Jenis Imunisasi Bayi dan Baduta (bulan) Anak Usia Sekolah WUS
(15-
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 18 1 SD 2 SD 5 SD 6 SD 39
th)
Hepatitis B
BCG
DPT-HB-Hib
Polio Tetes (bOPV)
Polio Suntik (IPV)
Campak Rubela
Pneumococcal Conjugate
Vaccine (PCV)
Japannese Encephalitis
Difteri Tetanus (DT)
Tetanus Difteri (Td)
Human Pappiloma Virus
(HPV) Vaccine
Rotavirus
6
KAPAN SEORANG ANAK DIKATAKAN
SUDAH MENDAPAT IMUNISASI
LENGKAP
Anak yang tidak diimunisasi lengkap tidak memiliki
Bagaimana apabila kekebalan sempurna terhadap penyakit-penyakit
seorang anak tidak berbahaya sehingga mudah tertular penyakit,
menderita sakit berat, serta menderita cacat
mendapatkan imunisasi bahkan meninggal dunia. Selain itu, mereka juga
rutin lengkap?? dapat menjadi sumber penularan penyakit bagi
orang lain.
KLB
Akumulasi anak yang tidak
mendapat imunisasi rutin
PD3I lengkap mengakibatkan tidak
akan terbentuk Kekebalan
Kelompok atau Herd Immunity
Dasar Pelaksanaan
BIAS Peraturan Bersama antara Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri
Dalam Negeri No. 6/X/PB/2014, No. 73
tahun 2014, No. 41 tahun 2014 dan No.
81 tahun 2014 tentang Pembinaan
Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah
4
3
Seluruh kebutuhan vaksin, alat suntik dan
Keterpaduan lintas program dan lintas sektor safety box dibebankan pada APBN Pusat,
terkait diselenggarakan melalui wadah yang sudah sedangkan kebutuhan kartu imunisasi anak
ada, yaitu Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah sekolah, format laporan, peralatan anafilaktik,
(TP UKS). dan biaya operasional dibebankan pada APBD.
PELAKSANAAN BIAS
• Sekolah wajib:
SEKOLAH • Melaporkan data peserta didik
yang akan menjadi sasaran BIAS
• Melakukan advokasi dan
DATA SASARAN BIAS sosialisasi
BIAS bagi orangtua
• Memfasilitasi pelaksanaan BIAS
PUSKESMAS • Penanggung jawab BIAS: guru
UKS
PENYIAPANLOGISTIK • Semua peserta didik wajib
VAKSIN DAN DIFASILITASI OLEH SEKOLAH mendapatkan
VAKSINATOR
imunisasi melalui BIAS
• Puskesmas menjadi pelaksana BIAS bagi
PELAKSANAAN BIAS semua sekolah di wilayah kerjanya
Cakupan Imunisasi BIAS
Tahun 2017- 2021
KAB/KOTA TERDAMPAK DIFTERI TAHUN 2021; 96 KAB/KOTA DI 23
PROVINSI
Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Tengah Provinsi Kalimantan Timur
Provinsi Aceh Provinsi Sulawesi Tenggara
1. Kota Pontianak 1. Kapuas 1. Kota Balikpapan
1. Kota Banda Aceh 1. Kota Kendari Provinsi Gorontalo
2. Kota Singkawang 2. Penajam Paser Utara
2. Aceh Timur 2. Buton 1. Pohuwato
3. Sintang Provinsi Kalimantan Selatan
3. Bireun
4. Sambas 1. Kota Baru
4. Kota Lhokseumawe Provinsi Sulawesi Selatan
5. Mempawah 2. Kota Banjar Baru
5. Nagan Raya 1. Kota Makassar
6. Melawi
2. Luwu Provinsi Maluku
7. Bengkayang
Provinsi Sumatera Utara 3. Bulukumba 1. Maluku Tenggara Barat
8. Kubu Raya
1. Langkat
2. Mandailing Natal Provinsi Papua Barat
3. Kota Medan 1. Kota Sorong
2. Raja Amat
Provinsi Sumatera Barat
1. Kota Pariaman Provinsi Papua
2. Solok Provinsi Lampung 1. Kota Jayapura
3. Kota Padang 1. Lampung Selatan
2. Lampung Utara
Provinsi Riau 3. Lampung Tengah Provinsi Jawa Barat
1. Kota 4. Lampung Timur 1. Kota Bandung
Pekanbaru 5. Tulang Bawang 2. Kota Bogor
3. Bogor Provinsi Jawa Timur : Difteri konfirmasi lab
1.
Provinsi
KotaJambi
Jambi 4. Cianjur Provinsi Jawa Tengah 1. Gresik 12. Kota Surabaya : Difteri klinis
2. Muaro Jambi 5. Majalengka 1. Sragen 2. Sidoarjo 13. Kota Madiun
Provinsi DKI Jakarta
6. Bekasi 2. Wonosobo 3. Jombang 14. Sampang
Provinsi Sumatera Selatan 1. Jakarta Utara Suspek difteri secara klinis sudah
7. Purwakarta 3. Temanggung 4. Tuban 15. Malang
1. Kota Palembang 2. Jakarta Barat termasuk kasus difteri namun sampel
8. Bandung 4. Kota Semarang 5. Ngawi 16. Nganjuk
2. Empat Lawang 3. Jakarta Selatan tidak diperiksa karena kasus meninggal,
4. Jakarta Timur 9. Kota Bekasi 5. Kudus 6. Magetan 17. Kota Batu
3. Musi Banyuasin 10. Kota Depok 7. Blitar 18. Kota Blitar atau pasien tidak mampu membuka
5. Jakarta Pusat mulut karena kesakitan, atau sampel
11. Bandung Barat 8. Pasuruan 19. Kota Mojokerto
Provinsi Bangka Belitung 12. Indramayu 9. Lum ajang 20. Bangkalan diambil namun sudah tidak adekuat
1. Bangka Provinsi Banten 13. Kota Sukabumi 10. Situbondo 21. Bojonegoro untuk pemeriksaan laboratorium
2. Bangka Tengah 1. Kab Tangerang 14. Karawang 11. Sumenep 22. Lamongan
Source: DIF-3 Monthly Report, PHEOC
15. Sukabumi 23. Tulungagung Data as received at Central on 30 Jan
2022
KASUS TETANUS
NEONATORUM
TERDAPAT 11 KASUS TN DENGAN 9 KEMATIAN (CFR 82%) TAHUN 2021
Bayi berisiko tinggi tetanus bila status imunisasi tetanus pada ibu tidak lengkap
Indonesia telah mencapai eliminasi tetanus neonatorum pada tahun 2016, tugas kita adalah
mempertahankannya
2020
4 2021
cases 11 cases
Meningga Meningga
l l
5
2 0
9
% 8
2
%
Source:
Surveillance: Monthly TN Report as of 30 Jan : 1 NT case
2022) *Dots are randomly placed within
provinces
17
Petunjuk Teknis
Outline
BIAS Latar Belakang
Penyesuaian Juknis
BIAS
Bab I. Pendahuluan
Bab Tinjauan 1. Menurunnya cakupan BIAS
sehingga diperlukan penguatan
Bab
II. III. Pustaka
Persiapan
peran lintas sektor terkait
Bab IV.
2. Menjangkau sasaran anak
Pelaksanaan usia sekolah yang tidak
Bab V. Monitoring dan sekolah
Evaluasi Bab VI. 3. Pemetaan Status /
Surveilans KIPI Riwayat Imunisasi
Bab VII. Penutup 4. Perluasan imunisasi HPV
DUKUNGAN PELAKSANAAN
LS terkait BIAS Sekolah / Madrasah - Guru
:Memberikan dukungan konkrit untuk pelaksanaan :Menginformasikan kepada peserta
kegiatan BIAS sesuai dengan tugas dan fungsinya didik, orang tua/wali mengenai
baik untuk peserta didik maupun anak usia sekolah pentingnya imunisasi dan agar
yang tidak sekolah seluruh peserta didik mendapatkan
imunisasi pada saat pelaksanaan
Kemendikbud Ristek / Kemendagri BIAS
Kemenag 1. Pengalokasian tenaga
kesehatan Puskesmas khusus
Media :
1. Mengintruksikan kepada
seluruh jajaran di pusat dan untuk imunisasi rutin (1 tim Melakukan penyebarluasan informasi
daerah untuk memberikan imunisasi tiap desa/kelurahan)
dukungan pelaksanaan BIAS 2. Optimalisasi Posyandu Prima
yang tepat mengenai imunisasi
2. Menetapkan BIAS sebagai 3. Penyediaan anggaran kepada masyarakat luas, Membantu
indikator UKS/M dan operasional melalui APBD dalam melakukan upaya advokasi
menugaskan Tim Pembina atau pembiayaan lain yang pada pemangku kebijakan agar
dan Tim Pelaksana UKS/M sah mendukung pelaksanaan BIAS,
untuk membantu secara aktif 4. Memastikan kegiatan BIAS
pelaksanaan BIAS dapat dilaksanakan dengan Melakukan penyebarluasan informasi
3. Mewajibkan seluruh peserta baik. yang tepat mengenai kegiatan BIAS
didik diberikan imunisasi 5. Peningkatan peran PKK dan kepada masyarakat luas
sesuai dengan jadwal yang kader kesehatan dalam memanfaatkan seluruh saluran
ditetapkan. penggerakan masyarakat. komunikasi yang tersedia.
Optimalisasi Imunisasi
DPR
Kemenko
(APBN)
PMK
Kemendag Kemenke
ri u
Kemkumha JK
m
N
Kemendikbu
d
Komitme POGI/HOGI
IDA
I n
TERIMA KASIH