Anda di halaman 1dari 128

Matematika

SMK/MAK Kelas X Semester 1

Disusun oleh:
Anna Yuni Astuti

Disklaimer Daftar isi


Disklaimer

• Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna


membantu Bapak/Ibu Guru melaksanakan pembelajaran.

• Materi powerpoint ini mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan


Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum 2013.

• Dengan berbagai alasan, materi dalam powerpoint ini disajikan


secara ringkas, hanya memuat poin-poin besar saja.

• Dalam penggunaannya nanti, Bapak/Ibu Guru dapat


mengembangkannya sesuai kebutuhan.

• Harapan kami, dengan powerpoint ini Bapak/Ibu Guru dapat


mengembangkan pembelajaran secara kreatif dan interaktif.
DAFTAR ISI

Bab 1. Pangkat, Akar, dan Logaritma

Bab 2. Persamaan dan Pertidaksamaan Nilai Mutlak

Bab 3. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Bab 4.
Program Linear
Bab 5. Barisan dan Deret
BAB

I Pangkat Akar dan Logaritma

A. Pangkat Bulat
B. Bentuk Akar
C. Merasionalkan Penyebut
D. Pangkat Pecahan
E. Logaritma

Kembali ke daftar isi


A. Pangkat Bulat

1. Pangkat Bulat Positif

2. Pangkat Nol
3. Pangkat Bulat Negatif
4. Sifat-Sifat pada Pangkat Bulat

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Pangkat Bulat Positif

Jika a ∈ bilangan real dan n ∈ bulat positif maka an


(dibaca a pangkat n) didefinisikan sebagai perkalian
berulang a sebanyak n kali (n faktor).

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Pangkat Nol

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Pangkat Bulat Negatif

Jika a ∈ bilangan real, a ≠ 0 dan n ∈ bilangan bulat


positif, berlaku:

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


4. Sifat-Sifat pada Pangkat Bulat

Jika a, b ∈ bilangan real dan p, q ∈ bilangan bulat,


berlaku sifat-sifat berikut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


B. Bentuk Akar

1. Akar Pangkat n suatu Bilangan

2. Bentuk Akar

3. Sifat-Sifat Bentuk Akar

4. Operasi Hitung pada Bentuk Akar

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Akar Pangkat n Suatu Bilangan

Misalkan n bilangan bulat positif, a dan b bilangan


real. Jika berlaku bn = a maka b disebut sebagai akar
pangkat n dari a.

Contoh:
4
16  4 24  2
3
8  3 (2)3  2

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Bentuk Akar

Bentuk akar adalah akar-akar bilangan rasional yang


hasilnya bukan bilangan rasional (irasional).
Contoh:
3, 5, 6 merupakan bilangan bentuk akar
4, 9, 16 bukan bilangan bentuk akar

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Sifat-Sifat Bentuk Akar

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


4. Operasi Hitung pada Bentuk Akar

a. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Akar


Bentuk-bentuk akar yang dapat dijumlahkan atau
dikurangkan yaitu bentuk akar yang sejenis.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


b. Perkalian Bentuk Akar
1). Bentuk-bentuk akar yang langsung dapat dikalikan
adalah bentuk akar yang senama (akar pangkat sama).

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2) Jika bentuk-bentuk akar belum senama, pangkat akar
disamakan terlebih dahulu, lalu dikalikan.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


C. Merasionalkan Penyebut

1. Merasionalkan Penyebut

2. Menyederhanakan Bentuk

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Merasionalkan Penyebut

Pecahan dengan penyebut irasional dapat diubah


menjadi pecahan dengan penyebut rasional. Caranya
dengan mengalikan pecahan dengan bentuk sekawan dari
penyebut.
Contoh:

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Menyederhanakan Bentuk (a  b) . 2 ab

Bentuk (a  b)  2 ab dapat disederhanakan


menjadi bentuk berikut.
(a  b)  2 ab  a  b
(a  b)  2 ab  a  b
Contoh:
7  2 10  (5  2)  2 5  2  5  2

3  2 10  (5  2)  2 5  2  5  2

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh soal

1. Rasionalkan penyebut pecahan-pecahan berikut.


36
a.
11  5
10  3 13
b.
2 13  7

2. Nyatakan bentuk berikut ke dalam bentuk p q

a. 7  2 12
b. 9  4 5

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


D. Pangkat Pecahan

1. Pangkat Pecahan

2. Sifat-Sifat Operasi Bilangan Pangkat Pecahan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Pangkat Pecahan

Untuk a ∈ bilangan real dan n ∈ bilangan bulat positif


berlaku :

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Sifat-Sifat Operasi Bilangan Pangkat Pecahan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


E. Logaritma

1. Pengertian Logaritma

2. Nilai Logaritma
3. Sifat-Sifat Logaritma

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Pengertian Logaritma

Logaritma merupakan kebalikan (invers) dari


pemangkatan.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Nilai Logaritma

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Sifat-Sifat Logaritma

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


BAB
Persamaan dan
II Pertidaksamaan Nilai Mutlak

A. Konsep Nilai Mutlak

B. Persamaan Nilai Mutlak

C. Pertidaksamaan Nilai Mutlak

Kembali ke daftar isi


A. Konsep Nilai Mutlak

1. Konsep Nilai Mutlak Suatu Bilangan

2. Sifat-Sifat Nilai Mutlak

3. Fungsi Nilai Mutlak

4. Menggambar Grafik Fungsi Mutlak dari Fungsi Linearnya

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Konsep Nilai Mutlak Suatu Bilangan

Nilai mutlak bilangan x, dinotasikan dengan |x|,


didefinisikan sebagai berikut.
|x| = jarak x dari titik nol pada garis bilangan

Contoh:
|5| = 5
|–9| = 9

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Sifat-Sifat Nilai Mutlak

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Fungsi Nilai Mutlak

Fungsi nilai mutlak adalah fungsi yang variabelnya di


dalam tanda mutlak.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


4. Menggambar Grafik Fungsi Nilai Mutlak
dari Fungsi Linearnya

Grafik fungsi mutlak linear


y = |f(x)| dapat digambar
dengan cara menggambar
grafik fungsi linear f(x), lalu
mencerminkan terhadap
sumbu X grafik fungsi f(x)
yang berada di bawah sumbu
X.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


B. Persamaan Nilai Mutlak

1. Persamaan Nilai Mutlak

2. Cara Menyelesaikan Persamaan Nilai Mutlak


a. Menggunakan Definisi Nilai Mutlak
b. Menggunakan Grafik
c. Menggunakan Definisi Nilai Mutlak
d. Menggunakan Cara Menguadratkan Kedua Ruas

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Persamaan Nilai Mutlak

Bentuk umum persamaan nilai mutlak sebagai berikut.


|f(x)| = c dengan syarat c ≥ 0
|f(x)| = |g(x)|
|f(x)| = g(x) dengan syarat g(x) ≥ 0
Penyelesaian persamaan yang memuat nilai mutlak
adalah bilangan-bilangan pengganti dari variabel yang
membuat persamaan menjadi pernyataan bernilai benar.
Contoh:
Untuk x = 5 maka |x – 2| = |5 – 2| = 3
Untuk x = –1 maka |x – 2| = |(–1) – 2| = 3
Penyelesaian persamaan |x – 2| = 3 adalah 5 atau –1.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Cara Menyelesaikan Persamaan Nilai Mutlak

a. Menggunakan Definisi Nilai Mutlak Sebagai Jarak


b. Menggunakan Grafik
c. Menggunakan Definisi Nilai Mutlak
d. Menggunakan Cara Menguadratkan Kedua Ruas

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


a. Menggunakan Definisi Nilai Mutlak
sebagai Jarak
Menurut definisi, nilai mutlak suatu bilangan dapat
diartikan sebagai jarak bilangan dari nol.
Sebagai contoh |3| = jarak 3 dari 0 dan |–3| = jarak –3 dari 0.

Bentuk |x – 2| = 3 dapat dibaca jarak x dari 2 sama dengan 3.

Penyelesaian |x – 2| = 3 adalah x = –1 atau x = 5.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


b. Menggunakan Grafik
Kedua ruas persamaan
dimisalkan sebagai fungsi
dan digambar grafiknya dan
ditentukan titik potong
kedua grafik tersebut.
Persamaan |x – 2| = 3.
Misalkan y1 = |x – 2| dan y2
= 3.
Kedua grafik berpotongan di x = 5 atau x = –1.
Penyelesaian |x – 2| = 3 adalah x = 5 atau x = –1.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


c. Menggunakan Definisi Nilai Mutlak

Dari definisi nilai mutlak dapat diperoleh hubungan sebagai


berikut.
|ax + b| = c ⇔ ax + b = c atau –(ax + b) = c
⇔ ax + b = c atau ax + b = –c
Persamaan|ax + b| = c dapat diselesaikan dengan
menyelesaikan ax + b = c atau ax + b = –c.
Contoh:
|x – 2| = 3
⇔ x – 2 = 3 atau x – 2 = –3
⇔ x = 5 atau x = –1

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


d. Menggunakan Cara Menguadratkan Kedua Ruas

Menyelesaikan persamaan nilai mutlak dengan cara


menguadratkan kedua ruas hanya boleh dilakukan jika
kedua ruas bernilai positif
|x – 2| = 3
Oleh karena kedua ruas bernilai positif, kedua ruas boleh
dikuadratkan.
⇔ |x – 2|2 = 32
⇔ (x – 2)2 = 32
⇔ (x – 2)2 – 32 = 0
⇔ (x – 2 + 3)(x – 2 – 3) = 0
⇔ (x + 1)(x – 5) = 0
⇔ x = –1 atau x = 5

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh soal

Tentukan penyelesaian persamaan berikut menggunakan


cara grafik, cara analisis nilai x, dan cara menguadratkan
kedua ruas.
1. |2x – 6| = |x|
2. |x + 3| – |x – 2| = 4

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


C. Pertidaksamaan Nilai Mutlak

1. Pertidaksamaan Nilai Mutlak

2. Cara Menyelesaikan Pertidaksamaan Nilai Mutlak


a. Menggunakan Definisi Nilai Mutlak
b. Menggunakan Grafik
c. Menggunakan Definisi Nilai Mutlak
d. Menggunakan Cara Menguadratkan Kedua Ruas

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Pertidaksamaan Nilai Mutlak

Misalkan f(x) suatu fungsi dalam variabel x maka


berlaku fungsi nilai mutlak |f(x)| sebagai berikut.
a. Jika |f(x)| ≤ a maka –a ≤ f(x) ≤ a.
b. Jika |f(x)| ≥ a maka f(x) ≤ –a atau f(x) ≥ a.
Contoh:
| x 2|  3
 3 x 2  3
 3  2  x  2  2  3  2
 1  x  5

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Cara Menyelesaikan Pertidaksamaan Nilai Mutlak

a. Menggunakan Definisi Nilai Mutlak Sebagai Jarak


b. Menggunakan Grafik
c. Menggunakan Definisi Nilai Mutlak
d. Menggunakan Cara Menguadratkan Kedua Ruas

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


a. Menggunakan Definisi Nilai Mutlak
sebagai Jarak
Pertidaksamaan |x – 2| ≤ 3 dapat diterjemahkan menjadi
jarak bilangan x dari 2 kurang dari atau sama dengan3.

Penyelesaian |x – 2| ≤ 3 adalah –1 ≤ x ≤ 5.
Menggunakan cara yang sama, coba tentukan penyelesaian
|x – 2| ≥ 3.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


b. Menggunakan Grafik

Persamaan |x – 2|  3.
Misalkan y1 = |x – 2| dan
y2 = 3.
Penyelesaian y1  y2
adalah nilai-nilai x yang
membuat grafik fungsi y1
berada di bawah grafik y2.
Grafik fungsi y1 berada
di bawah grafik y2 untuk
Penyelesaian
–1  x  5.|x – 2|  3 adalah –1  x  5.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


c. Menggunakan Definisi Nilai Mutlak

Ingat definisi nilai mutlak.


Jika |f(x)| < a maka –a < f(x) < a.
Jika |f(x)| ≥ a maka f(x) ≤ –a atau f(x) ≥ a.
Pertidaksamaan nilai mutlak:
|ax + b| < c ⇔ –c < ax + b < c
|ax + b| ≥ c ⇔ ax + b ≥ –c atau ax + b ≥ c
Pertidaksamaan |x – 2| ≤ 3.
⇔ –3 ≤ x – 2 ≤ 3
⇔ –3 + 2 ≤ x – 2 + 2 ≤ 3 + 2
⇔ –1 ≤ x ≤5
Penyelesaian |x – 2| ≤ 3 adalah –1 ≤ x ≤ 5

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


d. Menggunakan Cara Menguadratkan Kedua Ruas

Menyelesaikan pertidaksamaan nilai mutlak dengan cara


menguadratkan kedua ruas hanya boleh dilakukan jika
kedua ruas bernilai positif.
Pertidaksamaan|x – 2|  3
Oleh karena kedua ruas pertidaksamaan bernilai positif,
kedua ruas boleh dikuadratkan.
⇔ |x – 2|2  32
⇔ (x – 2)2  32
⇔ (x – 2)2 – 32  0
⇔ (x – 2 + 3)(x – 2 – 3)  0
⇔ (x + 1)(x – 5)  0 Penyelesaian |x – 2|  3
⇔ –1  x  5 adalah –1  x  5.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh soal

Tentukan penyelesaian pertidaksamaan berikut.


a. |3x – 1| < 8
b. |9 – 2x| > 11
c. |2x – 1| < |x + 2|
d. |2 – x2| ≥ 3

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


BAB

III Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

A. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

B. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

C.
Menyelesaikan Masalah Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel

Kembali ke daftar isi


A. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

1. Persamaan Linear Dua Variabel

2. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Persamaan Linear Dua Variabel
Persamaan linear dua variabel merupakan persamaan
linear yang hanya memiliki dua variabel.
Bentuk umum persamaan linear dua variabel dalam x dan y:
ax + by = c
Contoh:
1) 2x – y = 4
2) 4x – 5y = 1 + 3y
Penyelesaian persamaan linear dua variabel adalah
pasangan-pasangan nilai (x, y) yang menyebabkan
persamaan ax + by = c bernilai benar. Penyelesaian
persamaan ax + by = c jika digambarkan berupa garis lurus
ax + by = c.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV)
merupakan kumpulan beberapa persamaan linear dua
variabel yang saling terkait.
Bentuk umum sistem persamaan linear dua variabel
dalam x dan y:
ax + by = c
dx + ey = f
Penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel
adalah pasangan-pasangan nilai (x, y) yang menyebabkan
semua persamaan dalam sistem bernilai benar.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Kemungkinan penyelesaian sistem persamaan linear
dua variabel (SPLDV):
1.mempunyai 1 penyelesaian,
2.tidak mempunyai penyelesaian, atau
3.mempunyai banyak penyelesaian
Contoh:
•SPLDV x + 2y = 5 dan 3x – y = 1 mempunyai
penyelesaian (1, 2) saja.
•SPLDV x + 2y = 5 dan x + 2y = 1 tidak mempunyai
penyelesaian.
•SPLDV x + 2y = 5 dan 2x + 4y = 10 mempunyai banyak
penyelesaian.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


B. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel
1. Metode Grafik
2. Metode Eliminasi
3. Metode Substitusi

4. Metode Eliminasi-Substitusi

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Metode Grafik
Menyelesaikan SPLDV menggunakan metode grafik
dilakukan dengan menggambar grafik dari kedua persamaan
pada satu bidang kartesius. Koordinat titik potong kedua
grafik merupakan penyelesaian dari sistem persamaan
tersebut.
Tentukan penyelesaian SPLDV berikut menggunakan
metode grafik.
2x – 3y = –10 . . . (1)
x + 2y = 2 . . . (2)

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh soal
Menggambar grafik persamaan 2x – 3y = –10 dan x +
2y = 2 pada satu bidang kartesius. Kemudian menentukan
koordinat titik potong kedua grafik.
Tabel titik bantu 2x – 3y = –10:

Tabel titik bantu x + 2y = 2:

Grafik kedua persamaan tampak seperti gambar di


samping.
Titik potong kedua grafik adalah (–2, 2).
Penyelesaian SPLDV tersebut adalah (–2, 2).

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Metode Eliminasi
Menyelesaikan SPLDV dengan metode eliminasi
dilakukan dengan cara menghilangkan salah satu
variabelnya.
Contoh:
Tentukan penyelesaian SPLDV berikut menggunakan
metode eliminasi.
2x – 3y = –10 . . . (1)
x + 2y = 2 . . . (2)

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
3. Metode Substitusi
Menyelesaikan SPLDV menggunakan metode substitusi
dilakukan dengan cara berikut.
a. Ambil satu variabel pada salah satu persamaan.
Selanjutnya, nyatakan variabel tersebut dalam variabel lain.
Dengan begitu akan diperoleh persamaan dalam bentuk
baru.
b.Substitusikan persamaan baru tersebut ke persamaan
yang lain. Kemudian, selesaikan persamaan tersebut.
Contoh:
Tentukan penyelesaian SPLDV berikut menggunakan
metode substitusi.
2x – 3y = –10 . . . (1)
x + 2y = 2 . . . (2)

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


4. Metode Eliminasi Substitusi
Untuk menentukan penyelesaian suatu SPLDV dapat pula
menggunakan kombinasi atau campuran antara metode
substitusi dan eliminasi. Penggunaan metode ini dapat
mempermudah/mempercepat pengerjaan penyelesaian
SPLDV.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


C. Menyelesaikan Masalah Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel

Langkah-langkah mengubah permasalahan sehari-hari


menjadi SPLDV dilakukan sebagai berikut.
1.Tentukan variabel-variabelnya, lalu lakukan
pemisalan.
2.Terjemahkan permasalahan tersebut menjadi model
matematika berbentuk SPLDV.
3.Selesaikan model matematika yang diperoleh pada
langkah 2.
4.Selanjutnya, nilai-nilai variabel yang telah diperoleh
dicocokkan dengan pemisalan awal sehingga
permasalahan dapat diselesaikan.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh soal
Tiket masuk sebuah tempat wisata terdiri atas tiket dewasa
dan tiket anak-anak. Pada hari Minggu terjual 100 tiket
dewasa dan 250 tiket anak-anak. Hasil penjualan tiket
tersebut sebesar Rp4.500.000,00. Pada hari Senin terjual 60
tiket dewasa dan 180 tiket anak. Hasil penjualan tiket
pada hari Senin sebesar Rp3.000.000,00.
Tentukan:
a. harga 1 tiket anak-anak;
b. hasil penjualan tiket pada hari Selasa jika terjual 50 tiket
dewasa dan 100 tiket anak

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


BAB

IV Program Linear

A. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel

B. Program Linear

Kembali ke daftar isi


A. Sistem Pertidaksamaan Linear
Dua Variabel

1. Pertidaksamaan Linear Dua Variabel

2.
Penyelesaian Pertidaksamaan Linear Dua Variabel
3. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Pertidaksamaan Linear Dua Variabel

Pertidaksamaan linear dua variabel merupakan


pertidaksamaan yangmemiliki dua variabel dan setiap
variabel memiliki pangkat satu.
Bentuk umum pertidaksamaan linear dua variabel dalam
variabel x dan y:
ax + by ≤ c
ax + by ≥ c
ax + by < c
ax + by > c

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Penyelesaian Pertidaksamaan Linear
Dua Variabel

Penyelesaian pertidaksamaan dua variabel merupakan


himpunan pasangan bilangan (x, y) yang memenuhi
pertidaksamaan linear tersebut.
Jika digambarkan pada bidang koordinat kartesius,
himpunan pasangan bilangan (x, y) tersebut berada dalam
suatu daerah yang disebut daerah penyelesaian (DP).

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Langkah-langkah menentukan daerah penyelesaian
(DP) pertidaksamaan linear dua variabel.
Langkah 1: Menggambar garis pembatas
a.Jika PtLDV memiliki tanda ketidaksamaan ≤ atau ≥,
garis pembatas digambarkan utuh.
b.Jika PtLDV memiliki tanda ketidaksamaan < atau >,
garis pembatas digambarkan putus-putus.
Langkah 2: Melakukan uji titik untuk menentukan DP
Menentukan daerah penyelesaian (DP) pertidaksamaan
x + 3y > 6.
Langkah 1: Menggambar garis pembatas
PtLDV x + 3y > 6 memiliki tanda ketidaksamaan >, garis
pembatas digambarkan putus-putus.
Langkah 2: Melakukan uji titik untuk menentukan DP
Mensubstitusikan titik (0, 0) ke dalam pertidaksamaan x
+ 3y > 6.
x + 3y > 6 ⇔ 0 – 3  0 > 6 ⇔ 0 > 6 (salah)
Oleh karena pernyataan 0 > 6 bernilai salah maka DP
dibatasi garis x + 3y = 6 dan tidak memuat
titik (0, 0).
Daerah penyelesaian x + 3y > 6 (DP) dibatasi garis
x + 3y = 6 dan tidak memuat titik (0, 0).

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel
Sistem pertidaksamaan linear dua variabel (SPLDV)
merupakan kumpulan beberapa pertidaksamaan linear dua
variabel yang saling terkait.
Salah satu bentuk umum sistem pertidaksamaan linear
dua variabel dalam x dan y:
ax + by > c
dx + ey  f
Penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua variabel
adalah himpunan nilai (x, y) yang menyebabkan semua
pertidaksamaan dalam sistem bernilai benar. Daerah
penyelesaian SPtLDV berupa daerah irisan dari penyelesaian
setiap pertidaksamaan di dalam sistem.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal
Tentukan daerah penyelesaian SPtLDV:

Daerah penyelesaian SPtLDV ditentukan dengan


menentukan penyelesaian setiap pertidaksamaan dalam
sistem lalu menentukan daerah irisannya.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Daerah irisannya:

Daerah penyelesaian sistem x + y < 2 dan x – 2y  4


ditunjukkan oleh daerah yang diarsir.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


B. Program Linear

1. Model Matematika

2. Nilai Optimum Fungsi Tujuan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Model Matematika
Model matematika pada permasalahan program linear
berupa SPtdLDV. SPtdLDV tersebut dinamakan pembatas atau
kendala.
Contoh:
Seorang pengusaha mebel akan memproduksi meja dan
kursi menggunakan bahan dari kayu dengan ukuran tertentu.
Satu meja memerlukan bahan 10 potong kayu dan satu kursi
memerlukan bahan 5 potong kayu. Pengusaha memiliki
persediaan kayu 500 potong. Banyak meja yang akan
diproduksi paling sedikit 10 unit dan banyak kursi yang akan
diproduksi paling sedikit 20 unit. Biaya produksi meja 210.000
rupiah per unit dan biaya produksi kursi 100.000 rupiah per
unit. Berapa biaya produksi minimum meja dan kursi tersebut?

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Jawaban:
Langkah 1: Membuat model matematika permasalahan
Misalkan:
x adalah banyak meja yang akan diproduksi.
y adalah banyak kursi yang akan diproduksi.
Banyak meja yang akan diproduksi paling sedikit 10 unit
sehingga diperoleh pertidaksamaa:
x ≥ 10 . . . (1)
Banyak kursi yang akan diproduksi paling sedikit 20 unit
sehingga diperoleh pertidaksamaan
y ≥ 20 . . . (2)

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1 unit meja memerlukan kayu10 potong.
x unit meja memerlukan kayu 10x potong.
1 unit kursi memerlukan kayu 5 potong.
y unit kursi memerlukan kayu 5y potong.
x unit meja dan y unit kursi memerlukan kayu (10 x + 5y)
potong.
Persediaan kayu 500 potong berarti (10 x + 5y) kurang dari
atau sama dengan 500 sehingga diperoleh pertidaksamaan 10x
+ 5y ≤ 500 . . . (3)
Biaya produksi meja 210.000 rupiah per unit dan
biaya produksi kursi 100.000 rupiah per unit
sehingga diperoleh fungsi tujuan:
f(x, y) = 210.000x + 100.000y . . . (4)

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Dari pertidaksamaan (1) sampai dengan (3) dan persamaan
(4) diperoleh model matematika sebagai berikut.
Meminimumkan fungsi tujuan
f(x, y) = (210x + 100y) ribu dengan kendala:
x ≥ 10
y ≥ 20
10x + 5y ≤ 500

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Nilai Optimum Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan disebut juga fungsi sasaran atau fungsi


objektif.
Nilai fungsi tujuan f(x, y) = ax + by tergantung dari nilai-
nilai x dan y yang memenuhi kendala. Nilai fungsi tujuan bisa
minimum atau maksimum. Nilai minimum atau nilai
maksimum disebut juga nilai optimum atau nilai ekstrim.
Nilai optimum fungsi tujuan dapat ditentukan
menggunakan metode uji titik pojok dan metode garis selidik.
a. Menggunakan Metode Garis Selidik
b. Menggunakan Metode Uji Titik Pojok

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


a. Menggunakan Metode Garis Selidik
Tentukan penyelesaian memaksimumkan fungsi tujuan
f(x, y) = 17.000x + 20.000y dengan kendala:

Persamaan fungsi tujuan:


f(x, y) = 17.000x + 20.000y = (17x + 20y) ribu sehingga
persamaan garis selidik adalah 17x + 20y = k dengan
k ∈ bilangan real.
Misalkan dipilih k = 17 × 20 maka diperoleh persamaan
garis selidik awal f0: 17x + 20y = 340.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Menggambar daerah penyelesaian sistem pertidaksamaan
dan garis-garis yang sejajar dengan f0: 17x + 20y = 340 dan
melalui setiap titik pojok daerah penyelesaian.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Menentukan persamaan garis selidik yang sejajar dengan f0
yaitu f(x, y) = ax + by.
Jika memaksimumkan fungsi tujuan, dipilih nilai k terbesar.
Jika meminimumkan fungsi tujuan, dipilih nilai k terkecil.
Dengan mensubstitusikan titik A(25, 30), B(115,30), dan
C(25, 120) ke dalam persamaan fungsi tujuan f(x, y) = 17x + 20y
diperoleh persamaan
f1: 17x + 20y = 1.025,
f2: 17x + 20y = 2.555, dan
f3: 17x + 20y = 2.825
Nilai k terbesar adalah k3 = 2.825 sehingga nilai maksimum
fungsi tujuan f(x, y) = (17x + 20y) ribu adalah 2.825 ribu atau
2.825.000.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


b. Menggunakan Metode Uji Titik Pojok
Nilai optimum fungsi tujuan dapat ditentukan
menggunakan metode uji titik pojok yaitu dengan menguji
titik pojok daerah penyelesaian.
Perhatikan kembali titik pojok daerah penyelesaian pada
pembahasan metode garis selidik di muka.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Dari Gambar 4.9 diperoleh titik pojok daerah penyelesaian yaitu
titik A(25, 30), B(115, 30), dan C(25, 120).
Uji titik pojok ke fungsi tujuan f(x, y) = 17.000x + 20.000y

Dari diperoleh nilai maksimum fungsi tujuan f(x, y) = 17.000x +


20.000y adalah 2.825.000 .

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


BAB

V Barisan dan Deret

A. Barisan dan Deret Aritmetika

B. Barisan dan Deret Geometri

C. Aplikasi Barisan dan Deret Bilangan

Kembali ke daftar isi


A. Barisan dan Deret Aritmetika

1. Barisan Aritmetika

2. Deret Aritmetika

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Barisan Aritmetika
Barisan aritmetika disebut juga barisan hitung.
Perhatikan contoh barisan aritmetika berikut.

Barisan aritmetika mempunyai selisih yang sama di antara


dua suku berurutan. Selisih tersebut disebut dengan beda.
Beda pada barisan aritmetika:

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Rumus suku ke-n (Un) barisan aritmetika:

Dengan a = U1 = suku pertama,


n = nomor suku,
b = beda barisan
Contoh:
Suku ke-50 barisan aritmetika 17, 10, 3, –4, . . .
adalah . . . .
Jawaban:
Suku ke-50:
U50 = 17 + (50 – 1) × (–7)
= 17 + 49 × (–7)
= 17 + (–343)
= –326
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh Soal

1. Tentukan tiga suku pertama dari barisan


aritmetika jika diketahui Un dan b berikut.
a. U9 = 20; b = 5
b. U23 = –3; b = – 3
2. Suku ketiga suatu barisan aritmetika sama dengan 11,
sedangkan suku kesepuluh sama dengan 39.
a. Carilah suku pertama dan beda barisan itu.
b. Carilah rumus suku ke-n.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Deret Aritmetika
Jika suku-suku suatu barisan aritmetika dijumlahkan
maka akan diperoleh deret aritmetika. Deret aritmetika
disebut juga deret hitung.
Contoh:
4 + 11 + 18 + 25 Deret aritmetika dengan 4 suku
26 + 20 + 14 + 8 + 2 Deret aritmetika dengan 5 suku
Hasil penjumlahan suku-suku deret aritmetika disebut
dengan jumlah n suku pertama.
Deret aritmetika 4 + 11 + 18 + 25.
Jumlah 1 suku pertama = 4
Jumlah 2 suku pertama = 4 + 11 = 15
Jumlah 3 suku pertama = 4 + 11 + 18 = 33

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Rumus jumlah n suku pertama (Sn) barisan aritmetika:

Dengan a = U1 = suku pertama,


n = nomor suku
b = beda barisan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal

1. Diketahui barisan aritmetika 25, 19, 13, 7, . . . .


Tentukan jumlah 12 suku pertama barisan tersebut.
2. Feri menabung di sebuah bank setiap bulan. Pada bulan
pertama ia menabung Rp50.000,00. Pada bulan-bulan
berikutnya uang yang ia tabung selalu lebih besar
Rp5.000,00 daripada bulan sebelumnya.
a. Berapa jumlah tabungan Feri setelah setahun?
b. Setelah berapa tahun jumlah tabungan Feri menjadi
Rp1.665.000,00?

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


B. Barisan dan Deret Geometri

1. Barisan Geometri

2. Deret Geometri

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Barisan Geometri

Dari kedua contoh barisan geometri tersebut terlihat


setiap dua suku yang berurutan pada barisan geometri
memiliki rasio yang sama.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Misalkan U1, U2, U3, U4, U5, . . . , Un merupakan suku-suku
barisan geometri. Rumus suku ke-n barisan tersebut
dinyatakan dengan:

Rasio dua suku yang berurutan pada barisan geometri


dirumuskan dengan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Deret Geometri
Jika suku-suku suatu barisan geometri dijumlahkan maka
akan diperoleh deret geometri. Deret geometri disebut juga
deret ukur.
Contoh deret geometri sebagai berikut.

Deret 1:
1 + 2 + 4 + 8 +16

Deret 2:
162 + 54 + 8 + 6 + 2

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Rumus jumlah n suku pertama deret geometri:

dengan: a merupakan suku pertama


n merupakan banyak suku
r merupakan rasio
Sn adalah jumlah n suku pertama
Sn – 1 adalah jumlah (n – 1) suku pertama

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Deret Geometri Tak Hingga
Barisan geometri yang mempunyai banyak suku tak
hingga disebut barisan geometri tak hingga.
Contoh barisan geometri tak hingga:

Rumus jumlah deret geometri tak hingga:

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


C. Aplikasi Barisan dan Deret Bilangan

1. Pertumbuhan
2. Peluruhan

3. Bunga Majemuk

4. Anuitas

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


1. Pertumbuhan
Pada bahasan ini, pertumbuhan yang dimaksud adalah
pertumbuhan eksponensial, yaitu pertumbuhan menurut
deret ukur (geometri). Pertumbuhan selalu bertambah
dengan suatu persentase yang tetap dalam jangka waktu
tertentu.
Misalkan pertumbuhan nilai suatu benda setiap tahun
adalah r. Jika nilai awal benda adalah H
maka pertambahan nilai benda adalah H  r.
Rumus umum nilai benda setelah t tahun:

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal

Pada tahun 2000 penduduk suatu negara tercatat 25 juta


jiwa. Jika tingkat pertumbuhannya mencapai 3% per tahun,
tentukan perkiraan jumlah penduduk di negara tersebut
pada tahun 2020.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Peluruhan
Peluruhan yang dimaksud adalah peluruhan eksponensial,
yaitu peluruhan menurut deret ukur (geometri). Peluruhan
selalu berkurang dengan suatu persentase yang tetap dalam
jangka waktu tertentu.
Misalkan peluruhan nilai suatu benda setiap tahun adalah r.
Jika nilai awal benda adalah H maka penyusutan nilai benda
adalah H × r.
Rumus umum nilai benda setelah t tahun:

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal

Diketahui harga beli sebuah sepeda motor Rp15.000.000,00


dan harga jualnya menurun sebesar 10% setiap tahun.
Tentukan harga jual sepeda motor setelah pemakaian selama
lima tahun.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Bunga Majemuk
Bunga majemuk adalah bunga yang dihitung atas jumlah
pinjaman pokok ditambah bunga yang diperoleh sebelumnya.
Uang yang dibungakan dengan bunga majemuk akan
bertambah sebagaimana pertumbuhan.
Misalkan nilai awal uang (modal) adalah M dan
pertambahannya dalam periode waktu tertentu adalah
suku bunga yang berlaku, yaitu i.
Nilai uang setelah t periode dirumuskan:

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal

1. Modal sebesar Rp4.000.000,00 ditabung dengan suku


bunga majemuk 5% per tahun. Tentukan besar modal
setelah 4 tahun.
2. Pak Junaidi menginvestasikan modal sebesar
Rp20.000.000,00 di bank dengan suku bunga majemuk 4%
per semester. Jika modal tersebut menjadi
Rp27.372.000,00, berapa tahun Pak Junaidi
menginvestasikan modalnya?

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


4. Anuitas
Anuitas adalah suatu pembayaran atau penerimaan uang
setiap jangka waktu tertentu dalam jumlah sama atau tetap.
Jangka waktu tertentu tersebut dinamakan periode.
Pembayaran secara anuitas dilakukan setiap akhir periode.
Periode pembayaran bisa setiap bulan, triwulan, kuartal,
semester, atau setiap tahun. Jumlah pembayaran anuitas
terdiri atas angsuran dan bunga.
Nilai anuitas A dari suatu pinjaman M dengan suku bunga
i% dirumuskan dengan:

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Hubungan Antara Anuitas, Angsuran, Bunga, dan Sisa
Pinjaman
Nilai anuitas sama pada setiap akhir periode pembayaran.
Anuitas terdiri atas angsuran dan bunga. Nilai anuitas
merupakan jumlahan antara angsuran dan bunga.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh Soal

Suatu pinjaman akan dilunasi dengan anuitas dan diangsur


setiap tiga bulan selama dua tahun. Suku bunga yang
diberikan sebesar 2% per tiga bulan.
Jika besar angsuran pertama Rp600.000, hitunglah:
a. besar anuitas;
b. besar bunga tiga bulan pertama;
c. besar pinjaman;
d. sisa pinjaman setelah diangsur selama setahun.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Terima Kasih

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab

Anda mungkin juga menyukai