Anda di halaman 1dari 18

Pengantar Kosmologi

Anggota Kelompok:
Milyana Amalia Oktavia (12211193010)
Yolanda Mery Saputri (12211193034)
Melly Nur Indrastuti (12211193045)
Satrio Wibowo (12211193058)
Irma Mufidatul Hidayah (12211193066)
Suraya Sita (12211193093)
TOPIK BAHASAN

9.6.3 Kandidat Materi Gelap >

<
9.7 Struktur Skala Besar
9.6.3 KANDIDAT MATERI GELAP

A. Materi Gelap Baryonik: MACHO


Massive Compact Halo Object (MACHO) adalah kandidat materi gelap baryonik. Sesuai
dengan namanya, MACHO adalah objek halo masif padat, yaitu sebagai objek-objek yang
>
punya massa besar, sangatlah padat (compact), namun tak bercahaya atau sangat redup
sehingga berada di luar batas kepekaan instrumen yang ada. Objek-objek seperti ini
antara lain bintang katai putih, bintang katai merah, bintang neutron, bintang katai coklat, <
planet-planet raksasa seukuran Jupiter, dan lubang hitam ukuran kecil. Bila benda-benda
ini jumlahnya sangat banyak, melebihi materi-materi lain yang bercahaya yang dapat kita
amati, maka gabungan total massa keseluruhan objek-objek ini dapat secara gravitasional
mempengaruhi dinamika di dalam sebuah galaksi dan menjelaskan dari mana asal
“tambahan massa” dalam kurva rotasi.
9.6.3 KANDIDAT MATERI GELAP

A. Materi Gelap Baryonik: MACHO


Berdasarkan petunjuk dari kurva rotasi, objek-objek tersebut pastilah terserak di
penjuru galaksi namun akan terkonsentrasi di daerah halo. Itulah sebabnya mengapa
objek-objek tersebut secara kolektif dinamakan sebagai MACHO atau Massive
Compact Halo Objects (Objek halo masif dan padat).
>
Karena MACHO adalah objek yang padat, maka medan
gravitasinya sangat kuat sehingga dapat membelokkan <
jalannya cahaya. Medan gravitasi ini dapat berfungsi
sebagai lensa untuk memfokuskan cahaya yang
melewati MACHO. Ilustrasinya dapat dilihat pada
Gambar di samping. Apabila sebuah MACHO (dalam
contoh ini adalah sebuah katai coklat) lewat di antara
kita dan sebuah bintang, maka cahaya yang berasal
dari bintang tersebut selama beberapa saat akan
Prinsip pengamatan microlensing
terfokus ke arah kita sebagai pengamat,
9.6.3 KANDIDAT MATERI GELAP
A. Materi Gelap Baryonik: MACHO
dan akibatnya bintang akan menjadi nampak lebih terang selama beberapa saat, lalu
meredup dan kecerlangannya kembali ke semula. Apabila kita mengamati porsi langit
yang cukup besar dalam waktu yang lama, bukan tidak mungkin kita akan dapat >
mengamati peristiwa ini.
Tekniknya dengan menggunakan teleskop yang medan pandangnya luas dan <
detektor yang sangat sensitif dan dengan demikian dapat mengambil gambar dalam
waktu eksposur yang sangat singkat dan terus menerus sepanjang malam, dan juga
dilakukan secara otomatis dan terprogram. Salah satu program semacam ini
adalah proyek OGLE yang diprakarsai oleh Universitas Warsaw, Polandia. Hampir dua
puluh tahun OGLE beroperasi, mereka tidak hanya berhasil menemukan sejumlah
peristiwa microlensingyang diakibatkan oleh lewatnya MACHO, namun juga sejumlah
planet ekstrasolar sebagai hasil sampingan.
9.6.3 KANDIDAT MATERI GELAP
A. Materi Gelap Baryonik: MACHO

Penemuan objek-objek MACHO melalui microlensing menunjukkan bahwa


mereka memang ada, namun bukanlah satu-satunya materi gelap dan terlebih lagi
bukanlah komponen paling dominan. Hal ini karena partikel-partikel dasar penyusun
MACHO adalah partikel-partikel baryon dan jumlah total mereka di alam semesta tidak >
cukup besar untuk dapat dianggap materi gelap. Baryon adalah partikel apapun yang
tersusun atas tiga quark, atau dengan kata lain adalah partikel biasa yang kita ketahui <
selama ini: proton dan neutron. Kelimpahan total partikel baryon di alam semesta ini
dapat diperkirakan dari perhitungan pembentukan atom-atom dasar pada waktu-
waktu awal sesudah Big Bang terjadi (disebut juga nukleosintesis big bang), dan
jumlah massa total partikel baryon tidak cukup untuk menjelaskan massa total materi
gelap. Jumlah total partikel baryon kemungkinan besar hanya 10% saja dari total
materi gelap dan oleh karena itu, sisanya kemungkinan dapat dijelaskan oleh adanya
partikel nonbaryon yang eksotik dan belum diketahui keberadaannya.
9.6.3 KANDIDAT MATERI GELAP
A. Materi Gelap Baryonik: MACHO
Bintang terlahir dari awan gas (utamanya tersusun atas hidrogen dan helium)
yang mengerut akibat tarikan gravitasi. Gas yang mengerut akan meningkatkan
temperatur dan menghasilkan tekanan termal yang melawan pengerutan. Jika massa
gas yang mengkerut ini cukup besar sedemikian sehingga tekanan termal akibat
pengerutan gas tidak dapat melawan tarikan gravitasi, maka gas tadi akan terus >
mengerut sehingga temperatur intinya terus meningkat.
Jika temperatur dari inti protobintang ini melampaui , maka atom-atom hidrogen <
pada inti protobintang memiliki energi yang cukup untuk memulai reaksi fusi hidrogen.
Dari reaksi fusi ini, protobintang tadi memancarkan radiasi yang mengimbangi tarikan
gravitasi dan protobintang mantap menjadi bintang. Namun jika massa dari awan gas
mula-mula ini tidak cukup besar untuk memulai reaksi fusi pada intinya (≤ 0,08), maka
protobintang tadi menjadi stabil hanya dengan tekanan termal saja, dan dengan
demikian hampir tidak memancarkan radiasi elektromagnetik sehingga sulit
terdeteksi. Objek seperti ini disebut katai cokelat.
9.6.3 KANDIDAT MATERI GELAP
A. Materi Gelap Baryonik: MACHO
Jika suatu bintang katai (0,08) pada akhirnya kolaps melalui helium flash atau nova atau
supernova, maka selubung luar bintang akan terlontar keluar menyisakan inti yang padat.
Jika massa sisa bintang lebih kecil daripada batas massa Chandrasekhar (sekitar 1,44), maka
degenerasi elektron akan menahan inti tadi dari keruntuhan gravitasi. Sisa ledakan bintang
seperti itu dikenal sebagai katai putih. Katai putih memiliki massa sekitar massa Matahari >
namun jejarinya hanya beberapa ribu kilometer, menjadikan katai putih sangat rapat dan
panas, namun luminositasnya sangat rendah karena tidak lagi melangsungkan fusi nuklir. <
Jika sisa dari keruntuhan bintang lebih besar daripada , namun lebih kecil daripada ,
degenerasi elektron tidak mampu menahan pengerutan gravitasi dari sisa inti bintang. Sisa
inti bintang ini akan terus mengerut hinga memaksa elektron dan proton bergabung
menjadi neutron. Sisa inti bintang ini pada akhirnya hanya tersusun atas neutron yang
sangat padat, dan tekanan yang muncul dari degenerasi neutron-neutron kemudian
menahan pengerutan gravitasi lebih lanjut. Kesetimbangan terjadi saat jejari dari sisa inti
bintang ini hanya sekitar beberapa belas kilomater. Objek seperti ini dinamakan bintang
neutron.
9.6.3 KANDIDAT MATERI GELAP
A. Materi Gelap Baryonik: MACHO

Bila ternyata massa dari sisa keruntuhan bintang lebih besar daripada , maka gaya
dari degenerasi neutron tidak cukup kuat untuk menghalau pengerutan lebih lanjut
hingga jejari sisa inti bintang menjadi lebih kecil daripada jejari Schwarzschild, dan
bintang tadi runtuh ke dalam singularitas yang dikenal sebagai lubang hitam. Secara >
klasik, Kronologi Alam Semesta dan Formasi Struktur 246 Pengantar Teori Relativitas
Umum dan Kosmologi tidak ada isyarat yang dapat keluar dari lubang hitam, dan <
dengan demikian lubang hitam tidak dapat terdeteksi secara langsung.
9.6.3 KANDIDAT MATERI GELAP

B. Materi Gelap Non-Baryonik: WIMP


Kemungkinan materi gelap juga memuat partikel relik yang berinteraksi lemah.
Materi gelap berupa partikel relativistic yang berinteraksi sangat lemah dinamakan >
Weakly Interacting Massive Particle (WIMP).
Kandidat kuat WIMP adalah neutrino berat dan materi supersimetri.
<
9.6.3 KANDIDAT MATERI GELAP

B. Materi Gelap Non-Baryonik: WIMP


1. Neutrino berat
Neutrino berat ini terbentuk saat nukleosintesis. Pada saat nukleosintesis alam >
semesta tersusun dari baryon dan elektron, foton, dan tiga jenis neutrino. Jika pada
saat nukleosintesis tercipta pula partikel serupa neurino yang masif, maka massa
<
neutrino berat ini berkonribusi sebagai materi gelap, dan sifat interaksi neutrino
yang teramat lemah tidak akan banyak mempengaruhi proses nukleosintesis.
Pengamatan terbaru mengenai neutrino gagal menciptakan struktur skala besar dan
galaksi-galaksi yang konsistem dengan apa yang saat ini teramati.
9.6.3 KANDIDAT MATERI GELAP

B. Materi Gelap Non-Baryonik: WIMP


2. Partikel Supersimetri
Partikel supersimetri merupalan partikel spekulasi dalam teori sipersimetri (SUSY). >
Partikel ini tercipta pada saat alam semesta masih berusia dini dan dapat dideteksi
melalui detector kriogenika di bawah tanah atau melalui teleskop neutrino.
<
9.6.3 KANDIDAT MATERI GELAP

B. Materi Gelap Non-Baryonik: WIMP


Penggolongan materi gelap berdasarkan sifat relativistikya
1. Hot Dark Matter (HDM) yang berupa partikel relativistic >
2. Cold Dark Matter (CDM) yang berupa materi non-relativistik
<
9.7 STRUKTUR SKALA BESAR

Dalam skala yang lebih besar, galaksi-galaksi umumnya saling mengelompok dalam struktur
hirarki. Gugus galaksi (cluster of galaxies) adalah kumpulan galaksi-galaksi bertetangga yang terikat
oleh interaksi gravitasi. Bima Sakti terletak dalam Grup Lokal, yang berdiameter sekitar 10 Mly dan
mengandung lebih dari 54 galaksi, yang mana didominasi oleh galaksi- galaksi katai. Selanjutnya, >
gugus-gugus galaksi yang berdekatan terikat secara lemah dalam kelompok yang lebih besar yang
dinamakan supergugus (supercluster). Grup Lokal terletak dalam Supergugus Laniakea (sebelum <
September 2014, Grup lokal dimasukkan ke dalam Supergugus Virgo), yang merentang hingga 520
Mly. Supergugus Laniakea terdiri dari tiga upabagian yakni Supergugus Virgo (di mana Grup Lokal
berada), Supergugus Hydra– Centaurus (berisikan Great Attractor, pusat gravitasi dari Laniakea),
dan Supergugus Pavo-Indus. Supergugus Laniakea diperkirakan mengandung sekitar 100.000
galaksi dan massa sekitar 1017 𝑀⊙.
9.7 STRUKTUR SKALA BESAR

Kompleks supergugus (supercluster complex) adalah kumpulan supergugus


yang membentuk suatu dinding filamen yang mengelilingi ruang kosong (void)
yang berbentuk seperti gelembung. Oleh karena itu, kompleks supergugus dikenal >
juga sebagai filamen galaksi (filament of galaxies). Alam semesta pada skala lebih
luas dari ini bersifat homogen dan isotropik. Supergugus Laniakea terletak dalam <
Kompleks Supergugus Pisces–Cetus, yang diperkirakan berukuran hingga 1 Gly.
9.7 STRUKTUR SKALA BESAR
Kompleks supergugus bertautan satu sama lain membentuk struktur serupa jaring. Jaring ini menyerupai
struktur fraktal yang disebut jaring kosmik (cosmic web). Jaring kosmik ini memenuhi seluruh alam semesta
teramati. Radius horizon partikel saat ini untuk model 𝑎 𝑡2/3 ialah 𝑑𝑃𝐻0 ≈ 3𝑐𝑡0. Dengan menyulihkan nilai
𝑡0 = 13,8 Gyr, didapatkan 𝑑𝑃𝐻0 ≈ 41 Gly. Berdasarkan model ΛCDM, fungsi faktor skala ialah 𝑎(𝑡) =
>
0,774 sinh2/3(1,177𝑡/𝑡0).
Menyulihkan fungsi ini ke dalam persamaan
dPHO = dPH (t0) = cR0 = c
<
 
dPHO = c
Integral di atas tidak memiliki solusi analitik. Jika diselesaikan secara numerik, diperoleh radius horizon
partikel; yang tidak lain ialah radius alam semesta teramati; bernilai sekitar 47 Gly. Volume dari alam semesta
teramati saat ini ialah :  
V0 = 3 m3
9.7 STRUKTUR SKALA BESAR
Adapun radius horizon peristiwa saat ini dapat diperoleh dari persamaan  
𝑑𝐸𝐻0 = 𝑑𝐸𝐻0 (t0) = c

yang memberikan nilai 𝑑𝐸𝐻0 = 16,7 Gly. Artinya, peristiwa apapun yang terjadi pada jarak lebih dari 16,7 Gly
setelah saat ini tidak akan dapat kita amati hingga kapanpun. Hal ini dikarenakan objek yang terletak di luar >
horizon peristiwa pada saat simultan telah menjauh (akibat pengembangan ruang) lebih cepat daripada cahaya
sehingga informasi yang dipancarkan oleh objek itu tidak akan pernah mencapai pengamat di bumi. <
Kerapatan alam semesta sangat mendekati nilai kerapatan kritis, 𝜌𝑐𝑟0 = = 0,85 × 10−26 kg m−3. Dengan
demikian, massa total alam semesta teramati ialah sekitar 3,1 × 1054 kg dengan kandungan baryon 4,8%
dari total massa atau sekitar 1,5 × 1053 kg.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai