Anda di halaman 1dari 40

Kebijakan Teknis Pemeriksaan

Kesehatan Haji Provinsi Jawa


Barat Tahun 2023/1444H
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT
Dr Dewi Ambarwati, MKM
DASAR HUKUM

•Undang - Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
•Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang lbadah Haji
•Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
•Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2016 tentang
lstithaah Kesehatan Jemaah Haji
EVALUASI PELAKSANAAN PELAYANAN DAN
PEMBINAAN KESEHATAN HAJI 2022
1. Tahun 2022/1443 H, Jamaah Haji Provinsi Jawa Barat yang
dilaksanakan pemeriksaan Tahap Kedua sebanyak 31.721
Jamaah,
dan yang diperiksa setelah pengumuman Kouta haji Tahun
2022/1443 H sebanyak 17.836 Orang Jamaah dengan
jumlah Kloter 44 dari 27 Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat
yang dilaksanakan pada bulan Januari s.d Juli 2022 dengan
Jumlah Petugas TKH (Dokter dan Perawat) sebanyak 88
Orang
2.Pemeriksaan Jamaah Haji setelah pengumuman Kuota
dilaksanakan kepada 17.679 Orang Jamaah Haji yang akan
berangkat Pada Tahun 2022/1443
3.Pengukuran Kebugaran dilaksanakan pada bulan Januari s.d Mei
2022 dan Input di Aplikasi SISKOHATKES sebanyak 19027
Jamaah. Sekaligus pelaksanaan Manasik Kesehatan Haji.
4.Vaksinasi MM sebanyak 30.305 yang diinput dalam
SISKOHATKES dilaksanakan bulan Januari s.d Juli 2022,
sedangkan Vakisnasi Covid-19 dberikan kepada 17.679 Orang
Jamaah Haji.
5. Pemeriksaan RT-PCR kepada Jamaah Haji dilaksanakan kepada
Jamaah Haji yang akan berangkat sebanyak 17.679 orang yang
dilaksanakan di Labkes Provinsi Jawa Barat, Labkesda Kab/Kota dan
Beberapa Laboratorium Rumah Sakit Daerah.

6. Jamaah Haji wajib Vaksin Covid-19 yang kedua


Kebijakan Penyelenggaraan
Kesehatan Haji Tahun 2023/144H
1. Istithaan Kesehatan masih menjadi Syarat
Untuk Pelunasan ONH

2. Optimalisasi Permenkes Nomor 15 tahun 2016


Tentang Istithaah Kesehatan Haji

3. Vaksin Covid-19 wajib Booster sehingga tidak


perlu dilakukan pemeriksaan PCR ?

4. Jamaah Haji Risti diberikan Wristband untuk


pemantauan Kesehatan selama Ibadah Haji

5. Tahun 2023 Kuota Jamaah Haji Normal ?

6. Jamaah Haji tidak ada Batasan usia ?


PEMERIKSAAN TAHAP I
(Penetapan Tingkat Risiko Kesehatan )
• Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan satu tahun sebelum berangkat dan paling
lambat tiga bulan sebelum masuk embarkasi
• Jamaah Haji yang terdaftar dalam Kuota Kab/Kota yang ditetapkan oleh
Kementerian Agama RI
• Pemeriksaan dilaksanakan di Puskesmas yang meliputi :
- Anamnesa,
- Pemeriksaan Fisik,
• Pemeriksaan Penunjang
• Pengukuran Kebugaran
• Pembinaan Kesehatan pada jamaah Haji
• Entry Data Hasil pemeriksaan dan Pembinaan di
https://siskohatkes.kemkes.go.id/Portal/Home
Sehingga dapat data jamaah Risiko tinggi atau Tidak Risiko Tinggi
Dengan Kriteria :
- Jamaah Haji Berusia 60 Tahun atau lebih
- Memiliki Faktor Risiko Kesehatan dan gangguan Kesehatan (komorbid)
PEMERIKSAAN TAHAP II
(Penetapan Istithaah Kesehatan)
a. Jamaah yang sudah ditetapkan sebelum ada penetapan ONH
dari Pemerintah
b. Jamaah Haji yang sudah diperiksa Tahap ke I di Puskesmas
c. Pemeriksaan dilaksanakan di Puskesmas Kab/Kota yang
meliputi :
- Anamnesa,
- Pemeriksaan Fisik,
d. Pengukuran Kebugaran
e. Pembinaan Kesehatan pada jamaah Haji
f. Vaksinasi Meningitis Meningococcus (MM)
g. Entry Data Hasil pemeriksaan dan Pembinaan di
https://siskohatkes.kemkes.go.id/Portal/Home
Penetapan Istithaah
Kesehatan
Istithaah Kesehatan Jemaah Haji adalah kemampuan
Jemaah Haji dari aspek kesehatan yang meliputi fisik dan
mental yang terukur dengan pemeriksaan dan pembinaan
yang dapat dlpertanggungjawabkan sehingga Jemaah haji
dapat menjalankan ibadahnya
Memenuhi Syarat :
1. Istithaah kesehatan Haji :
- Jamah Haji memiliki kemampuan mengikuti proses ibadah Haji
2. Istithaah dengan Pendampingan :
- Berusia 60 Tahun keatas
- Menderita penyakit tertentu
Tidak Memenuhi Syarat :
3. Istithaah kesehatan Haji untuk sementara :
- Tidak mempunyai ICV
- Menderita penyakit yang menular
- Psikosis akut
2. Istithaah kesehatan Haji :
- Kondisi klinis yang mengancam jiwa
- Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) derajat IV
- Gagal Jantung stadium AIDS Stadium 4
- Gangguan Jiwa Berat Demensia berat
A. Pemeriksaan Tahap III

Dilaksanakan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di Embarkasi pada saat Jamaah menjelang Pemberangkatan
untuk menetapkan Status Kesehatan Jamaah Haji Laika tau tidak laik terbang.

B. Pemantauan Kesehatan Jamaah Haji pasca Kepulangan

1. Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jamaah Haji (K3JH)

- Kartu yang berisi informasi kesehatan jemaah haji setelah pulang dari Arab Saudi

- Kartu diberikan kepada jemaah haji di debarkasi haji

2. Apa yang dilakukan Jamaah Haji

- Istirahat cukup dan dianjurkan untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari sejak tiba di tanah air.

- Mencatat gejala penyakit yang dialami seperti demam, mual, muntah, batuk, sesak dan kaku kuduk dalam 14 hari
sejak kedatangan di Tanah Air.

- Segera berobat ke puskesmas & rumah sakit terdekat jika sakit.

- Jemaah haji menyerahkan K3JH kepeda Petugas Puskesmas/RS

- Bila dalam 14 hari jemaah tetap sehat maka tetap diminta menyetor kartu tersebut ke Puskesmas.
PEMERIKSAAN KESEHATAN
DI MASA
KEBERANGKATAN
 Pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan satu
tahun sebelum berangkat dan paling lambat tiga
bulan sebelum masuk embarkasi.
PEMERIKSAAN  Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi status
KESEHATAN kesehatan jemaah haji dan penetapan istithaah
kesehatan.
DI MASA
KEBERANGKATA  Sasarannya adalah seluruh jemaah haji yang akan
diberangkatkan pada tahun berjalan.
N
 Pemeriksaan kesehatan ini dilaksanakan oleh tim
penyelenggara kesehatan haji kabupaten/kota.
Pemeriksaan kesehatan masa keberangkatan
meliputi:
• Anamnesa.
• Pemeriksaan fisik.
• Pemeriksaan penunjang.
• Hasil dan Rekomendasi Dokter Spesialis.
• Diagnosis.
• Penetapan Risti dan Istithaah Kesehatan.
• Rekomendasi/saran/rencana tindak lanjut.
 Anamnesis
• Identitas jemaah haji.
Nama (bin/binti), nomor porsi, nomor induk kependudukan, tempat
dan tanggal lahir, umur, jenis kelamin, alamat dan nomor telepon,
pekerjaan, pendidikan terakhir, status perkawinan, dan tanggal
pemeriksaan.

• Riwayat kesehatan.
• Riwayat kesehatan sekarang,
• Riwayat penyakit dahulu,
• Riwayat penyakit keluarga.
 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik antara lain:

1. Tanda vital:
• Tekanan darah.
• Nadi.
• Pernapasan.
• Suhu tubuh.

2. Postur tubuh:
• Tinggi badan (TB).
• Berat badan (BB) serta lingkar perut.
3. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi) dilakukan terhadap:
• Kulit, Kepala, Mata, Telinga, Hidung, Tenggorokan dan Mulut, Leher
dan pembuluh getah bening.
4. Pemeriksaan fisik terhadap dada (thorax) dan perut (abdomen)
meliputi:
• Paru.
• Jantung.
• Perut (meliputi semua organ dalam perut).
5. Pemeriksaan fisik juga dilakukan terhadap:
• Ekstremitas (kekuatan otot dan refleks).
• Rektum dan urogenital.
• Traktus urinarus dan traktus genitalia (inspeksi dan palpasi).
 Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium
• Rontgen (foto thoraks)
• EKG (Elektrokardiografi)
• Tes Kehamilan (wanita usia subur)
• Pemeriksaan penunjang lainnya (CT Scan, MRI).

 Pemeriksaan Dokter Spesialis.


• Bila memerlukan tindakan/rujukan lebih lanjut dapat ke dokter
spesialis/fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut .
• Hasil pemeriksaan dokter spesialis sebagai dasar pertimbangan untuk
pembinaan kesehatan dan terapi selanjutnya
 Penetapan Diagnosa
Diagnosa ditetapkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan dokter Spesialis.
Berdasarkan diagnosis tersebut ditetapkan kriteria status Risti dan istithaah
kesehatan jemaah haji yang bersangkutan.

 Penetapan Risti dan Istithaah Kesehatan


Kriteria Risti : Usia 60 tahun atau lebih dan/atau memiliki penyakit penyerta.
Penetapan Istithaah:
1. Memenuhi syarat istithaah kesehatan jemaah haji
2. Memenuhi syarat istithaah kesehatan jemaah haji dengan pendampingan.
3. Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan jemaah haji sementara;
4. Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan jemaah haji.
PENYAKIT KATEGORI TIDAK MEMENUHI SYARAT ISTITHAAH KESEHATAN
HAJI atau SAKIT PERMANEN

Berdasarkan Surat Edaran No. HK.02.01/MENKES/33/2020 Tentang Kategori


Sakit Permanen Dalam Penyelenggaraan Kesehatan Haji adalah sebagai berikut:
A. Penyakit yang mengancam jiwa
B. B. Gangguan Jiwa Berat
C. Penyakit yang sulit dihararapkan kesembuhannya
 Rekomendasi Tindak Lanjut

• Berdasarkan diagnosis dan hasil pemeriksaan kesehatan masa


keberangkatan, tim penyelenggara kesehatan haji kabupaten/kota
menetapkan status risti dan istithaah Kesehatan Jemaah haji.
• Seluruh jemaah haji yang telah dilakukan pemeriksaan kesehatan
masa keberangkatan, diberikan rekomendasi/saran atau tindaklanjut
untuk dilakukan pembinaan kesehatan pada masa keberangkatan.
• Pembinaan kesehatan pada masa keberangkatan akan memantapkan
kondisi kesehatan jemaah haji menjelang keberangkatan.
• Hasil pemeriksaan kesehatan masa keberangkatan dicatat dalam
Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (Siskohatkes).
KKJH

Kartu Kesehatan
Jemaah Haji
DEFINISI
 Kartu yang berisi informasi catatan medis hasil
pemeriksaan jemaah haji yang sudah tercatat dalam
Siskohatkes
 Kartu diberikan kepada jemaah haji di Dinkes
kabupaten/kota.
Manfaat KKJH

 Memuat status kesehatan jemaah haji.


 Memuat status vaksinasi (ICV).
 Penanda Risti (Orange)dan Tidak Risti (Putih).
 Mudah digunakan oleh Petugas (memiliki Bar Code & QR
Code)
Kelebihan KKJH
 Efisien, hanya berupa kartu.
 Memberikan informasi yang lengkap
 Cepat dan mudah digunakan (mobile aplikasi).
Cara memperoleh KKJH

 Jemaah haji melakukan pemeriksaan kesehatan dan vaksinasi di


Puskesmas atau RS.
 Petugas mengentry data kesehatan jemaah haji ke siskohatkes.
 Petugas mencetak KKJH dan berikan kepada Jemaah haji
 Jika KKJH hilang atau rusak, petugas mencetak ulang
Yang Harus Diperhatikan
Jemaah Haji
 Gunakan dan simpan KKJH di tas paspor.
 Perlihatkan KKJH setiap periksa kesehatan di kloter.
 Simpan dengan baik jangan basah, robek atau hilang.
30

PEMBINAAN KESEHATAN MELALUI PENGUKURAN KEBUGARAN KESEHATAN PADA JEMAAH


HAJI
31

Bahan pelatihan manasik


kesehatan haji petugas
kab/kota

Ibadah haji sebagai aktifitas fisik


• Lama perjalanan dari Indonesia ke Arab Saudi sekitar 9 - 10 jam.
• Tawaf: berjalan mengelilingi Ka’bah berlawanaan arah jarum jam
sebanyak tujuh kali dengan jarak tempuh sekitar 1 - 3 km
• Sa’i: berjalan atau berlari-lari kecil dari bukit Shofa ke bukit Marwah
sebanyak tujuh kali sekitar 3 km
• kegiatan Armina (Arofah, Muzdalifah, Mina) meliputi wukuf di Arofah
mabit di Muzdalifah termasuk melontar jumroh. Jarak melontar
jumroh sekitar 6 – 10 km/hari.

Perlu persiapan fisik


32

Bahan pelatihan manasik


kesehatan haji petugas
kab/kota

2. Kebugaran fisik.
• Aktifitas fisik (olah raga) yang cukup perlu dilakukan minimal 30 menit tiap hari,
disesuaikan dengan kondisi tubuh dan usia.

• Jika sibuk, oleh raga dapat dilakukan 2-3 hari sekali dengan waktu yang lebih
lama, misalkan 40-60menit.

• Pilih olah raga yang menyenangkan sesuai dengan hobi dapat berupa senam,
berjalan kaki, lari, bersepeda, dll

• Upayakan aktifitas fisik  dikerjakan dengan baik, benar, dan teratur serta terukur
33

Bahan pelatihan manasik


kesehatan haji petugas
kab/kota

Pengukuran Kebugaran fisik pada Jemaah haji


• Metode Rockport Walking Test
Metode untuk menilai kesanggupan fungsi jantung-paru seseorang saat melakukan
aktivitas fisik. Peserta diminta untuk berjalan konstan dan sesuai kemampuan
sejauh 1,6 km, lalu dihitung waktu tempuhnya. Metode pengukuran ini dilakukan
pada peserta yang sudah dinyatakan aman melalui skrining Par-Q and You.
• Metode Six Minutes Walking Test
Metode pengukuran kapasitas fungsional seseorang yang ditujukan untuk seseorang
dengan usia di atas 60 tahun dan/atau memiliki penyakit jantung atau gangguan
pernapasan. Metode pemeriksaannya adalah dengan mengukur jarak tempuh
seseorang berjalan dalam waktu enam (6) menit pada lintasan yang sudah diukur.
34

Pengukuran Kebugaran fisik pada Jemaah haji


Perlengkapan yang dibutuhkan:
• dengan metode Six
▪ Area datar dan bebas hambatan
Minutes Walking Test
▪ Alat pengukur waktu (Stopwatch)
(6MWT)
▪ Alat pengukur jarak
Kontra Indikasi: ▪ Dua buah penanda jarak, bias berupa kerucut orange (jumlah
▪ Riwayat Angina Pektoris tidak stabil dapat disesuaikan).
kurang dari satu bulan sebelum ▪ Lakban/pemandu lain untuk pedoman jarak tiap 3 meter.
pemeriksaan.
▪ Riwayat Infark Miokard kurang dari Cara pelaksanaan:
satu bulan sebelum pemeriksaan.
▪ Melakukan peregangan sebelum dan setelah tes.
▪ Tekanan darah sistolik lebih dari 180
▪ Hidupkan stopwatch bersamaan dengan aba-aba mulai.
mm Hg.
▪ Peserta pengukuran berjalan secara konstan pada lintasan
▪ Tekanan darah diastolik lebih dari
yang telah ditentukan.
100 mm Hg.
▪ Catat jarak tempuh masing-masing peserta setelah 6 menit.
▪ Frekuensi denyut nadi istirahat lebih
dari 120 kali/menit
35

Bahan pelatihan manasik


kesehatan haji petugas
kab/kota

Pengukuran Kebugaran fisik pada Jemaah haji


• dengan metode Rockport Walking Test
Perlengkapan yang 1. Peserta dengan jawaban Cara Pelaksanaan :
dibutuhkan : “TIDAK” pada semua 1. Melakukan peregangan selama 5-10 menit.
pertanyaan yang terdapat 2. Hidupkan stopwatch bersamaan dengan aba-
1. Lembar PAR-Q and You dalam PAR-Q, dapat aba mulai.
(The Physical Activity melakukan pengukuran 3. Peserta pengukuran berjalan cepat/berlari
Readiness kebugaran jasmani ini
secara konstan.
Questionnaire) 2. Peserta dengan satu atau 4. Catat waktu tempuh (menit dan detik) masing-
2. Lintasan datar lebih jawaban “YA”, masing peserta yang telah selesai menempuh
sepanjang 1,6 km. memerlukan pertimbangan 1,6 km dan dicatat ke dalam formulir pembinaan
3. Stopwatch (alat medis untuk melakukan kesehatan haji.
pengukur waktu). pengukuran ini. 5. Waktu tempuh kemudian dikonversi sesuai
4. Nomor dada. Konsultasikan dulu dengan
dengan umur dan jenis kelamin peserta
dokter
36

Program Latihan Fisik Sesuai Tingkat Kebugaran


• Frekuensi : 2x/minggu
• Intensitas : denyut nadi 100-120x/menit
KURANG / • Lama : Latihan inti 20-30 menit,
pemanasan+peregangan 10 menit,
KURANG SEKALI pendinginan+peregangan 5 menit
• Tipe/jenis: aerobik tipe 1 (jalan, lari, sepeda)
• Frekuensi : 3x/minggu
• Intensitas : denyut nadi 120-130x/menit
• Lama : Latihan inti 30-40 menit, pemanasan+peregangan Evaluasi
10 menit, pendinginan+peregangan 5 menit tiap
CUKUP • Tipe/jenis: aerobik tipe 1 dan 2(jalan, lari, sepeda, senam 3 bulan
ritmik, renang)

• Frekuensi : 4-5x/minggu
• Intensitas : denyut nadi 130-150x/menit
BAIK / • Lama : Latihan inti 40-60 menit, pemanasan+peregangan
10 menit, pendinginan+peregangan 5 menit
BAIK SEKALI • Tipe/jenis: aerobik tipe 1,2,3 (jalan, lari, sepeda)
Pemantauan Kesehatan
Jemaah Haji Pasca
Kepulangan
1. Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jamaah Haji (K3JH)
- Kartu yang berisi informasi kesehatan jemaah haji setelah pulang dari Arab Saudi
- Kartu diberikan kepada jemaah haji di debarkasi haji

2. Apa yang dilakukan Jamaah Haji?


- Istirahat cukup dan dianjurkan untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari sejak tiba di
tanah air.
- Mencatat gejala penyakit yang dialami seperti demam, mual, muntah, batuk, sesak dan kaku
kuduk dalam 14 hari sejak kedatangan di Tanah Air.
- Segera berobat ke puskesmas & rumah sakit terdekat jika sakit.
- Jemaah haji menyerahkan K3JH kepeda Petugas Puskesmas/RS
- Bila dalam 14 hari jemaah tetap sehat maka tetap diminta menyetor kartu tersebut ke Puskesmas.
3. Petugas Puskesmas
- Memantau kondisi kesehatan jemaah haji selama 14 hari.
- Memberi pengobatan kepada jemaah haji sakit.
- Memberi pelayanan rujukan jika diperlukan.
- Memasukan data jemaah haji ke Siskohatkes https://siskohatkes.kemkes.go.id/Portal/Home

4. Penyakit Menular yang Perlu Diwaspadai


- Meningitis.
- Mers Cov.
- Ebola.
- Kolera.
- Covid-19
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai