua belah pihak
2. Kecakapan dalam membuat suatu perikatan
3. Suatu pokok persoalan tertentu
4. Suatu sebab yang tidak terlarang

Empat persyaratan yuridis sah suatu kontrak perjanjian adalah sebagai berikut:
 Syarat sah yang objektif berdasarkan pasal 1320 KUH Perdata
1. Objek/Perihal tertentu
2. Kausa yang diperbolehkan/dihalalkan/dilegalkan

 Syarat sah yang subjektif berdasarkan pasal 1320 KUHPerdata


1. Adanya kesepakatan dan kehendak
2. Wewenang berbuat

 Syarat sah yang umum di luar pasal 1320 KUHPerdata


1. Kontrak harus dilakukan dengan Itikad baik
2. Kontrak tidak boleh bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku
3. Kontrak harus dilakukan berdasarkan asas kepatutan
4. Kontrak tidak boleh melanggar kepentingan umum

 Syarat sah yang khusus


1. Syarat tertulis untuk kontrak tertentu
2. Syarat akta notaris untuk kontrak tertentu
3. Syarat akta pejabat selain notaris untuk kontrak tertentu
4. Syarat izin dari pejabat yang berwenang untuk kontrak tertentu 
 
Akibat Hukum jika Melanggar Syarat Sah Perjanjian

Keempat syarat sah perjanjian yang telah dijabarkan di atas memiliki 2 (dua) kategori,
yakni:

1. Syarat subjektif; dan


2. Syarat objektif.

Dari keempat syarat sah perjanjian, yang termasuk ke dalam syarat subjektif adalah
kesepakatan dan kecakapan para pihak. Sedangkan adanya objek perjanjian dan sebab
yang halal merupakan syarat objektif. Tidak dipenuhinya syarat sah perjanjian akan
berujung pada pembatalan perjanjian. Namun, pembatalan perjanjian ini dibagi menjadi
2 (dua) berdasarkan kategori syarat sah perjanjian.

Apabila para pihak tidak memenuhi syarat subjektif, maka konsekuensinya adalah
perjanjian yang telah dibuat dapat dibatalkan atau voidable. Artinya, salah satu pihak
yang merasa dirugikan dapat mengajukan permohonan pembatalan kepada hakim.
Namun, perjanjian tersebut tetap mengikat para pihak sampai adanya keputusan dari
hakim mengenai pembatalan tersebut.

Lain halnya jika para pihak tidak memenuhi syarat objektif, maka perjanjian tersebut
akan dianggap batal demi hukum atau null and void. Artinya, perjanjian ini dianggap
tidak pernah ada sehingga tidak akan mengikat para pihak.

5. Unsur-unsur Perjanjian Jual Beli

Unsur-unsur pokok (essentialia) perjanjian jual beli adalah barang dan harga, sesuai
dengan asas “konsensualisme” yang menjiwai hukum perjanjian Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata bahwa perjanjian jual beli itu sudah dilahirkan pada detik tercapainya
“sepakat” mengenai barang dan harga yang kemudian lahirlah perjanjian jual beli yang
sah.

6. Maksud buku III KUHPerdata tentang perikatan

Dalam buku III KUHPerdata dibahas secara khusus  tentang perikatan, menurut ilmu
pengetahuan hukum, perikatan merupakan hubungan antara dua orang atau lebih, yang
terletak dalam lapangan harta kekayaan, dimana terdapat pihak yang wajib memenuhi
prestasi dan pihak yang berhak atas prestasi tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa perikatan
mengandung 4 unsur, yang meliputi:

1. Hubungan hukum, yaitu yang melekatkan hak terhadap satu pihak dan kewajiban
bagi pihak lain.
2. Kekayaan, yang berarti kriteria perikatan adalah ukuran-ukuran yang dapat memiliki
nilai dalam suatu hubungan hukum. 
3. Pihak-pihak, yang berarti di dalam perikatan harus terdiri dari dua orang atau lebih.
4. Prestasi atau dikenal juga dengan istilah kontraprestasi adalah bagian dari
pelaksanaan perikatan, yang menurut Pasal 1234 KUHPerdata dibedakan atas
memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu.

7. Sumber Perikatan

Dalam perikatan terdapat 2 sumber perikatan, yaitu perikatan yang lahir karena perjanjian
dan perikatan yang lahir karena undang-undang. Hal demikian telah diatur dalam Pasal
1233 KUHPerdata.  Dengan begitu hubungan hukum antara debitur dan kreditur dapat
terjadi karena adanya perjanjian sebagai perbuatan hukum, artinya hal ini didasarkan
atas kesepakatan untuk menjalin hubungan hukum sebagai perikatan.

Pada bagian lain hubungan hukum perikatan juga dapat terjadi karena berdasar undang-
undang.

Berdasarkan Pasal 1352 KUHPerdata, perikatan yang lahir dari undang-undang terdiri
dari dua bagian, yaitu:

1. Perikatan yang bersumber dari undang-undang saja.


2. Perikatan yang bersumber dari undang-undang sebagai akibat perbuatan manusia.

Contoh perikatan yang bersumber dari undang-undang saja:

1. Pasal 104 KUHPerdata tentang perkawinan


Suami dan istri, dengan mengikat diri dalam suatu perkawinan, dan hanya karena itu pun,
terikat lah mereka dalam suatu perjanjian bertimbal balik akan memelihara dan mendidik
sekalian anak mereka. 

2. Pasal 625 KUHPerdata tentang pekarangan

Antara pemilik-pemilik pekarangan yang satu sama lain bertetanggaan, adalah pelaku
beberapa hak dan kewajiban, baik yang berpangkal pada letak pekarangan mereka
karena alam, maupun yang berdasar atas ketentuan ketentuan undang-undang.
Ketentuan dalam Pasal 1353 KUHPerdata menjelaskan bahwa perikatan yang
bersumber dari undang-undang karena perbuatan manusia dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:

1. Bersumber dari perbuatan manusia yang menurut hukum atau perbuatan yang halal.
2. Bersumber dari perbuatan manusia yang melanggar hukum.

Contoh perbuatan manusia menurut hukum:

1. Mengurus kepentingan orang lain dengan sukarela (Zaakwaarneming), sesuai


dengan ketentuan Pasal 1354 KUHPerdata.
2. Pembayaran tak terutang (Onverschuldigde betaling), sesuai dengan ketentuan
dalam Pasal 1359 ayat (1) KUHPerdata.

Contoh perbuatan manusia yang timbul dari undang-undang karena perbuatan yang
melawan hukum, yaitu wanprestasi sesuai dengan ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata.

8. Pasal 321 KUHPerdata termasuk Perikatan yang bersumber dari undang-undang


hal ini di dasarkan karna adanya Hak Alimentasi yaitu suatau kewajiban seorang anak
untuk merawat orangtuanya yang sudah lanjut usia yang tidak mampu lagi untuk
menafkahi dirinya sendiri.

9. perjanjian kredit terhadap hutang pokok (uang yang dipinjam Ny. Della di bank)
adalah perjanjian pokok dan jaminan ke bank tersebut dibuatkan lagi dalam
Perjanjian APHT (akta pembebanan hak tanggungan) yang dibuat oleh Notaris
adalah perjanjian Tambahan. 
Karna perjanjian utang piutang adalah perjanjian pokok (prinsipil) yang bersifat riil,
sedangkan perjanjian jaminan adalah perjanjian tambahan (accesoire) yaitu perjanjian
yang dibuat berdasarkan atau berkaitan dengan perjanjian pokok. Perjanjian accesoire
timbul karena adanya perjanjian pokok yang mendasarinya. Karena perjanjian
accessoire ini lahir dari perjanjian pokok, maka apabila perjanjian pokok (utang-piutang)
hapus, perjanjian accessoire (jaminan) nya pun hapus, namun apabila perjanjian
accessoire (jaminan) nya hapus, belum tentu perjanjian pokok (utang-piutang) nya juga
ikut hapus.

10. Termasuk kedalam perjanjian jual beli karna adanya :

a. Adanya Para Pihak yakni Pembeli dan Penjual


Hal pertama yang harus ada dalam perjanjian jual beli adalah adanya para pihak
yang melakukan kesepakatan yang melibatkan dua pihak, yaitu penjual dan pembeli.
Di mana, kedua belah pihak yang membuat perjanjian jual beli memiliki hak dan
kewajiban untuk melaksanakan isi perjanjian yang dibuat. Perlu diperhatikan bahwa
para pihak harus memiliki kecakapan untuk melakukan transaksi jual beli. Artinya,
baik penjual maupun pembeli telah dianggap dewasa menurut hukum yang berlaku
dan tidak sedang berada di bawah pengampuan. Dalam membuat perjanjian, para
pihak diberikan kebebasan untuk menentukan bentuk dan isi perjanjian yang mereka
buat. Namun, kebebasan ini tetap harus sesuai dengan dan tidak boleh melanggar
hukum yang berlaku di Indonesia. Jika isi perjanjian tersebut melanggar hukum yang
berlaku, maka perjanjian tersebut tidak memenuhi syarat sah perjanjian yang diatur
di Pasal 1320 KUHPerdata dan berakibat batal demi hukum.

b.  Obyek yang Diperjual belikan

Pasal 1457 KUHPerdata menyebutkan bahwa jual beli adalah suatu persetujuan, di


mana pihak penjual mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu benda, dan pihak
pembeli membayar harga yang telah disepakati. Perjanjian jual beli dalam
KUHPerdata juga menentukan bahwa obyek perjanjian harus tertentu, atau
setidaknya dapat ditentukan wujud dan jumlahnya pada saat akan diserahkan hak
milik atas barang tersebut kepada pembeli. Sementara itu, KUHPerdata mengenal
tiga macam barang yaitu barang bergerak, barang tidak bergerak (barang tetap), dan
barang tidak berwujud seperti piutang atau saham.

c.  Hak dan Kewajiban Para Pihak

Seperti yang sudah Anda ketahui, surat perjanjian jual beli dilakukan untuk mengatur
hak dan kewajiban para pihak. Di mana, penjual memiliki dua kewajiban utama yaitu
menyerahkan hak milik atas barang yang telah dibeli dan menanggung kerugian atas
kondisi cacat tersembunyi pada barang yang dijual. Sedangkan pembeli
berkewajiban membayar harga barang dan pembeli berhak untuk menuntut kepada
penjual atas penyerahan barang yang telah dibelinya. Pembayaran ini dilakukan
pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan dalam perjanjian. Selain itu, pembeli
juga memiliki hak untuk membatalkan transaksi jual beli apabila barang yang telah
disepakati ternyata memiliki kerusakan atau cacat tersembunyi yang sebelumnya
tidak diberitahukan kepada pembeli.

d.  Penyerahan dan Pengiriman Barang

Ketika barang sudah dibeli, ada kemungkinan barang tersebut tidak bisa langsung
diambil oleh pembeli di tempat, melainkan akan dikirimkan dari tempat penjual ke
tempat pembeli. Tata cara penyerahan dan pengiriman barang ini merupakan
kesepakatan antara penjual dan pembeli, terutama mengenai biaya pengiriman.
Dalam surat perjanjian jual beli, menuliskan dengan jelas tentang siapa yang akan
menanggung biaya pengiriman dan kapan pengiriman dilakukan merupakan hal yang
jangan sampai terlupakan.

Selain itu, penting juga ditentukan mengenai pengalihan hak milik atas barang. Pasal
612 KUHPerdata menyebutkan bahwa pengalihan hak milik atas barang bergerak
dilakukan dengan penyerahan yang nyata atas barang tersebut. Untuk beberapa
kasus, bisa diatur antara penjual dan pembeli mengenai kapan hak milik dan
tanggung jawab atas barang beralih, apakah pada saat barang sudah dikeluarkan
dan diantarkan dari penjual, atau ketika barang tersebut sampai di tempat pembeli. 

e. Syarat Pembayaran

Ketika penjualan dilakukan secara kredit, hal ini penting untuk dipikirkan dan ditulis
sejelas mungkin di dalam perjanjian jual beli. Misalnya ketika Anda melakukan
penjualan 100.000 tas terhadap reseller dengan harga Rp300.000.000. Maka Anda
harus menuliskan dengan jelas syarat pembayaran di atas perjanjian tersebut.
Misalnya, melakukan DP minimal 10%, dan harus melunasi seluruhnya pada saat 30
hari sebelum barang tersebut Anda kirimkan. Anda juga bisa memberikan denda
keterlambatan, misalnya denda 5% ketika melewati jangka waktu tersebut. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi kerugian jika pembeli terlambat melakukan
pembayaran.

Anda mungkin juga menyukai